PENGARUH PEMBERIAN SUSU TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH DAN KEPADATAN TULANG PUNGGUNG REMAJA PRIA

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT. Keywords : high calcium milk, adolescent boys, blood calcium concentration, bone density.

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Unit Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

GAMBARAN PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA SISWA SMP AR-RAHMAN MEDAN TAHUN 2012

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

ABSTRAK. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMA Negeri 3 Semarang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.)

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN PADA KELUARGA NELAYAN DEWI MEITASARI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

ABSTRAK. laktat pada masa kehamilan. Sedangkan pendidikan ataupun pekerjaan tidak memilki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuannya.

I. PENDAHULUAN. oleh tubuh. Kekurangan asupan kalsium di dalam tubuh dapat menyebabkan

ABSTRAK KORELASI UMUR, JUMLAH ANAK, DAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL TERHADAP KEPADATAN MASSA TULANG PADA WANITA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR DIAH IMAS SRIMARYANI

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

PERUBAHAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI MAHASISWA PUTRA DAN PUTRI TPB IPB TAHUN 2005/2006 PESERTA FEEDING PROGRAM

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

Bagan Kerangka Pemikiran "##

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA PASCAMENOPAUSE NURCHASANAH

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN SUSU TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH DAN KEPADATAN TULANG PUNGGUNG REMAJA PRIA (The Ef f ect s of Milk Consumpt ion on Body Mass Index and Bone Densit y of Trunk of Adolescent Boys) Suryono 1, Ali Khomsan 2, Budi Setiawan 2, Drajat Martianto 2 dan Dadang Sukandar 2 ABSTRACT Milk is t he best source of calcium and many st udies suggest t hat adolescence who drink milk or eat ot her dairy f oods have st ronger bones and bet t er nut rit ional st at us. The obj ect ives of t his st udy were t o det ermine effect of high calcium and f resh milk on nut rit ional st at us and bone densit y. Variables measured in t his st udy were body mass index and bone density of trunk. Samples were 55 adolescent boys aged 17 to 19 years old (st udent s of TPB IPB). The st udy was conduct ed at TPB IPB dormit ory during f our mont hs. The design of t his st udy was nest ed randomized design wit h t wo f act ors. Two kinds of milk (f resh milk and high calcium milk) and 3 levels of volume (250 ml, 500 ml, and 750 ml) were used. Result s of t he st udy indicat ed t hat high calcium milk consumpt ion was able t o increase body mass index and bone densit y of t runk. It was f ound t hat high calcium consumpt ion showed very highly signif icant ef f ect (P<0.01) on bone densit y of t runk. Calcium f rom high calcium milk showed very highly signif icant ef fect (P<0.01) on body mass index. Based on general linear model equat ion, bone densit y of t runk can be est imat ed by high calcium milk consumpt ion. Keywords: milk consumpt ion, adolescence, nut rit ional st at us, bone densit y of t runk. Latar Belakang PENDAHULUAN 12 Susu merupakan sumber pangan yang istimewa, karena selain sebagai sumber kalsium utama, susu juga mengandung zat-zat gizi penting lainnya yang diperlukan oleh tubuh. Sebagai sumber kalsium, susu sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan kekuatan tulang, gigi dan otot. Susu yang diperdagangkan (komersial) saat ini terdiri dari berbagai bentuk olahan yang disertai dengan klaim-klaim yang terkait dengan kesehatan tubuh sehingga dapat lebih menarik minat konsumen (masyarakat) untuk membelinya. Di pasaran telah tersedia banyak produk susu antara lain dengan klaim sebagai susu yang mengandung kalsium tinggi (high calcium) dan susu segar (f resh milk). Masa remaja, merupakan masa yang penting dalam kehidupan manusia, karena kondisi kesehatan saat remaja akan menentukan kondisi kesehatan saat dewasa hingga usia lanjut. Pada masa ini sering terjadi perubahan pola konsumsi pangan dan minuman yang apabila 1 Staf Pengajar Fakultas Peternakan (FAPET), Universitas Jambi 2 Staf Pengajar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), IPB tidak dikontrol dengan baik, akan dapat merugikan pada masa selanjutnya. Menurut Weaver (2000), telah terjadi perubahan pola konsumsi minuman pada remaja Amerika. Ditemukan lebih dari separuh remaja Amerika mengonsumsi minuman susu kurang dari sekali sehari, sedangkan yang dianjurkan adalah sebanyak tiga kali sehari. Di Indonesia, konsumsi susu rata-rata hanya sekitar 0.5 gelas per minggu setiap orang (Khomsan, 2004). Salah satu yang harus dianjurkan pada remaja adalah mengonsumsi susu sebagai minuman utama, karena susu merupakan sumber utama kalsium yang diperlukan untuk kesehatan tulang. Menurut Heaney dan Whiting (2004), masa remaja merupakan saat yang sangat penting dalam pencapaian puncak kepadatan tulang. Pada saat ini, khususnya pada saat remaja akhir, sekitar 90% hingga 95% kepadatan tulang telah tercapai. Penelitian-penelitian telah membuktikan bahwa peningkatan konsumsi susu pada saat remaja memberikan pengaruh yang menguntungkan pada tulang dan sebaliknya konsumsi susu yang rendah dapat meningkatkan risiko osteoporosis pada saat usia lanjut. Osteoporosis merupakan penyakit pada tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga menjadi lebih mudah patah (fraktur) pada saat usia lanjut. Menurut Bronner (1994), penyakit osteoporosis menyerang tulang nyaris tanpa 1

