KAJIAN PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA GORONTALO. Lydia Surijani Tatura Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

PENDAHULUAN Latar Belakang

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI

A. Latar Belakang Masalah

GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang : Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN GELUMBANG KABUPATEN MUARA ENIM

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tanah merupakan

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 KETENTUAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan lahan untuk pembangunan berbagai sektor berbasis lahan.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

Aria Alantoni D2B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

BAB IV GAMBARAN LOKASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. karena didalamnya menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak. juga merupakan modal utama pembangunan karena semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

BAB II KETENTUAN UMUM

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

L E M B A R A N D A E R A H

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

Transkripsi:

KAJIAN PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA GORONTALO Lydia Surijani Tatura Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Terbentuknya Provinsi Gorontalo pada tahun 2000 cukup mempengaruhi pemanfaatan lahan di Kota Gorontalo sebagai Ibokota Provinsi. Berangkat dari rencana penggunaan lahan yang tercantum dalam RTRW Kota Gorontalo 2001-2011, maka telah terjadi perubahan tata guna lahan pada kurun waktu 2000-2005, baik dalam hal luas juga dalam hal fungsi. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji perubahan tata guna lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo tahun 2001-2011 sehingga dapat diketahui kawasan - kawasan yang mengalami perubahan tata guna lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2000-2005 telah terjadi perubahan tata guna lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo hal ini di sebabkan karena pembangunan yang dilaksanakan tidak mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Kata-Kata Kunci : Perubahan, Tata Guna Lahan Sebagai Ibukota Provinsi Gorontalo, dapat dikatakan bahwa Kota Gorontalo telah tumbuh dan berkembang dengan cepat, baik secara fisik maupun non fisik akibat peningkatan jumlah penduduk, aktifitas perekonomian, sosial dan budaya. Perkembangan ini tentunya langsung diikuti dengan meningkatnya dinamika penduduk dan tuntutan akan peningkatan pelayanan yang salah satunya juga berimbas kepada sistem adiministrasi kewilayahan kota Gorontalo. Sebagai contoh adalah pemekaran wilayah yang terjadi di Kota Gorontalo dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang telah merubah jumlah maupun batas-batas wilayah administrasi kota Gorontalo dari 5 wilayah kecamatan menjadi 6 kecamatan termasuk perubahan jumlah kelurahan dari 46 kelurahan menjadi 49 kelurahan. Dari aspek keruangan, perubahan-perubahan tersebut di atas tentunya akan berdampak pada tata ruang kota karena perkembangan yang INOVASI, Volume 7, Nomor 1, Maret 2010 ISSN 1693-9034 176

ada menunjukkan bahwa perubahan-perubahan kewilayahan yang terjadi tidak hanya dari aspek administrasi saja namun juga terjadi pada aspek fungsional kawasan di mana beberapa kawasan terjadi perubahan peruntukan lahan ke fungsi-fungsi yang tidak sesuai dengan arahan tata ruang. Perubahan tata guna lahan yang terjadi tanpa kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif baik secara fisik, lingkungan maupun sosial masyarakat. Kemacetan lalu lintas, banjir, permukiman kumuh, ketidaktaturan bangunan dan pedestrian, polusi udara, dan kurangnya ruang terbuka hijau adalah beberapa dampak yang sering dihadapi oleh perkotan saat ini. Di samping itu lahirnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang telah mengamanatkan beberapa hal yang harus diakomodir dalam dokumen tata ruang daerah seperti kewajiban setiap daerah untuk mengalokasikan ruang terbuka hijau (RTH) sebesar 30 %, penerapan insentif dan disintensif, kompensasi maupun sanksi. Perubahan tata guna lahan yang terjadi di Kota Gorontalo tidak disertai dengan penataan bangunan yang mengacu pada rencana induk yang ada, sehingga di beberapa kawasan, banyak ketidaksesuaian antara rencana tata guna lahan peruntukkan dengan tata guna lahan saat ini. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan tata guna lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo Tahun 2001-2011. Tata Guna Lahan Tata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) berarti aturan; peraturan dan susunan; cara susunan; atau sistem. Lahan menurut Jayadinata (2002) berarti tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya (perorangan atau lembaga). Lebih spesifik lagi, lahan (land) berarti tempat tertentu di permukaan bumi yang mempunyai batas batas tertentu. Sedangkan tanah (soil) berarti bahan atau material di permukaan atau di bawah permukaan yang menyusun dan membentuk lahan di permukaan bumi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tata guna lahan adalah rangkaian kegiatan penataan, pengaturan, peruntukan, penggunaan tanah secara berencana untuk kegiatan manusia berdasarkan aturan dan sistem yang berlaku. INOVASI, Volume 7, Nomor 1, Maret 2010 ISSN 1693-9034 177

