BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

dokumen-dokumen yang mirip
ARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. industri atau bidang kerja tersebut mengangkut hal-hal yang berhubungan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pembangunan berkelanjutan harus menyentuh seluruh aspek,

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

PENDAHULUAN. Bab I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

UPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM ) KALBAR DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia didalam suatu organisasi merupakan modal utama dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gender adalah suatu konsep yang masih menimbulkan ambigu di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dasar favorit. Pada lembaga persekolahan ini tidak cukup ruang bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEBAGAI INVESTASI SOSIAL

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

Sonny Harry B Harmadi Staf Ahli Bidang Kependudukan Menko PMK

STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millennium

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

RingkasanKajian. MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. Gambaran umum Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berusaha mengangkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bantuan orang dewasa pada tahun-tahun permulaan kehidupannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

9 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH): ANTARA PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PENGENTASAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama, oleh negara-negara yang sedang berkembang, memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensional, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya (Sumodiningrat, 1998:26). Kemiskinan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Mengacu pada strategi nasional penanggulangan kemiskinan definisi kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Dimensi permasalahan kemisikinan yang sangat luas seperti dijelaskan di atas mengharuskan adanya kebijakan menyeluruh serta terukur pencapaiannya. Mengatasi masalah kemiskinan pada akhirnya tidak hanya soal mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin, melainkan lebih penting adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin. Penanggulangan kemiskinan harus dilaksanakan secara menyeluruh, menyangkut multi-sektor, multi-pelaku, dan multiwaktu. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang komprehensif dan berkesinambungan untuk mengatasi kemiskinan. Komitmen tersebut kemudian diterjemahkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Milenium, yang 1

2 merupakan komitmen 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium 2000. Pemerintah dari negara-negara tersebut sepakat untuk mengadopsi deklarasi milenium untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi manusia dan kebebasan fundamental dalam satu paket. Deklarasi Milenium menandai abad perjuangan yang lebih menitikberatkan pada hak ekonomi sosial dan budaya, dan mendorong menguatnya gerakan global yang ditujukan untuk penghapusan kemiskinan. Adapun delapan tujuan Pembangunan Milenium (Bappenas, 2007), yaitu: 1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan (eradicate extreme poverty and hunger). 2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua (achieve universal primary education) 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan (promote gender equality and empower women) 4. Menurunkan Angka Kematian anak (reduce child mortality). 5. Meningkatkan kesehatan Ibu (increase maternal health) 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya (combat HIV/AIDS, malaria and other diseases) 7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup (ensure environment sustainability). 8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan (develop a global partnership for development). Sejalan dengan hal tersebut di atas, paradigma penanggulangan kemiskinan yang dianut dalam konstitusi UUD 1945 serta dokumen strategi nasional penanggulangan kemiskinan, maka pendekatan dalam upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan berbasis pada hak dasar. Hak dasar yang menjadi acuan dalam penanggulangan kemiskinan terdiri dari 10 (sepuluh) hak dasar yang meliputi: (1) hak atas pangan; (2) hak atas layanan kesehatan; (3) hak atas layanan pendidikan; (4) hak atas pekerjaan dan berusaha; (5) hak atas perumahan; (6) hak atas air bersih dan aman serta sanitasi yang baik; (7) hak atas tanah; (8) hak atas sumber daya alam; (9) hak atas rasa aman; serta (10) hak untuk berpartisipasi. Paradigma ini, telah diimplementasikan dalam berbagai program penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan pemerintah selama ini.

