Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2

dokumen-dokumen yang mirip
Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Tinjauan Pustaka. II.1 Kimia dan Listrik

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

Hasil dan Pembahasan

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Hubungan Kuat Arus Listrik dengan Keasaman Buah Jeruk dan Mangga

DAFTAR PUSTAKA. Achmad, H., (2001), Elektrokimia dan Kinetika Kimia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telepon dan disusul pula dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM)

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari.

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Hubungan Tegangan Membran terhadap Variasi Suhu pada Konsentrasi 100 mm Larutan NaCl, MgCl 2 dan AlCl 3

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas

Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas

Tinjauan Pustaka. Sel elektrokimia adalah tempat terjadinya reaksi reduksi-oksidasi. Sel elektrokimia terdiri dari (Achmad, 2001):

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

Tinjauan Pustaka. II.1 Praktikum Skala-Kecil

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8

Listrik dinamis( pilih satu jawaban yang tepat)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

LISTRIK ARUS SEARAH BAB V. Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan sumber listrik arus searah Memahami hubungan sumber listrik arus searah

MODUL SEL ELEKTROLISIS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Skala ph dan Penggunaan Indikator

KIMIA ELEKTROLISIS

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh:

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni SMA Negeri 1 Ujungbatu, dan SMA Negeri 2 Ujungbatu.

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto.

ABSTRAK. yang disebabkan oleh terjadinya reaksi redoks yang spontan. sebesar 46,14 volt.

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal 2.6

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BATERAI BUAH DAN SAYURAN SEBAGAI DASAR PEMBUATAN MODUL PRAKTIKUM DAN PEMBELAJARAN ELEKTRONIK.

BAB II TINJAUAN UMUM

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Elektrokimia. Sel Volta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

III. METODE PENELITIAN. IImu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Maret 2015 sampai

ANALISIS KELISTRIKAN YANG DIHASILKAN LIMBAH BUAH DAN SAYURAN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIO-BATERAI

BELIMBING WULUH (Averrhoa Bilimbi) SEBAGAI SUMBER ENERGI DALAM SEL GALVANI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

Sulistyani, M.Si.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Sumber Arus Listrik. menjelaskan. Macam-macam Sumber Tegangan.

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II SEL ELEKTROLISIS (PENGARUH SUHU TERHADAP SELASA, 6 MEI 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB LISTRIK DINAMIS I. SOAL PILIHAN GANDA

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

Recovery logam dengan elektrolisis

Penelitian ini akan menggunakan langkah-langkah seperti yang tercantum dalam Gambar III-1. Studi pustaka dan jurnal

MODUL SEL ELEKTROKIMIA

PEMBUKTIAN PERSAMAAN NERNST

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA BATERAI (BAT)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BATERAI SENG UDARA MENGGUNAKAN FOTO POLYMER TETRAHYDROFURFURYL ACRYLATE (THFA)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

ELEKTROKIMIA Termodinamika Elektrokimia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

laut tersebut dan dapat di gunakan sebagai energi alternatif [3].

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin)

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

- - SUMBER ARUS LISTRIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM TAHUN 2013

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA BATERAI (BAT) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

TITRASI POTENSIOMETRI

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si

Transkripsi:

