Perencanaan Pengembangan Apron Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) E-12

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku Pada Apron Dengan Metode FAA, PCA dan LCN Dari Segi Daya Dukung: Studi Kasus Bandara Juanda

Dosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC )

Bandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM

BAB IV PENGOLAHAN DATA &ANALISIS. dengan menggunakan Program COMFAA 3.0 adalah sebagai berikut :

PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG: STUDI KASUS BANDARA JUANDA

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN

KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

OPTIMASI KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

Analisa Kekuatan Perkerasan Runway, Taxiway, dan Apron (Studi Kasus Bandar Udara Soekarno Hatta dengan Pesawat Airbus A-380)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-4 1

Perencanaan Bandar Udara

ANALISA PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) APRON BANDAR UDARA SULTAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) E-1

ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRON BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II MENGGUNAKAN METODE FAA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

TUGAS AKKHIR ANALISIS PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN APRON BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG DENGAN METODE FEDERATION AVIATION ADMINISTRATION

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

ANALISIS KINERJA GATE PADA TERMINAL KEBERANGKATAN DOMESTIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

ANALISIS TEBAL PERKERASAN APRON PADA BANDAR UDARA SENTANI BERBASIS JUMLAH DAN TIPE PESAWAT

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

EVALUASI RIGID PAVEMENT APRON BANDARA KALIMARAU BERAU DENGAN METODE FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

Analisis Perbandingan Material Slab Beton Pada Perkerasan Apron dengan Menggunakan Program Bantu Elemen Hingga

STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU (RUNWAY) PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUGAS AKHIR

parameter, yaitu: tebal /(bidang kontak)^ dan CBR/tekanan roda, serta memisahkan

PERENCANAAN SISTEM PENANGANAN BAGASI PADA TERMINAL 1B DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

Perencanaan Tahapan Pembangunan Fasilitas Terminal 3 Juanda Berdasarkan Pertumbuhan Penumpang

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN RUNWAY DAN TAXIWAY BANDARA KUALA NAMU, DELI SERDANG SUMATRA UTARA. DISUSUN OLEH : Aditya Imam Dwi Prastyo ( )

DESAIN TEBAL PERKERASAN DAN PANJANG RUNWAY MENGGUNAKAN METODE FAA; STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA TUANKU TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU. B U D I M A N 1 ARIFAL HIDAYAT, ST, MT 2 BAMBANG EDISON, S.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali,

Evaluasi dan Perencanaan Posisi Parkir Pesawat pada Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tingkat pelayanan (level of service) terminal dan apron Bandara. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

TUGAS AKHIR ANALISA KAPASITAS APRON DAN OPTIMALISASI PARKING STAND DI TERMINAL KARGO BANDAR UDARA SOEKARNO - HATTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Evaluasi Desain Terminal Penumpang Bandara New Yogyakarta International Airport

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SENTANI JAYAPURA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 19,45 km dari kota Jakarta yang memiliki koordinat 06 o Lintang

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI

ANALISIS TEBAL PERKERASAN APRON PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

BAB III METODE PERENCANAAN. Mulai. Perumusan masalah. Studi literatur. Pengumpulan data sekunder & primer. Selesai

PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG : STUDI KASUS BANDARA JUANDA

PENDAHULUAN Perkembangan teknologi di bidang transportasi semakin berkembang. Hal ini dikarenakan banyaknya aktivitas masyarakat dalam melakukan hubun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat

PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA RENDANI DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT

Dosen Konsultasi : Ir. Hera Widiastuti, MT. Ayu Aprilischa ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar III.1 Diagram Alir Program Penelitian

ANALISIS STRUKTUR PERKERASAN RUNWAY, TAXIWAY DAN APRON BANDAR UDARA DR. F.L. TOBING MENGGUNAKAN METODE UNITED STATES OF AMERICAN PRACTICE

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

TUGAS AKHIR AHMAD SAIFULLAH. Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan. Program Strata Satu (S-1) Teknik Sipil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA DI KABUPATEN NABIRE

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

ANALISIS KAPASITAS APRON: PERMSALAHAN DAN USULAN KONSEP DESAIN TERMINAL BARU PADA BANDAR UDARA INTERNATIONAL SULTAN HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

EVALUASI PENGGUNAAN APRON BANDAR UDARA ADI SUCIPTO YOGYAKARTA

STUDI PENGEMBANGAN SISI UDARA BANDAR UDARA MALI KABUPATEN ALOR UNTUK JENIS PESAWAT BOEING

ANALISIS PERKERASAN LANDAS PACU BANDARA SOEKARNO-HATTA MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FAARFIELD

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Bandara tersibuk di dunia tahun 2014 versi ACI

