ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PRINSIP, JENIS SOP AP, FORMAT DOKUMEN, KETENTUAN PENULISAN, DAN PENETAPAN SOP AP

2017, No tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan, Pemantauan, dan Evaluasi Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan di Lingkunga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG



Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 9 Tahun 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL,

8. Unit Organisasi Layanan Campuran adalah unit organisasi yang memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan secara internal dan eksternal.

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

2016, No Nomor 13 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL

No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman.

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 43

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

- 3 - penyelenggara pemilihan umum dan diberikan

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SULAWESI BARAT,

FORMAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2011

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P

WALIKOTA PROBOLINGGO

2017, No Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Kepala Badan di Lingkunga

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peratu

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotis

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Badan Kepegaw

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

2015, No Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19)

FORMAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega

-5- BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 06 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PENGGUNAAN KOP SURAT DAN CAP DINAS DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III JENIS DAN FORMAT SOP

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN LEMBAGA ADMINSITRASI NEGARA

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

Arsip Nasional Republik Indonesia

2016, No Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepoti

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Arsip Nasional Republik Indonesia

: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN MENTERI PADA KEMENTERIAN AGAMA.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 121 TAHUN 2011 TENTANG

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Transkripsi:

Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tujuan reformasi birokrasi yaitu pemerintahan bebas korupsi, meningkatkan kualitas pelayanan publik dan meningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja; b. bahwa Peraturan Kepala Nomor 6 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Prosedur Tetap di Lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan organisasi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan di Lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071);

- 2-2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025; 3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Non Departemen sebagaimana telah enam kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; 4. Keputusan Presiden Nomor 27/M Tahun 2010 tentang Pengangkatan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia; 5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014; 6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan; 7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22/KEP/M.PAN/07/2008 tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas; 8. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Arsip Nasional Republik Indonesia sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2010; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA.

- 3 - Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala ini yang dimaksud dengan: 1. Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SOP AP adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan berupa aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Administrasi Pemerintahan adalah pengelolaan proses pelaksanaan fungsi dan tugas pemerintahan yang dijalankan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia. 3. Unit Kerja Tata Laksana adalah unit kerja setingkat eselon III yang membidangi fungsi ketatalaksanaan. 4. Unsur Dokumentasi adalah unsur dari Dokumen SOP AP yang berisi hal-hal yang terkait dengan proses pendokumentasian SOP AP sebagai sebuah dokumen. 5. Unsur Prosedur adalah bagian inti dari dokumen SOP AP. Pasal 2 (1) Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan SOP AP di Lingkungan ANRI bertujuan untuk memberikan acuan bagi setiap unit kerja dalam menyusun SOP AP. (2) Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan SOP AP di lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia meliputi jenis, ketentuan penulisan, dan dokumen serta penetapan SOP AP. Pasal 3 Ketentuan mengenai Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan SOP AP di Lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

- 4 - Pasal 4 Penyusunan SOP AP berdasarkan prinsip: a. kemudahan dan kejelasan; b. efisiensi dan efektivitas; c. keselarasan; d. keterukuran; e. dinamis; f. berorientasi pada pihak yang dilayani; g. kepatuhan hukum; dan h. Kepastian hukum. Pasal 5 SOP AP berdasarkan cakupan dan besaran kegiatan dikategorikan ke dalam dua jenis: a. SOP AP Makro; dan b. SOP AP Mikro. Pasal 6 (1) Unit Kerja Tata Laksana sebagai pemrakarsa penyusunan SOP AP. (2) Unit Kerja menyusun SOP AP sesuai dengan ruang lingkup fungsi dan tugasnya berdasarkan hasil identifikasi Unit Kerja Tata Laksana. (3) Unit kerja berkoordinasi dengan Unit Kerja Tata Laksana dalam menyusun SOP AP. (4) Penandatanganan rancangan SOP AP menjadi SOP AP dilakukan oleh pejabat eselon II di lingkungan unit kerja. Pasal 8 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, maka Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Prosedur Tetap di Lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

- 5 - Pasal 9 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkankan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2012 KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, ttd M. ASICHIN Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Februari 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd AMIR SYAMSUDDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 247

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PRINSIP, JENIS SOP AP, FORMAT DOKUMEN, KETENTUAN PENULISAN, DAN PENETAPAN SOP AP Tujuan reformasi birokrasi adalah untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, dan meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Secara operasional, salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan reformasi birokrasi tersebut yaitu dengan memperbaiki proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan, sehingga mampu menghasilkan sistem dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance. Untuk mendukung terwujudnya penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang efektif, efisien, dan terukur, diperlukan adanya SOP AP. SOP AP merupakan acuan bagi seluruh unit kerja dan pegawai di lingkungan ANRI yang berisi prosedur, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh masing-masing jabatan sehingga mekanisme kerja dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan tugas yang telah ditetapkan. Disamping itu, SOP AP dapat juga menjadi alat untuk menilai kinerja pegawai dan organisasi serta sebagai pegangan bagi organisasi dalam melakukan kontrol atas kualitas hasil kerja. Dengan adanya SOP AP maka pegawai dapat mengerti dengan jelas peran dan tanggungjwabnya serta dapat menjadi konsistensi dalam menjalankan pekerjaan masingmasing. A. Prinsip seluruh prosedur yang dijadikan standar dalam penyusunan SOP AP harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain: 1. Kemudahan dan kejelasan. Prosedur yang distandarkan harus dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai dalam pelaksanaan tugasnya.

- 2-2. Efisiensi dan efektivitas. Prosedur yang distandarkan harus merupakan prosedur yang efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas. 3. Keselarasan. Prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedur lain yang terkait. 4. Keterukuran. Output dari prosedur yang distandarkan mengandung standar kualitas atau mutu baku tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya. 5. Dinamis. Prosedur yang distandarkan harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan pemerintahan administrasi pemerintahan. 6. Berorientasi pada pihak yang dilayani. Prosedur yang distandarkan harus mempertimbangkan kebutuhan pihak yang dilayani sehingga dapat memberikan kepuasan pengguna. 7. Kepatuhan hukum. Prosedur yang distandarkan harus memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku. 8. Kepastian hukum. Prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan, dan menjadi instrumen untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum. B. Jenis SOP AP Menurut cakupan dan besaran kegiatan dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu: 1. SOP AP Makro SOP AP Makro adalah SOP AP berdasarkan cakupan dan besaran kegiatannya mencakup beberapa SOP AP (SOP AP mikro) yang mencerminkan bagian dari kegiatan tersebut atau SOP AP yang

- 3 - merupakan integrasi dari beberapa SOP AP (SOP AP mikro) yang membentuk serangkaian kegiatan dalam SOP AP tersebut. Contoh: SOP Penyelenggaraan Bimbingan Teknis merupakan SOP AP makro dari SOP Persiapan Bimbingan Teknis, SOP Pelaksanaan Bimbingan Teknis, dan SOP Pelaporan Bimbingan Teknis. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk memahami SOP AP makro adalah dengan melakukan identifikasi awal terhadap kegiatan dari uraian/rincian tugas unit kerja karena pada dasarnya kegiatan yang dihasilkan dari identifikasi tersebut adalah kegiatan makro. 2. SOP AP Mikro SOP AP Mikro adalah SOP AP yang berdasarkan cakupan dan besaran kegiatannya merupakan bagian dari sebuah SOP AP (SOP AP makro) atau SOP AP yang kegiatannya menjadi bagian dari kegiatan SOP AP (SOP AP makro) yang lebih besar cakupannya. Contoh: SOP Persiapan Bimbingan Teknis, SOP Pelaksanaan Bimbingan Teknis, dan SOP Pelaporan Bimbingan Teknis merupakan SOP mikro dari SOP Penyelenggaraan Bimbingan Teknis. Pendekatan yang dilakukan untuk memahami SOP AP mikro adalah melakukan identifikasi kegiatan terkait dari SOP AP makro karena kegiatan yang terkait tersebut adalah kegiatan mikro yang selanjutnya bila disusun akan menjadi SOP AP mikro. C. Ketentuan Penulisan SOP AP 1. Penggunaan Kertas a. Kertas yang digunakan untuk rancangan SOP AP adalah kertas Folio (21,6 cm x 33 cm) HVS maksimal 80 gram. b. Kertas yang digunakan untuk ketik final SOP AP adalah kertas Folio (21,6 cm x 33 cm) HVS bebas asam. 2. Ketentuan Margin a. Top : 3 cm b. Bottom : 3 cm c. Left : 3 cm d. Right : 3 cm

- 4-3. Warna Tinta a. Tinta yang digunakan untuk penulisan SOP AP berwarna hitam, sedangkan untuk penandatanganan SOP AP berwarna hitam atau biru tua. b. Penggunaan warna tinta cap dinas berwarna ungu. 4. Ketentuan Jarak Spasi Unsur Dokumentasi SOP AP diketik 1,5 spasi, sedangkan Unsur Prosedur SOP AP diketik 1 spasi. Dalam penentuan jarak spasi, hendaknya diperhatikan aspek keserasian dan estetika, dengan mempertimbangkan banyaknya isi naskah SOP AP. 5. Penggunaan Huruf a. Unsur Dokumentasi dan Unsur Pendukung SOP AP menggunakan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran 12, sedangkan Unsur Prosedur menggunakan menggunakan jenis huruf Arial Narrow dengan ukuran 11. b. Header ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA dicetak bold dengan jenis huruf Times New Roman ukuran 12, diletakkan di pojok kiri atas. Pada halaman yang menggunakan kop ANRI, tidak perlu menggunakan header. c. Penggunaan istilah asing dicetak miring (contoh: Central File). 6. Nomor Halaman Nomor halaman SOP AP ditulis dengan menggunakan nomor urut angka dan dicantumkan secara simetris di tengah atas di bawah header ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA dengan membubuhkan tanda hubung (-) sebelum dan setelah nomor. Pada halaman yang menggunakan kop ANRI, tidak perlu mencantumkan nomor halaman. 7. Tanggal SOP AP Tanggal SOP ditulis dengan tata urut sebagai berikut: a. Tanggal ditulis dengan angka Arab dengan tinta basah. b. Bulan diketik lengkap. c. Tahun diketik lengkap empat digit dengan angka Arab. Contoh: 17 Agustus 2012.

- 5-8. Simbol-simbol dalam Diagram Alir Simbol-simbol yang digunakan dalam Diagram Alir yaitu sebagai berikut: NO SIMBOL ARTI 1 Proses 2 Proses Awal dan/atau Akhir 3 Penghubung untuk perpindahan halaman 4 Pengambilan keputusan 5 Garis Alir D. Dokumen SOP AP Dokumen SOP AP memiliki 2 (dua) unsur utama, yaitu: 1. Unsur Dokumentasi Unsur Dokumentasi merupakan unsur dari Dokumen SOP AP yang berisi hal-hal yang terkait dengan proses pendokumentasian SOP AP sebagai sebuah dokumen. Adapun unsur dokumentasi SOP AP antara lain mencakup: a. Halaman Judul (Cover) Halaman judul merupakan halaman pertama sebagai sampul muka sebuah dokumen SOP AP. Halaman judul ini berisi informasi mengenai: 1) Judul SOP AP. 2) Nama Unit Kerja. 3) Tahun pembuatan 4) Informasi lain yang diperlukan.

- 6 - Berikut adalah contoh halaman judul sebuah dokumen SOP AP. Kop ANRI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DEPUTI BIDANG KONSERVASI ARSIP Judul dokumen SOP sesuai unit kerja yang membuatnya 2012 Tahun SOP Pembuatan Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta 12560 Alamat ANRI b. Keputusan Pimpinan Karena Dokumen SOP AP merupakan pedoman bagi setiap pegawai, dokumen ini harus memiliki kekuatan hukum. Dalam halaman selanjutnya setelah halaman judul, disajikan keputusan Pimpinan tentang penetapan dokumen SOP AP. c. Daftar isi dokumen SOP AP Daftar isi ini dibutuhkan untuk membantu mempercepat pencarian informasi dan menulis perubahan/revisi yang dibuat untuk bagian tertentu dari SOP AP terkait. (Catatan: Pada umumnya, karena prosedur-prosedur yang di SOP AP

- 7 - akan akan mencakup prosedur dari seluruh unit kerja, kemungkinan besar dokumen SOP AP akan sangat tebal. Oleh karena itu, dokumen ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, masing-masing memiliki daftar isi). d. Penjelasan singkat penggunaan Sebagai sebuah dokumen yang menjadi manual, maka dokumen SOP AP memuat penjelasan bagaimana membaca dan menggunakan dokumen tersebut. Isi dari bagian ini antara lain mencakup: 1) Ruang Lingkup, menjelaskan tujuan prosedur dibuat dan kebutuhan organisasi. 2) Ringkasan, memuat ringkasan singkat mengenai prosedur yang dibuat. 2. Unsur Prosedur Unsur ini dibagi dalam dua bagian, yaitu: a. Bagian Identitas Bagian Identitas dari unsur prosedur dalam SOP AP dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Logo ANRI dan nomenklatur unit kerja pembuat. 2) Nomor SOP AP, diisi dengan nomor basah secara berurutan dalam 1 (satu) tahun takwim. 3) Tanggal Pengesahan, diisi tanggal pengesahan SOP AP oleh Pejabat Eselon II unit kerja. 4) Tanggal Revisi, diisi tanggal SOP AP direvisi atau tanggal rencana diperiksa kembali SOP AP yang bersangkutan. 5) Pengesahan oleh pejabat yang berwenang pada unit kerja. Item pengesahan berisi nomenklatur jabatan, tanda tangan, nama pejabat yang disertai dengan NIP serta stempel/cap instansi. 6) Judul SOP AP, sesuai dengan kegiatan yang sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki. 7) Dasar Hukum, berupa peraturan perundang-undangan yang mendasari prosedur yang di buat menjadi SOP AP beserta aturan pelaksanaannya.

- 8-8) Keterkaitan, memberikan penjelasan mengenai keterkaitan prosedur yang distandarkan dengan prosedur lain yang distandarkan (SOP AP lain yang terkait secara langsung dalam proses pelaksanaan kegiatan dan menjadi bagian dari kegiatan tersebut). 9) Peringatan, memberikan penjelasan mengenai kemungkinan yang terjadi ketika prosedur dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Peringatan memberikan indikasi berbagai permasalahan yang mungkin muncul dan berada di luar kendali pelaksana ketika prosedur dilaksanakan, serta berbagai dampak lain yang ditimbulkan. Dalam hal ini dijelaskan pula bagaimana cara mengatasinya bila diperlukan. Umumnya menggunakan kata peringatan, yaitu jika/apabila-maka (if-then) atau batas waktu (dead line) kegiatan harus sudah dilaksanakan. 10) Kualifikasi Pelaksana, memberikan penjelasan mengenai kualifikasi pelaksana yang dibutuhkan dalam melaksanakan perannya pada prosedur yang distandarkan. 11) Peralatan dan Perlengkapan, memberikan penjelasan mengenai daftar peralatan utama (pokok) dan perlengkapan yang dibutuhkan yang terkait secara langsung dengan prosedur yang dibuat menjadi SOP AP. 12) Pencatatan dan Pendataan, memuat berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh pejabat tertentu. Dalam kaitan ini, perlu dibuat formulir-formulir tertentu yang akan diisi oleh setiap pelaksana yang terlibat dalam proses. (Misalnya formulir yang menunjukkan perjalanan sebuah proses pengolahan dokumen pelayanan perizinan. Berdasarkan formulir dasar ini, akan diketahui apakah prosedur sudah sesuai dengan mutu baku yang ditetapkan dalam SOP AP). Setiap pelaksana yang ikut berperan dalam proses, diwajibkan untuk mencatat dan mendata apa yang sudah

- 9 - dilakukannya, dan memberikan pengesahan bahwa langkah yang ditanganinya dapat dilanjutkan pada langkah selanjutnya. Pendataan dan pencatatan akan menjadi dokumen yang memberikan informasi penting mengenai apakah prosedur telah dijalankan dengan benar. Contoh Bagian Identitas b. Bagian Flowchart Bagian Flowchart merupakan uraian mengenai langkahlangkah kegiatan secara berurutan dan sistematis dari prosedur yang distandarkan, yang berisi: 1) Nomor, diisi nomor urut. 2) Tahap Kegiatan, diisi tahapan kegiatan yang merupakan urutan logis suatu proses kegiatan. Biasanya menggunakan kalimat aktif dengan awalan me-. 3) Pelaksana, merupakan pelaku (aktor) kegiatan. Simbolsimbol diagram alir sesuai dengan proses yang dilakukan. Keterangan simbol sebagaimana ditentukan pada daftar simbol. Pelaksana diisi dengan nama-nama jabatan (Jabatan Fungsional Umum, Jabatan Fungsional Tertentu, Jabatan Struktural) yang ada di unit kerja