Bab IV Pembahasan Atom seng (Zn) memiliki kemampuan memberi elektron lebih besar dibandingkan atom tembaga (Cu). Jika menempatkan lempeng tembaga dan lempeng seng pada larutan elektrolit kemudian dihubungkan satu sama lain, maka elektron akan diberikan dari seng kepada tembaga. Di dalam baterai buah dan sayuran, larutan elektrolitnya adalah asam. Buah dan sayuran mengandung cairan yang kaya akan ion dan menjadi penghantar listrik yang baik sehingga baterai buah bisa bekerja. Karena pada rangkaian terbuka Cu memiliki potensial listrik yang lebih tinggi dibanding Zn, maka pada rangkaian tertutup arah arus positif dari Cu ke Zn dan elektron mengalir dengan arah berlawanan. Pada elektroda Zn, atom Zn diubah menjadi ion Zn 2+ di dalam larutan dan meninggalkan elektron pada elektroda Zn yang bertindak sebagai anoda. Pada waktu bersamaan terjadi pengubahan ion H + menjadi H 2 pada elektroda Cu yang bertindak sebagai katoda. Dalam sel baterai buah dan sayuran yang mengalami reaksi reduksi bukanlah ion Cu 2+ melainkan ion H +, berbeda dengan yang terjadi pada sel Daniell. Hal ini terjadi karena di dalam larutan elektrolit tidak terdapat ion Cu 2+. Ion H + yang terdapat di dalam larutan berasal dari asam organik yang terkandung di dalam buah dan sayuran. Jika reaksi yang terjadi di katoda adalah reaksi reduksi Cu 2+ menjadi Cu, maka tegangan sel yang dihasilkan pada keadaan baku sekitar 1,1 V. Akan tetapi jika reaksi di kotoda adalah H + menjadi H 2, maka tegangan sel baku yang dihasilkan; Elektroda Zn (anoda) : Zn(s) 2 Zn + (aq) + 2e E o =,762 V Elektroda Cu (katoda): 2H + o (aq) + 2e H 2 (g) E =, V + 2+ o Reaksi sel : Zn(s) + 2H (aq) Zn + H (g) E =,762 V 2 31

Tegangan listrik yang diperoleh dari hasil percobaan sekitar,9 V. Data ini yang dihasilkan tidak sesuai atau mendekati data tegangan sel bakunya. Hal ini terjadi karena data diukur tidak dalam keadaan baku. Selain reaksi kimia yang terjadi pada elektroda, faktor pengangkutan massa juga berpengaruh terhadap tegangan listrik yang dihasilkan. Buah dan sayuran yang digunakan di dalam baterai ini adalah jeruk nipis, kentang dan markisa. Asam organik yang terkandung dalam buah dan sayuran ini merupakan asam lemah. Pengukuran ph pada ketiga buah dan sayuran dengan menggunakan ph meter diperoleh data ph jeruk nipis 3,2, kentang 4,84, dan markisa 2,82. Baterai buah dan sayuran ini diteliti untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya. Hasil data yang diperoleh dari pengujian baterai buah dan baterai jus buah dibandingkan dengan menggunakan uji t. Uji t ini diolah dengan menggunakan perangkat lunak Sigmastat versi 3.5. IV.1 Tegangan Litrik Sebagai Fungsi dari Jarak Energi listrik yang dihasilkan suatu baterai tergantung pada reaksi elektrokimia yang terjadi pada elektroda dan pengangkutan massa. Pengangkutan massa dari atau menuju suatu permukaan elektroda dapat terjadi dengan beberapa proses. Proses tersebut diantaranya adalah pemindahan muatan di dalam suatu perbedaan tegangan listrik dan difusi di dalam suatu perbedaan konsentrasi. Pengangkutan massa materi dari dan menuju tempat terjadinya reaksi diperlukan untuk menjaga aliran arus listrik (Broadhead dan Kuo, 24). Dari hasil percobaan pengukuran tegangan listrik pada berbagai jarak terhadap markisa, kentang, dan jeruk nipis dalam bentuk buah dan jusnya, diperoleh kecenderungan tegangan listrik akan lebih kecil apabila jarak antara elektroda semakin jauh. Hal ini terjadi karena pemindahan materi aktif listrik seperti ion Zn 2+ dan ion H + dengan jarak elektroda yang makin jauh memerlukan waktu yang 32

lebih lama untuk sampai pada elektroda. Karena arus merupakan jumlah muatan per satuan waktu, maka dengan lamanya waktu yang ditempuh akan memperkecil arus. Sehingga tegangan listrik yang dihasilkan juga akan makin kecil. tegangan (V).98.975.97.965.96.955.95.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 jarak (cm) Gambar IV.1 Grafik tegangan listrik baterai jeruk nipis sebagai fungsi jarak tegangan (V).96.95.94.93.92.91.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 jarak (cm) Gambar IV.2 Grafik tegangan listrik baterai markisa sebagai fungsi jarak Pada baterai buah jeruk nipis dan markisa, tegangan listrik cenderung turun dengan makin jauhnya jarak elektroda, seperti terlihat pada Gambar IV.1 dan IV.2. Akan tetapi lain halnya pada baterai kentang, pada jarak,5 cm sampai 2,5 cm tegangan listrik cenderung turun. Akan tetapi kemudian pada jarak 3, cm sampai 4, cm tegangan listrik naik kembali, lihat Gambar IV.3. Hal ini bisa terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pemindahan ion-ion pada jarak tersebut lebih cepat dibandingkan pada jarak 2,5 cm. 33

