BAB III PERUMUSAN MASALAH. Perkembangan pangsa pasar otomotif di Indonesia. menjanjikan. Dengan penambahan jumlah kendaran di jalan raya yang cukup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PROFIL PERUSAHAAN. PD.Jasa dan Kepariwisataan (PD.JAWI) merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi di bidang otomotif mendorong

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGHITUNGAN DAN PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2007.

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 1994

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB. I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dunia otomotif saat ini, menunjukan bahwa

Gambar 1.1 Logo Rumah Warna

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri otomotif kendaraan bermotor merupakan industri yang

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1996 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam memasuki era globalisasi sekarang ini, persaingan bukanlah suatu hal yang

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dalam beberapa sisi memiliki dampak positif maupun negatif.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingginya penjualan mobil ditahun 2010 sebesar 763,751 unit. Bahkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Peluang ini membuat industri mobil di Negara-Negara maju seperti Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Hal itu ditandai dengan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini mobil telah menjadi lebih penting, mobil telah menjadi faktor

PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA DAN CITRA MEREK TEHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR HONDA VARIO DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam mobilisasi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar mobil bekas di Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukkan

BUPATI BANGLI PERATURAN BUPATI BANGLI NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR, DI DARAT DAN DIATAS AIR

I. PENDAHULUAN. motor dan kecenderungan penjualan yang meningkat terjadi hampir pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Jenis kendaraan roda dua ini begitu diminati kerena dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku positif, seperti terjadinya kelekatan emosional terhadap produk dan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sedang pada triwulan III-2012 sebesar 5,6% jika dibandingkan dengan periode. pertumbuhan industri kendaraan bermotor sebesar 29,7%.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Merek merupakan asset tak berwujud yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

2014, No Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Perat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II DESKRIPSI UMUM OBYEK PENELITIAN

Mitsubishi Fuso Incar 50% Pangsa Pasar Kendaraan Niaga di Tahun 2015

AUTOMOTIVE MALL DI SEMARANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ketat saat ini, khususnya untuk produk sepeda motor. Semakin banyaknnya

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 551/MPP/Kep/10/1999 TENTANG BENGKEL UMUM KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Melihat perkembangan kendaraan otomotif di Indonesia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari modernisasi telah dirasakan hampir di segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan persaingan ketat diantara perusahaan mobil di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sarana transportasi yang mampu mempersingkat jarak dan waktu, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan usaha di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kendaraan. Meskipun pemerintah telah melakukan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri otomotif di Indonesia sudah sedemikian pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. cara menunjukkan keunggulan-keunggulan yang dimilki produk tersebut. Bisnis

Disusun Oleh : DENY IRAWAN D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pendatang baru, sepeda motor Yamaha yang sudah lama berada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya orang mengenal produk sebagai sesuatu yang berwujud

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap industri otomotif, salah satu sektor industri yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi. Perkembangan industry yang begitu pesat, perdagangan bisa terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Total Produksi Kendaraan Bermotor Domestik dan Ekspor-Impor Kendaraan Bermotor di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk lebih kreatif dan memiliki keunggulan kompetitif dibanding dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dewasa ini semakin mengarah pada persaingan ketat khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki masyarakat pada saat ini. Khususnya untuk industri sepeda motor

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG KETENTUAN RETRIBUSI TERMINAL DAN TEMPAT PARKIR DALAM KOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kemajuan dan perkembangan melanda segala aspek. industri jasa, kualitas pelayanan harus dikelola dengan baik.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan di era modern saat ini memiliki teknologi-teknologi canggih dan lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

BAB I KONSEP BENGKEL OTOMOTIF

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan yang dilakukan oleh berbagai pabrik otomotif di seluruh dunia ini.

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 20

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 4 September 2003 yang beralamat di JL. Raya R.C Veteran no

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

Bab I PENDAHULUAN. Pada akhir - akhir ini perekonomian yang terjadi pada negara Indonesia mengalami

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun kebutuhan konsumen terhadap alat transportasi pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, sarana transportasi merupakan suatu kebutuhan yang

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam era globalisasi dimana persaingan menjadi sangat tajam baik di

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat jarak tempuh adalah dengan menggunakan sepeda motor.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi tersebut dikarenakan kebutuhan pasar yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. persaingan, sehingga tujuan dari perusahaan tersebut dapat tercapai. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi pada era globalisasi dan kemajuan di bidang perekonomian

Transkripsi:

BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Untuk Dipecahkan 3.1.1. Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Roda Empat Perkembangan pangsa pasar otomotif di Indonesia saat ini masih cukup menjanjikan. Dengan penambahan jumlah kendaran di jalan raya yang cukup signifikan walaupun penjualan secara keseluruhan untuk kendaraan roda empat pada tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis otomotif khususnya kendaraan bermotor roda empat. Moda transportasi masal yang kurang baik dan budaya untuk memanfaatkan kendaraan untuk berbagai keperluan serta ikatan kekeluargaan yang masih cukup besar mendorong beberapa model kendaraan mendapat apresiasi tinggi dari konsumen seperti ditunjukkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Sepuluh Besar Model Terlaris Januari Juli Tahun 2006 Sumber : Publikasi GAIKINDO 19

khususnya di Kota Bandung, jumlah kendaraan roda empat yang beredar masih cukup besar, dapat dilihat dari jumlah kendaraan yang teregistrasi di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) yang beredar di masyarakat semakin bertambah dan beragam jenisnya. Hal ini mendorong bisnis perbaikan dan perawatan kendaraan bermotor mengalami penyesuaian dan perkembangan yang dinamis dengan melakukan modernisasi, diversifikasi dan variasi alat bengkel untuk mempertahankan dan meningkatkan eksistensinya di bisnis bengkel ini. Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Bandung tahun 2004 dan 2005 khususnya kendaraan roda empat mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 61.93% dan pada tahun 2006 sampai dengan bulan mei jumlah kendaraan yang teregistrasi di Kota Bandung mengalami penambahan sebesar 11.789 unit kendaraan roda empat yang terdiri dari kendaraan baru dan kendaraan mutasi dari daerah lain seperti ditunjukkan pada gambar 3.1. 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 Sedan/ Sedan Station dan Sejenisnya Jeep dan Sejenisnya Station Wagon/M inibus dan Sejenisnya Bus/ M icro Bus dan Sejenisnya Pick Up/ Truck/ Tracktor/ Head/ Tank/ double 2004 42,520 18,234 78,478 2,002 35,740 2005 112,067 46,636 209,428 5,102 89,722 mei 2006 114,940 49,567 213,545 5,472 91,220 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Gambar 3.1. Data Jumlah Kendaraan Non Dinas Roda Empat di Kota Bandung Untuk kendaraan dinas operasional pemerintah yang beredar dan teregistrasi di Kota Bandung mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2005, sampai dengan mei 2006 tercatat kurang lebih sebanyak 6.957 unit kendaraan 20

roda empat dengan berbagai tipe dan merek. Gambar 3.2 penunjukkan pertumbuhan kendaraan dinas/operasional pemerintah di Kota Bandung, sebagai berikut: 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 Sedan/ Sedan St at io n dan Sejenisnya Jeep dan Sejenisnya Station Wagon/ M inibus dan Sejenisnya Bus/ M icro Bus dan Sejenisnya Pick Up/ Truck/ Tracktor/ He ad/ Tank/ double cab 2004 106 282 756 157 402 2005 1,034 749 3,017 401 1,146 mei 2006 1,084 839 3,317 471 1,246 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Gambar 3.2. Data Jumlah Kendaraan Dinas Roda Empat di Kota Bandung 3.1.2. Pasar Perawatan dan Perbaikan kendaraan Bermotor Roda Empat di Kota Bandung Pertumbuhan jumlah kendaraan roda empat di Kota Bandung yang secara umum cukup signifikan menggambarkan pertumbuhan pangsa pasar usaha bengkel di Kota Bandung yang semakin menarik. Gambar 3.3 menunjukkan peta pasar usaha perbengkelan terhadap kelompok kelompok usaha perbengkelan yang berada dalam industri perbengkelan, sebagai berikut: 21

