BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, perdagangan, pengangkutan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain:

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

Lampiran 1. Rasio Market PT. Indoritel Makmur Internasional Tbk dan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Tahun 2013 dan 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

30 Juni 31 Desember

PT GARUDA METALINDO Tbk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

LAMPIRAN. 1. Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk

30 September 31 Desember Catatan

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali)

M.Andryzal fajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan pilar

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

METADATA INFORMASI DASAR

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN. Rasio lancar PT Matahari Department Store Tbk dari tahun 2010


BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. Mengukur Kinerja Keuangan pada PT Kalbe Farma Tbk Periode di atas,

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangannya jauh lebih pesat bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk dapat memenuhi

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan

JUMLAH ASET LANCAR

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 16 Januari 1985 berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, S.H., No. 27.


BAB I PENDAHULUAN. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok untuk masyarakat. merupakan perusahaan yang sudah go public.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75

IAS 7 Laporan Arus Kas

PT Timah (Persero) Tbk Membukukan Laba Periode Berjalan Pada 30 September 2011 sebesar Rp 860 Miliar

ANALISIS KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Bisnis Perusahaan Analisis SWOT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. Modul ke: 06FEB. LAPORAN ARUS KAS Sumber : Dwi Martani. Fakultas. Fitri Indriawati, SE., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang sedang melanda lingkungan telekomunikasi dunia

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk.

ASET Catatan 31 Maret Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016

Catatan 31 Maret Maret 2010

ARTIKEL ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT Timah (Persero) Tbk Membukukan Laba Bersih Triwulan I 2012 Sebesar Rp 207,7 Miliyar

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 PT Gudang Garam Tbk Profil Perusahaan

Efisiensi dan Strategi yang Tepat Berbuah Kinerja Positif pada Semester I-2015

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

BAB IV PEMBAHASAN. Opportunity and Threats (SWOT) digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dari segi

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

JUMLAH AKTIVA

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar

BAB II LANDASAN TEORI

Laba PT TIMAH (Persero) Tbk Naik sebesar 141% pada Laporan Keuangan s/d Kuartal III Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INFORMASI PENAWARAN UMUM TERBATAS VI ( PUT VI ) KEPADA PARA PEMEGANG SAHAM DALAM RANGKA PENERBITAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU ( HMETD )

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PT Timah (Persero) Tbk Membukukan Laba per 31 Maret 2011 Sebesar Rp 354,7 Miliar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba yang merupakan hasil yang

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANALISIS ARUS KAS

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

Kuartal III 2015 TINS Membukukan Kenaikan Pendapatan 17,95% YoY

Transkripsi:

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diawali pada tahun 197 dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang pertama di Citereup, Bogor, Jawa Barat. Pabrik yang didirikan PT Distinct Indonesia Cement Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan 00.000 ton ini mulai beroperasi. Selama kurun waktu sepuluh tahun setelah beroperasinya pabrik pertama, Perseroan membangun tujuh pabrik tambahan sehingga kapasitas produksi terpasangnya meningkat menjadi sebesar 7,7 juta ton per tahun. Peningkatan tersebut turut membantu penyediaan pasokan semen bagi pembangunan di Indonesia yang semula merupakan negara importir semen, berubah menjadi negara yang mampu mengekspor semen. Kedelapan pabrik tersebut dikelola dan dioperasikan oleh enam perusahaan yang berbeda. Perkembangan Perseroan berlanjut dengan didirikannya PT Indocement Tunggal Prakarsa pada tanggal 16 Januari 198. PT Indocement Tunggal Prakarsa didirikan untuk melebur keenam perusahaan tersebut dan mengelola serta mengoperasikan kedelapan pabriknya dalam satu manajemen yang terpadu. PT Indocement Tunggal Prakarsa melakukan Penawaran Umum Saham Perdana dan menjadi perusahaan publik pada tahun 1989. Kantor 26

27 pusat Perseroan berlokasi di Wisma Indocement, lantai 13 Jl. Jenderal Sudirman, Kav. 70-71, Jakarta Selatan. Entitas induk terakhir Perseroan saat ini adalah HeidelbergCement AG, yang berbasis di Jerman dan pemimpin pasar global di bidang agregat dan pemain terkemuka di bidang semen, beton, dan aktivitas hilir lainnya. Guna mengantisipasi pertumbuhan pasar yang semakin kuat, Indocement terus berupaya menambah jumlah pabriknya untuk meningkatkan kapasitas produksi. Perseroan mengoperasikan 12 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 20, juta ton semen pada saat ini. Perseroan juga sedang membangun satu pabrik baru yang dijadwalkan akan selesai dalam Triwulan II 2016. Selama kurun waktu 40 tahun operasinya, Indocement telah berkembang menjadi salah satu produsen semen terdepan di Indonesia. Perusahaan semen yang dikenal dengan merek kenamaan Tiga Roda digunakan untuk membangun jalan, jembatan, gedung pencakar langit dan rumah di seluruh negeri. Perseroan memiliki lima entitas anak pemilikan langsung dan sembilan entitas anak pemilikan tidak langsung serta tiga entitas asosiasi. Perseroan dan entitas anaknya bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen sebagai inti usaha dan beton siap pakai, serta tambang agregat dan trass. Ruang lingkup kegiatan usaha Indocement antara lain, pabrikasi semen dan bahan-bahan bangunan, pertambangan, konstruksi dan perdagangan.

28 2. Visi, Misi, Moto dan Budaya Perusahaan a. Visi Menjadi produsen semen terkemuka di Indonesia dan pemimpin di pasar beton siap pakai (RMC) di Pulau Jawa yang terdepan dalam mutu, serta mampu memenuhi kebutuhan agregat dan pasir untuk bisnis RMC secara mendiri. b. Misi Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bengunan berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memerhatikan pembangunan berkelanjutan. c. Moto Turut membangun kehidupan bermutu. d. Budaya Perusahaan Nilai-nilai inti merupakan pengejawantahan dari budaya perusahaan Indocement, yang terdiri dari: 1. Accountability Kewajiban dan keinginan individu untuk menerima dan melaksanakan tugas serta mengemban tanggung jawab. 2. Stive for Excellence Semangat untuk bekerja melebihi apa yang diharapkan agar mencapai hasil terbaik.

29 3. Integrity Keyakinan untuk bertindak secara benar, jujur, transparan dan penuh integritas. 4. Service Mindedness Kemauan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan pelanggan.. Teamwork Semangat untuk bekerja sebagai sebuah tim dan mengesampingkan konflik pribadi demi mencapai tujuan Perseroan. B. Langkah Analisis dan Pembahasan 1. Mengitung Rata-rata Industri Perusahaan Sub Sektor Semen Menghitung rata-rata industri perusahaan yang bergerak pada sub sektor semen untuk mencari rata-rata industri dari rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, serta aktivitas. Sub sektor semen tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis industrinya yang bergerak pada industri semen. Sub sektor semen merupakan turunan dari sektor industri dasar dan kimia menurut pengelompokkan dari Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang ada dalam sub sektor semen adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT Semen Baturaja Tbk, PT Holcim Indonesia Tbk, PT Semen Indonesia Tbk, serta PT Wijaya Karya Beton. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data sebagai pembanding terhadap rasio yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, sehingga dapat diketahui bagaimana kinerja dari perusahaan bersangkutan terhadap perusahaan lain dalam industri yang sama yaitu sub

30 sektor semen berdasarkan perbandingan tersebut. Rata-rata industri dihitung dengan cara mencari setiap rasio terkait dari seluruh perusahaan yang ada kemudian menambah seluruh rasio tersebut, dan membaginya berdasarkan jumlah perusahaan yang bergerak pada sub sektor semen tersebut. Rata-rata industri setiap rasio adalah sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas 1) Rasio Lancar Tabel 3.1 Rata-rata Industri Rasio Lancar Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 6,1 + 10,88 + 0,62 + 1,88 + 1,06 4,12 2014 4,93 + 12,99 + 0,60 + 2,21 + 1,41 4,43 201 4,89 + 7,7 + 0,6 + 1,60 + 1,37 3,22 Berdasarkan data pada tabel 3.1 rata-rata industri mencapai angka 4,12 pada tahun 2013. Tahun 2014 rata-rata industri perusahaan sub sektor semen untuk rasio lancar mengalami kenaikkan dibandingkan tahun lalu, yakni berada pada angka 4,43. Kenaikkan tersebut manandakan bahwa beberapa perusahaan yang bergerak pada industri semen mengalami peningkatan kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang dimiliki. Tahun 201 rata-rata industri perusahaan sub sektor semen untuk rasio lancar mengalami penurunan.

31 Rasio lancar oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila rasio lancar yang dimiliki melebihi angka ratarata industri tersebut selama kurun waktu tiga tahun terakhir. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang dimiliki, karena memiliki rasio di atas rata-rata industri. 2) Rasio Sangat Lancar Tabel 3.2 Rata-rata Industri Rasio Sangat Lancar Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013,4 + 10,01 + 0,42 + 1,3 + 0,48 3,6 2014 4,31 + 11,88 + 0,37 + 1,61 + 1,03 3,84 201 4,19 +,04 + 0,47 + 1,1 + 0,89 2,3 Berdasarkan tabel 3.2 rata-rata industri untuk rasio sangat lancar pada tahun 2013 berada pada angka 3,6. Kenaikkan terjadi pada tahun 2014 yang memiliki rata-rata industri sebesar 3,84. Penurunan terjadi pada tahun 201, angka rata-rata industri untuk rasio sangat lancar berada pada angka 2,3. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila rasio sangat lancar yang dimiliki berada di atas angka rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun terakhir. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

32 yang segera jatuh tempo menggunakan aset sangat lancar (kas + sekuritas jangka pendek + piutang) yang dimiliki oleh perusahaan, karena memiliki rasio di atas rata-rata industri. 3) Rasio Kas Tabel 3.3 Rata-rata Industri Rasio Kas Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 4,60 + 9,83 + 0,11 + 0,78 + 0,23 3,11 2014 3,4 + 11,43 + 0,06 + 0,94 + 0,69 3,31 201 3,22 + 4,89 + 0,16 + 0,60 + 0,46 1,87 Berdasarkan tabel 3.3 rata-rata industri rasio kas dari perusahaan yang bergerak pada industri semen mengalami kenaikkan pada tahun 2014. Tahun 201 rata-rata industri untuk rasio kas mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tahun 2013 rata-rata industri untuk rasio kas berada pada angka 3,11. Tahun 2014 rata-rata industri barada pada angka 3,31. Tahun 201 rata-rata industri untuk rasio kas menunjukkan angka 1,87. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila memiliki rasio kas yang berada di atas rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun terakhir. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik dalam melunasi kewajiban lancar yang segera jatuh tempo menggunakan kas dan setara kas yang ada, karena memiliki rasio di atas angka rata-rata industri.

33 b. Rasio Solvabilitas 1) Rasio Utang terhadap Aset Tabel 3.4 Rata-rata Industri Rasio Utang terhadap Aset Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,14 + 0,10 + 0,42 + 0,29 + 0,76 0,34 2014 0,1 + 0,08 + 0,0 + 0,27 + 0,42 0,29 201 0,14 + 0,10 + 0,1 + 0,28 + 0,49 0,30 Berdasarkan tabel 3.4 rata-rata industri rasio utang terhadap aset atas perusahaan dalam industri semen mengalami penurunan sejak tahun 2013. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan yang bergerak pada industri semen sumber pembiayaan atas aset perusahaan yang berasal dari utang mengalami penurunan. Tahun 2013 besaran rasio utang terhadap aset adalah sebesar 0,34. Tahun 2014 besaran rasio utang terhadap aset adalah 0,29. Tahun 201 besaran rasio utang terhadap aset adalah 0,30. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila besaran rasio utang terhadap aset berada di bawah rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun terakhir tersebut. Hal tersebut dikarenakan jika rasio utang terhadap aset rendah maka berarti proporsi aset perusahaan yang dibiayai oleh utang juga kecil. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong baik, karena jumlah aset yang dibiayai oleh utang tergolong kecil dibandingkan dengan ratarata industri.

34 2) Rasio Utang terhadap Modal Tabel 3. Rata-rata Industri Rasio Utang terhadap Modal Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,17 + 0,11 + 0,72 + 0,42 + 3,10 0,90 2014 0,18 + 0,09 + 1,00 + 0,37 + 0,73 0,47 201 0,16 + 0,11 + 1,0 + 0,39 + 0,97 0,4 Berdasarkan tabel 3. rata-rata industri mengalami penurunan tahun 2014 dan 201 jika dibandingkan dengan tahun 2013. Rata-rata industri rasio utang terhadap modal tahun 2013 berada pada angka 0,90. Tahun 2014 rata-rata industri rasio utang terhadap modal adalah 0,47. Tahun 201 rata-rata industri rasio utang terhadap modal adalah 0,4. Penurunan tersebut berarti bahwa proporsi modal terhadap utang mengalami peningkatan. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila besaran rasio utang terhadap modal berada di bawah rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun tersebut. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki proporsi modal yang lebih besar dibandingkan utang, karena memiliki rasio di bawah rata-rata industri.

