BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan kebiasaan penduduk Indonesia. World Health. Organization (WHO) melaporkan bahwa jumlah perokok meningkat 2,1% per

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN HEART RATE VARIABILITY (HRV) antara PEROKOK dan TIDAK PEROKOK PADA MAHASISWA PSIK SEMESTER 6 dan 8 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan aktif dan berulang yang terjadi pada setiap individu (Salam dkk,

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat segala aktivitas dapat dikerjakan dengan lancar. Menurut UU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diwajibkan mengambil SKS setiap semester sesuai dengan ketentuan yang

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN POLA TIDUR DENGAN HEART RATE VARIABILITY (HRV) PADA MAHASISWA SEMESTER VIII PSIK UMY NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN HEART RATE VARIABILITY PADA MAHASISWA ANGGOTA DAN BUKAN ANGGOTA UKM BASKET DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

I. PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fisik dan. Sehat adalah keadaan sejahatera. hanya melakukan aktifitas. dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

DAN BUKAN LARI MENDAPA. Disusun oleh : IKA J FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat berfungsi secara optimal (Haryati, 2013). Tidur adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres muncul sejalan dengan peristiwa dan perjalanan kehidupan yang dilalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

HEART ATTACK PREVENTION

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah descriptive comparative, yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. Angka perokok masih cukup tinggi sekitar 1 miliyar laki-laki di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga

BAB I PENDAHULUAN. dua pertiganya berada di negara berkembang.paling sedikit satu dari empat orang

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan penduduk Indonesia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa jumlah perokok meningkat 2,1% per tahun di negara berkembang, sedangkan di negara maju menurun sekitar 1,1% pertahun (Kemenkes, 2011). Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011 juga menunjukkan, Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif yaitu 67,4% pada laki-laki dan 4,5% pada perempuan. Penggunaan tembakau didaerah pedesaan 39,1% dan perkotaan 33,0%. Konsumsi rokok dalam bentuk kretek, rokok putih dan lintingan sebanyak 34,6% dan dalam bentuk lainnya seperti pipa, cerutu dan shisa sebanyak 0,3%. Hasil Riskesdas (2013) melaporkan kelompok umur yang paling tinggi mengkonsumsi rokok adalah kelompok usia 20-24 tahun sebanyak 27,2 % sedangkan usia 15-19 tahun sebanyak 11,2 %. Mahasiswa merupakan kelompok remaja akhir dan kelompok dewasa awal dengan rata-rata usia 18-24 tahun. Mahasiswa yang belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (PSIK FKIK UMY) diharapkan memiliki kepedulian dan pengetahuan serta perilaku kesehatan yang lebih baik dari pada mahasiswa yang belajar di fakultas non kesehatan. Hal ini dikarenakan bahwa mahasiswa kesehatan lebih tahu bahaya dan kandungan rokok dari pada 1

2 mahasiswa non kesehatan dan juga mahasiswa kesehatan yang harus menjadi contoh seberapa pentingnya kesehatan. Perhatian terhadap bahaya penggunaan tembakau cenderung memfokuskan pada resiko penyakit jantung yang dialami oleh perokok. Penelitian oleh Afriyanti dkk (2015) bahwa kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat penumpukan plak diarteri jantung sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu. Faktor resiko yang mendorong terjadinya PJK yang bersumber dari perilaku adalah merokok. Penggunaan rokok secara kronis dapat menyebabkan konsekuensi yang merugikan kesehatan seperti meningkatan resiko jantung iskemik dan menyebabkan kematian jantung secara mendadak (Harte & Meston, 2013). Rokok mengandung sekitar 300 bahan kimiawi seperti tar, nikotin, benzovrin, aseton, metal-kloride, amonia dan karbon monoksida (Khoirotul dkk, 2014). Karbon monoksida dan nikotin yang ditemukan didalam rokok diduga sebagai penyebab utama terjadinya penyakit jantung. Selain itu kedua zat tersebut dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah dengan mekanisme menurunkan saraf parasimpatis dan meningkatkan saraf simpatis (Gondim dkk, 2014). Harte & Meston (2013) menjelaskan bahwa perokok kronis menunjukan disfungsi otonom, hal ini dibuktikan oleh HRV yang rendah pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Saraf simpatis dan parasimpatis adalah bagian dari sistem saraf otonom dimana saraf simpatis berfungsi untuk mempersiapkan tubuh melawan dan mempercepat fungsi tubuh, sedangkan

