KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10-LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

KATA KUNCI : direct displacement based design, time history analysis, kinerja struktur.

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

LAPORAN PENELITIAN APLIKATIF-KREATIF

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

LAPORAN PENELITIAN APLIKATIF-KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Stuktur dengan Vertical Set-Back

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 13/PEN/SIPIL/2010

PERBANDINGAN KINERJA BANGUNAN YANG DIDESAIN DENGAN FORCE- BASED DESIGN DAN DIRECT DISPLACEMENT-BASED DESIGN MENGGUNAKAN SNI GEMPA 2012

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 03/PEN/SIPIL/2010

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Stuktur dengan Vertical Set-Back

DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN PADA SISTEM RANGKA DENGAN KETIDAKBERATURAN PERGESERAN MELINTANG TERHADAP BIDANG

STUDI PENENTUAN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR PADA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN BERATURAN YANG DIDESAIN DENGAN METODE DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SESUAI SNI DITINJAU DARI KETENTUAN SENGKANG MINIMUM KOLOM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SESUAI SNI DITINJAU DARI KETENTUAN SENGKANG MINIMUM KOLOM

EVALUASI KINERJA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS BERCOAKAN 40% DI WILAYAH BERESIKO GEMPA TINGGI DI INDONESIA

EVALUASI KINERJA METODEDIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN DAN FORCE BASED DESIGNPADA BANGUNAN VERTICAL SETBACK 6 LANTAI

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

PENGARUH DILATASI PADA BANGUNAN DENGAN KETIDAKBERATURAN SUDUT DALAM YANG DIDESAIN SECARA DIRECT DISPLACEMENT-BASED

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

TUGAS AKHIR ANALISA EFISIENSI STRUKTUR DENGAN METODE PSEUDO ELASTIS TERHADAP METODE DESAIN KAPASITAS PADA BANGUNAN BERATURAN DI WILAYAH GEMPA 5

KATA KUNCI: gempa, sistem ganda, SRPMK, SRBKK, 25%, gaya lateral, kekakuan

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

PENGARUH DILATASI PADA BANGUNAN DENGAN KETIDAKBERATURAN GEOMETRI VERTIKAL YANG DIDESAIN SECARA DIRECT DISPLACEMENT BASED

KATA KUNCI: direct displacement-based design, performance based design, sistem rangka pemikul momen, analisis dinamis riwayat waktu nonlinier.

adalah momen pada muka joint, yang berhubungan dengan kuat lentur nominal balok pada hubungan balok. Kolom tersebut.

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBKK

EVALUASI KINERJA BANGUNAN YANG DIDESAIN SECARA DDBD TERHADAP GEMPA RENCANA

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON

BAB II STUDI PUSTAKA

T I N J A U A N P U S T A K A

PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL

PENGGUNAAN FRICTION BASE ISOLATION PADA RUMAH SEDERHANA

EVALUASI KINERJA DIRECT-DISPLACEMENT BASED DESIGN PADA PERENCANAAN BANGUNAN DENGAN KETIDAKBERATURAN TINGKAT LUNAK

STUDI TENTANG DAKTILITAS STRUKTUR PADA SISTEM SHEARWALL FRAME DENGAN BELT TRUSS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Tahan Gempa

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan analisis non-linier yang sederhana namun dapat

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN APLIKATIF KREATIF

DAFTAR PUSTAKA. Sinjaya ( ) Antonius Ireng G. ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODELOGI PENELITIAN

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

STUDI PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG TERHADAP KINERJA BATAS AKIBAT PENGARUH TINGGI BANGUNAN DAN DIMENSI KOLOM BERDASARKAN SNI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan, kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah :

Naskah Publikasi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh: AGUNG PRABOWO NIM : D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN THE BELLEZZEA OFFICE JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN FLAT SLAB

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

balok yang merangkainya atau yang biasa dikenal dengan istilah strong column weak beam. Gambar 1.1. Side Sway Mechanism

PENGARUH DOMINASI BEBAN GRAVITASI TERHADAP KONSEP STRONG COLUMN WEAK BEAM PADA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

GEMPA RENCANA UNTUK ANALISA RIWAYAT WAKTU

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 14/PEN/SIPIL/2010

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

KEANDALAN ANALISA PUSHOVER UNTUK MERAMAL PRILAKU SEISMIK NONLINIER STRUKTUR PORTAL TERBUKA DENGAN REENTRANT CORNER

Analisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB I PENDAHULUAN. struktur bangunan tinggi terutama untuk gedung adalah keselamatan (strength and

DAFTAR ISI Annisa Candra Wulan, 2016 Studi Kinerja Struktur Beton Bertulang dengan Analisis Pushover

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA

PENGARUH RASIO KEKAKUAN LATERAL STRUKTUR TERHADAP PERILAKU DINAMIS STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG BERTINGKAT RENDAH

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

PENGARUH VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM TERHADAP PERILAKU ELEMEN STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA

EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN

ABSTRAK. Kata kunci: perkuatan, struktur rangka beton bertulang, dinding geser, bracing, pembesaran dimensi, perilaku. iii

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 08/PEN/SIPIL/2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gempa merupakan fenomena alam yang harus diterima sebagai fact of life.

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 1- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA Yosepha Puteri T. 1, Yulietta D. W. 2,Ima Muljati G. 3, Benjamin Lumantarna 4 ABSTRAK: Salah satu metode perencanaan struktur di daerah gempa adalah Pseudo Elastis. Struktur yang didesain dengan Pseudo Elastis harus menghasilkan pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism. Dalam pola ini, seluruh kolom diasumsikan menerima gaya geser dasar yang sama hingga terjadi sendi plastis pada kolom plastis. Setelah itu, kelebihan gaya geser yang terjadi akan dipikul oleh kolom elastis. Oleh karena itu, kolom elastis harus didesain lebih kuat daripada kolom plastis dengan memberi suatu Faktor Pengali (FP). Penelitian ini bertujuan mengkritisi apakah asumsi-asumsi tersebut sudah benar dan apakah mekanisme yang diharapkan dapat tercapai. Objek yang ditinjau berupa dua buah bangunan dengan struktur beton bertulang 6- dan 1-lantai di wilayah 2 peta gempa Indonesia. Masing-masing gedung memiliki 7 bentang pada arah-x dan -y, yang setiap bentangnya memiliki panjang 8 meter. Pada penelitian ini digunakan kriteria desain berupa konfigurasi kolom perimeter sebagai kolom elastis, dimensi kolom plastis dan elastis dibuat seragam, dan tidak menggunakan rasio tulangan minimum.untuk mengevaluasi kinerja struktur, digunakan analisis dinamis Time History non-linear dengan gempa periode ulang 5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asumsi yang digunakan dalam metode Pseudo Elastis kurang tepat. KATA KUNCI: pseudoelastis, partial side sway mechanism, faktorpengali, gayageserdasar 1. PENDAHULUAN Berdasarkan SNI 3-1726-22 (Departemen Pekerjaan Umum,22), bangunan harus didesain agar mencapai pola keruntuhan Side Sway Mechanism, seperti ditunjukkan pada Gambar 1, yaitu bangunan hanya boleh mengalami sendi plastis pada ujung-ujung balok dan ujung bawah kolom lantai dasar. Untuk mencapai pola keruntuhan ini, kapasitaskolom harus didesain lebih kuat dari kapasitas balok, atau biasa disebut dengan strong column weak beam. Oleh karena itu, perencanaan kolom baru dapat dimulai setelah perencanaan balok selesai. Hal ini menyebabkan prosedur menjadi lebih panjang dan waktu yang dibutuhkan untuk mendesain menjadi lebih lama. Gambar 1.Side Sway Mechanism Paulay (1995) mengusulkan suatu pola keruntuhan lain dengan pola keruntuhan yang tetap aman, yaitu Partial Side Sway Mechanism, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Pada pola keruntuhan ini, sendi plastis diperbolehkan terjadi pada balok dan kolom interior, sementara kolom eksterior harus tetap berperilaku elastis. Sendi plastis hanya boleh terjadi pada ujung kolom terbawah saja. Mekanisme ini 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, fafa.tjahjono@gmail.com. 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, xiang_mei91@hotmail.com. 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, imuljati@peter.petra.ac.id. 4 Professor Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, bluman@peter.petra.ac.id. 1

digunakan dalam desain Pseudo Elastis yang memberikan Faktor Pengali (FP) pada kolom eksterior untuk menjamin agar kolom tetap elastis. Keuntungan dari desainpseudo Elastis adalah dapat menghemat waktu perencanaan karena perencanaan kolom dan balok dapat dilakukan bersamaan. Perencanaan kolom dapat dilakukan tanpa harus menunggu perencanaan desain balok. Dalam metode Pseudo Elastis, seluruh kolom diasumsikan menerima beban gempa berupa gaya geser yang sama hingga terjadi sendi plastis pada kolom-kolom yang diijinkan mengalami sendi plastis (kolom plastis). Setelah itu, kelebihan gaya geser yang terjadi karena adanya sendi plastis tersebut akan dipikul oleh kolom-kolom yang tidak diijinkan mengalami sendi plastis (kolom elastis). Oleh karena itu, kolom-kolom elastis harus didesain lebih kuat daripada kolom-kolom plastis. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi FP pada kombinasi beban, khususnya pada beban gempa, yang diterima oleh kolom elastis. Jika kolom-kolom plastis sudah mengalami sendi plastis dan kelebihan gaya geser diterima oleh kolom-kolom elastis, maka pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism sudah terpenuhi. Penelitianinibertujuanmengkritisiapakahasumsi yang digunakandalammetodepseudoelastis, yaituadanyadistribusigayageserdarikolomplastiskekolomelastissetelahterjadiplastifikasi, sudahbenar, danapakahpolakeruntuhanpartial Side Sway Mechanismyang diharapkandapattercapai. 2. FAKTOR PENGALI Untuk memastikan bahwa kolom elastis tidak mengalami sendi plastis ketika terjadi gempa target, kolom elastis didesain dengan memberi FP pada kombinasi bebannya. Pada penelitian ini, rumusan FP yang dipakai adalah rumusan hasil penelitian Muljati dan Lumantarna (28) yang telah divalidasi oleh BuntorodanWeliyanto (29) sertaatmadjadanwijoyo (29), seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 1: FP C C T 5th μ f n eks 1 n R eks int R int Gambar 2.Partial Side Sway Mechanism dimana C T adalah koefisien gempa target; C 5th adalah koefisien gempa dengan periode ulang 5 tahun; adalah nilai faktor daktilitas struktur gedung; f 1 adalah overstrength factor sebesar 1,6 yang berasal dari perkalian faktor kuat bahan sebesar 1,28 dan faktor lebih bahan sebesar 1,25 sesuai SNI 3-1726-22; n eks adalah jumlah kolom eksterior; n int adalah jumlah kolom interior; R eks adalah ratio antara gaya geser dasar pada kolom eksterior dengan gaya geser dasar total akibat gempa nominal; dan R int adalah ratio antara gaya geser dasar pada kolom interior dengan gaya geser dasar total akibat gempa nominal. (1) Besarnya C 5th dapat langsung ditentukan dari T elastis bangunan (periode bangunan saat masih elastis), sedangkan besarnya C T ditentukan dari rumusan T plastis (periode bangunan setelah mengalami plastifikasi)hasil penelitian Buntoro dan Weliyanto (29) serta Atmadja dan Wijoyo (29). Rumusan tersebut dapat dilihat pada Persamaan 2: T plastis = 2,967 T elastis +,313 (2) C T Gambar 3.Cara Mendapatkan C T dan C 5th 2

8 8 8 8 8 8 8 Setelah mendapatkan T plastis, besarnya C T dapat dicari dengan menggunakan respons spektrum elastis SNI 3-1726-22 (Departemen Pekerjaan Umum, 22), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Penggunaan respons spektrum elastis dalam menentukan besarnya C T disebabkan grafik respons spektrum non-linear tidak dapat ditentukan dengan mudah. 3. DESAIN STRUKTUR Pada penelitian ini, bangunan yang digunakan adalah bangunan beraturan 6- dan 1-lantai yang masing-masing terdiri dari 7 bentang arah-x dan -y. Panjang setiap bentang 8 meter dan tinggi antar lantai 3,5 meter. Denah tipikal struktur bangunan dapat dilihat pada Gambar 4.Kolom berwarna hitam menunjukkan kolom elastis, dan kolom berwarna putih menunjukkan kolom plastis. Struktur bangunan tersebut merupakan bangunan perkantoran yang terletak di wilayah 2 peta gempa 7 Indonesia menurut SNI 3-1726-22 (Departemen Pekerjaan Umum, 22) dengan kondisi tanah di 6 bawah bangunan adalah tanah lunak.perencanaan dilakukan dengan asumsi kolom-kolomnya terjepit 5 pada pondasi. Perencanaan balok dan kolom plastis didasarkan pada kombinasi beban yang terjadi, 4 sementara perencanaan kolom elastis dilakukan 3 dengan prosedur perencanaan Pseudo Elastis. Dalam perencanaan kolom digunakan tiga kriteria desain, 2 yaitu: 1. Konfigurasi kolom perimeter sebagai kolom 1 elastis, karena penelitian-penelitian sebelumnya A B C D E F G H selalu menggunakan konfigurasi ini, sehingga 8 8 8 8 8 8 8 diharapkan penelitian ini dapat sejalan dengan penelitian sebelumnya. Gambar4.DenahStrukturBangunan 2. Dimensi kolom plastis dan elastis dibuat seragam dalam satu lantai, supaya distribusi gaya geser dapat diinterpretasikan dengan lebih mudah. 3. Tidak menggunakan rasio tulangan minimum, agar overstrength yang terjadi tidak terlalu besar. Untuk menentukan dimensi balok dan kolom yang digunakan, dilakukanlah preliminary design dengan serangkaian trial and errorhingga didapat suatu desain yang memenuhi kriteria desain yang telah ditetapkan. Dimensi balok dan kolom yang dipakai pada bangunan yang ditinjau serta data-data strukturnya dapat dilihat pada Tabel 1. Pemodelan struktur akibat beban mati, beban hidup, dan beban gempa dilakukan dengan bantuan program ETABS v9.6 (Computer and Structures, Inc., 29). Struktur diuji secara tiga dimensi menggunakan analisis dinamis Time History nonlinear dengan bantuan Bangunan Gedung 6-Lantai Gedung 1-Lantai Tabel 1. Data Dimensi dan Struktur Lantai Dimensi Kolom (mm) Data-data Lain 1 2 55 x 55 Dimensibalokinduk = 3 x 7 mm 3 4 5 x 5 Dimensibalokanak = 3 x 5 mm 5-6 45 x 45 Tebal plat lantai = 12 mm 1 65 x 65 Mutubeton (f c ) = 3 Mpa 2 6 x 6 Mututul. longitudinal (f y ) = 4 Mpa 3-5 55 x 55 Mututul. geserbalok (f y ) = 24 Mpa 6-7 5 x 5 Mututul. geserkolom (f y ) = 4 Mpa 8-1 45 x 45 program SAP2 v.11(computer and Structures, Inc., 21). Data hinge properties yang diperlukan untuk balok dan kolom didapat dengan bantuan program CUMBIA (Montejo, 27). Gempa yang digunakan sebagai gempa target adalah gempa periode ulang 5 tahun. Rekaman gempa yang digunakan adalah gempa El Centro 18 Mei 194 komponen North-South yang dimodifikasi 8 3

menggunakan program SeismoMatch v2.. (Seismosoft, Ltd., 212) agar menghasilkan respons spektrum yang sesuai untuk wilayah 2. Pembebanan gempa dilakukan untuk arah x saja karena denah bangunan yang berbentuk simetris. 4. PENGUJIAN ASUMSI GAYA GESER DASAR PADA METODE PSEUDO ELASTIS Untuk melakukan pengujianasumsi distribusi gaya geser dasar pada metode Pseudo Elastis, diambil gaya geser dasar bangunan yang diuji pada kondisi sebagai berikut. 1. Bangunan dalam kondisi elastis. 2. Sendi plastis terjadi pada balok saja. 3. Terjadi sendi plastis pada kolom interior. 4. Terjadi sendi plastis pada kolom eksterior. 5. Kondisi terakhir bangunan: detik terakhir analisis Time History atau sebelum bangunan runtuh. Untuk memudahkan dalam membandingkan distribusi gaya geser yang terjadi pada kondisi-kondisi yang diuji tersebut, dibuat suatu grafik dimana nilai didapatkan dari rata-rata gaya geser kolom interior dan eksterior pada suatu portal. Grafik perubahan distribusi gaya geser pada gedung 6- dan 1-lantai untuk setiap kondisi dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6 berikut ini. 25 2 15 1 5 35 3 25 2 15 1 5 25 2 15 1 5 A. Kondisi Elastis (Detik ke-1,84) C. Terjadi Sendi Plastis di K.Interior (Detik ke-2,5) E. Kondisi Terakhir (Detik ke-2) 6 4 2 7 5 3 1-1 B. Sendi Plastis Terjadi di Balok (Detik ke-2,2) D. Sendi Plastis Terjadi di K.Eksterior (Detik ke-3,4) 9 Gambar 5. Distribusi Gaya Geser Gedung 6-Lantai pada Kondisi-kondisi Tertentu 4