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah, disimpulkan bahwa tata guna tanah berarti penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penatagunaan tanah bertujuan untuk: a) Mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); b) Mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai dengan arahan fungsi kawasan dalam RTRW; c) Mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah termasuk pemeliharaan tanah serta pengendalian pemanfaatan tanah; d) Menjamin kepastian hukum untuk menguasai, menggunakan dan memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah sesuai dengan RTRW yang telah ditetapkan. Rencana Tata Ruang Wilayah Rencana tata ruang disusun dengan perspektif menuju keadaan pada masa depan yang diharapkan, bertitik tolak dari data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dipakai, serta memperhatikan keragaman wawasan kegiatan tiap sektor. Perkembangan masyarakat dan lingkungan hidup berlangsung secara dinamis; ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, rencana tata ruang yang akan disusun harus tetap sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan keadaan. Jayadinata (1999), mengemukakan bahwa ruang dapat merupakan suatu wilayah yang mempunyai batas geografis, yaitu batas menurut keadaan fisik, sosial, atau pemerintahan yang terjadi dari sebagian permukaan bumi dan lapisan tanah dibawahnya serta lapisan udara diatasnya, jadi penggunaan tanah dapat berarti pula tata ruang. Ketentuan Umum Undang-Undang RI no. 24 Tahun 1992 tentang Tata Ruang dalam pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa ruang adalah : wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Pedesaan Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (1996) lebih rinci menyatakan bahwa ruang yang dimaksudkan adalah termasuk di dalamnya INOVASI, Volume 7, Nomor 1, Maret 2010 ISSN 1693-9034 178

ada lahan, tanah, air, udara dan benda-benda lainnya serta daya dan keadaan. Definisi di atas berarti di dalam ruang ada unsur-unsur ruang sebagai pembentuknya dan karena itu perlu diatur penggunaanya. Selanjutnya pada ayat 2 dikatakan bahwa tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Gorontalo dengan fokus pengamatan yaitu pada kawasan yang mengalami perubahan tata guna lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2001-2011. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) metode yaitu: 1) Metode Penelitian Lapangan (Field Research Method). Metode penelitian ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada lokasi untuk melihat kondisi fisik; 2) Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research Method). Metode pengumpulan data dengan cara membaca literatur-literatur yang terkait dengan Tata Guna Lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif dengan memberikan gambaran terhadap lokasi melalui identifikasi terhadap variabel-variabel antara lain perubahan tata guna lahan tahun 2000 sampai tahun 2005, dan jenis pemanfaatan lahan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian yang dilakukan terhadap Tata Guna Lahan Kota Gorontalo dengan menggunakan data tahun 2000 dan dibandingkan dengan penggunaan lahan tahun 2005 (Tabel 1) ditemukan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2001-2011 (Gambar 1). INOVASI, Volume 7, Nomor 1, Maret 2010 ISSN 1693-9034 179

Gambar 1 : Rencana Penggunaan Lahan Kota Gorontalo menuurut buku RTRW Kota Gorontalo Tahun 2001-2011 Tidak dapat dipungkiri bahwa terbentuknya Provinsi Gorontalo pada tahun 2000 cukup mempengaruhi pemanfaatan lahan di Kota Gorontalo sebagai Ibokota Provinsi. Berangkat dari rencana penggunaan lahan yang tercantum dalam RTRW Kota Gorontalo, maka telah terjadi perubahan penggunaan lahan pada kurun waktu 2000-2005, baik dalam hal luas juga dalam hal fungsi. INOVASI, Volume 7, Nomor 1, Maret 2010 ISSN 1693-9034 180