3 saraf parasimpatis berfungsi untuk relaksasi dan mempersiapkan tubuh istirahat dan pulih. Menurut Harte & Meston (2013) merokok dapat menyebabkan ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang ditandai dengan hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis. Harte & Meston (2013) hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis tersebut di pengaruhi oleh serabut saraf aferen yang sensitif terhadap stimulus metabolik kimia dari kandungan rokok. Ketika serabut saraf aferen dirangsang akan kembali ke sistem saraf pusat yang memiliki rangsangan penghambat. Rangsangan penghambat kemudian kembali ke otak dan akan mengatifkan sistem saraf simpatis. Pengaktifan sistem saraf simpatis secara terus menerus mengakibatkan hiperaktivitas simpatis daripada parasimpatis (Middlekauff dkk, 2014). Peningkatan saraf simpatis tersebut dapat meningkatkan denyut jantung yang berpengaruh pada Heart Rate Variability (HRV). Oleh karena itu rokok mendatangkan kemudharatan seperti dalam dalil Al-Qur an adalah Dan Janganlah kalian menjatuhkan diri sendiri dalam kebinasaan. (Al-Baqoroh: 195). Dan janganah kalian membunuh diri-diri kalian. (An-Nisaa: 59). Dan dosanya lebih besar daripada manfaatnya. (Al-Baqoroh: 219). Heart Rate Variability (HRV) adalah fenomena fisiologis yang mencerminkan indikator yang baik dari kontrol otonom yang berkaitan dengan kesehatan jantung (Corrales dkk, 2012). Heart Rate Variability (HRV) berfungsi menilai resiko kematian jantung secara mendadak. Oleh karena itu HRV yang tinggi selalu dikaitkan dengan fungsi jantung yang sehat, sedangkan HRV yang rendah rentan terhadap aritmia dan kematian jantung mendadak

4 (Harte & Meston, 2013). Pengukuran HRV dapat menggunakan domain waktu dan domain frekuensi, domain frekuensi terdiri dari frekuensi rendah (LF/Low Frequency) modulasi 0,04-0,15 Hz (Herz) dari perubahan R-R interval sesuai dengan kegiatan bersama simpatis dan parasimpatis, sedangkan frekuensi tinggi (HF/ High Frequency) modulasi 0,15-0,4 Hz dari perubahan R-R interval yang diatur terutama melalui persarafan dari jantung melalui saraf parasimpatis, rasio dari LF/HF mencerminkan keseimbangan simpatis dan parasimpatis. Domain waktu terdiri dari Standard Deviation of R-R interval (SDNN) dan Square Root of the Mean Squared differences of Successive R-R intervals (RMMSD). Standard Deviation of R-R interval (SDNN) adalah indeks dari total variasi yang mencerminkan total variabilitas, sedangkan RMMSD adalah indeks dari variasi beat-to-beat yang mencerminkan aktivitas parasimpatis (Makivic dkk, 2013). Penelitian oleh Manzano dkk (2010) menjelaskan bahwa efek kronis dari merokok dapat menyebabkan kematian jantung serta resiko fatal terhadap aritmia, sedangkan efek akut merokok dapat meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, pembuluh darah resistensi, dan mengakibatkan pelepasan saraf simpatis yang dapat mengubah indeks HRV. Efek merokok ditandai dengan penurunan SDNN, RMSSD, dan indeks HF, serta adanya peningkatan LF. R-R Interval akan menurun selama merokok dibandingkan dengan tidak merokok dan juga ditandai dengan peningkatan LF dan rasio LF/HF. Hal ini menunjukan adanya penurunan terhadap kegiatan parasimpatis dan peningkatan dalam aktivitas simpatis.