gejala dan baru disadari setelah terjadinya perubahan bentuk tulang atau kejadian patah tulang yang merupakan kondisi osteoporosis lanjut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan (Kalkwarf et al., 2003; Sandler et al., 1985) menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi susu pada saat remaja dengan kejadian osteoporosis pada saat usia lanjut. Hasilhasil penelitian tersebut menemukan bahwa konsumsi susu yang rendah saat usia muda dan remaja dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko tulang rapuh sebesar dua kali lipat. Tulang punggung sebagai bagian dari tulang belakang mempunyai peranan penting pada tubuh manusia. Selain fungsinya sebagai tempat melekatnya otot-otot, juga sebagai penyangga agar tubuh dapat kokoh berdiri dan beraktivitas. Kepadatan tulang punggung perlu mendapat perhatian serius dalam pemeliharaan kesehatannya. Apabila kepadatan tulang punggung tidak mencapai puncaknya pada saat remaja, maka pada saat usia lanjut akan mudah terkena risiko osteoporosis yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan tubuh terlihat menjadi bongkok. Apabila hal ini terus berlanjut maka tulang punggung akan mudah patah (fraktur). Pada remaja pria, kepadatan tulang merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan agar dapat mengurangi kecepatan terjadinya osteoporosis pada saat usia lanjut. Kepadatan tulang ini sangat terkait dengan asupan kalsium yang diperoleh khususnya dari pangan yang dikonsumsi. Menurut Campion dan Maricic (2003), sekitar 30% osteoporosis terjadi pada pria dan satu dari delapan pria yang berusia di atas 50 tahun menderita kerapuhan tulang karena osteoporosis. Selain hal-hal tersebut di atas, penelitian kepadatan tulang yang telah dilakukan selama ini pada umumnya hanya terfokus pada wanita dan manula, sedangkan pada pria masih sangat jarang dilakukan. Dengan demikian, penelitian ini layak untuk dilakukan sehingga akan dapat lebih diketahui masalah kepadatan tulang pada pria khususnya pada remaja pria. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh pemberian susu komersial yang memiliki klaim sebagai susu kalsium tinggi dan susu segar terhadap indeks massa tubuh (IMT) dan kepadatan tulang punggung. 2. menduga pengaruh peningkatan konsumsi susu kalsium tinggi terhadap kepadatan tulang punggung melalui persamaan model linier. METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitan ini merupakan penelitian eksperimental dan merupakan bagian dari penelitian Feeding Program for Needy St udent s. Waktu penelitian di lapangan dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan Februari sampai Juni 2006. Masa persiapan/adaptasi 2 bulan dan intervensi pemberian susu perlakuan selama 4 bulan. Lokasi penelitian di Asrama Putra TPB IPB. Pemeriksaan darah dilaksanakan di Laboratorium SEAMEO-TROPMED FK-UI Jakarta dan Laboratorium PMI Bogor. Pemeriksaan kepadatan tulang dilakukan di Klinik Teratai Unit Densitometry RSCM Jakarta. Bahan dan Alat Bahan percobaan dalam penelitian ini adalah berupa susu cair UHT (Ult ra High Temperat ure) komersial dalam bentuk susu segar (f resh milk) dan susu kalsium tinggi (high calcium). Masing-masing jenis susu diberikan dalam tiga kelompok porsi (volume). Unit percobaan dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra TPB IPB yang bertempat tinggal di Asrama TPB IPB. Besarnya kandungan zat gizi utama susu perlakuan terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Utama Susu Perlakuan No Zat Gizi Susu segar (P) Kandungan zat gizi/ 250 ml Susu kalsium tinggi (L) 1 Energi (kkal)* 150 110 2 Protein (g)* 7.5 8.3 3 Kalsium (mg)** 270 328 4 Fosfor (mg)** 216 223 5 Vitamin D (IU)** 106 108 6 Vitamin C (mg)** 9 8.6 7 Besi (mg)** 0.5 0.5 * Informasi Nilai Gizi dari Label **Analisis Puslitbang Gizi Pelaksanaan Penelitian Sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan dan adaptasi unit percobaan. Pemeriksaan kesehatan dimaksudkan agar unit percobaan yang digunakan dalam keadaan sehat atau tidak 2

mengidap suatu gangguan kesehatan yang dapat mengganggu jalannya penelitian. Adaptasi unit percobaan dimaksudkan agar selama penelitian berlangsung, unit percobaan sudah terbiasa dengan konsumsi susu. Pemberian Susu Pemberian susu dilakukan setiap hari dalam waktu 16 minggu (4 bulan). Setiap unit percobaan memperoleh jenis dan porsi susu sesuai dengan hasil pengacakan yang dilakukan. Susu yang diberikan ada 2 jenis yaitu susu segar (f resh milk) dan susu kalsium tinggi (high calcium milk) dalam 3 taraf volume (untuk setiap jenis susu), yaitu volume 250 ml, 500 ml dan 750 ml. Pengukuran yang diukur adalah indeks massa tubuh (IMT) dan kepadatan tulang punggung. Nilai IMT diperoleh berdasarkan perbandingan berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Depkes, 2002) : IMT = BB (kg) TB (m) X TB (m) Berat badan (BB) diukur dengan menggunakan timbangan badan merk Uchida (Jepang) dengan ketelitian 10 gram dan tinggi badan diukur dengan pengukur tinggi badan merk Seca Alha (Jerman) dengan ketelitian 0,1 cm. Kepadatan tulang punggung diukur dengan menggunakan alat bone densit omet er (DXA, Prodigy ; Lunar Corp.). Data BB, TB dan kepadatan tulang diukur pada saat sebelum dan sesudah penelitian. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Tersarang. Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu jenis susu (susu segar, susu kalsium tinggi) dan volume susu (250 ml, 500 ml, 750 ml). Dalam rancangan ini, volume susu tersarang dalam jenis susu. Dari kombinasi faktor jenis susu dan volume susu diperoleh sebanyak 6 perlakuan yaitu : (1) Pemberian susu segar 250 ml (P1) (2) Pemberian susu segar 500 ml (P2) (3) Pemberian susu segar 750 ml (P3) (4) Pemberian susu kalsium tinggi 250 ml (L1) (5) Pemberian susu kalsium tinggi 500 ml (L2) (6) Pemberian Susu kalsium tinggi 750 ml (L3) respon yang diukur dalam penelitian ini adalah indeks massa tubuh (IMT) dan kepadatan tulang punggung. penggangu yang diukur adalah kondisi awal peubah respon, aktivitas olahraga dan tingkat kecukupan zat gizi. Penentuan Jumlah Ulangan Penentuan jumlah ulangan yang digunakan untuk mengukur peubah respon dilakukan melalui pendekatan dengan menggunakan rumus berikut ini (Walpole, 1995) : n = (Z + Z ) 2 2 H o : µ = µo H 1 : µ = µo + Power test = 95% 2 n = jumlah ulangan yang akan digunakan Z = nilai normal baku (pada tabel sebaran Z) = 0.05 / = 0.05 = 1.64 σ 2 = ragam sebaran kadar kalsium dalam darah = 1 δ = perkiraan peningkatan kadar kalsium dari pemberian susu 1 porsi ke 2 porsi = 1.2 Jumlah ulangan (n) yang diperoleh untuk setiap kelompok perlakuan sebanyak 7.47 unit percobaan (dibulatkan menjadi 8 unit percobaan). Jumlah unit percobaan untuk 2 jenis susu dengan masing-masing 3 taraf pemberian susu adalah sebanyak 48 orang (8 X 2 X 3). Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh peubah independen (P, L. dan X) dengan peubah dependen (Y), serta untuk mengetahui kontribusi perlakuan maupun peubah penggangu yang berpengaruh, data dianalisis dengan pendekatan model linier dengan persamaan umum sebagai berikut: Y = β 0 + β 1 P + β 2 P 2 + β 3 P 3 + β 4 X 1 + β 5 X 12 + β 6 X 13 +... + β 47 X 54 + Є Y = β 0 + β 1 L + β 2 L 2 + β 3 L 3 + β 4 X 1 + β 5 X 12 + β 6 X 13 +... + β 47 X 54 + Є Y = respon yang diukur (IMT akhir, kepadatan tulang punggung akhir) P = Susu segar (P) L = Susu kalsium tinggi (L) X = pengganggu yang diukur (X 1, X 2, ) Є = Galat Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sof t ware SAS f or Windows versi 6.12 dan Microsof t Excel 2003. 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks Massa Tubuh (IMT) Nilai indeks massa tubuh (IMT) diperoleh dari perbandingan antara berat badan (BB) dengan tinggi badan (TB) kuadrat. Berat badan, tinggi badan dan IMT yang diperoleh dari pengukuran satuan percobaan terdapat pada Tabel 2. Analisis model linier yang dilakukan tidak menggunakan data delta (selisih), karena data akhir (IMT akhir) digunakan sebagai peubah dependen (Y) dan data awal (IMT awal) dimasukkan sebagai salah satu peubah independen (X). Tabel 2. Linier IMT dengan Susu Kalsium Tinggi X 11 X 38 model 1.16900457 0.93820929 0.00082521 0.6773 0.0869 0.6773 0.7642 0.5164 0.0033** X 11 = IMT (Indeks Massa Tubuh) awal X 38 = Kontribusi kalsium susu ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01) Y = 1.16900457 + 0.93820929 X 11 + 0.00082521 X 38 Walaupun secara rata-rata IMT kelompok unit percobaan pada akhir pengukuran masih dalam kategori kurus (<18.5), akan tetapi telah terjadi peningkatan IMT (dari IMT awal ke IMT akhir) (Tabel 4). Dari hasil analisis model linier, tidak terdapat pengaruh (P>0.05) susu kalsium tinggi (L) terhadap IMT akhir unit percobaan. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan antara IMT akhir dari setiap kelompok unit percobaan akibat pemberian susu kalsium tinggi. Walaupun susu kalsium tinggi tidak berpengaruh nyata, akan tetapi kontribusi kalsium dari susu kalsium tinggi berpengaruh positif (P<0.01) pada IMT unit percobaan dengan kontribusi sebesar 8.69%. Selain itu, IMT akhir juga dipengaruhi (P<0.01) oleh IMT awal dengan kontribusi sebesar 67.73% (Tabel 2). Susu segar perlakuan (P), dalam penelitian ini juga tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap IMT akhir unit percobaan. IMT akhir lebih dipengaruhi oleh IMT awal (P<0.01) dan peningkatan tingkat kecukupan vitamin D (p< 0.01) dengan kontribusi masing-masing sebesar 64.86% dan 16.07% (Tabel 3). Tabel 3. Linier IMT dengan Susu Segar X 11 X 33-2.16272338 1.11739783 0.00725227 0.6486 0.1607 0.6486 0.8093 0.2580 X 11 = IMT (Indeks Massa Tubuh) awal X 33 = Peningkatan tingkat kecukupan vitamin D total ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01) Y = -2.16272338 +1.11739783 X 11 + 0.00725227 X 33 Cashman (2002), menyatakan bahwa zat kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan tulang. Menurut Tucker et al. (2003) penyerapan kalsium sangat dipengaruhi adanya vitamin D. Dengan kombinasi kedua faktor tersebut, maka kepadatan tulang akan semakin baik dan akhirnya dapat meningkatkan IMT. Kepadatan Tulang Punggung Pada pemberian susu kalsium tinggi dengan volume sebanyak 250 ml per hari (1 porsi) secara rata-rata tidak terdapat peningkatan kepadatan tulang punggung. Peningkatan kepadatan tulang terlihat pada pemberian susu kalsium tinggi dengan volume 500 ml (2 porsi) dan kepadatan tulang punggung akhir tertinggi terdapat pada pemberian dengan volume 750 ml (3 porsi) per hari. Sama halnya dengan analisis IMT, pada analisis ini juga tidak digunakan data delta (selisih) karena data kepadatan tulang punggung akhir digunakan sebagai peubah Y dan data tulang punggung awal dimasukkan sebagai salah satu peubah X. Tabel 4. Rata-rata Berat Badan, Tinggi Badan dan IMT Unit Percobaan Perlakuan BB (kg) TB (cm) IMT (kg/ m²) Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir P1 48.44 49.51 165.34 165.90 17.47 17.99 P2 49.19 50.09 165.96 166.16 17.57 18.12 P3 47.63 50.26 165.65 165.99 17.19 18.22 L1 49.78 50.56 167.66 167.90 17.38 17.93 L2 45.13 47.26 164.10 164.34 16.74 17.47 L3 50.15 52.21 167.84 168.25 17.67 18.46 4