3 Program-program penanggulangan kemiskinan yang ada, dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok program, yaitu : 1. Kelompok Program Berbasis Bantuan dan Perlindungan Sosial. 2. Kelompok Program Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. 3. Kelompok Program Berbasis Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil. Setiap kelompok program, mempunyai fokus dan tujuan yang berbeda dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh sebab itu, setiap kelompok tersebut mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda. Ciri dan karakteristik setiap kelompok program penanggulangan kemiskinan mempunyai hubungan yang erat dengan cakupan kegiatan dan penerima manfaat yang menjadi target dari pelaksanaan kelompok program penanggulangan kemiskinan. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial, bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Fokus pemenuhan hak dasar ditujukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat miskin untuk kehidupan lebih baik, seperti pemenuhan hak atas pangan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Ciri lain dari kelompok program ini adalah mekanisme pelaksanaan kegiatan yang bersifat langsung dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat miskin. Beberapa program bantuan dan perlindungan sosial yang telah dijalankan pemerintah, diantaranya : a. Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dimulai sejak tahun 2005. Program ini bertujuan meningkatkan keberadaan fasilitas dan peralatan untuk memperbaiki proses pengajaran. Selain itu program ini diharapkan mampu menurunkan biaya-biaya operasional sekolah, sehingga masyarakat dapat menggunakan fasilitas pendidikan berbiaya murah, bahkan cuma-cuma. b. Beras untuk masyarakat miskin (Raskin), yang diluncurkan di tahun 2007. Program ini bertujuan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pangan (beras) sehingga diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran rumahtangga miskin, melalui penyediaan beras bersubsidi (beras murah).

4 c. Bantuan Langsung Tunai (BLT), pemberian uang tunai secara langsung kepada rumahtangga miskin dan hampir miskin sebesar Rp.100.000. Bantuan ini diberikan dalam 3 bulan sekali, selama satu tahun. BLT ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat miskin terhadap dampak kenaikan harga BBM. BLT digelar pemerintah tahun 2005/2006. d. Bantuan Tunai Bersyarat (BTB). Pada pertengahan 2007, Pemerintah Indonesia memperkenalkan dua program uji coba dalam kerangka Program Tunai Bersyarat yang juga dikenal sebagai Conditional Cash Transfer (CCT), yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Generasi Sehat dan Cerdas, atau disingkat menjadi PNPM Generasi (Community Conditional Cash Transfer atau Comm-CCT), dan Program Keluarga Harapan atau PKH (Household Conditional Cash Transfer atau HH-CCT). Kedua program uji coba tersebut dilaksanakan di tujuh provinsi, dimulai dari Gorontalo dan diteruskan ke Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan NTT. Kedua program tersebut didesain untuk mencapai sejumlah tujuan yang sama yaitu pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar untuk semua, kesetaraan gender, pengurangan angka kematian anak, dan pengurangan kematian ibu melahirkan. Tujuantujuan tersebut merupakan lima dari delapan target MDGs. Berbeda dengan PNPM Generasi, yang menargetkan penerimanya berdasarkan komunitas, PKH ditujukan bagi rumahtangga sangat miskin yang memiliki ibu hamil, balita dan anak usia sekolah 7 sampai 15 tahun. Setiap keluarga akan mendapat bantuan dana tunai sebesar Rp 600 ribu - Rp 2,2 juta per tahun. Besarnya tergantung dari banyaknya anggota keluarga tersebut. Dana tersebut disalurkan langsung atas nama ibu melalui kantor pos terdekat. Tujuannya, agar rumahtangga miskin mampu menjaga kesehatan ibu selama masa kehamilan dan nifas, membiayai pemenuhan gizi balita atau menyekolahkan anak hingga lulus SMP. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa tujuan utama PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melalui peningkatan aspek kesehatan dan pendidikan kelompok masyarakat miskin.

5 Lahirnya PKH dilatarbelakangi oleh kenyataan rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin. Derajat kesehatan yang rendah tersebut, disebabkan rendahnya akses dan mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat serta kurangnya layanan kesehatan reproduksi. Berdasarkan Survei Dasar Kesehatan Indonesia (2007), menunjukkan bahwa 48,7 persen masalah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan adalah karena kendala biaya, jarak dan transportasi. Pemanfaatan rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang masyarakat miskin cenderung memanfaatkan pelayanan di puskesmas. Demikian juga persalinan oleh tenaga kesehatan pada penduduk miskin, hanya sebesar 39,1 persen dibanding 82,3 persen pada penduduk kaya. Asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk sistem jaminan sosial hanya menjangkau 18,74 persen penduduk, yang sebagian besar diantaranya pegawai negeri dan penduduk mampu. Rendahnya layanan kesehatan juga disebabkan oleh mahalnya alat kontrasepsi yang disediakan oleh swasta sehingga masyarakat miskin tidak mampu mendapatkan layanan kesehatan reproduksi. Rendahnya mutu dan terbatasnya ketersediaan layanan kesehatan reproduksi mengakibatkan tingginya angka kematian ibu dan tingginya angka aborsi. Selain itu, hal lain yang juga melatarbelakangi peluncuran PKH adalah keterbatasan masyarakat miskin untuk mengakses layanan pendidikan dasar, terutama disebabkan tingginya beban biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung. Meskipun SPP untuk jenjang SD/MI telah secara resmi dihapuskan oleh Pemerintah tetapi pada kenyataannya masyarakat tetap harus membayar iuran sekolah. Pengeluaran lain diluar iuran sekolah, seperti pembelian buku, alat tulis, seragam, uang transport, dan uang saku menjadi faktor penghambat pula bagi masyarakat miskin untuk menyekolahkan anak. PKH memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga miskin, melalui ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Dengan mensyaratkan keluarga peserta PKH untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Diharapkan PKH akan memperbaiki kualitas SDM, sehingga dalam jangka panjang program ini akan memutus mata rantai kemiskinan antar generasi (skema 1).