3 3) Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal Tabel 3.6 Rata-rata Industri Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,0 + 0,03 + 0,33 + 0,17 + 0,8 0,23 2014 0,04 + 0,02 + 0,6 + 0,16 + 0,04 0,17 201 0,0 + 0,02 + 0,8 + 0,1 + 0,18 0,19 Berdasarkan tabel 3.6 rata-rata industri rasio utang jangka panjang terhadap modal mengalami penurunan pada tahun 2014 dan 201 jika dibandingkan dengan tahun 2013. Tahun 2013 rata-rata industri rasio utang jangka panjang terhadap modal adalah 0,23. Tahun 2014 rata-rata industri rasio utang jangka panjang terhadap modal adalah 0,17. Tahun 201 rata-rata industri rasio utang jangka panjang terhadap modal adalah 0,19. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila besaran rasio utang jangka panjang terhadap modal berada di bawah rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun terakhir. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki proporsi utang jangka panjang terhadap modal yang rendah, karena rasio yang dimiliki berada di bawah rata-rata industri.

36 4) Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan Tabel 3.7 Rata-rata Industri Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 130,39 + 6.221,32 + 3,6 + 21,34 + 36,2 1.282,7 2014 317,60 + 2.82,84 + 4,28 + 19,48 + 9,60 86,76 201 213,68 + 2.939,00 + 1,62 + 16,81 + 4,27 63,08 Berdasarkan tabel 3.7 rata-rata industri rasio kelipatan bunga yang dihasilkan mempunyai rasio yang cukup tinggi. Tahun 2013 rata-rata industri rasio kelipatan bunga yang dihasilkan adalah 1.282,7. Tahun 2014 rata-rata industri rasio kelipatan bunga yang dihasilkan adalah 86,76. Tahun 201 rata-rata industri rasio kelipatan bunga yang dihasilkan adalah 63,08. Rata-rata industri untuk rasio kelipatan bunga yang dihasilkan memiliki rasio yang cukup tinggi karena salah satu perusahaan yang berada pada sub sektor semen memiliki rasio yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan rasio kelipatan bunga yang dihasilkan oleh perusahaan dalam sub sektor semen lainnya. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan cukup baik apabila besaran rasio kelipatan bunga yang dihasilkan berada di atas rata-rata industri yang ada. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan dengan kemampuan membayar bunga yang baik, meskipun rasio yang dimiliki berada di bawah rata-rata industri. Rata-

37 rata kemampuan perusahaan untuk membayar bunga sebesar 220,6 kali. ) Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban Tabel 3.8 Rata-rata Industri Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 1,7 + 1,18 + 0,30 + 0,78 + 0,1 0,80 2014 1,39 + 1,03 + 0,1 + 0,77 + 0,26 0,72 201 1,34 + 1,01 + 0,04 + 0,6 + 0,11 0,61 Berdasarkan tabel 3.8 rata-rata industri untuk rasio laba operasional terhadap kewajiban terus mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri rasio laba operasional terhadap kewajiban adalah 0,80. Tahun 2014 ratarata industri rasio laba operasional terhadap kewajiban adalah 0,72. Tahun 201 rata-rata industri rasio laba operasional terhadap kewajiban adalah 0,61. Penurunan tersebut menandakan bahwa telah terjadi penurunan jumlah laba operasional semua perusahaan dalam industri semen. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila besaran rasio laba operasional terhadap kewajiban berada di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik dalam melunasi

38 kewajiban, karena PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki rasio diatas rata-rata industri. c. Rasio Profitabilitas 1) Hasil Pengembalian atas Aset Tabel 3.9 Rata-rata Industri Hasil Pengembalian atas Aset Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,20 + 0,12 + 0,07 + 0,19 + 0,08 0,13 2014 0,18 + 0,11 + 0,03 + 0,16 + 0,08 0,11 201 0,1 + 0,11 + 0,01 + 0,12 + 0,04 0,09 Berdasarkan tabel 3.9 Rata-rata Industri rasio hasil pengembalian atas aset mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri untuk hasil pengembalian atas aset menunjukkan angka 0,13. Tahun 2014 ratarata industri hasil pengembalian atas aset adalah 0,11. Tahun 201 rata-rata industri hasil pengembalian adalah 0,09. Hal tersebut menandakan bahwa kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih mengalami penurunan. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila besaran rasio yang dimiliki berada di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menghasilkan laba dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset, jika dibandingkan dengan angka rata-rata industri yang ada.

39 2) Hasil Pengembalian atas Ekuitas Tabel 3.10 Rata-rata Industri Hasil Pengembalian atas Ekuitas Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,23 + 0,13 + 0,12 + 0,27 + 0,34 0,22 2014 0,21 + 0,12 + 0,07 + 0,23 + 0,14 0,1 201 0,18 + 0,12 + 0,02 + 0,17 + 0,07 0,11 Berdasarkan tabel 3.10 rata-rata industri hasil pengembalian atas ekuitas mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri hasil pengembalian atas ekuitas adalah 0,22. Tahun 2014 rata-rata industri hasil pengembalian atas ekuitas adalah 0,1. Tahun 201 rata-rata industri hasil pengembalian atas ekuitas adalah 0,11. Penurunan tersebut menandakan bahwa kontribusi modal dalam menciptakan penjualan semakin menurun setiap tahun. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila memiliki rasio di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang memiliki kontribusi total ekuitas yang tinggi dalam menciptakan laba, karena memiliki besaran rasio diatas angka rata-rata industri.