tegangan (V).925.92.915.91.95.9.895.89.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 jarak (cm) Gambar IV.3 Grafik tegangan listrik baterai kentang sebagai fungsi jarak Pada baterai jus buah dan sayuran kecenderungannya sama dengan baterai dalam bentuk buahnya yaitu mengalami penurunan tegangan listrik dengan bertambahnya jarak elektroda. Walaupun mempunyai kecenderungan yang sama ternyata tegangan listrik yang dihasilkannya lebih kecil, seperti terlihat pada Gambar IV.4, IV.5 dan IV.6. Perbedaan tegangan listriknya cukup besar. Dengan menggunakan perangkat lunak Sigmastat diperoleh ternyata perbedaannya signifikan (lihat lampiran). tegangan (V).92.91.9.89.88.87.86.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 jarak (cm) Gambar IV.4 Grafik tegangan listrik baterai jus jeruk nipis sebagai fungsi jarak Ada beberapa kemungkinan untuk menjelaskan hal ini. Kecepatan pemindahan massa dalam hal ini ion Zn 2+ dan ion H + dalam larutan jus buah dan sayuran ini 34

lebih lambat dibanding pada larutan yang terdapat dalam bentuk buahnya. Hal ini dapat disebabkan oleh hambatan dalam pada larutan jus yang lebih besar dibanding pada larutan dalam bentuk buah. Reaksi yang terjadi di permukaan elektroda pada jus mungkin lebih lambat. Akhirnya mengakibatkan tegangan listrik yang dihasilkan lebih kecil. tegangan (V).91.9.89.88.87.86.85.84.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 jarak (cm) Gambar IV.5 Grafik tegangan listrik baterai jus markisa sebagai fungsi jarak tegangan (V).9.895.89.885.88.875.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 jarak (cm) Gambar IV.6 Grafik tegangan listrik baterai jus kentang sebagai fungsi jarak Data tegangan listrik yang diperoleh pada jus kentang walaupun ada penurunan tetapi perubahannya tidak terlalu besar, seperti terlihat pada Gambar IV.6. Hal ini kemungkinan terjadi karena pengangkutan massa atau pemindahan muatannya pada berbagai jarak cukup tetap. 35

IV.2 Rapat Arus Sebagai Fungsi dari Luas Permukaan Rapat arus permukaan elektroda ditunjukkan dalam amper.m -2, pada dasarnya mengukur kemampuan katalitik elektroda. Kemampuan katalitik adalah kemampuan berkurangnya energi pengaktifan dari proses pemindahan elektron. Proses pemindahan elektron ini berlangsung di dalam daerah antarmuka yang sangat tipis pada permukaan elekroda, dan melibatkan hubungan antara elektroda dan ion-ion atau materi aktif listrik (Lower, 24). Pada baterai buah dan sayuran dalam bentuk buahnya, rapat arus cenderung menurun dengan bertambahnya luas permukaan elektroda, lihat Gambar IV.7, IV.8 dan IV.9. Hal ini kemungkinan disebabkan dengan bertambahnya luas permukaan elektroda yang tercelup pada elektrolit, energi pengaktifan yang dibutuhkan untuk proses pemindahan elektron pada permukaan elektroda semakin besar. Bertambahnya energi pengaktifan menyebabkan reaksi elektrokimia yang terjadi pada permukaan elektroda berlangsung lebih lambat. Kecepatan reaksi elektrokimia yang terjadi pada permukaan elektroda menentukan banyaknya arus listrik yang dihasilkan. Reaksi elektrokimia makin lambat akan menyebabkan arus listrik yang dihasilkan menjadi lebih sedikit. Gambar IV.7 Grafik rapat arus pada baterai jeruk nipis 36