6 Kesehatan Ibu Hamil Kesehatan Anak Balita Tingkat Kesehatan Pekerja Anak Daya Beli (Prioritas) Biaya Kesehatan Tingkat Kemiskinan Penghasilan Daya Beli (Prioritas) Tingkat Pendidikan Tuntas Wajar Putus Sekolah Tidak Pernah Sekolah Gambar 1: Memutus Perangkap Kemiskinan Sumber : Pedoman Umum Program Keluarga Harapan 2007 Widianto (2010), mengutarakan bahwa secara umum manfaat program ini dapat berupa : 1. Untuk jangka pendek, memberikan income effect kepada rumah tangga miskin melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga miskin. 2. Untuk jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui: a. Peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak di masa depan. b. Mengurangi pekerja anak dan mencegah turunnya anak-anak bekerja di jalanan, serta mencegah rumah tangga miskin menjadi tuna sosial dan atau penyandang masalah kesejahteraan sosial. c. Peningkatan kualitas pelayanan melalui perbaikan akses pendidikan dan kesehatan keluarga miskin, penyempurnaan sistem perlindungan sosial.

7 1.2. Perumusan Masalah PKH merupakan salah satu program yang dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus lingkaran kemiskinan. Penelitian terhadap pelaksanaan PKH menjadi penting, sebagai acuan untuk tindaklanjut dan pengembangan baik terhadap PKH itu sendiri, maupun terhadap program-program pengentasan kemiskinan lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah penetapan penerima PKH sudah tepat sasaran? 2. Bagaimana dampak program tersebut terhadap pesertanya? 3. Bagaimanakah persepsi peserta PKH terhadap program tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini ditujukan untuk: 1. Mengevaluasi ketepatan sasaran PKH. 2. Menganalisis dampak PKH terhadap pesertanya. 3. Menganalisis persepsi peserta PKH terhadap program tersebut. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Dalam rangka mendapatkan hasil evaluasi yang menyeluruh, penelitian ini akan melingkupi : 1. Prinsip, tujuan, sasaran dan alur pelaksanaan PKH. 2. Penetapan sasaran penerima manfaat PKH. 3. Dampak program terhadap pesertanya 4. Persepsi peserta program terhadap PKH. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat : 1. Meningkatkan wawasan mengenai praktek pelaksanaan Program penanggulangan kemiskinan, khsususnya PKH. 2. Menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelaahan dan peninjauan lebih lanjut sehubungan dengan PKH. 3. Sebagai masukan bagi pemerintah, khususnya Departemen Sosial sebagai pihak penyelenggaran PKH.

8 1.5. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini disusun dalam bentuk tesis dengan sistematika penyajian sebagai berikut: BAB I BAB II PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, permasalahan, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian dan sistematika penulisan. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dipaparkan landasan teoritis, termasuk kajian tentang kebijakan-kebijakan yang menjadi dasar pelaksanaan PKH. Pada Bab ini juga akan dikemukakan pengalaman negara-negara lain dalam melaksanakan program yang sejenis dengan PKH. BAB III METHODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan sistematika, prosedur serta alat analisa yang digunakan dalam penelitian, dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini merupakan bagian yang memaparkan pelaksanaan PKH di daerah penelitian. Selain itu, hasil pengumpulan data akan diolah dan dianalisa sehingga terdapat intepretasi yang jelas terhadap variabel-variabel penelitian. Hasil analisis ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. BAB V PENUTUP Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian