BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya pemasaran menjadi kebutuhan pada sebuah lembaga,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bank berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama Indonesia yang didukung oleh para pengusaha muslim dan cendekiawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai tugas untuk menghimpun dana dari masyarakat yang selanjutnya

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang menerapkan sistem ribawi menjadi goyah. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PEDAHULUAN. sistem perekonomian. Bank umum syariah maupun bank konvensional memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

BAB I PENDAHULUAN. Dimana bank memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah agent of trust. Agent

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi bank yaitu sebagai lembaga intermediasi yang mengumpulkan dana

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dana masyarakat secara baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang cukup penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian sebuah negara. Bank yang sehat menunjukkan bahwa bank tersebut mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses pembelian surplus dana dari sektor usaha, pemerintah maupun rumah tangga, untuk disalurkan kepada unit ekonomi yang defisit (Reniwaty, 2012). Apabila fungsi bank telah berjalan dengan baik, maka hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang dinamis dan efisien. Pertumbuhan ekonomi yang baik membuat lembaga keuangan bank dipercaya oleh masyarakat untuk mengelola simpanan mereka. Menurut Maulana Hamzah dalam La Riba Jurnal Ekonomi Islam, Bila melihat sistem perbankan Indonesia ditinjau dari sistem perbankan dunia pada umumnya ada perbedaan yang sangat signifikan. Sejak diberlakukannya UU No.10 tahun 1998 di Indonesia dikenal adanya dual banking system, perbankan syariah disatu sisi dan perbankan konvensional disisi lainnya. Walaupun terdapat 2 perbedaan sistem operasional namun secara struktural tetap dibawah naungan Bank Indonesia. Perbedaan sistem ini membuat perbedaan tingkat perkembangan juga, contoh hingga Juni 2009 NPF (Non Performing Financing) bank syariah berada pada kisaran 7,91% sedangkan bank konvensional NPL (Non-Performing

2 Loan) 21%. Fakta ini tentu memberi keunggulan pada perbankan syariah, terutama dalam faktor likuiditas dan daya tahannya ketika menghadapi krisis, selain faktor sistem yang lebih aman, tingkat integrasi bank syariah dengan ekonomi global dapat dibilang lebih kecil ketimbang bank konvensional. Menurut M. Syafi i Antonio (2001:29), terdapat banyak perbedaan mendasar diantara bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Dari segi akad dan aspek legalitas, pada bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad dilakukan berdasarkan hukum islam. Jika dilihat pada struktur organisasi, bank syariah mungkin memiliki persamaan dengan bank konvensional dalam hal komisaris dan direksi, namun unsur yang membedakan adalah adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produknya agar sesuai syariah islam. Eksposure pembiayaan perbankan syariah yang masih lebih diarahkan kepada aktivitas perekonomian domestik, sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki tingkat sofistikasi transaksi yang tinggi adalah dua faktor yang dinilai telah menyelamatkan bank syariah dari dampak langsung guncangan sistem keuangan global. Memiliki kinerja yang baik selama masa krisis membuat kedudukan perbankan syariah menjadi semakin kokoh dan mendapat kepercayaan dari masyarakat serta pemerintah. Pemerintah menunjukkan dukungan dengan adanya pengesahan atas keberadaan dan beroperasinya bank Syariah di Indonesia. Sedangkan masyarakat, khususnya umat Islam memajukan perbankan syariah

3 melalui pemberdayaan dan pemanfaatan lembaga perbankan syariah sebagai alternatif dalam aktivitas perekonomian. (Arthesa dan Handiman, 2006:80) Sesuai dengan Undang-undang No.21 Tahun 2008 bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. (www.bi.go.id, 13 Maret 2013) Kinerja perbankan syariah pada umumnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Total aset perbankan syariah per Desember 2011 mencapai Rp145,47 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 49,17% yang merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang tiga tahun terakhir. Pertumbuhan aset bank syariah didukung oleh pertumbuhan jaringan kantor, yaitu berjumlah 1.477 kantor pada tahun 2010 menjadi 1.737 kantor pada 2011. Total keseluruhan bank syariah pada tahun 2011 sebesar 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 155 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Industri perbankan syariah menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang tinggi dengan rata-rata sebesar 40,2% pertahun dalam lima tahun terakhir (2007-2011), sedangkan rata-rata pertumbuhan perbankan nasional hanya sebesar 16,7% pertahun. Sehingga industri perbankan syariah dijuluki the fastest growing industry, (www.bi.go.id, 13 Maret 2013). Menurut Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI), Mulya Effendi Siregar, Tingginya aset turut mendorong pangsa pasar bank syariah ke level 4 persen dibanding total aset perbankan nasional. Pada tahun