40 3) Margin Laba Kotor Tabel 3.11 Rata-rata Industri Margin Laba Kotor Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,46 + 0,40 + 0,3 + 0,4 + 0,1 0,36 2014 0,46 + 0,31 + 0,29 + 0,43 + 0,1 0,33 201 0,44 + 0,34 + 0,23 + 0,40 + 0,12 0,31 Berdasarkan tabel 3.11 rata-rata industri margin laba kotor mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri margin laba kotor adalah 0,36. Tahun 2014 rata-rata industri margin laba kotor adalah 0,33. Tahun 201 rata-rata industri margin laba kotor adalah 0,31. Penurunan tersebut menandakan bahwa presentase laba kotor atas penjualan bersih semakin menurun. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila memiliki besaran rasio di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang memiliki presentase laba kotor yang tinggi yang dihasilkan dari penjualan bersih. 4) Margin Laba Operasional Tabel 3.12 Rata-rata Industri Rasio Margin Laba Operasional Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,32 + 0,28 + 0,19 + 0,29 + 0,13 0,24

41 2014 0,30 + 0,21 + 0,14 + 0,26 + 0,13 201 0,28 + 0,22 + 0,04 + 0,22 + 0,09 0,21 0,17 Berdasarkan tabel 3.12 rata-rata industri margin laba operasional perusahaan dalam industri semen mengalami penurunan. Tahun 2013 rata-rata industri margin laba operasional adalah 0,24. Tahun 2014 rata-rata industri margin laba operasional adalah 0,21. Tahun 201 rata-rata industri margin laba operasional adalah 0,17. Penurunan tersebut menandakan bahwa rata-rata perusahaan dalam industri semen mengalami penurunan laba operasional atas penjualan bersih. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila rasio margin laba operasional berada di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki laba operasional yang dihasilkan dari penjualan bersih yang tergolong tinggi, karena memiliki besaran rasio di atas rata-rata industri yang ada. ) Margin Laba Bersih Tabel 3.13 rata-rata industri margin laba bersih Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,28 + 0,27 + 0,10 + 0,24 + 0,09 0,20 2014 0,26 + 0,27 + 0,06 + 0,21 + 0,10 0,18 201 0,24 + 0,24 + 0,02 + 0,17 + 0,06 0,1

42 Berdasarkan tabel 3.13 rata-rata industri margin laba bersih mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri margin laba bersih adalah 0,20. Tahun 2014 rata-rata industri margin laba bersih adalah 0,18. Tahun 201 rata-rata industri margin laba bersih adalah 0,1. Penurunan tersebut menandakan bahwa telah terjadi penurunan presentase laba operasional atas penjualan. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan baik apabila mempunyai margin laba operasional berada di atas angka rata-rata industri selama kurun awktu tiga tahun terakhir. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih yang tergolong tinggi, karena memiliki besaran rasio di atas rata-rata Industri. d. Rasio Aktivitas 1) Perputaran Piutang Usaha Tabel 3.14 Rata-rata Industri Perputaran Piutang Usaha Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 6,01 + 1,86 + 8,77 + 6,94 +,78 1,87 2014 6,17 + 16,72 + 7,61 + 7,0 +,84 8,68 201,47 + 19,49 + 7,02 + 6,30 + 4,06 8,47

43 Tabel 3.1 Rata-rata Industri Lamanya Rata-rata Penagihan Piutang Tahun Perhitungan Ratarata Industri 2013 60,70 + 7,04 + 41,64 + 2,61 + 63,11 4,02 2014 9,20 + 21,84 + 47,94 + 1,79 + 622,48 48,6 201 66,72 + 18,73 + 1,97 + 7,9 + 89,94 7,06 Berdasarkan tabel 3.14 rata-rata industri perputaran piutang usaha mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri perputaran piutang usaha adalah 1,87. Tahun 2014 rata-rata industri perputaran piutang usaha adalah 8,68. Tahun 201 rata-rata industri perputaran piutang usaha adalah 8,47. Perusahaan dalam industri semen rata-rata mengalami penurunan perputaran piutang usaha yang menyebabkan rata-rata industri yang menurun. Penurunan perputaran piutang usaha tersebut mengakibatkan peningkatan lamanya rata-rata penagihan piutang usaha. Peningkatan lamanya rata-rata penagihan piutang usaha tersebut juga meningkatkan risiko tidak tertagihnya piutang tersebut. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan baik apabila mempunyai perputaran piutang usaha di atas rata-rata industri, dan memiliki tingkat lamanya penagihan berada di bawah rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki perputaran piutang usaha serta lamanya rata-rata penagihan piutang usaha yang tergolong

44 lambat, karena memiliki besaran rasio di bawah rata-rata industri untuk rasio perputaran piutang usaha, serta berada di atas rata-rata industri untuk lamanya rata-rata penagihan piutang usaha. 2) Perputaran Persediaan Tabel 3.16 Rata-rata Industri Perputaran Persediaan Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 12,70 + 9,39 + 16,36 + 9,94 + 3,06 10,29 2014 12,74 + 7,60 + 16,8 + 9,89 +,03 10,42 201 11,17 + 7,83 + 1,63 + 10,32 + 4,91 9,97 Tabel 3.17 Rata-rata Industri Lamanya Rata-rata Perputaran piutang usaha Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 28,74 + 38,88 + 22,31 + 36,73 + 119,23 49,18 2014 28,6 + 48,03 + 21,67 + 36,91 + 72,60 41,7 201 32,68 + 46,62 + 23,3 + 3,36 + 74,31 42,46 Rata-rata industri perputaran piutang usaha mengalami kenaikkan pada tahun 2014 dan mengalami penurunan pada tahun 201. Tahun 2013 rata-rata industri perputaran persediaan adalah 10,29. Tahun 2014 rata-rata industri perputaran persediaan adalah 10,42. Tahun 201 rata-rata industri perputaran persediaan adalah 9,97. Kenaikkan dan penurunan rata-rata industri untuk perputaran

4 persediaan berpengaruh pada rata-rata industri lamanya rata-rata persediaan. Rata-rata perputaran persediaan yang tinggi akan mengakibatkan lamanya rata-rata persediaan rendah, yang berarti bahwa perputaran persediaan tergolong cepat. Rata-rata perputaran persediaan yang rendah akan mengakibatkan lamanya rata-rata persediaan rendah, yang berarti bahwa perputaran persediaan tergolong lambat. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong baik apabila rata-rata industri untuk perputaran persediaan berada di atas rata-rata industri, serta lamanya rata-rata persediaan berada dibawah rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan dengan perpuutaran persediaan yang cepat, karena besaran rasio yang dimiliki berada di atas rata-rata industri untuk perputaran piutang usaha, sedangkan untuk rasio lamanya rata-rata perputaran persediaan berada di bawah rata-rata industri. 3) Perputaran Modal Kerja Tabel 3.18 Rata-rata Industri Perputaran Modal Kerja Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 1,37 + 0,84 + 4,6 + 2,69 + 1,43 2,18 2014 1,21 + 0, + 4,38 + 2,0 + 1,63 2,0 201 1,22 + 0,68 + 3,81 + 2,43 + 1,16 1,86