BAB III METODOLOGI. Sumber: UPT Bandar Udara H.AS. Hanandjoeddin, 2014

ANALISA INVESTASI PROYEK PERLUASAN APRON BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI KAPASITAS APRON TERMINAL 2 BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA AKIBAT PERPINDAHAN PESAWAT INTERNASIONAL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN. HALAMAN MOTTO. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI.. viii DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Berangkat Transit Total % Pertumbuhan

KAPASITAS LANDASAN PACU BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA JAKARTA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk kemudian diolah

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA KUABANG KAO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA

Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH BEBAN PESAWAT BOEING B ER TERHADAP TEBAL PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ICAO (International Civil Aviation Organization)

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Perencanaan Pengembangan Apron Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya Rifdia Arisandi, dan Ir. Hera Widiyastuti, MT., Ph.D. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: hera@ce.its.ac.id Abstrak Apron merupakan salah satu komponen utama dalam sistem bandar udara. Kinerja apron ini perlu dievaluasi secara berkala seiring dengan pertambahan jumlah masyarakat yang menggunakan pesawat terbang sebagai salah satu moda transportasi. Apron yang tersedia harus dapat melayani kebutuhan gate pesawat agar tidak terjadi kejenuhan yang mana dapat mengakibatkan keterlambatan pesawat. Kemampuan apron untuk melayani kebutuhan gate pesawat berkaitan pula dengan fasilitas sisi udara yang lain yaitu runway dan exit taxiway. Sehingga perlu dianalisis pula untuk pengembangan runway dan exit taxiway. Dengan data pergerakan pesawat yang didapat, dilakukan perhitungan forecasting peak hour rencana di Tahun 2022. Setelah itu dilakukan perhitungan desain, dimensi, dan perkerasan untuk apron, runway, dan exit taxiway. Seluruh perhitungan berdasarkan metode dari Federal Avioation Association (FAA). Dalam perhitungan perkerasannya, untuk apron digunakan metode Rigid Pavement sedangkan untuk runway dan taxiway digunakan metode Flexible Pavement. Dari hasil perhitungan, didapatkan peak hour rencana di Tahun 2022 sebesar 51 pergerakan. Pengembangan apron yang perlu dilakukan adalah penambahan jumlah gate position menjadi 39 buah, dengan luas apron rencana 1691,36 meter 124 meter. Perkerasan apron menggunakan tebal slab 43 cm dan tebal subbase 16 cm. Penulangan slab beton menggunakan tulangan 8D19-12, serta dowel dengan panjang 51 cm dan spasi arah longitudinal dan transversal 46 cm. Pengembangan fasilitas sisi udara meliputi pula pengembangan runway dan exit taxiway. Didapatkan dimensi rencana runway adalah 3925 meter 45 meter. Untuk perkerasannya, runway dan exit taxiway menggunakan tebal perkerasan total 115 cm. Sedangkan untuk exit taxiway direncanakan penambahan jumlah exit taxiway menjadi 6 buah. Terdapat empat exit taxiway 30⁰ dan dua exit taxiway 90⁰ di setiap ujung runway. Kata kunci: Bandar Udara Internasional Juanda, Forecasting, Peak-Hour rencana, Pesawat rencana. I. PENDAHULUAN aat ini masyarakat cenderung menginginkan sarana transportasi yang cepat dan aman. Apabila kita tinjau Sdari dua hal tersebut, transportasi udara adalah pilihan yang tepat. Ditinjau dari waktu tempuh perjalanan, transportasi udara jelas lebih unggul bila dibandingkan dengan jenis transportasi yang lain. Peningkatan kebutuhan akan angkutan udara akan mengakibatkan terjadinya peningkatan penggunaan airside bandara. Hal ini mendorong penulis melakukan