4 2010, pangsa pasar bank syariah masih berada di level 3,28 persen. Aset bank syariah terus naik setiap tahun. (www.republika.co.id, 13 Maret 2013) Menurut Muhammad dan Suwiknyo (2009:71) modal adalah sejumlah sumber daya yang ditanamkan pada suatu usaha yang fungsinya untuk menambah kekayaan perusahaan/usaha dimaksud. Modal merupakan faktor penting bagi bank dalam usaha untuk perkembangan dan kemajuan sekaligus untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Ini karena sebagian besar modal yang diperoleh bank berasal dari dana pihak ketiga. Dalam menentukan jumlah modal yang harus dimiliki bank-bank umum berdasarkan prinsip syariah, Bank Indonesia selaku bank sentral menetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia No.7/13/PBI/2005 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko. Selanjutnya, ketentuan modal minimum ini diukur dengan menggunakan capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang membandingkan antara jumlah modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Selama lebih dua puluh tahun perbankan syariah mewarnai industri perbankan nasional. Kini, seiring dengan berkembangnya industri perbankan, Bank Syariah secara bersama-sama melakukan penambahan modal. Penambahan modal untuk memudahkan ekspansi bisnis tanpa khawatir rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) tergerus. CAR adalah denyut nafas bank. Penurunannya akan membuat kepercayaan masyarakat pada bank berkurang. Ditengah masyarakat tersimpan keyakinan bahwa bank dapat dikatakan sehat bila CAR diatas 12%. Sekarang ini bank syariah umumnya mempunyai CAR diatas 12

5 persen. Aksi penambahan modal karena tren perekonomian nasional masih prospektif ditengah perlambatan perekonomian global. Tahun ini saja pemerintah masih berani memasang target pertumbuhan 6,5 persen. Bank syariah menangkap tren itu dengan optimis. Untuk mempermudah ekspansi bisnis, maka bank syariah menambah kecukupan modal pada batas yang realistis. (ekonomisyariah.info, 13 Maret 2013) Adanya penambahan modal pada bank umum syariah akan membantu meningkatkan rasio kecukupan modal serta mendorong kegiatan operasional bank berjalan dengan lancar. Namun, penambahan modal yang tidak dibarengi dengan penambahan ATMR yang seimbang maka akan berdampak pada menurunnya nilai CAR. Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan nilai CAR pada Bank Umum Syariah: Tabel 1.1 Kinerja CAR pada Bank Umum Syariah Periode 2010-2012 CAR Tahun Modal ATMR Perubahan Keterangan (%) 2010 9578 57156 16,76 - - 2011 11297 67936 16,63-0,13 Turun 2012 Januari 11845 72814 16,27-0,36 Turun Februari 11970 75228 15,91-0,36 Turun Maret 11894 77597 15,33-0,58 Turun April 11886 79419 14,97-0,36 Turun Mei 12092 90219 13,4-1,57 Turun Juni 12864 79798 16,12 2,72 Naik Juli 12864 79798 16,12 0 Tetap Agustus 13205 96863 13,63-2,49 Turun September 13288 88704 14,98 1,35 Naik Oktober 13499 92867 14,54-0,44 Turun November 13638 93401 14,6 0,06 Naik Desember 13866 98071 14,14-0,46 Turun