46 Berdasarkan tabel 3.18 rata-rata industri perputaran modal kerja mengalami penurunan selam kurun waktu tiga tahun terakhir. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan efektifitas aset lancar yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, karena terjadi penurunan kontribusi aset lancar yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Tahun 2013 rata-rata industri untuk perputaran modal kerja adalah sebesar 2,18. Tahun 2014 rata-rata industri untuk perputaran modal kerja adalah 2,0. Tahun 201 rata-rata industri perputaran modal kerja adalah 1,86. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan baik apabila mempunyai perputaran modal kerja berada di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang memiliki kelebihan modal kerja, karena memiliki rasio yang berada di bawah rata-rata industri. 4) Perputaran Aset Tetap Tabel 3.19 Rata-rata Industri Perputaran Aset Tetap Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 1,4 + 2,0 + 0,8 + 1,2 + 3,2 1,79 2014 1,77 + 2,03 + 0,68 + 1,24 + 2,43 1,63 201 1,30 + 1,2 + 0,62 + 1,07 + 1,44 1,19 Berdasarkan tabel 3.19 rata-rata industri perputaran aset tetap mengalami penurunan pada tiga periode terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri perputaran aset tetap adalah sebesar 1,79. Tahun 2014 rata-

47 rata industri perputaran aset tetap adalah sebesar 1,63. Tahun 201 rata-rata industri perputaran aset tetap adalah sebesar 1,19. Penurunan tersebut menandakan bahwa telah terjadi penurunan efektifitas aset tetap yang dimiliki oleh rata-rata perusahaan dalam industri semen dalam menghasilkan penjualan. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan baik apabila memiliki perputaran aset tetap yang berada di atas angka rata-rata industri perputaran aset tetap. PT Indocement Tunggal Prakarsa dikatakan cukup baik dalam perputaran aset tetap, karena besaran rasio yang berada di atas angka rata-rata industri, walaupaun pada tahun 2013 berada di bawah rata-rata industri namun untuk tahun 204 dan tahun 201 berada di atas rata-rata industri. ) Perputaran Total Aset Tabel 3.20 Rata-rata Industri Perputaran Total Aset Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,76 + 0,60 + 0,72 + 0,80 + 0,99 0,77 2014 0,72 + 0,43 + 0,9 + 0,83 + 0,98 0,71 201 0,63 + 0,47 + 0,4 + 0,74 + 0,64 0,60 Berdasarkan tabel 3.20 rata-rata industri perputaran total aset mengalami penurunan selama kurun awktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri untuk perputaran total aset adalah 0,77. Tahun 2014 rata-rata industri untuk perputaran total aset adalah sebesar 0,71. Tahun 201 rata-rata industri untuk perputaran total aset adalah

48 sebesar 0,60. Penurunan tersebut berarti bahwa telah terjadi penurunan efektifitas total aset dalam menciptakan penjualan terhadap rata-rata perusahaan yang ada dalam industri semen. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan baik apabila mempunyai perputaran total aset di atas rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun terakhir tersebut. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan cukup baik untuk setiap penjualan yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset, karena memiliki besaran rasio di atas rata-rata industri, walaupun tahun 2013 berada di bawah rata-rata industri namun pada tahun 2014 dan tahun 201 berada di atad rata-rata industri e. Rasio Pasar 1) Price Earning Ratio Tabel 3.21 Rata-rata Industri Price Earning Ratio Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 14,69 + 8,92 + 18,3 + 14,96 + 3,36 12,06 2014 17,46 + 11, + 2,11 + 17,29 + 32,34 20,7 201 18,86 + 8,08 + 43,26 + 1,64 + 41,3 2,44 Berdasarkan tabel 3.21 rata-rata industri Price Earning Ratio mengalami kenaikkan. Tahun 2013 mempunyai Price Earning Ratio sebesar 12,06. Tahun 2014 mempunyai Price Earning Ratio sebesar 20,7. Tahun 201 mempunyai Price Earning Ratio sebesar 2,44.

49 Peningkatan Price Earning Ratio tersebut menandakan bahwa industri semen mempunyai prospek pertumbuhan yang baik. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan mempunyai prospek yang baik apabila Price Earning Ratio mengalami pertumbuhan, karena rasio pasar hanya digunakan untuk mengukur nilai intrinsik perusahaan. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi, karena memiliki PER yang mengalami kenaikkan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. 2) Dividend Yield Ratio Tabel 3.22 Rata-rata Industri Dividend Yield Ratio Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,02 + 0,28 + 0,01 + 0,19 + 0,4 0,21 2014 0,04 + 0,02 + 0,02 + 0,1 + 0,02 0,0 201 0,06 + 0,03 + 0,07 + 0,16 + 0,01 0,07 Berdasarkan tabel 3.22 rata-rata industri Dividend Yield Ratio mengalami penurunan pada tahun 2014 dan meningkat kembali pada tahun 201. Rata-rata industri Dividend Yield Ratio pada tahun 2013 menunjukkan angka 0,21. Tahun 2014 rata-rata industri Dividend Yield Ratio adalah 0,0. Tahun 201 rata-rata industri Dividend Yield Ratio adalah 0,07. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan mempunyai prospek pertumbuhan yang baik apabila mempunyai Dividend Yield

0 Ratio yang rendah, karena harga dividen yang tinggi (PER yang tinggi) yang mengakibatkan dividend yield akan menjadi kecil. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik, karena memiliki Dividend Yield Ratio yang rendah, yang berarti memiliki harga dividend yang tinggi. 3) Dividend Pay-out Ratio Tabel 3.23 Rata-rata Industri Dividend Pay-out Ratio Tahun Perhitungan Rata-rata Industri 2013 0,33 + 2,2 + 0,26 + 2,86 + 1,82 1,6 2014 0,63 + 0,24 + 0,39 + 2,8 + 0,7 0,92 201 1,14 + 0,23 + 2,83 + 2,46 + 0,9 1,4 Berdasarkan tabel 3.23 rata-rata industri Dividend Pay-out Ratio mengalami penurunan pada tahun 2014 dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2014. Rata-rata industri Dividend Pay-out Ratio tahun 2013 adalah sebesar 1,6. Tahun 2014 rata-rata industri Dividend Pay-out Ratio adalah sebesar 0,92. Tahun 201 rata-rata industri Dividend Pay-out Ratio adalah 1,4. Hal tersebut berarti bahwa bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor mengalami penurunan pada tahun 2014, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 201. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan mengalami pertumbuhan yang tinggi apabila Dividend Pay-out Ratio yang

