BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di Indonesia cukup menarik banyak perhatian

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (DBL) Indonesia, setelah berakhirnya babak Championship Series di Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat dari ajang SEA GAMES era an, Indonesia sering mendapat posisi juara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan futsal ditandai dengan banyak didirikannya lapangan. futsal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta sejak tahun 2000.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki pulau yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2014 PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK UPI

ASPEK PSIKOLOGI DALAM PEMBINAAN ATLET TENIS MEJA. A.M. Bandi Utama, M,Pd. FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh suatu fungsi alat-alat tubuh yang dapat bekerja dengan normal dan

BAB I PENDAHULUAN. FIDE (Federation Internasional Des Echecs). Hingga sekarang FIDE. mencapai 156 federasi dari seluruh dunia.

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia kapan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahayu Nuryaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. National Basket League (NBL) terjadi peningkatan jumlah penonton sebanyak 30% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Gulat adalah olahraga beladiri yang memiliki ciri khas tersendiri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk menjaga kondisi fisik agar tetap fit dan bisa bekerja lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013

PROGRAM LATIHAN JANGKA PANJANG (5 TAHUN 12 TAHUN)

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENGGUGAH MOTIVASI ATLET

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Berdasarkan data dari KONI, PON terakhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat faktor tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. regional dari suatu masyarakat/bangsa (Nauright, 2004). Lippe (2002) & Horne

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP HASIL TES KETEPATAN JUMP SERVE BOLAVOLI. (Studi Pada Tim Bolavoli Putra SMK PGRI 3 Kediri Tahun Ajaran )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gulat merupakan salah satu jenis olahraga yang tertua. Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

Oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd. l.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA. Oleh: KOMARUDIN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

KETAHANAN MENTAL Pengantar Ketahanan Mental Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga adalah unit terkecil dalam lingkungan masyarakat. Keluarga juga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari perilaku. Maka dari itu olahraga merupakan bidang yang tidak bisa

Persiapan Tim Hockey Jabar Menuju PON 2008

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan modern. Hal ini ditunjukkan dengan adanya minat untuk memandang olahraga dari berbagai sudut pandang, dalam kasus ini adalah pendekatan ilmiah. Dengan berolahraga, manusia akan menjadi sehat dan kuat, baik secara jasmani maupun rokhani, serta dapat memberikan dampak positif pada individu seperti peningkatan tanggung jawab, kejujuran dalam bermain, kerjasama, memperhatikan orang lain, kepemimpinan, menghargai pelatih, wasit dan pembina, setia, toleransi, disiplin yang akhirnya dapat diharapkan menjadi atlet dengan prestasi yang cemerlang. Perhatian pemerintah terhadap dunia olahraga tentunya bukan sekedar ingin memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat saja, tetapi juga berusaha agar atlet Indonesia dapat berprestasi tinggi di setiap cabang olahraga, baik di arena nasional maupun di dunia internasional, sehingga dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia. Perkembangan olahraga akhir-akhir ini dapat dilihat bahwa peranan faktor psikologis dalam mencapai prestasi begitu besar. Hal ini dibuktikan melalui banyaknya penelitian dan studi tentang keterlibatan aspek psikologis dalam olah raga. Penelitian yang dilakukan oleh Hartanti dkk (2004) yang meneliti mengenai aspek psikologis dan pencapaian prestasi atlet nasional Indonesia, yang dilakukan terhadap sejumlah atlet dari beberapa cabang olahraga di Jawa Timur dan Bali 1

