BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Rayap Pembangun Musamus pada Taman Nasional Wasur Merauke

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sampah merupakan salah satu permasalahan utama di Indonesia yang sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

organik, namun berpengaruh menurunkan nilai TSS. Kombinasi keduanya

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. rumen dalam menghasilkan produk metabiolit rumen (VFA, N-NH3 maupun protein

Macam macam mikroba pada biogas

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Feses kambing merupakan sisa hasil pencernaan hewan yang dikeluarkan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Energi Bruto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat morfologinya dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan organisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tanpa ikut berubah di akhir reaksi (Agustrina dan Handayani, 2006). Molekul

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang dan Masalah. Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ukuran, Biasanya antara 3-50 mm. Kebanyakan kumbang tinja biasanya berwarna dasar

BAB I PENDAHULUAN. bakar alternatif pengganti minyak bumi yang terbaru dan lebih ramah lingkungan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total penjualan protease di dunia mencapai 50-60%. Indonesia merupakan

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi

PEMBUATAN TOILET KERING

1.3 TUJUAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicetak dengan mengeluarkan dari die melalui proses mekanik (Nilasari, 2012).

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jumlah penduduk Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 237.556.363 orang (Badan Pusat Statistik, 2010). Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun akan meningkatkan limbah yang dihasilkan. Apabila limbah tersebut tidak dikelola akan berpotensi mengakibatkan pencemaran lingkungan, terutama dari limbah organik berupa tinja yang dihasilkan oleh manusia setiap hari (Kaharudin dan Sukmawati, 2010). Tinja merupakan bahan buangan dari tubuh manusia yang dikeluarkan melalui anus atau rektum sebagai hasil dari proses pencernaan makanan pada sistem saluran pencernaan makanan manusia (Soeparman dan Suparmin, 2002). Sebagian besar penduduk Indonesia masih menggunakan sistem pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang berupa tangki septik (Sudarno dan Ekawati, 2006). Pada umumnya tangki septik penduduk Indonesia berisikan tinja yang berasal dari kakus. Proses dekomposisi tinja di dalam tangki septik tersebut memakan waktu yang cukup lama karena komponen serat pada tinja yang menyebabkan tinja sulit untuk didegradasi. Sehingga dalam tangki septik sering terjadi masalah seperti meluapnya tinja yang mengakibatkan bau dan pencemaran pada sanitasi air jika letak tangki septik berdekatan dengan sumber mata air (sumur). Masalah lain yang timbul jika tinja di dalam tangki septik penuh maka 1

2 tinja akan keluar ke arah mulut kakus. Upaya yang sering dilakukan selama ini adalah menggunakan jasa sedot toilet (WC) atau kuras tangki septik. Upaya tersebut kurang efektif karena dapat menimbulkan bau, mengganggu lingkungan sekitar (tetangga), dan membutuhkan ruang gerak yang cukup untuk truk penampung tinja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan metode yang tepat dalam mendegradasi tinja. Metode yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah bio-toilet. Bio-toilet merupakan bio-activator dengan menggunakan bantuan mikroba sebagai agen pengurai limbah organik untuk mengatasi masalah sanitasi seperti WC atau tangki septik yang penuh dan bau. Bio-toilet lebih praktis, ekonomis, dan ramah lingkungan sehingga metode ini dapat digunakan untuk daerah pemukiman yang padat penduduk. Pada umumnya penelitian tentang bio-toilet digunakan untuk masalah tinja manusia namun karena alasan estetika sehingga digunakan tinja sapi sebagai pengganti tinja manusia. Tinja sapi dianalogikan sama dengan tinja manusia karena memiliki komponen susunan organik yang sama. Pada tinja sapi terdapat komponen serat yang juga terdapat dalam tinja manusia. Komponen tersebut merupakan komponen yang sulit untuk didegradasi. Degradasi merupakan penguraian atau pemecahan dari suatu bahan komplek menjadi suatu bahan yang lebih sederhana. Tinja sapi mengandung serat tinggi dan komponen komplek lainnya yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Komponen tinja sapi mengandung 22,59% selulosa; 18,32% hemiselulosa; 10,20% lignin; 34,72% total karbon organik; 1,26% total nitrogen; 27,56:1 ratio C:N; 0,73% P; dan 0,68% K (Lingaiah dan Rajasekaran,