pengkajian penggunaan dan perencanaan pengembangan salah satu sistem dalam airside bandara yaitu apron sebagai lokasi parkir pesawat, dengan mengambil lokasi studi di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Sebelumnya telah dilakukan studi yang mengkaji tentang apron Bandar Udara Internasional Juanda dengan forecasting hingga 2022. Dari hasil forecasting yang dilakukan dalam studi yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan data untuk tahun 2013 sebesar 3.826.028 penumpang, 22.989.652 kg bagasi, 43.648.074 kg kargo, dan 3.333.421 kg pos [1]. Namun berdasarkan hasil rekap data dari pihak Angkasa Pura I sebagai operator Bandar Udara Internasional Juanda, didapatkan data 10.777.5250 penumpang, 94.694.031 kg bagasi, 77.955.110 kg kargo, dan 1.464.052 kg pos [2]. Dari sini dapat dilihat bahwa terdapat ketidaksesuaian antara forecasting yang telah dilakukan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Perbedaan nilai dari dua data tersebut cukup jauh. Diperlukan perhitungan yang lebih bak lagi sehingga dapat menghasilkan hasil forecasting yang lebih akurat pula, yang mana hasil tersebut akan digunakan dalam melakukan desain pengembangan apron. Selain itu, peranan apron sebagai tempat parkir pesawat sangatlah penting. Kapasitas apron harus dapat melayani seluruh pesawat yang datang, apabila pesawat tidak dapat dilayani maka akan terjadi penumpukan. Hal ini akan mengakibatkan keterlambatan jadwal penerbangan dan menurunkan tingkat pelayanan bandara. Pada saat ini kapasitas apron Bandara Juanda adalah 27, namun di beberapa kondisi peak hour terjadi penumpukan pesawat di apron akibat kejenuhan kapasitas apron. Contohnya pada tanggal 12 dan 14 Oktober 2011, pesawat yang menggunakan apron sebanyak 29 buah [3]. Maka dapat kita simpulkan perlu dilakukan evaluasi mengenai kinerja penggunaan apron dan kemungkinan kinerjanya selama beberapa tahun mendatang agar bisa didapat suatu solusi yang tepat untuk mengatasi peningkatan kebutuhan pesawat. II. METODOLOGI A. Persiapan Memmpelajari latar belakang dan permasalahan yang ada di apron Bandar Udara Juanda. B. Studi Literatur Mempelajari dasar teori dan rumus yang akan dipakai dalam pengerjaan perencanaan pengembangan apron. C. Pengumpulan dan Analisis Data a. Data Primer Untuk mendapatkan data primer, dilakukan survey secara langsung di area apron bandara. Data yang perlu untuk disurvey adalah jumlah pemakaian gate position dan lama parkir pesawat.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2 b. Data Sekunder Data sekunder yang digunakan merupakan data yang didapatkan dari PT Angkasa Pura 1 dan Dinas Perhubungan Cabang Surabaya. D. Analisa Data dan Forecasting a. Peak hour penumpang dan pesawat rencana Dari data penumpang dan pergerakan pesawat selama 5 tahun yang telah didapat sebelumnya, dilakukan analisa dan forecasting dengan metode linier. b. Estimasi kapasitas runway rencana Estimasi dilakukan dengan metode dari FAA yaitu PHOCAP (Practically Hourly Capacity), dengan langkah kerja sebagai berikut : 1. Mencari harga kapasitas dasar runway/jam. 2. Presentase kedatangan pergerakan pesawat. 3. Faktor tak menentu 4. Faktor exit taxiway E. Perhitungan Perencanaan Apron Dalam perencanaan kebutuhan apron, dilakukan perhitungan perencanaan struktur atas dan perkerasan apron sebagai berikut : a. Perencanaan airside bandara Untuk memfasilitasi apron rencana, maka perlu dilakukan perhitungan rencana airside bandara. Yang perlu ditinjau adalah runway dan taxiway. b. Jumlah gate position Perhitungan gate position mempertimbangkan hasil estimasi kapasitas maksimum runway. Untuk jumlah gate position dihitung berdasarkan jumlah gerakan peak hour pesawat rencana dan lama waktu parkir pesawat. Lahan