3 25 2 15 1 5 A. Kondisi Elastis (Detik ke-1,44) C. Sendi Plastis Terjadi di K.Interior (Detik ke-2,24) 6 5 4 3 2 1 3 25 2 15 1 5 E. Kondisi Terakhir (Detik ke-4,54) 3 25 2 15 1 5 3 2 1 B. Sendi Plastis Terjadi di Balok (Detik ke-1,46) D. Sendi Plastis Terjadi di K.Interior (Detik ke-4,4) 4 Gambar 6. Distribusi Gaya Geser Gedung 1-Lantai pada Kondisi-kondisi Tertentu Dari Gambar 5A dan 6A di atas dapat dilihat bahwa pada saat gedung 6-lantai dan 1-lantai dalam kondisi elastis, distribusi gaya geser dasar yang terjadi sudah tidak sesuai dengan asumsi konsep Pseudo Elastis. Gaya geser dasar lebih banyak terdistribusi ke kolom interior daripada ke kolom eksterior. Setelah balok mengalami plastifikasi, gaya geser dasar pada gedung 6-lantai, yang ditunjukkan pada Gambar 5B, lebih banyak terdistribusi ke kolom eksterior, sementara pada gedung 1-lantai, yang ditunjukkan pada Gambar 6B, lebih banyak terdistribusi ke kolom interior. Asumsi distribusi gaya geser dasar pada konsep Pseudo Elastis ketika telah terbentuk sendi plastis pada kolom interior juga tidak sesuai. Baik pada gedung 6- maupun 1-lantai, gaya geser dasar yang seharusnya terdistribusi ke kolom eksterior justru terdistribusi ke kolom interior, seperti dapat dilihat pada Gambar 5C dan 6C. Setelah itu, distribusi gaya geser terus berubah-ubah hingga detik terakhir pengujian. Pada suatu waktu, gaya geser dasar terdistribusi ke kolom eksterior, seperti dapat dilihat pada Gambar 5D. Sedangkan pada waktu lain, gaya geser dasar terdistribusi ke kolom interior, seperti dapat dilihat pada Gambar 5E, 6D, dan 6E. Hal ini menunjukkan bahwa asumsi yang digunakan dalam konsep Pseudo Elastis, yaitu adanya distribusi gaya geser dasar dari kolom interior ke kolom eksterior setelah terjadinya plastifikasi pada kolom interior, ternyata tidak selalu benar. Baik pada gedung 6-lantai dan 1-lantai juga tidak memenuhi pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism yang diharapkan. Pada gedung 6 lantai, terjadi soft story mechanism pada lantai 3. 5

Sedangkan pada gedung 1-lantai, ada beberapa kolom interior pada lantai 8 yang mengalami plastifikasi hingga mencapai kondisi fraktur, yang menyebabkan analisis Time History berhenti pada detik ke-4,54. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil evaluasi kinerja bangunan beraturan 6- dan 1-lantai dengan denah persegi di wilayah 2 peta gempa Indonesia yang direncanakan secara Pseudo Elastis, secara umum dapat ditarik kesimpulan yaitu: asumsi yang digunakan dalam konsep Pseudo Elastis, yaitu adanya distribusi gaya geser dari kolom interior ke kolom eksterior setelah terjadi plastifikasi, ternyata kurang tepat. Pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism juga tidak tercapai. Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan ulang pada rumusan Faktor Pengali. 6. DAFTAR REFERENSI Atmadja, K.G. danwijoyo, B. (29).Evaluasi Kinerja Bangunan dengan Metode Pseudo Elastis pada Wilayah 6 PetaGempa Indonesia, Skripsi, JurusanTeknikSipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Buntoro,I.Y. dan Weliyanto, A. (29). Evaluasi Kinerja Bangunan dengan Metode Pseudo Elastispada Wilayah 2 PetaGempa Indonesia, Skripsi, JurusanTeknikSipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Computer and Structures, Inc. (21).SAP2 Version 11, Structures Analysis Program, Computer and Structures, Inc., Berkeley. Computer and Structures, Inc. (29). ETABS v9.6, Extended Three Dimensional Analysis of Building System, Computer and Structures, Inc., Berkeley. DepartemenPekerjaanUmum. (22). SNI-3-1726-22. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Rumah dan Gedung, BdanStandarisasiNasional, Jakarta. Montejo, L. A. (27). CUMBIA.Department of Civil, Construction, and Environmental Engineering, North Carolina State University, North Carolina. Muljati, I. danlumantarna, B. (28). Performance of Partial Capacity Design on Fully Ductile Moment Resisting Frame in Highly Seismic Area in Indonesia. Building a Sustainable Environment.Proceedings of Eleventh East Asia-Pacific Conference on Structural Engineering and Construction (EASEC-11), Taipei, Taiwan, November 19 21, 28. Paulay, T. (1995). Special Issues in Seismic Design. Structural Engineering International, Vol. 5, No.3: 16 165. Seismosoft, Ltd. (212). SeismoMatch v5.2.2.seismosoft, Ltd., Pavia. 6