1 dimiliki tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali. Dividen yang diperoleh dari laba biasanya digunakan untuk diinvestasikan kembali serta dibagikan kepada para pemegang saham. Dividend Pay-out Ratio yang kecil menandakan bahwa dividen yang diinvestasikan kembali untuk operasional perusahaan semakin tinggi, sehingga perusahaan dapat lebih berkembang. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi, karena memiliki Dividend Pay-out Ratio yang rendah 2. Menghitung dan Menganalisis Rasio PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Menghitung rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, serta rasio pasar yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Melalui rasio keuangan tersebut dapat diketahui bagaimana kondisi perusahaan dilihat berdasarkan laporan keuangan antara tahun 2013 sampai tahun 201. Hasil analisis dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio likuiditas memiliki tiga jenis rasio, yaitu:

2 1) Rasio Lancar Tabel 3.24 Perhitungan Rasio Lancar (disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Aset Lancar Kewajiban Lancar 2013 16.846.777 2.740.089 2014 16.087.370 3.260.9 201 13.133.84 2.687.743 Rasio 6,1 4,93 4,89 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Perseroan mengelola likuiditasnya untuk dapat membiayai pengeluaran modalnya dan membayar utang yang jatuh tempo dengan menjaga kecukupan kas dan setara kas, serta ketersediaan pendanaan. Berdasarkan tabel 3.24 rasio lancar tahun 2013 lebih baik jika dibandingkan dengan rasio lancar tahun 2014 dan rasio lancar tahun 201 yaitu sebesar 6,1. Aset lancar mengalami penurunan dari Rp 16.846,8 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp 16.086,4 miliar pada 2014. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan kas dan setara kas sebesar Rp 79,4 miliar. Aset lancar lainnya pada umumnya stabil jika dibandingkan dengan tahun 2013. Aset lancar pada tahun 201 juga mengalami penurunan, hal tersebut dikarenakan telah terjadi penurunan kas dan setara kas sebesar Rp 2.93, miliar. Penurunan yang cukup signifikan utamanya terjadi karena aktivitas pendanaan yang meningkat

3 dibandingkan tahun 2014 yakni karena pembayaran dividen tunai yang meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1.66 miliar. Penurunan rasio lancar pada tahun 201 juga dikarenakan oleh Kewajiban lancar yang merupakan komponen pembaginya juga mengalami penurunan pada tahun 201 yakni sebesar Rp 72,8 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan telah terjadi penurunan beban akrual Perseroan. Beban akrual merupakan jumlah yang belum dibayarkan kepada para kontraktor dan pemasok sehubungan dengan pembangunan, pembelian, perbaikan dan pemeliharaan aset tetap. Secara keseluruhan rasio lancar dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan cukup baik, yakni untuk rata-rata rasio lancar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar,32. Perusahaan memiliki rata-rata aset lancar sebanyak,32 kali dari total kewajiban lancar, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar dijamin oleh Rp,32 aset lancar. 2) Rasio Sangat Lancar Tabel 3.2 Perhitungan Rasio Sangat Lancar (disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Kas + Sekuritas Jangka Pendek + Piutang Kewajiban Lancar 2013 12.9.187 + 67.444 + 2.29137 2.740.089 2014 11.26.129 + 128.678 + 2.672.996 3.260.9 Rasio,4 4,31

4 201 8.6.62 + 72744 + 2.44.260 4,19 2.687.743 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio sangat lancar digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset sangat lancar (kas + sekuritas jangka pendek + piutang). Berdasarkan perhitungan pada tabel 3.2 tahun 2013 merupakan angka tertinggi dari rasio sangat lancar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yakni sebesar,4. Hal tersebut berarti bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar dapat dijamin dengan Rp,4 aset sangat lancar, atau dengan kata lain perusahaan memiliki aset sangat lancar,4 kali dari total kewajiban lancar. Tahun 2014 rasio sangat lancar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami penurunan menjadi 4,31. Penurunan tersebut dikarenakan peningkatan aktivitas pendanaan yang terjadi pada tahun 2014, sementara peningkatan aktivitas operasi dan aktivitas investasi cenderung stabil. Penurunan ini menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo, namun penurunan tersebut tidak terlalu berpengaruh, karena aset sangat lancar perseroan masih tergolong aman untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penurunan jumlah kas dan setara kas pada tahun 201 utamanya disebabkan karena peningkatan aktivitas pendanaan yaitu pembayaran dividen tunai, sedangkan untuk aktivitas operasi dan investasi

kenaikkannya cenderung stabil. Aset keuangan lancar lainnya yang dimiliki mengalami peningkatan dan penurunan karena meningkatnya piutang lain-lain yang dimiliki oleh perseroan kepada pihak ketiga, namun secara keseluruhan jumlahnya tidak material. Piutang usaha mengalami kenaikkan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan. Kewajiban lancar sebagai unsur pembaginya mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan. Secara keseluruhan untuk rasio sangat lancar, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan cukup baik karena setiap Rp 1 kewajiban jangka pendeknya dapat ditutup dengan rata-rata Rp 4,68 aset sangat lancar. Kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dapat dikatakan cukup baik. 3) Rasio Kas Tabel 3.26 Perhitungan Rasio Kas (disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Kas dan Setara Kas Kewajiban Lncar 2013 12.9.187 2.740.089 2014 11.26.129 3.26.129 Rasio 4,60 3,4 201 8.6.62 2.687.743 3,22 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio kas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas dan setara kas yang merupakan aset yang paling likuid. Rasio kas pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami penurunan selama

6 kurun waktu tiga tahun terakhir. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2014 jumlah kas dan setara kas menurun karena peningkatan aktivitas pendanaan yaitu pembagian dividen yang meningkat. Peningkatan kewajiban lancar sebagai pembaginya juga dikarenakan telah terjadi peningkatan utang usaha pada pihak ketiga serta beban akrual yang meningkat. Beban akrual merupakan jumlah yang belum dibayarkan kepada para pemasok sehubungan dengan pembangunan, pembelian, perbaikan dan pemeliharaan aset tetap. Tahun 201 jumlah kas dan setara kas juga mengalami penurunan. Hal tersebut juga dikarenakan telah terjadi peningkatan aktivitas pendanaan yakni pembayaran dividen tunai yang meningkat dari tahun sebelumnya. Jumlah kewajiban lancar justru mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya beban akrual yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan pos-pos kewajiban lancar lainnya cenderung stabil. Beban akrual tersebut mengalami penurunan sebesar Rp 72,8 miliar pada tahun 201. Secara keseluruhan, rasio kas untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan cukup baik, karena perusahaan memiliki rata-rata kas sebanyak 3,76 kali dari total kewajiban lancar. b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio solvabilitas mempunyai lima jenis rasio, yaitu:

7 1) Rasio Utang Terhadap Aset Tabel 3.27 Perhitungan Rasio Utang terhadap Aset (disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Total Utang Total Aset 2013 3.82.446 26.610.663 2014 4.307.622 28.884.63 Rasio 0,14 0,1 201 3.772.410 27.638.360 0,14 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang, atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset. Berdasarkan tebel 3.27 dapat terlihat bahwa pada tahun 2013, 14% aset perusahaan dibiayai oleh utang dan sisanya sebanyak 86% oleh modal. Tahun 2014 rasio utang terhadap aset mengalami kenaikkan. Pada tahun 2014, 1% aset perusahaan dibiayai oleh utang dan sisanya sebanyak 8% oleh modal. Kenaikkan yang terjadi pada tahun 2014 tidak terlalu signifikan, yakni hanya meningkat sebesar 1%. Kenaikkan tersebut dikarenakan total kewajiban perusahaan yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kewajiban perusahaan mengalami kenaikkan karena kewajiban jangka pendeknya yang mengalami peningkatan yaitu pada pos utang usaha pihak ketiga, utang lain-lain pihak ketiga, beban akrual serta liabilitas imbalan kerja jangka pendek, dimana beban akrual mengalami

8 peningkatan yang cukup signifikan dibanding dengan pos-pos lain yang cenderung mengalami kenaikkan namun tidak terlalu material. Sebaliknya untuk liabilitas jangka panjang perusahaan mengalami sedikit penurunan. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan liabilitas pajak tangguhan dari Rp 462,2 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp 386,8 pada 2014. Total aset sebagai unsur pembaginya mengalami kenaikkan sebesar Rp 2.274 miliar pada tahun 2014. Kenaikkan tersebut terjadi karena kenaikkan aset tidak lancar sebesar Rp 3.037,2 miliar. Kenaikkan tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikkan jumlah aset tetap sebesar Rp 2.838,7 miliar. Tahun 201 rasio utang terhadap aset mengalami penurunan kembali dikarenakan terjadinya penurunan jumlah kewajiban perusahaan sebesar Rp 1.246,3 miliar dibandingkan pada tahun 2014. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan jumlah liabilitas jangka pendek perusahaan yang disebabkan oleh berkurangnya beban akrual. Total aset sebagai unsur pembaginya mengalami penurunan yang disebabkan karena penurunan kas dan setara kas yang diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas pendanaan perusahaan yakni pembayaran dividen tunai yang meningkat dari tahun sebelumnya. Secara keseluruhan rasio utang terhadap aset PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong baik. Hal tersebut dikarenakan jumlah aset yang dibiayai oleh utang tergolong kecil yakni 14%, meskipun

9 terjadi peningkatan pada tahun 2014, akan tetapi peningkatan tersebut hanya sekitar 1%. 2) Rasio Utang terhadap Modal Tabel 3.28 Perhitungan Rasio Utang terhadap Modal (disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Total Utang Total Modal 2013 3.82.446 22.78.217 2014 4. 307.622 24.77.013 201 3.772.410 23.86.90 Rasio 0,17 0,18 0,16 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio utang terhadap modal ini berfungsi untuk mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang. Tahun 2013 perusahaan memiliki utang sebanyak 0,17 kali dari total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang dijamin oleh Rp,88 modal. Tahun 2014 perusahaan memiliki utang sebanyak 0,18 kali dari total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang dijamin oleh Rp, modal. Hal tersebut berarti bahwa telah terjadi penurunan terhadap jumlah modal yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang, namun penurunan tersebut tidaklah signifikan karena hanya mengalami penurunan sebesar 1% saja. Penurunan tersebut dikarenakan telah terjadi peningkatan jumlah utang yang dimiliki perusahaan seperti yang telah dijelaskan pada rasio utang terhadap aset. Sementara pembaginya yakni modal mengalami

60 kenaikkan sebesar Rp 1.818,8 miliar pada tahun 2014. Kenaikkan tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp 1.932,8 miliar. Tahun 201 perusahaan mengalami kenaikkan terhadap jumlah modal yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang. Rasio utang terhadap modal menunjukkan angka 0,16 pada tahun 201. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan memiliki utang sebanyak 0,16 kali dari total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang dijamin oleh Rp 6,2 modal. Peningkatan tersebut dikarenakan menurunnya jumlah utang perusahaan sebesar Rp 1.246,3 miliar pada tahun 201 seperti yang telah dijelaskan pada rasio utang terhadap aset. Modal sebagai unsur pembaginya mengalami penurunan sebesar Rp 711,1 miliar. Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya. Secara keseluruhan, rasio utang terhadap modal PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk cukup baik. Proporsi utang terhadap total modal yang dimiliki PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk relatif kecil. Diketahui bahwa struktur pembiayaan perusahaan lebih banyak menggunakan modal daripada utang.

61 3) Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal Tabel 3.28 Perhitungan Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal (disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Utang Jangka Panjang Total Modal 2013 1.112.37 22.78.217 2014 1.047.063 24.77.013 Rasio 0,0 0,04 201 1.084.667 23.86.90 0,0 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio utang jangka panjang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang jangka panjang. Tahun 2013 dan tahun 2014, perusahaan memiliki utang jangka panjang sebanyak 0,0 kali dari total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang jangka panjang dijamin oleh Rp 20 modal. Tahun 2014 perusahaan memiliki utang jangka panjang sebanyak 0,04 kali dari total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang jangka panjang dijamin oleh Rp 2 modal. Penurunan yang terjadi pada tahun 2014 disebabkan karena penurunan jumlah utang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp 6,3 miliar. Penurunan tersebut dikarenakan penurunan pos liabilitas pajak tangguhan yang menurun sebesar Rp 7,4 miliar, untuk beberapa pos utang jangka panjang cenderung stabil.