Rata-rata kepadatan tulang punggung yang diperoleh dari hasil penelitian ini (perlakuan L1, L2, L3) adalah sebesar 0.012 g/cm2. Hasil ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Volek et al. (2003) yang mendapatkan rata-rata kepadatan tulang punggung sebesar 0.031 g/cm 2. Hasil ini dapat terjadi antara lain karena adanya perbedaan genetis unit percobaan, jenis susu dan jenis perlakuan yang diberikan. Tabel 5. Rata-rata Kepadatan Tulang Punggung Awal dan Akhir Penelitian Kepadatan tulang punggung Perlakuan (g/ cm 2 ) Awal Akhir P1 0.77 0.78 P2 0.77 0.78 P3 0.80 0.82 L1 0.80 0.80 L2 0.77 0.78 L3 0.80 0.82 Kepadatan tulang punggung unit percobaan pada akhir penelitian dipengaruhi (P<0.01) oleh pemberian susu kalsium tinggi dengan kontribusi sebesar 2.29% (Tabel 6). Hasil ini membuktikan bahwa konsumsi susu kalsium tinggi dapat meningkatkan kepadatan tulang punggung, sebagaimana halnya pada kepadatan tulang pinggang. Tabel 6. Linier Kepadatan Tulang Punggung dengan Susu Kalsium Tinggi X 6 L 2 0.00029830 1.00200023 0.03603788 0.9208 0.0229 0.9208 0.9437 0.9937 0.0022** X 6 = Kepadatan tulang punggung awal L 2 = Susu kalsium tinggi ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0.01) Y = 0.00029830 + 1.00200023 X 6 + 0.03603788 X 23 Berdasarkan hubungan model linier (Gambar 1) dapat dilihat bahwa makin tinggi konsumsi susu kalsium tinggi, maka dapat diduga makin tinggi pula kepadatan tulang punggung unit percobaan. Dari hasil uji beda dari setiap perlakuan dengan selang kepercayaan 95% diketahui bahwa unit percobaan yang diberi susu kalsium tinggi sebanyak 750 ml, mempunyai kepadatan tulang punggung akhir yang nyata lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Kepadatan tulang punggung akhir unit percobaan yang diberikan susu kalsium tinggi sebanyak 500 ml tidak berbeda nyata dengan kepadatan tulang punggung akhir perlakuan lainnya (Gambar 2). Kepadatan tulang punggung (g/cm 2 ) 0.95 0.9 0.85 0.8 0.75 0.7 0.65 0.6 0.862 0.864 0.871 0.882 0.782 0.784 0.791 0.802 0.692 0.694 0.701 0.712 0 0.25 0.5 0.75 Volume susu kalsium tinggi (liter) Rata-rata Minimum Maksimum Gambar 1. Hubungan Linier Susu Kalsium Tinggi dengan Kepadatan Tulang Punggung Persamaan model linier rata-rata : Y = 0.781858 + 0.03603788 L 2 Persamaan model linier minimum : Y = 0.691678 + 0.03603788 L 2 Persamaan model linier maksimum : Y = 0.862018 + 0.03603788 L 2 5