3 1986). Pada tinja sapi komponen serat yang paling banyak adalah selulosa (Fujio, 1980 dalam Sudana, 1996). Selulosa merupakan bentuk karbohidrat dengan struktur yang sangat teratur dan merupakan penyusun dinding sel tanaman yang sering berikatan dengan lignin dan hemiselulosa. Struktur demikian menyebabkan selulosa sulit untuk dirombak secara langsung. Selulosa juga tidak dapat larut dalam air dingin dan panas serta enzim amilase pada mamalia tidak bisa menghidrolisis ikatan β (1 4) glikosidik yang terdapat pada rantai panjang selulosa tersebut (Tensiska, 2008). Agar selulosa dapat dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana dalam bentuk glukosa, selulosa harus mengalami proses hidrolisis terlebih dahulu. Proses hidrolisis tersebut dibantu oleh kerja dari enzim selulase yang dapat memecah selulosa menjadi glukosa. Enzim selulase dihasilkan oleh mikroba degradasi selulosa yaitu bakteri selulolitik. Bakteri selulolitik sering ditemukan di dalam saluran pencernaan serangga yang bersimbiosis secara mutualisme (Elzinga, 1978). Begitu halnya pada rayap pembangun musamus, adanya bakteri selulolitik berhubungan dengan fungsi kerja bakteri tersebut dalam proses degradasi yang berlangsung di dalam saluran pencernaan rayap pembangun musamus. Rayap merupakan serangga perombak bahan organik yang berasal dari kayu dan seresah yang dimakannya (Foth, 1984). Serangga tersebut mampu membangun bangunan yang sangat kokoh terbuat dari tanah sebagai bahan utama yang dicampur dengan sekresi dari lubang di atas bagian depan kepala (ubun-ubun=fontanel) sebagai perekatnya (Borror et al., 1992). Bangunan tersebut dinamakan musamus. Dalam pembagian jenisnya, rayap

4 dibagi dalam dua kelompok besar yaitu rayap kayu kering (dry-wood termites) dan rayap tanah (moist-wood atau subterranean termites). Berdasarkan komponen penyusunnya kayu tersusun dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Untuk mendegradasi komponen penyusun pada bahan makanannya seperti selulosa, rayap membutuhkan enzim selulase untuk menguraikan selulosa menjadi glukosa. Peranan mikroba selulolitik sangat diperlukan sebagai penghasil enzim selulase tersebut. Bakteri selulolitik yang berhasil diisolasi dari pencernaan rayap pembangun musamus meliputi genus Pseudomonas, Cellulomonas, Sporocytophaga dan Cytophaga (Dewi, dkk., 2010). Pemilihan konsorsium bakteri selulolitik tersebut dikarenakan memiliki potensi yang mampu mendegradasi selulosa dengan baik dan bakteri selulolitik tersebut memiliki simbiosis yang positif terhadap bakteri selulolitik lainnya. Hal tersebut dikarenakan bakteri selulolitik berasal dari saluran pencernaan rayap pembangun musamus yang bersimbiosis secara mutualisme di dalam saluran pencernaan rayap tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses degradasi tinja sapi antara lain perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dan lama waktu inkubasi. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian guna untuk mengetahui pengaruh perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi, lama waktu inkubasi dan kombinasi keduanya dalam degradasi tinja sapi menggunakan konsorsium bakteri selulolitik sehingga nantinya dapat digunakan sebagai bio-toilet pada tinja manusia.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi berpengaruh (TSS) oleh bakteri selulolitik? 2. Apakah lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi berpengaruh (TSS) oleh bakteri selulolitik? 3. Apakah kombinasi antara perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dan lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi berpengaruh terhadap penurunan kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid (TSS) oleh bakteri selulolitik? 1.3 Asumsi Penelitian Tinja sapi memiliki kandungan bahan organik yang tinggi terutama serat. Serat merupakan komponen yang kaya akan selulosa. Selulosa dapat didegradasi menjadi glukosa dengan bantuan enzim selulase. Enzim selulase dihasilkan oleh bakteri selulolitik. Rayap pembangun musamus merupakan hewan pemakan bahan tanaman yang mengandung selulosa didalamnya. Pada rayap terdapat bakteri, antara lain Cellulomonas sp., Cytophaga sp., Pseudomonas sp., dan Sporocytophaga sp. Bakteri tersebut termasuk bakteri selulolitik. Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi tinja sapi antara lain perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dan lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi. Parameter

6 yang digunakan adalah kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid Adanya bakteri selulolitik yang diisolasi dari pencernaan rayap pembangun musamus pada Taman Nasional Wasur Merauke mampu mendegradasi tinja sapi dengan indikasi penurunan kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid 1.4 Hipotesis Penelitian 1.4.1 Hipotesis kerja Jika perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi, lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi dan kombinasi keduanya berpengaruh terhadap degradasi tinja sapi oleh bakteri maka pemberian perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi, lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi dan kombinasi keduanya yang berbeda akan mempengaruhi kadar C-organik dan nilai TSS dalam degradasi tinja sapi oleh bakteri selulolitik. 1.4.2 Hipotesis statistik 1. H 0 : Tidak ada pengaruh perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi H 1 : Ada pengaruh perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi terhadap penurunan kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid 2. H 0 : Tidak ada pengaruh lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi

7 H 1 : Ada pengaruh lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi 3. H 0 : Tidak ada pengaruh kombinasi antara perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dengan lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi terhadap penurunan kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid H 1 : Ada pengaruh kombinasi antara perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dengan lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi (TSS) oleh bakteri selulolitik. 2. Mengetahui pengaruh lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi (TSS) oleh bakteri selulolitik. 3. Mengetahui pengaruh kombinasi antara perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dengan lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi terhadap penurunan kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid (TSS) oleh bakteri selulolitik.

8 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat bakteri selulolitik hasil isolasi dari pencernaan rayap pembangun musamus pada Taman Nasional Wasur Merauke yang memiliki kemampuan dalam mendegradasi tinja sapi dan dapat diaplikasikan penggunaannya sebagai bio-toilet.