yang akan digunakan untuk pengembangan apron terdapat di sisi timur bandara. c. Konsep apron Dalam penetuan konsep apron, poin-poin yang harus diperhatikan adalah : 1. Konfigurasi terminal 2. Karakteristik fisik pesawat 3. Pemilihan cara parkir 4. Pengaruh jet blast, diving, 5. Manuver pesawat menuju tempat parkir, power in & power out/power in-push d. Dimensi apron Untuk melakukan perhitungan dimensi luas apron, poin-poin yang harus diperhatikan adalah : 1. Jumlah gate position 2. Sistem parkir pesawat 3. Pergerakan pesawat in/out 4. Batas kawasan ruang udara bebas rintangan e. Fasilitas apron f. Perkerasan apron Perkerasan apron menggunakan metode rigid pavement dari FAA. Berikut ada langkah pengerjaannya : 1. Tentukan roda pendaratan utama 2. Tentukan jenis pesawat rencana 3. Tentukan beban roda pendaratan utama pesawat 4. Tentukan nilai ekivalen keberangkatan tahunan pesawat rencana 5. Menentukan tebal perkerasan total. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan Data Ground Handling Untuk mendapatkan nilai rata-rata ground handling dan nilai standar deviasi menggunakan persamaan sebagai berikut: Tujuan dari perhitungan nilai rata-rata adalah untuk mengetahui durasi rata-rata yang diperlukan oleh sebuah pesawat untuk menjalankan setiap aktivitas. Sedangkan tujuan dari perhitungan nilai standar deviasi adalah untuk mengetahui homogenitas kelompok dari sebaran data yang ada. Rangkuman perhitungan standar deviasi durasi masingmasing dan total kegiatan ground handling dapat dilihat pada Tabel 1. Dari nilai standar deviasi yang didapat dapat membuktikan bahwa durasi aktifitas setiap pesawat cukup bervariasi (tidak sama) oleh karena itu digunakan nilai ratarata durasi ground handling pada Tabel 2. Tabel 1. Rangkuman Nilai Standar Deviasi Kegiatan Ground Handling No. Kegiatan Standar Deviasi 1 Block On 0,536 2 Menurunkan Bagasi 0,679 3 Menaikkan Bagasi 0,823 4 Pembersihan 0,545 5 Pengisian Bahan Bakar 0,544 6 Pengadaan Makanan 0,651 7 Boarding 0,638 Total 0,89 Tabel 2. Nilai Rata-Rata Durasi Ground Handling Lama Ground Handling (menit) Jumlah Pesawat x.y (menit) x y 38 2 76 39 1 39 40 4 160 41 7 287 42 7 294 43 4 172 44 3 132 45 7 315 Total 35 1475 42,14 Dari Tabel 2. diketahui durasi ground handling pesawat selama 38-45 menit dengan waktu ground handling rata-rata 42,14 menit. Berdasarkan nilai sebaran (standar deviasi) dan plotting aktifitas ground handling, digunakan batas sebagai durasi ground handling pesawat yaitu 45 menit. Durasi inilah yang nantinya akan digunakan sebagai dasar pada perhitungan perencanaan jumlah gate position. B. Pengumpulan dan Pengolahan Data Forecasting Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Jadi nilai Y dipengaruhi dan ditentukan oleh nilai X, namun tidak berlaku sebaliknya. Metode regresi linier ini hanya memiliki satu variabel bebas. Bentuk umum persamaan regresi linier: Y i = a + b X i ; i = 1, 2,... N Dimana: Y = variabel terikat (dependent variable) X = variabel tidak terikat (independent variable)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3 a, b = parameter regresi i = pengamatan yang ke - i N = banyaknya pengamatan Berdasarkan perhitungan regresi linier didapatkan persamaan Y i = 74703 + 3595 X i untuk pesawat Kelas III-C. Hasil forecasting didapatkan jumlah pergerakan pesawat Kelas III-C di tahun rencana (Tahun 2022) sebesar 139.420. Dan untuk pesawat Kelas V-E, didapatkan persamaan Y i = 3428 + 164,96 X i. Hasil forecasting didapatkan jumlah pergerakan pesawat Kelas V-E di tahun rencana (Tahun 2022) sebesar 6.398. C. Peak Hour Rencana Mencari Peak Month Movement Untuk mendapatkan peak month ratio adalah mencari nilai perbandingan antara volume pergerakan bulanan dengan volume tahunan