Tabel 1 Perubahan Penggunaan Lahan Dalam RTRW Kota Gorontalo Kurun Waktu Tahun 2000 2005 Kawasan (RTRW 2001-2011) Penggunaan Lahan Tahun 2000 (Ha) Tahun 2005 Perubahan Kesehatan/Rumah Sakit Kelapa 0,028 0-0,028 Umum Pemukiman 1,166 1,608 0,442 Rumah Sakit 0 4,764 4,764 Sawah 5,178 0-5,178 Jumlah Perubahan Penggunaan Lahan 5,206 Fasilitas Umum dan Gudang 0,953 0,953 0 Sosial Industri 0,651 1,351 0,7 Kantor 5,616 0,231-5,385 Kelapa 4,726 3,821-0,905 Olah Raga 3,427 6,358 2,931 Pemukiman 8,4 12,882 4,482 Pendidikan 0,001 0,745 0,744 Sawah 4,937 2,27-2,667 Tanah Jasa 0,127 0,227 0,1 Jumlah Perubahan Penggunaan Lahan 8,957 (Ha) Industri Industri 6,44 8,445 2,005 Kelapa 21,718 15,597-6,121 Olahraga 0,439 0,544 0,105 Pemukiman 6,969 9,407 2,438 Pendidikan 0,009 0,805 0,796 Sawah 3,256 2,204-1,052 Tanah Jasa 0,173 2002 1,829 Jumlah Perubahan Penggunaan Lahan 7,173 Kawasan Pariwisata Belukar 14,087 21,025 6,938 Industri 2,025 2,593 0,568 Kelapa 23,729 20,783-2,946 Olahraga 0,005 0,42 0,415 Pemukiman 16,923 47,44 30,517 Pendidikan 0,583 0,695 0,112 Sawah 10,25 8,742-1,508 Semak 75,271 52,882-22,389 Tanah Rusak 0,511 0,98 0,469 Tanah Terbuka 2,032 2,544 0,512 Tegalan 38,531 25,843-12,688 Jumlah Perubahan Penggunaan Lahan 39,531 Pemukiman (KDB Agak Tinggi Gudang 1,108 1,108 0 Industri 0,795 2,895 2,1 INOVASI, Volume 7, Nomor 1, Maret 2010 ISSN 1693-9034 181

Kantor 9,624 10,457 0,833 Kantor Swsta 1,502 3,502 2 Kelapa 27,804 40,597 12,793 Olahraga 2,604 1,656-0,948 Pasar 0,35 0,35 0 Pemukiman 337,067 304,07-32,997 Pendidikan 9,117 5,188-3,929 Pertokoan 0,558 4,395 3,837 Rumah Sakit 0,286 0,286 0 Sawah 11,381 8,3-3,081 Semak 0 5,208 5,208 Tanah Jasa 3,972 4,951 0,979 Tanah Terbuka 0 8,261 8,261 Tegalan 0,052 4,996 4,944 Jumlah Perubahan Penggunaan Lahan 40.95 Pertanian Lahan Basah Industri 0,142 2,452 2,31 (Sawah) Kantor 2,825 4,217 1,392 Kelapa 17,852 12,175-5,677 Pemukiman 11,629 35,314 23,685 Pendidikan 0,106 5,64 5,534 Sawah 246,458 219,214-27,244 Jumlah Perubahan Penggunaan Lahan 32,921 Pertanian Lahan Kering Industri 1,788 2,245 0,457 Kelapa 14,894 15,041 0,147 Pemukiman 5,015 15,04 10,025 Sawah 125,583 109,082-16,501 Tanah Terbuka 0 1,682 1,682 Tegalan 0 4,19 4,19 Jumlah Perubahan Penggunaan Lahan 16,501 Pertanian Sawah Industri 0,583 2,464 1,881 Konservasi Kantor 0 0,949 0,949 Kelapa 49,442 44,213-5,229 Olah Raga 0,054 0,169 0,115 Pemukiman 26,54 32,573 6,033 Pendidikan 0,676 1,523 0,847 Peternakan 4,653 4,844 0,191 Sawah 277,657 271,714-5,943 Tanah Jasa 0,306 1,462 1,156 Jumlah Perubahan Penggunaan Lahan 11,172 Sumber : BPN Provinsi Gorontalo, 2008 Penggunaan lahan yang paling luas ialah belukar, yang mencapai sekitar 34,95 persen dari keseluruhan luas wilayah kota Gorontalo. Belukar ini banyak dijumpai di kecamatan Kota Selatan, Kota Timur dan Kota Barat INOVASI, Volume 7, Nomor 1, Maret 2010 ISSN 1693-9034 182

