Tabel 2.3 Pungsi Vena dengan Menggunakan Jarum Berlapis Kateter Plastik

dokumen-dokumen yang mirip
Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Standar Prosedur Operasional (SPO) yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN

Kebutuhan cairan dan elektrolit

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN FLEBITIS PADA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA PADA TANGAN DOMINAN DENGAN NONDOMINAN DI RUMAH SAKIT PARU

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Ade Indriya Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Januari : TASBI blok J No. 12, Medan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat inisaya sedang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

INJEKSI SUB CUTAN (SC)

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pasien yang membutuhkan akses vaskuler (Gabriel, 2008). Lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terapi intravena (IV) merupakan terapi medis yang dilakukan secara invasif

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

Pengertian Persiapan:

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

165

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

TEKNIK ASEPTIK. Sebelum melakukan preparasi sediaan steril hal-hal yang harus dilakukan adalah Cuci tangan Memakai APD Mengoperasikan LAF Mengusap LAF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT INFEKSI DAN TROPIS

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti)

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut :

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

PENUNTUN PEMBELAJARAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Tali Pusat Pada Janin

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kepada Yth. Pasien rawat inap ruang Pinus Rumah Sakit Eka Tangerang Selatan Di tempat. : Permohonan menjadi responden

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE ( NGT )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 SERI 2 KANULASI INTRAVENA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Praktek adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu


Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

STERILISASI & DESINFEKSI

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1. Keterampilan Menyuntik Rini Rachmawarni Bachtiar Baedah Madjid

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

Prosedur Pengukuran Tekanan Darah

Transkripsi:

100

101 Lampiran 1. Tabel 2.3 Pungsi Vena dengan Menggunakan Jarum Berlapis Kateter Plastik Langkah-Langkah 1. Observasi tanda dan gejala yang mengindikasikan keseimbangan cairan dan elektrolit a. mata cekung b. edema c. peningkatan atau penurunan berat tubuh lebih dari 2% d. membran mukosa kering e. vena leher datar atau disertai distensi f. hipotensi, takikardi g. nadi teratur h. krekels di paru-paru i. turgor kulit tidak elastis j. bising usus menurun, meningkat k. haluaran urin menurun l. perubahan perilaku m. kebingungan 2. Pelajari kembali program penggantian terapi yang ditetapkan dokter 3. Kumpulkan peralatan yang dibutuhkan untuk memulai pemasangan selang intravena a. larutan yang benar b. jarum yang sesuai c. set infus (bayi dan anak-anak membutuhkan infus dengan tetesan mikro (60 tetes/ml) dan sering juga membutuhkan peralatan pengontrol volume) d. selang iv e. alkohol dan swab pembersih yodium-povidin f. turniket g. papan penyangga lengan, jika dibutuhkan h. kasa atau balutan transparan dan larutan atau salep yodiumpovidin i. plester j. handuk untuk diletakkan di bawah tangan klien k. tiang IV l. sarung tangan sekali pakai Rasional Karena gangguan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi setiap sistem di dalam tubuh. Perawat harus mengkaji klien secara sistemis untuk mengindikasi kelainan yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, berat badan setiap hari mendokumentasikan adanya kehilangan cairan atau retensi yang terjadi. Perubahan berat badan sebesar 1 kg berhubungan dengan retensi atau kehilangan cairan satu liter Pungsi vena adalah suatu teknik invasif: cairan iv merupakan obatobatan. Keduanya memerlukan resep dokter dan harus dilakukan dengan teknik steril. Dengan memastikan bahwa larutan yang akan diberikan dengan benar dan dengan mempersiapkan peralatan akan membantu pemasangan selang infus yang cepat dan aman