2 menunjukkan bahwa atlet yang diteliti memiliki tingkat inteligensi minimal normal, minat yang tinggi terhadap olahraga yang ditekuni, motivasi internal dalam pencapaian prestasi, gaya belajar kinestetik, dan memiliki sikap hati-hati, percaya diri, ambisius, serta kebutuhan berprestasi yang tinggi. Indonesia pernah berjaya pada Sea Games periode tahun 1977-1999, namun hal ini terus menurun seiring dengan berjalannya waktu. Dari tahun ke tahun, prestasi olahraga Indonesia cenderung menurun. Contohnya di Olimpiade Sydney 2000, Indonesia masih ada di peringkat ke-37 dan unggul atas Thailand di peringkat ke-47, tetapi empat tahun kemudian di Olimpiade Athena 2004, Indonesia hanya berada pada peringkat ke-48. Thailand malah melonjak ke peringkat ke-25 di Olimpiade Athena 2004. Prestasi altet Indonesia kini mengalami penurunan, hal ini terbukti dari Sea Games ke-24 tahun 2007 menempatkan Indonesia di posisi empat besar. Indonesia berada di bawah Thailand dan Vietnam, dimana Thailand yang memperoleh posisi satu sebagai juara umum. Namun pada Sea Games 2009, tim Merah Putih total mengoleksi 43 emas, 53 perak, dan 74 perunggu dan menduduki peringkat ketiga. Atlet Indonesia yang diterjunkan ke Sea Games 2007 di Nakhon Ratchasima, Thailand, sebagian besar merupakan kategori senior dengan persentase mencapai 70 persen. Hal ini pula yang menunjukkan faktor penyebab penurunan prestasi atlet Indonesia yang salah satunya disebabkan karena masih didominasi oleh atlet senior yang tentu saja motivasi untuk berprestasinya sudah tidak segemilang seperti waktu muda (Rahmaisya, 2011).

3 Prestasi atlet selalu berkaitan dengan motivasi berprestasi karena motif merupakan penggerak dan dorongan manusia bertindak dan berbuat sesuatu. Menurut beberapa studi kepribadian, salah satu karakteristik yang menentukan kesuksesan atlet adalah tingginya kebutuhan untuk berprestasi (Cox, 2006). Kebutuhan inilah yang dikenal sebagai achievement motivation. Hal ini dikarenakan, setiap manusia pada dasarnya berbuat sesuatu karena adanya dorongan oleh suatu motivasi tertentu. Motivasi berprestasi sebagai kekuatan yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar keunggulan atau kepandaian, yang merupakan dorongan yang terdapat di dalam diri seseorang sehingga ia berusaha dalam semua aktivitas setinggi-tingginya (Heckhausen dalam Purwanto 1998). Seorang atlet yang berprestasi atau atlet bintang umumnya memiliki beberapa sifat yang berbeda daripada atlet biasa. Atlet bintang memiliki keberanian untuk mengambil resiko karena ada kecenderungan untuk menguasai. Atlet dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung untuk memilih aktivitas yang menantang. Atlet tersebut juga cenderung untuk menghindari tugas yang terlalu mudah karena tidak mendapatkan kepuasan dari hal tersebut. Selain itu, atlet dengan motivasi berprestasi tinggi akan melakukan evaluasi terhadap pertandingan mereka. Mereka akan meminta umpan balik dari pelatih mereka, cenderung mencari tantangan karena hal itu merupakan motivator bagi tindakan mereka. Mereka memiliki keinginan untuk berkompetisi dan tampil sebaik mungkin, tidak sekedar menang atau memperoleh penghargaan atas kemenangannya (Satiadarma, 2000).