Pesaing Sasaran Pasar Kendaraan Roda Empat di Kota Bandung Kendaraan Pribadi Kendaraan Dinas Kendaraan Angkutan Umum Authorized Dealer / Bengkel resmi Bengkel Partikelir / berijin Bengkel spesialis & Kaki Lima Authorized Dealer / Bengkel resmi Bengkel Partikelir / berijin Bengkel Partikelir / berijin Bengkel spesialis & Kaki Lima Bengkel Partikelir / berijin Unit Usaha Perbengkelan PDJK Bengkel Partikelir / berijin Unit Usaha Perbengkelan PDJK Sumber : Data internal perusahaan, Pengamatan. Gambar 3.3. Peta Pasar Usaha Perbengkelan Pasar perawatan dan perbaikan kendaraan roda empat di Kota Bandung secara umum dibagi menjadi tiga kelompok besar antara lain kendaraan pribadi yang terdiri dari kendaraan kendaraan milik perseorangan, Badan Usaha milik swasta / perseorangan, dan Badan Usaha Milik Daerah/Negara. Kendaraan Dinas meliputi kendaraan operasional di lingkungan pemerintahaan Propinsi Jawa Barat (Setda dan operasional Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I), Dinas dan instansi di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat, kendaraan operasional di lingkungan pemerintah Kota Bandung (Setdakot dan operasional Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II), Dinas dan Instansi di lingkungan pemerintah Kota Bandung. Kendaraan umum antara lain kendaraan angkutan kota berbagai jurusan dan angkutan barang umum. Bengkel yang berada dalam industri ini secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu, pertama bengkel authorized dealer yaitu bengkel yang memiliki hubungan erat dengan manufaktur roda empat tertentu dalam bentuk penjualan kendaraan baru. Jadi bengkel tersebut secara tidak langsung 22

merepresentasikan bengkel merek kendaraan yang dijualnya. Ke dua bengkel partikelir yaitu bengkel swasta yang memiliki ijin operasional dari instansi terkait dan mememenuhi standar bengkel yang telah ditetapkan oleh departemen perindustrian dan perdagangan. Ke tiga bengkel spesialis dan kaki lima yang menyediakan satu jenis layanan perbaikkan sebagai contoh bengkel AC (Air Conditioning) dan bengkel bengkel umum yang tidak memiliki ijin serta tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah (bengkel kaki lima). Market share dalam industri perbengkelan secara umum ditunjukkan dalam gambar 3.4, dimana 43.52% masih didominasi oleh bengkel spesialis, kaki lima dan lainnya (Other). 50.00% 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Others (Kaki Lima) Authorized dealer Bengkel Partikelir Market Share (%) 43.52% 32.19% 24.29% Sumber : Data ASBEKINDO. Gambar 3.4. Market Share Bengkel di Kota Bandung Tahun 2005 Hal ini lebih disebabkan oleh terbatasnya kapasitas yang dimiliki bengkel bengkel authorized dealer dan kualitas pelayanan yang kurang maksimal dari beberapa bengkel partikelir. Auto 2000 sebagai autorized dealer dari TOYOTA memproyeksikan peningkatan pertumbuhan pangsa pasar bengkelnya untuk tahun depan: Kami prediksikan ada peningkatan sekitar 10% dari tahun sebelumnya dengan diluncurkannya program quick maintenance pada outlet outlet kami. (A.Supendi, Wawancara Pribadi, 05/10/2006) 23

Untuk pasar kendaraan dinas di Kota Bandung yang terdiri dari kendaraan operasional Pemerintah Propinsi, dan Kendaraan operasional Pemerintah Kota Bandung ditunjukkan pada gambar 3.5 sebagai berikut: 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 Pertumbuhan Kendaraan dinas Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD.JAWI Bengkel Authorized & Partikelir 1000 0 >2004 2004 2005 Mei 2006 Sumber : Data Internal Perusahaan & Bag perlengkapan. Gambar 3.5. Market Share Bengkel Untuk Kendaraan Dinas di Kota Bandung Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi yang sedianya dibentuk untuk melayani pangsa pasar kendaraan dinas belum mampu untuk mengakomodir pasar yang semakin berkembang. Hal ini telah dimanfaatkan dengan baik oleh kompetitor baik secara langsung maupun tidak langsung. Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi pada awalnya memposisikan diri sebagai bengkel one stop service bagi kendaraan kendaraan dinas dan operasional pemerintah namun dalam perkembangannya masyarakat umum mulai memanfaatkan jasa dan layanan dari Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi ini khususnya layanan perawatan kendaraan seperti penggantian pelumas, pencucian dan engine tune up. Melihat perkembangan teknologi otomotif seperti yang digambarkan pada Gambar 1.7, kendaraan bertransmisi otomatis dan mesin mesin nonkonvensional yang sudah dilengkapi oleh beberapa perangkat modern seperti ECU (Engine Computer Unit), EFI (Electronic Fuel Injection), Accelerated by Wire, Variabel Valve Technology menjadi pilihan baru bagi konsumen. Teknologi ini 24