102 m. Gown IV 4. Identifikasi klien dan jelaskan prosedur. Ganti gaun klien menjadi gaun khusus untuk tindakan iv 5. Atur peralatan di atas meja yang terpasang di samping tempat tidur atau meja di atas tempat tidur 6. Identifikasi vena yang dapat diakses untuk tempat pemasangan jarum iv atau kateter. a. Hindari daerah penonjolan tulang b. Gunakan vena di bagian yang paling distal terlebih dahulu c. Hindarkan pemasangan selang intravena di pergelangan tangan klien, daerah yang mengalami peradangan, di ruang interkubital, di ekstremitas yang sensasinya menurun atau di tangan yang dominan Mengurangi rasa cemas dan meningkatkan kerja sama. Membuat gaun lebih mudah dilepaskan. Mengurangi resiko kontaminasi dan kecelakaan Meningkatkan kemudahan pemasangan kateter atau jarum IV 7. Cuci tangan Mengurangi penularan mikroorganisme 8. Buka kemasan steril dengan Mempertahankan steriitas menggunakan teknik steril peralatan dan mengurangi penyebaranan mikroorganisme 9. Periksa larutan dengan Larutan intravena merupakan obatobatan menggunakan lima benar dan harus diperiksa dengan pemberian obat. Pastikan bahwa larutan telah dicampurkan dengan cermat untuk mengurangi resiko terjadinya kesalahan zat tambahan yang diresepkan seperti kalium dan vitamin jika diprogramkan Catatan: ketika menggunakan Memungkinkan pemasukan selang larutan IV di botol, lepaskan infus kedalam larutan. penutup logam dan cakram karet serta logam di bawah penutup tersebut. 10. Buka set infus, pertahankan strerilitas di kedua ujungnya 11. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat di bawah bilik tetesan dan gerakkan klem penggeser ke posisi penghentian aliran infus 12. Masukkan set infus ke dalam kantung cairan a. Lepaskan penutup pelindung dari kantung cairan IV tanpa menyentuh ujung tempat masuknya alat set infus Mencegah bakteri memasuki peralatan infus Jarak klem yang dekat dengan bilik tetesan memungkinkan pengaturan kecepatan aliran yang lebih akurat. Mencegah cairan dengan tidak sengaja tumpah dan mengenai klien, perawat, tempat tidur atau lantai Mempertahankan sterilitas larutan

103 b. Lepaskan penutup pelindung dari ujung insersi selang denan tidak menyentuh ujung insersi tersebut, kemudian masukkan ujung selang tersebut ke dalam ujung botol intavena yang terbuat dari karet hitam Memungkinkan larutan infus masuk ke dalam selang Mencegah kontaminasi larutan karena menyentuh ujung insersi selang yang terkontaminasi. 13. Isi selang infus; a. Tekan bilik tetesan kemudian lepaskan b. Buka pelindung jarum dan geser klem penggeser sehingga aliran infus dapat mengalir dari bilik tetesan melalui selang ke adapter jarum. Gerakkan kembali klem penggeser ke posisi penghentian aliran cairan setelah selang terisi. c. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara d. Ganti pelindung jarum Menghasilkan efek penghisap. Cairan memasuki bilik tetesan Mengeluarkan udara dari selang dan memungkinkan selang terisi oleh larutan Gelembung udara yang besar dapat menjadi emboli Mempertahankan sistem sterilitas 14. Pilih vena distal untuk digunakan Apabila terjadi sklerosis atau kerusakan pada vena, vena yang sama di daerah proksimal masih dapat digunakan 15. Apabila ditempat insersi jarum terdapat banyak bulu badan, gunting bulu-bulu tersebut 16. Apabila memungkinkan, letakkan ekstremitas pada posisi dependen (dalam keadaan ditopang sesuatu) 17. Pasang turniket 10 sampai 12cm di atas tempat insersi. Turniket harus menghambat aliran vena, bukan aliran darah arteri. Periksa denyut distal. 18. Pilih vena yang berdilatasi dengan baik. Metode untuk membuat vena berdilatasi adalah dengan memukul-mukul vena dari arah proksimal ke distal atau minta pasien mengepalkan dan membuka tangan atau dengan melakukan ketukan tingan di atas vena atau dengan memberi kompres hangat. Catatan: pastikan ujung adapter jarum set infus terletak tidak jauh dan berada di atas kasa atau handuk yang steril. Mengurangi resiko kontaminasi dari bakteri pada rambut. Juga membantu mempertahankan keutuhan balutan intravena dan membuat pelepasan plester tidak terlalu menimbulkan nyeri Memungkinkan dilatasi vena sehingga vena dapat dilihat Aliran arteri yang terhenti mencegah pengisian vena Meningkatkan dilatasi vena Memungkinkan penghubungan infus ke jarum dengan cepat dan lancar setelah vena dipungsi