6 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (data diolah) vol: 11 no. 1 desember 2012 (www.bi.go.id) Tabel 1.1 diatas menunjukkan perkembangan CAR pada Bank Umum Syariah yang berada diatas 8% sehingga dapat dikatakan kondisi permodalan bank berada pada posisi yang sehat. Namun perkembangan tersebut berfluktuatif, mulai dari tahun 2010 nilai CAR sebesar 16,76% kemudian mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 0,13 menjadi 16,63%. Pada tahun 2012, penurunan terus terjadi dari bulan pertama hingga bulan kelima sebesar 3,13 dari 16,27% menjadi 13,4%. Kemudian terjadi kenaikan kembali pada bulan keenam dan ketujuh mencapai 16,12%, lalu pada bulan kedelapan turun menjadi 13,63%. Pada bulan kesembilan terjadi kenaikan dengan nilai 14,98% namun setelah itu terjadi penurunan hingga akhir tahun 2012 mencapai 14,14%. Salah satu bank yang termasuk ke dalam bank umum syariah adalah PT Bank Syariah Mandiri. Data keuangan yang diperoleh selama tahun 2008 hingga tahun 2012 menunjukkan kondisi CAR pada Bank Syariah Mandiri berfluktuatif. Seperti yang terlihat pada gambar berikut: Tabel 1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) PT Bank Syariah Mandiri periode 2008 2012 Tahun CAR (%) Perubahan (%) 2008 12,66-2009 12,39-0,27 2010 10,60-1,79 2011 14,57 3,97 2012 13,82-0,75 Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank (data diolah) Pada tabel 1.2, dapat dilihat bahwa CAR pada Bank Syariah Mandiri berfluktuatif. Mulai tahun 2008 hingga 2010 nilai CAR masih berada pada standar

7 Bank Indonesia yaitu 8%-12%. Akan tetapi mulai tahun 2011 terjadi peningkatan sehingga mencapai 14,57%. Kemudian pada tahun 2012 CAR menurun menjadi 13,82%, walaupun telah memenuhi kecukupan pemenuhan modal minimum akan tetapi dengan CAR yang diatas standar dianggap kurang baik bagi bank. Berikut perkembangan CAR pada Bank Umum Syariah disajikan dalam grafik: 20 15 10 12,66 11,44 12,39 11,15 13,32 10,6 14,57 13,82 12,05 11,7 5 0 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Syariah Mandiri Bank Muamalat Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank (data diolah) Gambar 1.1 Grafik Perkembangan CAR pada Bank Umum Syariah Periode 2008 2012 Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu modal menurut Muhammad (2002:210) harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas investasi pada aktiva terutama yang berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat. Dari berbagai macam rasio keuangan yang mempengaruhi kecukupan modal dipilih likuiditas sebagai faktor utama berpengaruh terhadap kondisi kesehatan bank. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Dahlan Siamat (2005:293) bahwa Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menilai

8 kecukupan modal bank antara lain Likuiditas. Bagi dunia perbankan likuiditas merupakan faktor penting dalam menilai kinerja bank. Seberapa besar aset yang dimiliki bank jika kondisi likuiditas terancam maka bank akan mengalami kesulitan dikarenakan penarikan dana yang dilakukan oleh para deposan. Indikator yang digunakan dalam mengukur likuiditas pada bank salah satunya adalah Financing to Deposit Ratio (FDR) yang menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditas (Dendawijaya, 2009:116). Semakin tinggi tingkat FDR menunjukkan semakin jelek kondisi likuiditas bank, karena penempatan pada kredit juga dibiayai dari dana pihak ke tiga yang sewaktu-waktu dapat ditarik. Untuk itu nilai FDR yang terlalu tinggi akan sangat berbahaya bagi kondisi likuiditas bank karena standar FDR menurut Peraturan Bank Indonesia No12/19/PBI/2010 adalah sebesar 78%-100%. Kondisi likuiditas bank yang berada pada posisi tidak likuid membuat nasabah kehilangan kepercayaan terhadap bank bersangkutan. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi jumlah modal yang ada. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat maka bank melakukan penambahan modal agar dapat memenuhi kewajibannya pada saat terjadi masalah.

9 100 95 90 85 89,12 83,07 82,54 86,03 94,4 80 75 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank (diolah kembali) Gambar 1.2 Grafik Perkembangan FDR pada PT Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2012 Gambar 1.2 diatas menunjukkan perkembangan FDR Bank Syariah Mandiri. Pada tahun 2008 hingga 2010 FDR mengalami penurunan. Kemudian mengalami peningkatan lagi pada tahun 2011 hingga 2012. Menurut Dendawiajaya (2009:116) Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin rendah kemampuan likuiditas bank karena jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan semakin besar. Dalam kondisi yang kurang likuid bank harus bisa mengelola penyaluran dana terhadap dana masyarakat yang dimilikinya agar FDR dapat dijaga pada batas aman. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Taswan (2006:73) bahwa ketentuan FDR dapat membantu menentukan modal bank. FDR adalah perbandingan antara pembiayaan terhadap dana pihak ketiga. Dengan memperhatikan formula tersebut dan dengan asumsi manajemen bank mampu memprediksi pertumbuhan pembiayaan dan dana, maka selanjutnya bank dapat menentukan kebutuhan modal sendiri.