Gambar IV.8 Grafik rapat arus pada baterai markisa Gambar IV.9 Grafik rapat arus pada baterai kentang Baterai jus buah dan sayuran memiliki rapat arus dengan kecenderungan yang sama dengan baterai buahnya yaitu mengalami penurunan dengan bertambah luasnya permukaan elektroda. Akan tetapi rapat arus yang dihasilkannya lebih besar dan penurunannya cenderung lebih tajam, seperti terlihat pada Gambar IV.1, IV.11, dan IV.12. Perbedaan arus antara buah dan jus secara statistik signifikan. Hasil ini diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak Sigmastat 3.5. Kemungkinan energi pengaktifan untuk proses pemindahan elektron di permukaan elektroda pada baterai jus ini lebih kecil. Sehingga reaksi elektrokimia yang terjadi pada permukaan elektroda berlangsung lebih cepat. Karena reaksi elektrokimianya lebih cepat, maka arus listrik yang dihasilkan menjadi lebih besar dibanding arus listrik yang dihasilkan pada baterai buahnya. 37

Gambar IV.1 Grafik rapat arus pada baterai jus jeruk nipis Gambar IV.11 Grafik rapat arus pada baterai jus markisa Gambar IV.12 Grafik rapat arus pada baterai jus kentang IV.3 Tegangan listrik Sebagai Fungsi dari Waktu Penggunaan Baterai Ketika suatu baterai digunakan, tegangan listriknya akan lebih rendah dari tegangan listrik atau potensial sel bakunya. Perbedaan ini disebabkan karena adanya beban pada baterai dan polarisasi materi aktif listrik atau ion-ion selama 38

penggunaan baterai. Proses penggunaan baterai akan ideal jika berlangsung pada potensial sel bakunya sampai semua ion-ion habis digunakan dan kapasitasnya digunakan secara penuh. Tegangan listrik kemudian menurun sampai nol. Jika dialurkan tegangan listrik terhadap waktu penggunaan baterai, maka akan diperoleh kurva mendatar dan di akhir menurun tajam sampai nol (Linden, 24). Pada keadaan sesungguhnya apabila tegangan listrik dialurkan terhadap waktu penggunaan baterai akan diperoleh kurva miring dan tegangan listrik tidak akan berakhir di angka nol. Sejak awal penggunaan baterai, tegangan listrik akan lebih rendah dari tegangan listrik pada kondisi baku. Kemudian akan menurun seiring dengan meningkatnya beban sel. Beban sel terjadi karena adanya akumulasi hasil dari penggunaan baterai, polarisasi, dan konsentrasi. Apabila beban pada baterai lebih besar atau beban penggunaan baterai lebih besar, maka akan diperoleh kurva tegangan listrik terhadap waktu yang lebih miring. Kurva tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan pada baterai markisa diperoleh kurva dengan kemiringan hanya sampai waktu 2 menit. Setelah itu tegangan listrik cenderung tetap pada angka di atas nol. Hal ini menandakan bahwa baterai buah ini hanya mempunyai waktu hidup selama 28 menit dengan beban yang diberikan 2 ohm. Sedangkan baterai yang diberikan beban 36 ohm waktu hidupnya hanya 1 menit. Setelah itu dikatakan baterai habis, lihat Gambar IV.13 dan IV.14. 39

tegangan (mv) 3 25 2 15 1 5, 5, 1, 15, 2, 25, 3, 35, Gambar IV.13 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai markisa dengan beban 2 Ω 25, Tegangan (mv) 2, 15, 1, 5,,, 2, 4, 6, 8, 1, 12, 14, 16, Gambar IV.14 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai markisa dengan beban 36 Ω Baterai dengan beban 2 ohm memiliki waktu hidup sampai 34 menit, sedangkan dengan tegangan listrik 36 ohm waktu hidupnya selama 14 menit. Lihat pada Gambar IV.15 dan IV.16. 4

tegangan (mv) 14 12 1 8 6 4 2, 1, 2, 3, 4, 5, Gambar IV.15 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai jeruk nipis dengan beban 2 Ω 1, tegangan (mv) 8, 6, 4, 2,,, 2, 4, 6, 8, 1, 12, 14, 16, 18, GambarIV.16 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai jeruk nipis dengan beban 36 Ω Kurva yang diperlihatkan oleh baterai kentang menunjukkan waktu hidup yang dimilikinya selama 11 menit untuk beban 2 ohm dan 11 menit pada beban 36 ohm, seperti terlihat pada Gambar IV.17 dan IV.18. Kurva tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai pada seluruh baterai buah dan sayuran ini, ternyata memperlihatkan kemiringan yang sangat tajam. Kemiringan kurva dengan beban 36 ohm lebih miring dibanding pada beban 2 ohm, yang berarti bahwa massa hidup baterai buah dan sayuran dengan beban 36 ohm lebih pendek. 41

Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan beban besar pada baterai buah dan sayuran ini diantaranya yaitu terbentuknya hasil reaksi pada permukaan logam tersebut. Terbentuknya hasil reaksi ini dapat menghambat atau menghentikan reaksi yang terjadi pada permukaan elektroda. Pada baterai dengan beban 36 ohm kemungkinan pembentukan hasil reaksi semakin cepat, sehingga baterai ini lebih pendek waktu hidupnya dibanding dengan baterai dengan beban 2 ohm. Faktor lainnya yaitu polarisasi muatan listrik juga akan cepat menghentikan kerja dari baterai. Muatan listrik positif akan terkumpul di anoda sedangkan muatan negatif akan terkumpul di katoda. 2 Tegangan (mv) 15 1 5, 2, 4, 6, 8, 1, 12, 14, 16, Waktu (menit) Gambar IV.17 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai kentang dengan beban 2 Ω 2 tegangan (mv) 15 1 5, 2, 4, 6, 8, 1, 12, 14, 16, Gambar IV.18 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai kentang dengan beban 36 Ω 42

Pada baterai jus markisa diperoleh kurva tegangan listrik terhadap waktu dengan waktu hidup sekitar 14 menit pada 2 ohm. Sedangkan pada 36 ohm waktu hidupnya lebih pendek yaitu 6 menit, lihat Gambar IV.19 dan IV.2. 12 1 tegangan (mv) 8 6 4 2, 5, 1, 15, 2, Gambar IV.19 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai jus markisa dengan beban 2 Ω 6, Tegangan (mv) 5, 4, 3, 2, 1,,, 2, 4, 6, 8, 1, 12, Gambar IV.2 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai jus markisa dengan beban 36 Ω Kurva yang dihasilkan oleh baterai jus jeruk nipis 14 menit pada beban 2 ohm dan 12 menit pada beban 36 ohm. Lihat Gambar IV.21 dan IV.22. Sedangkan jus kentang memiliki waktu penggunaan baterai 7 menit dan 4 menit pada beban 36 ohm. Lihat Gambar IV.23 dan IV.24. 43

1 tegangan (mv) 8 6 4 2, 5, 1, 15, 2, 25, Gambar IV.21 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai jus jeruk nipis dengan beban 2 Ω 6 5 tegangan (mv) 4 3 2 1, 5, 1, 15, 2, Gambar IV.22 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai jus jeruk nipis dengan beban 36 Ω 12 1 tegangan (mv) 8 6 4 2, 2, 4, 6, 8, 1, 12, Gambar IV.23 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai jus kentang dengan beban 2 Ω 44

6 Tegangan (mv) 5 4 3 2 1, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, Waktu (menit) Gambar IV.24 Grafik tegangan listrik sebagai fungsi waktu penggunaan baterai jus kentang dengan beban 36 Ω Pada baterai jus buah dan sayuran ini kecenderungannya hampir sama dengan baterai buahnya. Waktu hidup baterai dengan beban 2 ohm lebih lama dibanding dengan baterai yang memiliki beban 36 ohm. Kemungkinan hal ini terjadi karena terbentuknya polarisasi muatan dan hasil reaksi pada permukaan elektroda seng lebih cepat terjadi pada baterai dengan beban 36 ohm. Secara keseluruhan pada baterai jus ini ada perbedaan yang signifikan pada tegangan listrik awal dengan beban 2 ohm dan 36 ohm. Pada baterai dengan beban lebih kecil yaitu pada 2 ohm, kemungkinan kecepatan reaksi pada permukaan elektoda atau pemindahan elektron pada permukaan elektroda lebih cepat. Tegangan listrik awal yang dihasilkannya pun akan lebih besar. Berbeda dengan pada baterai buahnya, tegangan listrik awal pada beban 2 ohm dan 36 ohm tidak terlalu jauh berbeda. Pada baterai ini kemungkinan kecepatan reaksi pada permukaan elektoda atau pemindahan elektron pada permukaan elektroda berlangsung dengan kecepatan hampir sama. IV.4 Kapasitas Baterai Kapasitas dalam amper.jam dari baterai sangat mudah ditentukan jika arus tetap selama penggunaan baterai. Jika arus berubah dengan bertambahnya waktu, maka ditentukan dengan integral. Kapasitas dapat diperoleh dengan mengalurkan arus 45