4 Adanya motivasi berprestasi yang tinggi, atlet akan menjalankan program latihan yang diberikan dengan sungguh-sungguh dan disiplin tinggi (Adisasmito, 2007). Atlet juga memiliki rasa percaya diri terlihat dari keyakinan untuk memenangkan pertandingan. Ini terkait dengan upaya mempertahankan kendali emosi, konsentrasi, dan membuat keputusan yang tepat, mampu untuk membagi konsentrasi kepada beberapa keadaan sekaligus. Dengan adanya kematangan dalam persiapan, mereka lebih memiliki harapan untuk sukses. Selain itu atlet juga mampu mengatasi tekanan yang dihadapi, baik pada saat latihan maupun pertandingan, serta mampu mengendalikan diri saat gagal (Satiadarma, 2000). Sering kita jumpai banyak pelatih atau atlet yang mengatakan bahwa kegagalannya dalam mencapai prestasi yang ditetapkan adalah karena faktor psikis. Mereka merasa bahwa latihan fisik yang selama ini dilakukan sudah optimal dan saat latihan atlet menunjukkan motivasi yang tinggi untuk bisa mencapai prestasi yang diharapkan, akan tetapi menjelang pertandingan atlet mulai cemas, sulit berkonsentrasi dan menjadi kurang percaya diri. Atlet yang sering mengalami kecemasan menjelang bertanding ini sering dianggap memiliki mental bertanding yang buruk. Atlet juga manusia biasa, ia bukan hanya memiliki raga saja, tetapi juga memiliki jiwa dan emosi, karena itu atlet sering mengalami gejolak-gejolak mental serta sering berada dalam situasi stress yang mencekam yang berpengaruh terhadap prestasinya. Aspek-aspek mental tersebut perlu dilatih dan dikelola, karena dalam pertandingan, aspek mental memiliki pengaruh 80% dan 20% untuk aspek lain. Selain itu, aspek mental dan kepribadian sebagai telaah psikologi

5 masih kurang mendapat perhatian. Aspek-aspek kepribadian antara lain motivasi, sikap, kemampuan konsentrasi, tingkat ketegangan-kecemasan serta kepercayaan diri adalah aspek-aspek kejiwaan yang sangat berperan dalam setiap atlet untuk dapat menampilkan kemampuannya secara optimal (Gunarsa, 2008). Pendekatan psikologis diharapkan mampu menghasilkan seorang atlet yang dalam setiap penampilan memperlihatkan dorongan (motivasi) yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya dan memenangkan pertandingan. Motivasi yang baik tidak berdasarkan pada faktor luar (ekstrinsik), tetapi motivasi yang baik, kuat dan menetap itu berdasarkan pada keinginan pribadi, atau dorongan yang tumbuh dan berasal dari dalam diri sendiri (self-motivasional) yang lebih mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri (Gunarsa, 2008). Untuk meningkatkan motivasi diri, pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan akan kemampuan atlet dalam setiap permainan. Alderman (Gunarsa, 2008) menyebutkan bahwa dalam bidang olahraga, tidak ada atlet yang dapat menang atau menunjukkan prestasi yang optimal tanpa motivasi. Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk meraih sukses dengan mengarahkan dan memilih tingkah laku yang terkendali sesuai kondisi, dan kecenderungan mempertahankannya sampai tujuan tercapai (Kamlesh dalam Gunarsa, 2008). Menurut Gunawan (Adisasmito, 2007), kemampuan fisik, taktik dan teknik yang dimiliki atlet indonesia sama dengan atlet-atlet negara lain. Namun ketika dalam kondisi pertandingan atlet indonesia sering tidak dapat mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Sedangkan

6 Hadinata (Adisasmito, 2007) menyatakan bahwa atlet Indonesia kurang memiliki keyakinan akan kemampuan, kurang memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi juara, merasa takut kalah, tegang dan takut tidak dapat bermain dengan bagus. Rudi Hartono (Adisasmito, 2007) menyatakan bahwa atlet-atlet Indonesia kurang mempunyai motivasi untuk menjadi juara sehingga dalam latihan kurang bersemangat dan kurang disiplin. Bahtiar (2010) menyatakan bahwa motivasi berprestasi atlet masih sangat rendah diantaranya karena tidak mendapatkan kemudahan maupun dukungan ketika mereka menjalani latihan maupun saat mengikuti kompetisi. Motivasi berprestasi pada seseorang bisa berasal dari diri sendiri maupun berasal dari orang lain, seperti keluarga, teman, pelatih maupun dukungan dari penonton. Menurut Atkinson (Franken, 2007) motivasi berprestasi selalu mengandung dua hal yang bertentangan, yaitu harapan untuk sukses dan ketakutan akan gagal. Bila harapan untuk sukses kuat sedangkan ketakutan akan gagal lemah, maka atlet akan merasa mantap, tidak mengalami stress atau gangguan-gangguan psikologis, sebaliknya bila ketakutan akan gagal lebih kuat daripada harapan untuk sukses, maka atlet akan mengalami stress dan rasa percaya diri akan dapat goyah. Tingkat kepercayaan diri yang dimiliki atlet inilah yang merupakan salah satu aspek psikologis lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi atlet. Setiap kali seorang atlet akan ditantang untuk dapat mengungguli lawan, untuk dapat memenangkan pertandingan, atau untuk dapat memecahkan rekornya sendiri, untuk itu mutlak bagi seorang atlet memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