10 Pengaturan tentang kecukupan modal dilakukan agar bank dapat menjaga tingkat likuiditas sehingga dapat mengurangi terjadinya risiko kerugian bagi bank. Ketika suatu bank memiliki likuiditas rendah menunjukkan bahwa bank tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan dana yang dimilikinya. Sebaliknya ketika suatu bank memiliki tingkat likuiditas yang terlalu tinggi maka bank dikatakan dalam kondisi yang sangat likuid yaitu terjadinya penumpukan dana sehingga dapat menimbulkan beban. Oleh sebab itu bank harus mampu menjaga tingkat likuiditas pada batas yang wajar sehingga dapat mengurangi risiko kerugian. Berdasarkan uraian tentang fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kecukupan modal dan likuiditas dengan mengambil judul Pengaruh Likuiditas terhadap Kecukupan Modal pada PT Bank Syariah Mandiri. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Modal merupakan salah satu aspek penting dalam menjalankan aktivitas perbankan untuk memperoleh keuntungan. Pengelolaan modal bank yang baik membuat masyarakat semakin percaya untuk menyimpan dana mereka ke bank. Ini karena dengan adanya setoran dana dari pemegang saham membuat posisi modal semakin baik. Besaran jumlah modal yang harus dimiliki bank ditentukan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.7/13/PBI/2005 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bahwa

11 bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko. Selanjutnya, ketentuan modal minimum bank biasanya menggunakan suatu ukuran yang disebut capital adequacy ratio (CAR). Menurut Kasmir (2012:325) Capital Adequacy Ratio adalah rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih. Faktor likuiditas yang dapat mempengaruhi CAR adalah financing to deposit ratio (FDR). Menurut Kasmir (2012:319) FDR adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin rendah kemampuan likuiditas bank karena jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan semakin besar (Dendawijaya, 2009:116). Oleh karena itu, bank harus bisa mengelola dana yang dimiliki dengan mengoptimalkan penyaluran pembiayaan agar kondisi likuiditas bank tetap terjaga. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Taswan (2006:73) bahwa ketentuan FDR dapat membantu menentukan modal bank. FDR adalah perbandingan antara pembiayaan terhadap dana pihak ketiga. Dengan memperhatikan formula tersebut dan dengan asumsi manajemen bank mampu memprediksi pertumbuhan pembiayaan dan dana, maka selanjutnya bank dapat menentukan kebutuhan modal sendiri. Peneliti membatasi masalah yang diteliti terfokus pada pengaruh Likuiditas dengan indikator Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap

12 Kecukupan Modal dengan indikator Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT Bank Syariah Mandiri. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah dari penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana gambaran likuiditas pada PT Bank Syariah Mandiri? 2. Bagaimana gambaran kecukupan modal pada PT Bank Syariah Mandiri? 3. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap kecukupan modal pada PT Bank Syariah Mandiri? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Gambaran likuiditas pada PT Bank Syariah Mandiri. 2. Gambaran kecukupan modal pada PT Bank Syariah Mandiri. 3. Pengaruh likuiditas terhadap kecukupan modal pada PT Bank Syariah Mandiri. 1.4 Kegunaan Penelitian Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis atau praktis sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Diharapkan dengan penelitian ini dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan yaitu ilmu keuangan serta dapat memberi sumbangan pada perkembangan ilmu Manajemen khususnya Manajemen Keuangan yang

13 menyangkut teori likuiditas dan kecukupan modal. Juga diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pada akademisi untuk pengembangan teori Manajemen Keuangan. 2. Kegunaan Praktis Bagi Perusahaan Perbankan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan rasio-rasio keuangan bank serta menjadi pertimbangan bagi bank dalam menetapkan kebijakan dan mempertahankan tingkat rasio keuangan agar kondisi perbankan yang sehat dapat terwujud. Bagi penelitian selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan memberikan informasi untuk tujuan penelitian selanjutnya.