104 19. Kenakan sarung tangan sekali pakai 20. Bersihkan tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi dan dengan gerakan sirkular dari tempat insersi ke daerah luar dengan menggunakan larutan yodiumpovidin. Biarkan sampai kering. Apabila pasien alergi terdahap yodium, gunakan alkohol 70% selama 30 detik. 21. Lakukan pungsi vena. Fiksasi vena dengan menempatkan ibu jari di atas vena dan dengan meregangkan kulit berlawanan dengan arah insersi 5-7cm, dari arah distal ke tempat pungsi vena. a. ONC: insersi bevel (bagian ujung jarum yang miring) dengan membentuk sudut 20-30 o, searah dengan aliran balik darah vena distal terhadap tempat pungsi vena yang sebenarnya b. Jarum kupu-kupu: tempatkan jarum dengan membentuk sudut 20-30 o dengan bevel di bagian atas, sekitar 1 cm dari arah distal ke tempat pungsi vena. 22. Lihat aliran balik melalui selang jarum kupu-kupu atau bilik aliran balik darah di ONC, yang mengindikasikan bahwa jarum telah memasuki vena. Rendahkan jarum samapai hampir menyentuh kulit. Masukkan lagi kateter sekitar seperempat inci ke dalam cena dan kemudian longgarkan stylet (bagian pangkal jarum yang dimasukkan ke vena). Lanjutkan memasukkan kateter yang fleksibel atau jarum kupu-kupu sampai hub berada di tempat pungsi vena. 23. Stabilkan kateter dengan salah satu tangan, lepaskan turniket dan lepaskan stylet dari ONC. 24. Hubungkan adapter jarum infus ke hub ONC atau jarum. Jangan sentuh titik masuk adapter jarum atau bagian dalam hub ONC. 25. Lepaskan klem penggeser untuk memulai aliran infus dengan Mengurangi pemaparan pada organisme HIV, hepatitis dan organisme lain yang dipenularan melalui darah Yodium-povidin merupakan antiinfeksi topikal yang mengurangi bakteri pada permukaan kulit. Supaya efektif, permukaan kulit harus kering. Memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi pararel dengan vena. Sehingga saat vena dipungsi, resiko menusuk vena sampai tembus ke luar berkurang. Tekanan vena yang meningkat akibat pemasangan turniket mengingkatkan aliran balik darah ke dalam selang atau ke dalam kateter. Stylet membantu menusuk kulit dan memasukkan kateter tetapi harus dilepaskan untuk menghindari tertusukya vena sampai tembus. Mengurangi aliran balik Dengan menghubungkan set infus dengan tepat, kepatenan vena dicapai. Mempertahankan sterilitas Memungkinkan aliran vena dan mencegah pembekuan vena serta

105 kecepatan tertentu untuk mempertahankan kepatenan selang intravena. 26. Fiksasi kateter iv atau jarum. a. Tempelkan plester kecil (1,25 cm) di bawah hub kateter dengan sisi perekat ke arah arah dan silangkan plester di atas hub. b. Berikan sedikit larutan atau salep yodium povidin pada tempat pungsi vena. Biarkan larutan mengering sesuai dengan kebijakan lembaga. c. Tempelkan plester kecil yang kedua, langsung silangkan ke hub kateter. d. Letakkan balutan transparan di atas tempat pungsi vena. Dengan mengikuti perunjuk pabriknya. Metode alternatif tempatkan kasa balutan berukuran 2 x 2 di atas tempat pungsi vena dan hub kateter. Jangan menutup hubungan antara selang intravena dan hub kateter. Fiksasi hubungan itu dengan dua lembar plester sepanjang 2,5 cm. Sarung tangan dapat dilepas supaya tidak menempel di balutan. e. Fiksasi selang infus ke kateter dengan sepotong plester berukuran 2,5 cm. 27. Tulis tanggal, waktu pemasangan selang IV, ukuran jarum dan tanda tangan serta inisial perawat pada balutan IV. 28. Atur kecepatan aliran untuk mengoreksi tetesan per menit. 29. Buang sarung tangan dan persediaan yang digunakan serta cuci tangan. 30. Observasi klien setiap jam untuk menentukan responnya terhadap terapi cairan: a. Jumlah larutan benar dan sesuai dengan program yang ditetapkan. b. Kecepatan aliran benar (tetes per menit) mencegah obstruksi aliran larutan iv Mencegah kateter lepas dari vena tanpa sengaja. Larutan atau salep yodium-povidin merupakan antiseptik topikal yang mengurangi bakteri pada kulit dan mengurangi resiko infeksi lokal atau sistemik. Apabila menggunakan balutan transparan, larutan yodiumpovidin direkomendasikan; salep mengganggu perekatan balutan pada kulit. Mencegah terlepasnya infus iv secara tidak sengaja Balutan transparan memungkinkan observasi tempat pungsi vena yang berkelanjutan. Memungkinkan mengganti selang infus tanpa menggangu balutan. Menstabilkan hubungan infus dengan kateter lebih lanjut. Memberikan data yang cepat tentang tanggal insersi iv dan dapat diketahui penggantian balutan selanjutnya. Mempertahankan kecepatan aliran larutan iv yang benar Mengurangi penularan mikroorganisme Memberikan evaluasi tipe dan jumlah cairan yang diberikan kepada klien secara berkesinambungan. Inspeksi per jam mencegah terjadinya beban cairan berlebihan tanpa sengaja atau dhidrasi yang tidak adekuat.