tahun yang ditinjau. Dari rekapitulasi dari pergerakan peak month dan pergerakan tahunan dari Tahun 2005-2011 didapatkan peak month ratio yang paling besar untuk pesawat Kelas III-C sebesar 0,097 dan pesawat Kelas V-E sebesar 0,98. Nilai inilah yang digunakan untuk menghitung peak month movement berdasarkan kelas pesawat sebagai berikut: Peak Month Movement Pesawat Kelas III-C = Pergerakan pesawat di Tahun 2022 * peak month ratio = 139.420 * 0,097 = 13219 pergerakan Peak Month Movement Pesawat Kelas V-E = Pergerakan pesawat di Tahun 2022 * peak month ratio = 6.398 * 0,098 = 607 pergerakan Mencari Peak Day Movement Seperti halnya perhitungan sebelumnya, perlu diketahui terlebih dahulu peak day ratio. Untuk mendapatkan peak month ratio adalah mencari nilai perbandingan antara volume pergerakan harian tersibuk (peak day) dengan volume bulan tersibuk (peak month) dari Tahun 2005-2011. Berdasarkan perhitungan peak month ratio diketahui bahwa Bulan Desember 2011 adalah peak month dengan volume pergerakan maksimum dalam satu hari untuk pesawat Kelas III-C adalah 188 pergerakan dan pesawat Kelas V-E adalah 8 pergerakan. Didapatkan peak month ratio pesawat Kelas III-C adalah 0,0187 dan pesawat Kelas V-E adalah 0,019. Nilai inilah yang digunakan untuk menghitung peak day movement berdasarkan kelas pesawat sebagai berikut: Peak Month Movement Pesawat Kelas III-C = peak month movement * peak day ratio = 13219 * 0,0187 = 235 pergerakan Peak Month Movement Pesawat Kelas V-E = peak month movement * peak day ratio = 607 * 0,019 = 11 pergerakan Nilai inilah yang digunakan untuk menghitung peak hour movement berdasarkan kelas pesawat sebagai berikut: Peak Hour Movement Pesawat Kelas III-C = peak day movement * peak hour ratio = 235 * 0,204 = 48 pergerakan Peak Hour Movement Pesawat Kelas V-E = peak day movement * peak hour ratio = 11 * 0,294 = 4 pergerakan Jadi, peak hour rencana di Tahun 2022 untuk pesawat Kelas III-C adalah 48 pergerakan dan pesawat Kelas V-E adalah 3 pergerakan. Total peak hour rencana di Tahun 2022 sebesar 51 pergerakan. D. Estimasi Kapasitas Runway Perencanaan kapasitas runway menurut FAA adalah berdasarkan perhitungan Practically Hourly Capacity atau PHOCAP [4]. Langkah-langkah perhitungan PHOCAP berdasarkan beberapa hal yang harus ditunjau, yaitu harga exit rating, runway rating dan rasio kedatangan/keberangkatan, Mix Index (MI), dan persentase kedatangan. Perhitungan Estimasi Kapasitas Runway ini berdasarkan kondisi kondisi VFR (Visual Flight Rules) dan kondisi IFR (Instrument Flight Rules). Dari hasil perhitungan didapatkan nilai pergerakan kondisi VFR sebesar 56 dan kondisi IFR sebesar 53. E. Perhitungan Airside Pengembangan Apron a. Jumlah Gate Position Jumlah gate position eksisting Bandar Udara Juanda adalah 27 buah. Berdasarkan data sekuder mengenai jumlah pemakaian apron di Tahun 2011, diketahui bahwa jumlah gate position maksimal yang dibutuhkan pada saat peak hour sebesar 29 buah, dengan rincian 27 gate position digunakan untuk pesawat Kelas III-C dan 2 gate position digunakan untuk pesawat Kelas V-E. Untuk mengetahui jumlah gate position di Tahun 2022 dilakukan dengan metode perbandingan jumlah pergerakan pesawat di tahun yang ditinjau dengan jumlah pergerakan pesawat dan jumlah gate position yang digunakan di tahun 2011. Dari Tabel 3. diketahui di Tahun 2022 dibutuhkan 36 gate untuk pesawat Kelas III-C. Dan dari Tabel 4. diketahui di Tahun 2022 dibutuhkan 3 gate untuk pesawat Kelas V-E. Berikut ini adalah langkah perhitungannya: Untuk pesawat Kelas III-C Data di Tahun 2011: Jumlah penggunaan gate position = 27 gate Jumlah pergerakan pesawat = 103.570 pergerakan Contoh perhitungan : Y 2013 = = 28 gate Y 2014 = Y 2022 = = 29 gate = 36 gate Mencari Peak Hour Movement Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa nilai peak day untuk pesawat Kelas III-C adalah 188 pergerakan dan pesawat Kelas V-E adalah 8 pergerakan. Nilai peak hour Kelas III-C adalah 27 pergerakan dan pesawat Kelas V-E adalah 2 pergerakan. Didapatkan peak hour ratio pesawat Kelas III-C yaitu 0,204 dan pesawat Kelas V-E yaitu 0,25.