7 Kemampuan menyelesaikan tugas pada atlet, misalnya dalam menghadapi pertandingan, dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dirinya yang merupakan salah satu dari sifat kepribadian seseorang. Sifat kepribadian ini bukan faktor bawaan, tetapi diperoleh dari pengalaman hidup, diajarkan dan ditanamkan orang lain yang terdekat atau dari lingkungan sekitarnya. Tingkah laku manusia banyak dikendalikan oleh sikap, pendapat dan orang yang hidup di dalam masyarakat, ditambah dengan pengalaman yang diperoleh bertahun-tahun. Semua ini membentuk sifat-sifat pribadi serta mempengaruhi pikiran dan tingkahlaku seseorang. (Rini, 2002) Hampir setiap atlet pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam sepanjang karirnya. Hilangnya kepercayaan diri menjadi sesuatu yang sangat mengganggu, terlebih ketika dihadapkan pada tantangan ataupun situasi baru. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan lebih menghargai dirinya dengan lebih tinggi bila dibandingkan dengan individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah. (Setyobroto dalam Yulianto 2006) Ketika seorang atlet mengalami kegagalan, maka ia sering mengalami krisis kepercayaan diri. Sedangkan pelatih lebih sering mengasah kemampuan teknis dalam setiap latihan tanpa diimbangi dengan adanya pendekatan secara mental. Dan terbukti salah satu kelemahan timnas futsal Indonesia adalah masalah mental. Tekanan dari lawan sering kali mempengaruhi permainan timnas (Robby, 2010). Menurut Lasitosari (2007) Individu yang memiliki kepercayaan diri akan memandang kelemahan sebagai hal yang wajar dimiliki oleh setiap individu,

8 karena individu yang memiliki kepercayaan diri akan mengubah kelemahan yang dimiliki menjadi motivasi untuk mengembangkan kelebihannya dan tidak akan membiarkan kelemahannya tersebut menjadi penghambat dalam mengaktualisasikan kelebihan yang dimilikinya. Hanter (dalam Satiadarma, 2000) mengemukakan bahwa seorang atlet akan berusaha untuk mampu menguasai ketrampilan dalam cabang olahraganya. Jika atlet merasa mampu, maka atlet tersebut akan merasa lebih percaya diri. Seorang atlet perlu memiliki kepercayaan diri, dengan kepercayaan diri tersebut atlet akan melakukan aktivitas olahraganya dengan senang, dan memotivasinya untuk meningkatkan prestasinya. Berdasarkan uraian di atas, permasalahannya adalah apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada pemain futsal? Berdasarkan permasalahan tersebut maka judul dari penelitian ini adalah Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Motivasi Berprestasi pada Pemain Futsal. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada pemain futsal. 2. Mengetahui tingkat kepercayaan diri dan motivasi berprestasi pada pemain futsal.

9 3. Mengetahui peran kepercayaan diri terhadap motivasi berprestasi pada pemain futsal. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi olahraga yang berhubungan dengan kepercayaan diri dan motivasi berprestasi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pemain Diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi pemain futsal dan dapat membuka wawasan yang lebih luas mengenai manfaat kepercayaan diri sebagai upaya peningkatan motivasi berprestasi. b. Bagi pelatih Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi dan dapat digunakan sebagai masukan bagi pelatih dalam mengambil kebijakan yang mengarah pada peningkatan kepercayaan diri dan motivasi berprestasi pemain futsal.