- 10 - yang bersangkutan yang melakukan proses kegiatan. Urutan penulisan jabatan dimulai dari jabatan yang terlebih dahulu melakukan tahap kegiatan. Jika dalam SOP AP tersebut terkait dengan unit lain, maka jabatan unit kerja lain diletakan setelah kolom jabatan di unit yang bersangkutan. 4) Mutu Baku, berisi kelengkapan, waktu, output dan keterangan. Agar SOP AP ini terkait dengan kinerja, maka setiap aktivitas hendaknya mengidentifikasikan mutu baku tertentu, seperti: waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan persyaratan/kelengkapan yang diperlukan (standar input) dan outputnya. Mutu baku ini akan menjadi alat kendali mutu sehingga produk akhirnya (end product) dari sebuah proses telah memenuhi kualitas yang diharapkan, sebagaimana ditetapkan dalam standar pelayanan. Untuk memudahkan dalam pendokumentasian dan implementasi, sebaiknya SOP AP memiliki kesamaan dalam unsur prosedur meskipun muatan dari unsur tersebut akan berbeda sesuai dengan kebutuhan unit kerja. Norma waktu bisa dalam hitungan menit, jam, hari. Contoh Bagian Flowchart

- 11 - c. Bagian Pendukung Bagian Pendukung berisi uraian, keterangan, atau contohcontoh formulir yang dapat mendukung penjelasan prosedur kegiatan atau menjadi syarat kelengkapan suatu kegiatan.

- 12 - PENGESAHAN SOP AP DAN PENETAPAN DOKUMEN SOP AP A. Pengesahan Unsur Prosedur Prosedur pengesahan Unsur Prosedur adalah sebagai berikut: 1. Unit Kerja Tata Laksana melakukan identifikasi kebutuhan SOP AP, analisis prosedur, dan memprakarsai penyusunan SOP AP Unit Kerja. 2. Unit Kerja menyusun SOP AP sesuai dengan ruang lingkup tugas dan fungsinya berdasarkan hasil identifikasi Unit Kerja Tata Laksana. Unit Kerja dapat membentuk tim untuk mengumpulkan bahan-bahan perumusan materi SOP AP dan persiapan sumber daya manusia maupun sarana lain. 3. Unit kerja berkoordinasi dengan Unit Kerja Tata Laksana dalam menyusun SOP AP. 4. Unit Kerja Tata Laksana melakukan harmonisasi dan koreksi terhadap Rancangan SOP AP yang diusulkan oleh Unit Kerja. 5. Unit Kerja melakukan perbaikan terhadap Rancangan SOP AP sesuai dengan koreksi, dan menyerahkan Rancangan SOP AP final kepada Unit Kerja Tata Laksana. Pengajuan Rancangan SOP AP final dilakukan oleh pejabat setingkat eselon II kepada pejabat setingkat eselon II yang membidangi fungsi ketatalaksanaan. 6. Unit Kerja Tata Laksana melakukan finalisasi SOP AP. 7. Pejabat Eselon II Unit Kerja mengesahkan SOP AP hasil finalisasi. 8. Unit Kerja menyerahkan SOP yang telah disahkan kepada Unit Kerja Tata Laksana untuk dilakukan penomoran SOP. 9. Unit Kerja Tata Laksana menggandakan SOP, melakukan legalisasi, dan menyerahkan hasil penggandaan kepada Unit Kerja. 10. Unit Kerja Tata Laksana menyimpan naskah asli SOP. 11. Unit Kerja melaksanakan sosialisasi dan internalisasi SOP di lingkungan Unit Kerja. B. Penetapan Dokumen SOP AP Prosedur penetapan Dokumen SOP AP adalah sebagai berikut: 1. Unit Kerja Tata Laksana mengintegrasikan SOP AP Unit Kerja di lingkungan Eselon I.

- 13-2. Unit Kerja Tata Laksana berkoordinasi dengan Unit Kerja Tata Usaha di lingkungan eselon I untuk menyusun konsep Dokumen SOP AP. 3. Unit Kerja Tata Usaha di lingkungan eselon I mengajukan konsep Dokumen SOP AP kepada Pejabat Eselon I yang bersangkutan. 4. Unit Kerja Tata Usaha di lingkungan eselon I menyerahkan Dokumen SOP AP yang telah mendapat penetapan dari Pejabat Eselon I. 5. Unit Kerja Tata Laksana menggandakan Dokumen SOP AP, melakukan legalisasi, dan menyerahkan hasil penggandaan kepada Unit Kerja Tata Usaha di lingkungan eselon I. 6. Unit Kerja Tata Laksana menyimpan naskah asli Dokumen SOP AP. KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, ttd M. ASICHIN