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4 Tabel 3. Jumlah Gate Position yang Dibutuhkan Untuk Pesawat III-C Tahun ke Tahu n Jumlah Pergerakan Tahunan Jumlah Gate yang Dibutuhkan 1 2005 82.960 22 2 2006 82.338 21 3 2007 83.374 22 4 2008 82.856 22 5 2009 90.104 23 6 2010 98.392 26 7 2011 103.570 27 8 2012 103.466 27 9 2013 107.062 28 10 2014 110.657 29 11 2015 114.253 30 12 2016 117.848 31 13 2017 121.443 32 14 2018 125.039 33 15 2019 128.634 34 16 2020 132.229 34 17 2021 135.825 35 18 2022 139.420 36 Untuk pesawat Kelas V-E Data di Tahun 2011: Jumlah penggunaan gate position = 2 gate Jumlah pergerakan pesawat = 4.752 pergerakan Contoh perhitungan : Y 2013 = = 2 gate Y 2014 = Y 2022 = = 2 gate = 3 gate Tabel 4. Jumlah Gate Position yang Dibutuhkan Untuk Pesawat V-E Tahu n ke Tahu n Jumlah Pergerakan Tahunan Jumlah Gate yang Dibutuhkan 1 2005 3.806 2 2 2006 3.778 2 3 2007 3.825 2 4 2008 3.802 2 5 2009 4.134 2 6 2010 4.514 2 7 2011 4.752 2 8 2012 4.748 2 9 2013 4.913 2 10 2014 5.078 2 11 2015 5.243 2 12 2016 5.408 2 13 2017 5.573 2 14 2018 5.738 2 15 2019 5.903 2 16 2020 6.068 3 17 2021 6.233 3 18 2022 6.398 3 Selain menghitung dengan metode forecasting, perlu dilakukan perhitungan pembanding dengan beberapa metode seperti yang terlihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil perhitungan gate position dengan empat metode, digunakan jumlah gate position berdasarkan hasil perhitungan Metode Forecasting dan Metode Horonjeff sebesar 39 gate. Kedua metode tersebut memiliki jumlah gate position terbesar dan memiliki hasil yang sama. Tabel 5. Rekapitulasi Jumlah Gate Position Metode Rumus Jumlah Gate Keterangan Horonjeff Piper Six Frederick Snow & Partners G = (V T)/U n = m q t n = 1,1 m Kelas III-C 36 G =Jumlah gate V = Vol. pergerakan Kelas V-E 3 kedatangan T = Waktu parkir U = Faktor pemakaian gate Kelas III-C 28 n =Jumlah gate m = Vol. Pergerakan Kelas V-E 2 pesawat q = Proporsi kedatangan T = Waktu parkir Kelas III-C 32 n =Jumlah gate Kelas V-E 2 m = Vol. pergerakan kedatangan b. Perhitungan Dimensi Apron Dalam melakukan desain dimensi apron terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan karena hal-hal ini menjadi dasar acuan perhitungan dimensi apron [5] namun yang paling utama adalah karakteristik pesawat rencana. Digunakan pesawat B-738 sebagai pesawat rencana Kelas III-C dan pesawat B-747 sebagai pesawat rencana kelas V-E. Tabel 6. adalah ukuran karakteristik pesawat B- 738 dan B-747. Tabel 6. Ukuran Karakteristik Pesawat B-738 dan B-747 KLASIFIKASI PESAWAT TIPE PESAWAT BENTANG SAYAP (M) PANJANG BADAN (M) TOTAL GATE POSITION III-C B-738 35,8 39,5 36 (32 linear menghadap gedung terminal, 4 linear berlawana gedung terminal) V-E B-747 79,75 72,73 3 Perhitungan luas apron menggunakan rumus berdasarkan FAA sebagai berikut: Luas Apron = panjang apron (banyak gate lebar gate) = (L + Cb + Asv + P) (G (W + (0,1 W) + Cw)) Dimana: L = panjang badan pesawat W = bentang sayap pesawat Cb = area bebas antara ujung pesawat dengan gedung terminal Cw = area bebas antar ujung sayap pesawat Asv = area bebas untuk mobil service pesawat P = area traktor sebagai alat bantu push-out pesawat Untuk Pesawat Kelas III-C Luas Apron = (L + Cb + Asv + P) (G (W + (0,1 W) + Cw)) = (39,5 + 4,5 +3,7 + 9,2) (32 (35,8 + (0,1 35,8) + 4,5)) = (57 1404,16) meter Untuk Pesawat Kelas V-E Luas Apron