5 Renie dkk (2013) menjelaskan bahwa pada umumnya HRV tinggi dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang sehat seperti tidak merokok, akivitas fisik dan tidak mengkonsumsi alkohol. Oleh sebab itu HRV yang rendah dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi serta ketidakseimbangan sistem saraf otonom. Penurunan HRV menjadi indikasi peningkatan sistem saraf simpatis dan adanya peningkatan detak jantung yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan kejadian Cardiovascular Diseases (CVD) atau penyakit kardiovaskular. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan cara wawancara kepada 10 orang mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti mengajukan pertanyaan, yaitu Apakah anda seorang perokok?. Dari hasil wawancara didapatkan 6 dari 10 informan merokok dan 4 dari 10 informan tidak pernah merokok. Peneliti juga melakukan pengukuran HRV pada mahasiswa perokok dan tidak perokok untuk mengetahui nilai dari perokok dan tidak perokok didapatkan nilai SDNN pada perokok 77 dan bukan perokok 83. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui Perbedaan HRV Perokok dan Tidak Perokok pada Mahasiswa Semester 6 dan 8 UMY.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah apakah ada perbedaan HRV perokok dan yang bukan perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 and 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Perbedaan HRV Perokok dan Tidak Perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui HRV tidak perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. b. Untuk mengetahui HRV perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Praktis Jika terbukti merokok dapat menganggu sistem saraf otonom, maka hasil penelitian ini bisa menjadi dasar seseorang untuk menghindari rokok atau berhenti merokok.

7 2. Teoritis Jika terbukti merokok dapat menganggu sistem saraf otonom, maka hasil penelitian ini bisa menjadi tinjauan pustaka untuk peneliti selanjutnya. E. Penelitian Terkait 1. Harte & Meston (2013) Effects of Smoking Cessation on Heart Rate Variability Among Long-Term Male Smokers. Peneliti ini menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 62 perokok pria yang terdaftar dalam 8 minggu program berhenti merokok melibatkan transdermal nikotin pengobatan patch. Pertama peserta dinilai (sambil merokok secara teratur), dipertengahan pengobatan (menggunakan patch dosis tinggi) dan tetap dipantau selama 4 minggu setelah penghentian patch. Hasil berhenti merokok sukses (n=20), dibandingkan dengan mereka yang kambuh (n=42) ditampilkan secara signifikan lebih tinggi SDNN, RMSSD, pnn50, LF dan HF yang terus dipantau. Penghentian merokok secara signifikan meningkatkan HRV pada perokok laki-laki kronis yang ditunjukan dengan peningkatan otonom modulasi jantung. Perbedaan peneitian ini adalah lokasi penelitian yang dilakukan peneliti yaitu di UMY, waktu penelitian yang dilakukan peneliti pada bulan februari-mey 2016, dan variabel peneliti yaitu mahasiswa perokok dan tidak perokok.

8 2. Manzano, M., B., Vanderlei, M., L., Ramos, M., E., (2013) Acute Effect Of Smoking On Autonomic Modulation. Penelitian ini menganalisis data dari 25 relawan muda (16 laki-laki dan 9 perempuan) yang dipilih diantara peserta dari program berhenti merokok. Relawan menjalani analisis denyut jantung dalam posisi duduk. Selama 30 menit istirahat, 20 menit sambil merokok, dan 30 menit setelah merokok. Setelah itu dilanjutkan dengan uji Tukey atau tes Friedman diikuti dengan uji Dunn, yang diterapkan tergantung pada normalitas data, dengan p <0,05. Hasil untuk 20 menit sambil merokok ada penurunan di indeks SD1 (23,4 ± 9,2 vs 13,8 ± 4,8), rasio SD1 / SD2 (0.31 ± 0.08 vs 0,2 ± 0,04), RMSSD (32,7 ± 13 vs 19,1 ± 6,8), SDNN (47,6 ± 14,8 vs 35,5 ± 8,4), HFnu (32,5 ± 11,6 vs 19 ± 8.1), interval RR (816,8 ± 89 vs 696,5 ± 76,3) dalam waktu istirahat, sedangkan kenaikan indeks LFnu (67.5 ± 11,6 vs 81 ± 8,1) dan LF / rasio HF (2,6 ± 1,7 vs 5,4 ± 3,1). analisis visual plot menunjukkan dispersi rendah dari interval RR sambil merokok. Kecuali untuk rasio SD1 / SD2, indeks lainnya disajikan pemulihan nilai 30 menit setelah merokok.