sebagai fungsi dari waktu dan diintegrasikan pada kurva. Kapasitas C diperoleh selama penggunaan baterai setelah beberapa waktu t. Waktu umumnya dibatasi dengan turunnya tegangan listrik sel (Vinal, 1955). Dengan menggunakan perhitungan luas daerah kurva arus terhadap waktu (lihat lampiran) diperoleh kapasitas untuk masing-masing baterai: Tabel IV.1 Kapasitas Baterai Buah dan Sayuran Baterai Kapasitas (ma.menit) 2 ohm 36 ohm Markisa 5,484 2,72 Jus markisa 16,4962 5,592 Kentang 4,216 3,197 Jus kentang 1,5819 4,6844 Jeruk nipis 5,7995 1,8828 Jus jeruk nipis 2,4867 1,158 Kapasitas baterai buah dan sayuran yang dihasilkan sangat kecil. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecilnya kapasitas baterai ini. Diantaranya terbatasnya penggunaan bahan aktif dalam sel. Keterbatasan ini sebagai akibat dari terbentuknya hasil reaksi penggunaan baterai yang menutupi permukaan elektroda, sehingga menghalangi difusi elektrolit. Peningkatan hambatan dalam elektrolit juga menyebabkan terbatasnya penggunaan bahan aktif dalam sel. Faktor lain yang menyebabkan kapasitas baterai ini kecil adalah kecepatan penggunaan baterai yang tinggi. Dengan kecepatan yang rendah kapasitas sel yang dihasilkan akan lebih besar. Kecepatan penggunaan baterai yang tinggi akan menyebabkan kapasitas turun. Penurunan ini sebagai akibat terbentuknya lapisan yang menutupi elektroda, terbatasnya waktu yang digunakan untuk difusi elektrolit dan tegangan listrik yang hilang karena beban dalam sel. Konsentrasi elektrolit juga merupakan faktor yang penting dalam menentukan tegangan listrik dan kapasitas sel baterai. Konsentrasi mempengaruhi kapasitas sebab menentukan tegangan listrik baterai, menentukan hambatan elektrolit untuk 46

mengalirkan arus listrik dan menentukan kecepatan difusi. Pada baterai buah ini kemungkinan konsentrasinya kecil sehingga kapasitas yang dihasilkan pun kecil. IV.5 Modul Praktikum pada Moodle Proses pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan Moodle merupakan bagian dari pembelajaran elektronik. Untuk penyampaian materi dalam pembelajaran ini diperlukan perancangan sistem pembelajaran. Salah satu syarat yang harus dipenuhi yaitu sederhana dan mudah digunakan. Adanya kemudahan pada panel yang disediakan akan mengurangi waktu pengenalan sistem pembelajaran elektronik itu. Materi dalam bentuk halaman web dapat diakses oleh komputer cukup dengan perangkat lunak penjelajah internet. Moodle memiliki fasilitas untuk membuat materi pembelajaran dalam bentuk halaman web dengan tampilan menarik tanpa harus mengerti bahasa HTML. Halaman web ini bisa disisipi gambar, animasi, atau video. Hal ini akan menarik perhatian siswa karena dengan gambar, animasi dan video ini kalimat bisa dibuat singkat. Moodle juga memiliki fasilitas untuk membuat kuis interaktif. Tampilan kuis dapat diatur sesuai dengan keperluan, misalkan dengan mengacak soal pada kuis. Dengan cara ini memungkinkan setiap komputer yang mengakses kuis tersebut menampilkan soal-soal yang berbeda. Adanya fasilitas yang bisa memunculkan langsung hasil perolehan nilai setelah pengerjaan kuis, juga merupakan tampilan yang menarik. 47