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5 = (L + Cb + Asv + P) (G (W + (0,1 W) + Cw)) = (72,73 + 8 + 3,7 + 9,2) (3 (79,75 + (0,1 79,75) + 8)) = (93,63 287,2) meter Setelah itu dilakukan perhitungan panjang total. Panjang apron total adalah panjang apron yang dibutuhkan pesawat Kelas III-C dan pesawat Kelas V-E. Sedangkan untuk lebar apron, dipilih lebar apron yang memiliki nilai paling besar. Maka lebar apron digunakan lebar apron pesawat Kelas V-E. Luas apron eksisting Bandara Juanda adalah 124 meter 1036,5 meter. Sedangkan dari hasil perhitungan luas apron rencana di Tahun 2022 adalah 124 meter 1691,36 meter. Dapat disimpulkan bahwa untuk lebar apron eksisting masih dapat mencukupi lebar apron yang dibutuhkan sesusai pesawat rencana. Namun, perlu dilakukan penambahan panjang apron sebesar 654,86 meter. c. Perhitungan Tebal Perkerasan Untuk menentukan tebal perkerasan apron menggunakan metode rigid pavement [6]. Perkerasan ini terdiri dari lapisan surface berupa slab beton dan subbase. Berikut ini adalah perhitungan tebal perkerasan apron: Mencari nilai Equivalent Gear Departure (R 2 ) yang mana hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7. Persamaan yang digunakan: R 2 = faktor pengali untuk keberangkatan average annual kedatangan = 1,7 897 = 1.525 Mencari Load (W 2 ), digunakan persamaan: W 2 = MTOW W 2 = 61750 Mencari Load Rencana (W 1 ), digunakan nilai wheel load terbesar Equivalent Annual Departure, digunakan persamaan: Log R 1 = Log R 2 [W 2 /W 1 ] = Log 1.525 [61750/98918,8] R 1 = 3.047,98 Tipe Pesawat ATR-72 A-320 A-330 A-332 A-333 B-732 B-733 B-734 B-735 B-738 B-739 B-747 F-100 MD-80 MD-82 MD-90 Tabel 7. Rekapitulasi Equivalent Gear Departure (R 2) Gear Type Double Av. Annual Depart ure MTOW (lbs) Equivalent Gear Departure (R2) Load (lbs) (W2) Load Design Aircraft (lbs) (W1) Eq. Ann. Departure Design Aircraft 4.485 49604 4.485 11781 98918,8 18,197 7.026 170000 7.026 40375 98918,8 287,078 897 520000 1.525 61750 98918,8 327,340 523 507000 889 60206 98918,8 199,986 897 530000 1.525 62938 98918,8 345,939 7.045 174200 11.977 20686 98918,8 73,282 18.207 174200 30.951 20686 98918,8 113,240 14.111 174200 23.989 20686 98918,8 100,693 489 174200 832 20686 98918,8 21,627 9.194 174200 15.630 20686 98918,8 82,794 14.501 174200 24.652 20686 98918,8 101,859 1.794 833000 3.050 98919 98918,8 3.047,894 747 101000 747 23988 98918,8 26,001 897 140000 897 33250 98918,8 51,522 523 149500 523 35506 98918,8 42,559 448 168000 448 39900 98918,8 48,305 Total= 4.888,316 Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan besar nilai Equivalent Annual Departure (R 1 ) yaitu 4.888 dengan pesawat rencana B-747. Maka, karakteristik pesawat B-747 yang nantinya digunakan sebagai dasar perhitungan tebal perkerasan. Data perencanaan rigid pavemet adalah sebagai berikut: Gross weight dual tandem aircraft (B-747) = 833.000 lb Subgrade K (rencana) = 300 pci Subgrade Soil = ML Concrete Flexural Strength = 600-650 psi (digunakan 600 psi) Tebal subbase (rencana) = 6 inchi (minimal 4 inchi) 1.) Mendapatkan nilai K On Top Of Subbase (lb/in 3 ) Memplotkan besar tebal lapisan subbase rencana (6 inchi) pada Gambar 5.4., ditarik garis vertikal ke atas hingga bertemu dengan nilai K=300. Titik pertemuannya ditarik garis horizontal ke kiri sehingga mendapatkan nilai K On Top Of Subbase 380 lb/in 3. Gambar 5.5. K On Top Of Subbase (Sumber: FAA, 2010) 2.) Mencari Tebal Slab Beton Dengan Gambar 1. memplotkan Concrete Flexural Strength (600 psi) dan ditarik garis horizontal ke kanan bertemu dengan nilai K=300, gross weight (833.000 lb, dan nilai annual departures yang digunakan adalah 4.888 pergerakan maka digunakan tebal slab beton dengan asumsi annual departures 6000 pergerakan, sehingga tebal slab beton adalah 16,9 inchi = 43 cm Gambar 1. Tebal Slab Beton (Sumber: FAA, 2010) Setelah mendapatkan tebal slab beton, dilakukan perhitungan penulangan perkerasan sebagai berikut: Direncanakan: Panjang slab beton (L) = 5 meter = 16,40 ft (berdasarkan Tabel 5.8)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6 