Kepadatan Tulang Punggung (g/cm2).82.81.80.79.78.77.00 TP L1.25 L2.50 L3.75 Batas Atas Batas Bawah Volume Susu Kalsium Tinggi (liter) Gambar 2. Batas Bawah dan Batas Atas Kepadatan Tulang Punggung dengan Volume Susu Kalsium Tinggi yang Diteliti (selang kepercayaan 95%). L3 (750 ml) >< L2 (500 ml) = tidak berbeda nyata L2 (500 ml) >< L1 (250 ml) = tidak berbeda nyata L3 (750 ml) >< L1 (250 ml) = tidak berbeda nyata L2 (750 ml) >< TP (0 ml) = tidak berbeda nyata L3 (750 ml) >< TP (0 ml) = berbeda nyata L1 (250 ml) >< TP (0 ml) = tidak berbeda nyata Berdasarkan hasil ini dapat diartikan bahwa unit percobaan yang mengonsumsi susu kalsium tinggi sebanyak 750 ml per hari (3 porsi), mempunyai kepadatan tulang punggung yang lebih tinggi daripada yang mengonsumsi kurang dari 750 ml per hari (< 3 porsi). Menurut Heaney dan Whiting (2004), dengan mengonsumsi susu sebanyak 3 atau 4 porsi per hari akan dapat mengurangi risiko osteoporosis minimal sebesar 20%. Perlakuan pemberian susu segar belum menunjukkan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap kepadatan tulang punggung akhir penelitian (Tabel 7). Kepadatan tulang punggung akhir dipengaruhi kepadatan tulang punggung awal dan tingkat kecukupan kalsium total. Terdapatnya pengaruh kecukupan kalsium total menunjukkan bahwa selain kalsium susu, kepadatan tulang punggung juga dapat dipengaruhi oleh kalsium dari sumber pangan lainnya. Tabel 7. Linier Kepadatan Tulang Punggung dengan Susu Segar X 6 X 20 0.00230158 0.99056940 0.00020371 0.9342 0.0183 0.9342 0.9525 0.9460 0.0028** X 6 = Kepadatan tulang punggung awal X 20 = Tingkat kecukupan kalsium akhir total ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0.01) Y = 0.00230158 +0.99056940 X 6 + 0.00020371 X 20 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN 1. Perlakuan pemberian susu tidak berpengaruh pada peningkatan indeks massa tubuh (IMT). 2. Susu kalsium tinggi berpengaruh positif pada peningkatan kepadatan tulang punggung. Saran Disarankan kepada remaja untuk membiasakan minum susu. Dari penelitian ini terbukti bahwa susu kalsium tinggi berpengaruh positif terhadap kepadatan tulang punggung. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Tim dan semua Asisten Feeding Program f or Needy St udent s, kerjasama SEAFAST Center dengan Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB, khususnya kepada Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku koordinator program. 2. Kepada pimpinan dan staff PT Ultrajaya Milk, khususnya kepada Bapak Ir. Y. Isnandar selaku Direktur PT Ultrajaya Milk yang membantu pembiayaan penelitian ini. 6