dengan menempati perbukitan yang berlereng terjal. Sedangkan penggunaan lahan kedua terbesar di kota Gorontalo ialah permukiman yang menempati 19,29 % wilayah kota, terbesar ketiga ialah sawah yang menempati 16,55 % dan keempat adalah perkebunan kelapa, yaitu 10,35% dari luas kota. Kawasan yang mengalami perubahan penggunaan lahan dalam RTRW Kota Gorontalo dalam kurun waktu 2000-2005 (Tabel 1), yaitu: pada Kawasan Kesehatan/Rumah Sakit Umum ditemui perubahan penggunaan lahan seluas 5,206 Ha yang berasal dari penggunaan lahan kelapa 0,028 Ha dan lahan sawah 5,178 Ha, pada tahuan 2005 penggunaan lahan kelapa dan lahan sawah beralih fungsi menjadi penggunaan lahan pemukiman dan lahan Rumah Sakit. Kawasan Fasilitas Umum dan Sosial ditemui perubahan penggunaan lahan seluas 8,957 Ha dari penggunaan lahan kantor 5,385 Ha dan lahan kelapa 0,905 Ha serta lahan sawah 2,667 Ha, pada tahun 2005 telah beralih fungsi menjadi lahan industri, olahraga, pemukiman, pendidikan. Kawasan Industri ditemui perubahan penggunaan lahan seluas 7,173 Ha dari penggunaan lahan kelapa 6,121 Ha dan lahan sawah 1,052 Ha, pada tahun 2005 telah beralih fungsi menjadi lahan industri, olahraga, pemukiman, pendidikan dan tanah jasa. Kawasan Pariwisata ditemui perubahan penggunaan lahan seluas 39,531 Ha dari penggunaan lahan kelapa 2,946 Ha, lahan sawah 1,508 Ha, lahan semak seluas 22,389 ha dan tegalan seluas 12,688 Ha, pada tahun 2005 telah beralih fungsi menjadi lahan belukar, industri, olahraga, pemukiman, pendidikan, tanah rusak dan tanah terbuka. Kawasan Pemukiman (KDB Agak Tinggi) ditemui perubahan penggunaan lahan seluas 40,95 Ha dari penggunaan lahan Olahraga seluas 0,948 Ha, lahan pemukiman seluas 32,997 Ha, pendidikan seluas 3,929 Ha dan sawah seluas 3,081 Ha, pada tahun 2005 telah beralih fungsi menjadi lahan industri, kantor, kantor swasta, kelapa, pertokoan, semak, tanah jasa, tanah terbuka, dan tegalan. Kawasan Pertanian Lahan Basah (sawah), ditemui perubahan penggunaan lahan seluas 32,921 Ha yang berasal dari penggunaan lahan kelapa 5,677 Ha dan lahan sawah 27,244 Ha pada tahun 2005 mengalami perubahan luas penggunaan atau beralih fungsi menjadi penggunaan lahan industri, perkantoran, pemukiman dan pendidikan. Kawasan Pertanian Lahan Kering, ditemui perubahan penggunaan lahan seluas 16,50 Ha, pada tahun 2005 beralih fungsi kepenggunaan lahan untuk industri, pemukiman, tanah terbuka, tegalan dan kelapa. Kawasan Pertanian Sawah Konservasi, ditemui perubahan lahan seluas 11,172 Ha, dalam RTRW yang merupakan lahan untuk pertanian kelapa 5,229 Ha dan pertanian lahan basah (sawah) 5,943 Ha, INOVASI, Volume 7, Nomor 1, Maret 2010 ISSN 1693-9034 183

pada tahun 2005 telah beralih fungsi ke penggunaan industri, kantor, olahraga, pemukiman, pendidikan, peternakan serta tanah jasa. Simpulan dan saran Simpulan Terbentuknya Provinsi Gorontalo pada tahun 2000 mempengaruhi pemanfaatan lahan di Kota Gorontalo sebagai Ibukota Provinsi. Berangkat dari rencana penggunaan lahan yang tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo Tahun 2001-2011, pada kurun waktu 2000-2005 telah terjadi perubahan penggunaan lahan. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan di Kota Gorontalo yaitu adanya pembangunan yang menyimpang dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan saran yaitu bagi Pemda, Investor dan Masyarakat sebagai pelaku pembangunan yang mengadakan pembangunan di Kota Gorontalo diharapkan mematuhi aturanaturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah di buat oleh Pemda Kota Gorontalo. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 1992. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Tata Ruang. Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah, 2001-2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo. Pemerintah Daerah Kota Gorontalo Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Gorontalo. Jayadinata, J. T. 2002. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Perdesaan. Perkotaan, dan Wilayah. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. Notohadiprawiro, C, 1978. Lahan Sumber Daya Alam Serbagatra dan Lingkungan Hidup Manusia. Depart. Ilmu Tanah Fak. Pertanian UGM - Yogyakarta. INOVASI, Volume 7, Nomor 1, Maret 2010 ISSN 1693-9034 184

Sinulingga, B. D. 2002. Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Tarigan, R. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT. Bumi Aksara, Jakarta. INOVASI, Volume 7, Nomor 1, Maret 2010 ISSN 1693-9034 185