Jarak construction joint = 5 meter (berdasarkan Tabel 5.8) Tebal slab beton (t) = 43 cm = 16,93 in Tegangan tarik ijin (fs) = 3200 kg/cm 2 = 45515 lb/in 2 Tekanan ban = 185 psi Direncanakan tulangan diameter 19 mm Jumlah tulangan (n) = Digunakan 8D19 Maka dapat disimpulkan bahwa, perkerasan apron menggunakan tebal slab beton 16,9 inchi = 43 cm dengan tulangan 8D19-12 dan tebal subbase 6 inchi = 15,24 cm. Sebagai penyambung antara slab beton, berdasarkan Tabel 8 dibutuhkan dowel yang mana untuk tebal slab beton sebesar 17 inchi digunakan dowel dengan diameter 40 mm, panjang 510 mm, dan spasi ke arah longitudinal dan transversal sebesar 460 mm. Tabel 8. Ketentuan Dimensi dan Spasi Dowel Tebal Slab Beton Diameter Panjang Spasi 6-7 in (150-180mm) 3/4in (20mm) 8-12 in (210-305mm) 1 in (25mm) 13-16 in (330-405mm) 1,25 in (30mm) 17-20 in (430-510mm) 1,5 in (40mm) 21-24 in (535-610mm) 2 in (50mm) 18 in (460mm) 19 in (480mm) 20 in (510mm) 20 in (510mm) 24 in (610mm) 12 in (305mm) 12 in (305mm) 15 in (380 mm) 18 in (460mm) 18 in (460mm) Pengembangan Runway Berdasarkan hasil perhitungan panjang runway rencana [7] didapatkan dimensi runway: 3925 meter 45 meter (single runway). Sedangkan untuk dari perhitungan perkerasan runway yang menggunakan metode Flexible Pavement [8], didapatkan tebal masing-masing lapisan sebagai berikut: Lapisan surface : 5 inchi = 13 cm Lapisan subbase : 24,5 inchi = 62 cm Lapisan base : 15,5 inchi = 40 cm Total tebal perkerasan (T) : 45 inchi = 115 cm Pengembangan Exit Taxiway Direncanakan exit taxiway dengan lebar 30 meter dan sudut 30⁰. Pemilihan besar sudut tersebut berdasarkan ketentuan FAA, yang mana besar sudut tersebut merupakan besar sudut terbaik yang dapat memfasilitasi pesawat dengan kecepatan hingga 60 mph. Berdasarkan hasil perhitungan exit taxiway rencana [9], didapatkan letak exit taxiway dari Threshold seperti pada Tabel 9. No. Tabel 9. Letak Exit Taxiway Rencana Jarak dari Threshold RW 10 RW 28 Sudut Exit Speed (mph) 1 0 3925 90⁰ 15 2 925 3000 30⁰ 15 3 1500 2425 30⁰ 15 4 2425 1500 30⁰ 15 5 3000 925 30⁰ 15 6 3925 0 90⁰ 15 Perkerasan exit taxiway dan taxiway paralel: Flexible Pavement, dengan tebal masing-masing lapisan sebagai berikut: Lapisan surface : 5 inchi = 13 cm Lapisan subbase : 24,5 inchi = 62 cm Lapisan base : 15,5 inchi = 40 cm Total tebal perkerasan (T) : 45 inchi = 115 cm IV. KESIMPULAN Dari hasil perhitungan, didapatkan peak hour rencana di Tahun 2022 sebesar 51 pergerakan. Pengembangan apron yang perlu dilakukan adalah penambahan jumlah gate position menjadi 39 buah, dengan luas apron rencana 1691,36 meter 124 meter. Perkerasan apron menggunakan tebal slab 43 cm dan tebal subbase 16 cm. Penulangan slab beton menggunakan tulangan 8D19-12, serta dowel dengan panjang 51 cm dan spasi arah longitudinal dan transversal 46 cm. Pengembangan fasilitas sisi udara meliputi pula pengembangan runway dan exit taxiway. Didapatkan dimensi rencana runway adalah 3925 meter 45 meter. Untuk perkerasannya, runway dan exit taxiway menggunakan tebal perkerasan total 115 cm. Sedangkan untuk exit taxiway direncanakan penambahan jumlah exit taxiway menjadi 6 buah. Terdapat empat exit taxiway 30⁰ dan dua exit taxiway 90⁰ di setiap ujung runway. DAFTAR PUSTAKA [1] A. Kiswari. 1994. Perencanaan Pengembangan Apron Dan Gedung Terminal Bandar Udara Juanda Surabaya Hingga 2013. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil ITS. 34-35. [2] Angkasa Pura I. 2011. Laporan Pergerakan Pesawat Tahunan, Surabaya: Angkasa Pura I. [3] Angkasa Pura I. 2011. Laporan Pergerakan Pesawat Bulan September 2011, Surabaya: Angkasa Pura I. [4] N. Ashford. 2012. Airport Engineering, United State: John Wiley and Sons. Inc. 254-255. [5] R. Horonjeff. 1994. Planning and Design of Airport United States: McGraw Hill. 252-254. [6] R. Horonjeff. 1994. Planning and Design of Airport United States: McGraw Hill. 268-269. [7] N. Ashford. 2012. Airport Engineering, United State: John Wiley and Sons. Inc. 312-318. [8] N. Ashford. 2012. Airport Engineering, United State: John Wiley and Sons. Inc. 238-240.