DAFTAR PUSTAKA Bronner F. 1994. Calcium and osteoporosis. Am J Clin Nutr, 60, 831-8366. Campion JM & Maricic MJ. 2003. Osteoporosis in men. Am Fam Physician, 67, 1521-1526. Cashman KD. 2002. Calcium intake, calcium bioavailability and bone health. British J Nutr 87 Suppl, 2, S169-S177. Depkes. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Departemen Kesehatan RI, Jakarta Heaney RP & Whiting SJ. 2004. Building Better Bone with Dairy Foods throughout the Lifecycle. Dairy Council DIGEST. Vol 75 No. 6 November/December 2004. Kalkwarf HJ, Khoury JC, & Lanphear BP. 2003. Milk intake during childhood and adolescence, adult bone density and osteoporotic fractures in US women. Am J Clin Nutr, 77(1), 257-265. Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Sandler RB et al. 1985. Postmenopausal bone density and milk consumption in childhood and adolescence. Am J Clin Nutr, 42, 270-274. Tucker KL et al. 2003. Bone density and dietary patterns in older adults : the Framingharm Osteoporosis Study. Am J Clin Nutr, 76, 245 252. Volek JS et al. 2003. Increasing fluid milk favorably affects bone mineral density responses to resistance training in adolescence boys. J Am Diet Assoc, 103,1353-1356. Walpole RE. 1982. Pengantar Statistika. (B Sumantri, penerjemah). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Weaver CM. 2000. The growing years and prevention of osteoporosis in later life. Proceeding of the Nutrition Society, 59, 303-306. 7