106 c. Kepatenan intravena d. Tidak terdapat infiltrasi, flebitis atau inflamasi 31. Tulis di catatan perawat tentang tipe cairan, tempat insersi, kecepatan aliran, ukuran dan tipe kateter IV atau jarum dan waktu infus dimulai. Catat respons terhadapa cairan IV, jumlah yang diinfuskan dan integritas seta kepatenan sistem IV, tergantung kebijakan lembaga. Mencatat dimulainya terapi IV sesuai program dokter. Dokumentasikan lanjutan memberikan data tentang respon terhadap terapi. Sumber: Fundamental Keperawatan edisi 4, Potter & Perry (2006)

107 Lampiran 2 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Kepada: Bapak/Ibu/sdr/i Responden Di tempat LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Tino Dianto NIM : 462008004 No. HP: 085727163053 adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang akan mengadakan penelitian dengan judul PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN FLEBITIS PADA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA PADA TANGAN DOMINAN DENGAN NONDOMINAN DI RUMAH SAKIT PARU dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perbandingan angka kejadian flebitis (peradangan pada tempat tusukan infus) pada pemasangan kateter intravena (selang infus yang dimasukkan ke tangan melalui tusukan) pada tangan dominan (tangan yang lebih kuat, sering dan nyaman digunakan untuk beraktivitas) dengan tangan nondominan (tangan yang lebih lemah, lebih jarang dan kurang nyaman digunakan untuk beraktivitas). Kelak penelitian ini diharap dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan dalam memasang infus agar dapat meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat pada umumnya. Penelitian ini tidak akan berefek buruk pada kesehatan Bapak/Ibu/sdr/i, hal ini dikarenakan peneliti hanya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/sdr/i untuk dilakukan pengecekan pada area tusukan infus setiap pagi hari sampai pada akhirnya infus dilepas.

108 Saya menjamin kerahasiaan dan segala bentuk informasi yang Bapak/ibu berikan dan apabila ada hal-hal yang ingin ditanyakan, saya memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya untuk meminta penjelasan dari peneiliti. Apabila Bapak/Ibu/sdr/i bersedia, mohon menandatangani lembar persetujuan. Salatiga, 2012 Peneliti, (Tino Dianto)

109 Lampiran 3 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti dan saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang berjudul PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN FLEBITIS PADA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA PADA TANGAN DOMINAN DENGAN NONDOMINAN DI RUMAH SAKIT PARU dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh peneliti, saya diharapkan untuk bersedia diperiksa kondisinya pada area tusukan infus. Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi, karena itu jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya. Saya mengetahui bahwa catatan data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan, semua berkas yang mencantumkan identitas saya akan dijaga kerahasiaannya, serta pada akhirnya akan dimusnahkan. Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya secara sukarela dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini tanpa ada unsur paksaan dari siapa pun. Salatiga, 2012 Responden, (...)

110 Lampiran 4 LEMBAR OBSERVASI Ruangan : Judul Penelitian : Perbandingan Angka Kejadian Flebitis pada Pemasangan Katheter Intravena pada Tangan Dominan dengan Nondominan di Rumah Sakit Paru dr.ario Wirawan Salatiga. No. Tgl. Inisial Jenis Kelamin Usia Ukuran kateter IV Tangan Terpasangnya kateter IV Dominan Nondominan Kanan Kiri Kanan Kiri Vena Terpasangnya Kateter IV

111 NO Pemasangan Infus Hari ke-, cairan infus yang diberikan (tpm), obat yang diberikan secara IV 1 2 3 3 5 6

112 Lampiran 5 SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN 112

113 Lampiran 6 SURAT IJIN PENELITIAN 113

114 Lampiran 7 SURAT PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN 114