62 Kenaikkan tersebut juga disebabkan karena peningkatan jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan. Modal mengalami kenaikkan sebesar Rp 1.818,8 miliar pada tahun 2014. Kenaikkan tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp 1.932,8 miliar. Rasio utang jangka panjang terhadap modal pada tahun 2014 lebih baik jika dibandingkan dengan rasio utang jangka panjang terhadap modal tahun 2013 dan 201, karena jumlah modal pemilik di tahun 2014 yang dijadikan sebagai jaminan utang jangka panjang adalah lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah modal pemilik di tahun 2013 dan 201. Secara keseluruhan, rasio utang jangka panjang terhadap modal PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong cukup baik. hal tersebut dikarenakan setiap Rp 1 utang jangka panjang dijamin oleh rata-rata Rp 21,67 modal. Berdasarkan hasil perhitungan rasio di atas dapat disimpulkan bahwa struktur pembiayaan perusahaan lebih banyak menggunakan modal dibanding pinjaman jangka panjang. 4) Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan Tabel 3.29 Perhitungan Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Laba sebelum Bunga dan Pajak Beban Bunga 2013 6.646.12 0.971 2014 6.837.00 21.27 201.671.64 26.43 Rasio 130,39 317,60 213,68

63 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan menunjukkan sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga. Tahun 2013 rasio kelipatan bunga yang dihasilkan PT Indocerment Tunggal Prakarsa Tbk menunjukkan angka 130,39. Berarti beban bunga dapat ditutup 130,39 kali dari laba sebelum bunga dan pajak, atau dengan kata lain bahwa perusahaan memiliki kemampuan dari laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar beban bunga sebanyak 130.29 kali. Tahun 2014 rasio kelipatan bunga yang dihasilkan mengalami kenaikkan yang cukup signifikan. Tahun 2014 perusahaan memiliki kemampuan dari laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar beban bunga sebanyak 317,60 kali. Peningkatan rasio tersebut disebabkan karena peningkatan jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Jumlah laba sebelum bunga dan pajak mengalami peningkatan disebabkan oleh kenaikkan pendapatan sebesar Rp 1.30 miliar. Pendapatan tersebut meningkat diakibatkan karena peningkatan penjualan dari semua sektor usaha, utamanya semen yang menyumbang sekitar 8% dari total pendapatan perusahaan. Pendapatan yang meningkat tersebut disebabkan karena penjualan semen yang meningkat sebesar Rp 1.246,8 miliar, penjualan beton siap pakai sebesar Rp 800,6 miliar, serta penjualan tambang agregat dan trass mengalami kenaikkan sebesar Rp 193 miliar. Kenaikkan rasio kelipatan bunga yang dihasilkan tersebut juga dikarenakan adanya penurunan

64 jumlah beban bunga sebagai pembaginya. Beban bunga mengalami penurunan sebesar Rp 29,4 miliar yang diakibatkan karena menurunnya jumlah kewajiban jangka panjang perusahaan selama tahun 2014. Jumlah kewajiban jangka panjang tersebut mengalami penurunan karena penurunan pos liabilitas pajak tangguhan. Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan tahun 201 mengalami penurunan. Tahun 201 perusahaan memiliki kemampuan dari laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar beban bunga sebanyak 213,68 kali. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan laba sebelum bunga dan pajak. Laba sebelum bunga dan pajak menurun disebabkan menurunnya pendapatan perusahaan sebesar Rp 2.198,2 miliar. Penurunan pendapatan tersebut utamanya dikarenakan penurunan penjualan semen yang menyumbang sekitar 8% total pendapatan. Semen mengalami penurunan penjualan sebesar Rp 2.073 miliar, untuk beton siap pakai mengalami penurunan penjualan sebesar Rp 270 miliar, sedangkan untuk tambang agregat dan trass mengalami penurunan sebesar Rp 1,4 miliar. Beban bunga sebagai pembaginya juga mengalami peningkatan sekitar Rp miliar rupiah yang diakibatkan karena jumlah utang jangka panjang perusahaan yang meningkat. peningkatan jumlah kewajiban jangka panjang perusahaan disebabkan oleh peningkatan liabilitas imbalan kerja jangka panjang dan liabilitas pajak tangguhan masingmasing sebesar Rp 317.642 juta dan Rp 268.926 juta. Secara keseluruhan

6 rasio kelipatan bunga yang dihasilkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah rasio yang tinggi, sehingga besar kemunkinan perusahaan mampu untuk membayar bunga. ) Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban Tabel 3.30 Perhitungan Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Laba Operasional Kewajiban 2013 6.064.100 3.82.446 2014 6.000.869 4.307.622 201.06.930 3.772.410 Rasio 1,7 1,39 1,34 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio laba operasional terhadap kewajiban merupakan rasio yang menunjukkan (sejauh mana atau berapa kali) kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban. Berdasarkan tabel 3.30 rasio laba operasional terhadap kewajiban yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Tahun 2013 setiap Rp 1 kewajiban mampu ditutup oleh Rp 1,7 laba operasional. Rasio laba operasional terhadap kewajiban yang tinggi pada tahun 2013 disebabkan karena jumlah laba operasional dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2014 dan 201. Laba operasional yang tinggi pada tahun 2013 tersebut

66 disebabkan karena kewajiban sebagai unsur pembaginya memilikisaldo yang kecil jika dibandingkan dengan tahun 2014. Tahun 2014 rasio laba operasional terhadap kewajiban PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mempunyai rasio sebesar 1,39 yang menurun dari tahun sebelumnya. Hal tersebut berarti setiap Rp 1 kewajiban mampu ditutup oleh Rp 1,39 laba operasional. Penurunan tersebut diakibatkan karena kewajiban sebagai unsur pembaginya mengalami peningkatan sebesar Rp 1.818,8 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikkan jumlah kewajiban perusahaan tersebut dikarenakan peningkatan jumlah kewajiban lancar karena bertambahnya jumlah utang usaha pihak ketiga sebesar Rp 167,1 miliar. Laba operasional perusahaan pada tahun 2014 juga sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp 63,2 miliar. Hal tersebut dikarenakan peningkatan beban usaha sebesar Rp 3,1 miliar. Beban usaha tersebut meningkat utamanya disebabkan karena peningkatan beban penjualan sebesar Rp 311,7 miliar dibandingkan dengan tahun 2013. Tahun 201 perusahaan memiliki rasio laba operasional terhadap kewajiban sebesar Rp 1,34. Hal tersebut berarti setiap Rp 1 kewajiban mampu ditutup oleh Rp 1,34 laba operasional. Penurunan rasio tersebut disebabkan karena penurunan jumlah laba operasional perusahaan yang menurun sebesar Rp 944 miliar walaupun kewajiban perusahaan menurun sebesar Rp 1.246,3 miliar dibandingkan pada tahun 2014. Hal