menawarkan effisiensi pemakaian bahan bakar, emisi gas buang yang lebih rendah dan mesin yang lebih responsif. Akibat dari bertambah canggihnya perangkat kendaraan roda empat tersebut teknologi perawatan dan perbaikkan kendaraan juga mengalami perkembangan dengan munculnya fasilitas fasilitas untuk perbaikan mesin non konvensional diantaranya Inteligent Tester II untuk mendeteksi semua ketidaksesuaian pada kendaran khususnya perangkat perangkat yang terhubung dengan sistem ECU kendaraan, Engine Analyzer untuk mendeteksi fungsi fungsi mesin dan 3D Visualiner untuk mendeteksi posisi roda, kemudi dan main frame. Hal ini mendorong persaingan di industri perawatan dan perbaikkan kendaraan semakin ketat dalam menarik konsumen. Tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor roda empat yang cepat dan peningkatan teknologi otomotif yang diterapkan di kendaraan roda empat. tidak diiringi dengan peningkatan jumlah layanan jasa perawatan dan perbaikkan. Tercatat jumlah bengkel kecil, menengah dan besar yang terdaftar di Kantor Penanaman Modal Daerah (KPMD) Kota Bandung pada tahun 2006 (Juni) sekitar 180 buah bengkel dengan tingkat pertumbuhan pertahun rata rata sekitar 4%, jumlah ini tidak termasuk bengkel bengkel kaki lima baik bengkel umum maupun bengkel spesialis yang tersebar di berbagai lokasi. Berdasarkan jumlah dan tingkat pertumbuhan kendaran roda empat di kota Bandung dibandingkan dengan pertumbuhan bengkel yang ada terlihat masih besarnya peluang usaha di bisnis ini. Tumbuhnya kompetitor kompetitor yang ada juga dapat menjadi indikator masih besarnya prospek bisnis yang ada. Melihat kondisi tersebut, Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi yang diberi tanggung jawab sebagai profit center dituntut untuk dapat bersaing dan mengembangkan diri sehingga dapat bertahan dalam bisnis perbaikan dan perawatan kendaraan bermotor roda empat yang tumbuh semakin pesat. Kondisi Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi pada saat ini berada pada tingkat yang cukup rawan dilihat dari tingkat pertumbuhan (growth) dan keberlabaan 25

(Profitability) yang sangat rendah. Gambar 3.6. menunjukkan resume laporan keuangan tahun 2002, 2003, 2004, 2005 sampai dengan Juni 2006. Rp2,500,000,000.00 Rp2,000,000,000.00 Rp1,500,000,000.00 Rp1,000,000,000.00 Rp500,000,000.00 Rp- Rp(500,000,000.00) Juni 2006 2005 2004 2003 2002 Pendapat an 0 Rp1,641,449,055.10 Rp2,216,048,699.00 Rp1,476,344,702.00 Rp767,316,189.00 Beban/biaya 0 Rp1,603,094,711.77 Rp2,042,509,358.00 Rp1,502,255,315.34 Rp820,677,633.29 Laba sblm pajak Rp30,354,148.00 Rp38,354,343.33 Rp173,539,341.00 Rp(25,910,613.34) Rp(53,361,444.29) Rata rata ROI : 1.8% Sumber : Laporan Keuanagan Kantor Pusat PDJK (Audited) Gambar 3.6. Resume Laporan Keuangan Sebagai motor penggerak, sumber daya manusia yang ada di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi khususnya di bagian operasional memiliki tingkat turn over yang cukup tinggi, sehingga dilihat dari tingkat keterampilan kurang dapat bersaing serta rendahnya proses peningkatan keahlian di lingkungan internal menyebabkan kesulitan dalam mengadopsi teknologi baru. Dari penggambaran kondisi diatas, timbul beberapa pertanyaan penelitian (research question) yaitu sebagai berikut: 1. Apa saja faktor faktor strategis yang dihadapi oleh Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD Jasa dan Kepariwisataan? 2. Apa strategi yang tepat bagi Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD.Jasa dan Kepariwisataan menghadapi lingkungannya? 3. Bagaimana advantage dari penerapan strategi no 2 dapat dipertahankan (sustainable)? 26

4. Apa program program pokok Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD.Jasa dan Kepariwisataan untuk mengimplementasikan strategi tersebut diatas? Perumusan kembali strategi bisnis Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi diperlukan agar perusahaan dapat bersaing kembali di industri perbengkelan mengingat pertumbuhan jumlah kendaraan masih cukup besar sebagai indikator yang menjanjikan usaha di bidang perbengkelan. 3.2. Posisi Permasalahan Posisi permasalahan ada pada jenjang strategi bisnis, dengan adanya perumusan strategi yang baru diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan peningkatan daya saing bagi Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan dan daerah. Yang paling berkompeten untuk mengatasi masalah ini adalah Direktur Operasional yang ditindak lanjuti oleh Kepala Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi yang secara langsung sebagai pelaksana usaha. 27

28