JAMSOSTEK. (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

UU R.I. NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik I

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Jasa

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Ta

2015, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2005 TENTANG

ABSTRAKSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PESERTA DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KE LIMA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993

A. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

2012, No Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c menetapkan Peraturan Pemerintah te

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Akibat Hukum Bagi Perusahaan yang Tidak Melaksanakan Program Jamsostek

WALIKOTA PROBOLINGGO

PROGRAM JAMSOSTEK, HAMBATAN DAN UPAYA MENGEJAR KEPESERTAAN GERRY SILABAN. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum yakni norma yang dibuat

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA R.I NOMOR: PER.04/MEN/1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA,

LAMPIRAN III PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Implementasi Program dan Perubahan Regulasi BPJS Ketenagakerjaan

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KABUPATEN BULUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya menghadapi ketidakpastian, baik itu

PERATURAN MENTERI NO. 04 TH 1993

PELAKSANAAN PROGRAM JAMSOSTEK DITINJAU DARI PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA. DAHLIA Dosen Fakultas Hukum UNISRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENGAGA KERJA

MMS CONSULTING Advocates & Counselors at Law

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER. 12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pemba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. implementasi sebagai those actions by public or private individuals (or groups) that are

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik

PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Produk BPJS Ketenagakerjaan. Orientasi Persiapan Kerja Tahun 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PROGRAM JAMINAN HARI TUA

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA

Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan Ahmad Edi Komaruddin Kepala Bidang Pemasaran PU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

09/02/2012. Sistem kompensasi harus dihubungkan dengan tujuan tujuan strategis organisasi. Tujuan program kompensasi yang efektif:

IMPLEMENTASI UU NO. 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMSOSTEK PADA PT. RIMBA MATOA LESTARI DI KABUPATEN JAYAPURA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 609 TAHUN 2012 TENTANG

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Haliman dan Wulandari, 2012).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA

Transkripsi:

JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

Latar Belakang Peranan tenaga kerja dalam perkembangan pembangunan dan semakin meningkatnya penggunaan teknologi di berbagai sektor kegiatan usaha risiko tinggi peningkatan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja. Perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja memberikan ketenangan kerja, meningkatkan disiplin & produktivitas tenaga kerja.

Lanjutan Pengusaha memiliki tanggung jawab utama dan secara moral mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja. Ketentuan mengenai ASTEK (PP No. 33 Tahun 1977) belum mengatur secara lengkap dan tidak sesuai lagi dengan kebutuhan.

Dasar Hukum UU No. 13 / 2003 tentang Ketenagakerjaan; UU No. 3 / 1992 tentang Jamsostek; PP No. 79 / 1998 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek; Keppres No. 22 / 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja;

Lanjutan Permenaker No. PER-03/MEN/1993 tentang Penyelenggaraan Program jamsostek; Permenaker No. PER-04/MEN/1993 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja.

Penyelenggaraan ASTEK Dalam rangka memberikan sistem perlindungan untuk menanggulangi risiko sosial secara langsung mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya penghasilan tenaga kerja. Wajib bagi perusahaan yang mempekerjakan 100 orang pekerja atau lebih atau membayar upah paling sedikit 5 juta rupiah sebulan mempekerjakan 25 pekerja atau lebih atau membayar upah paling sedikit 1 juta sebulan.

Lanjutan Ruang Lingkup ASTEK: 1. Asuransi Kecelakaan Kerja (AKK); 2. Tabungan Hari Tua (THT); 3. Asuransi Kematian (AKm).

JAMSOSTEK Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Lanjutan Jamsostek Hak tenaga kerja. Tenaga kerja dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja. Wajib bagi perusahaan yang mempekerjakan 10 pekerja atau lebih, atau membayar upah paling sedikit 1 juta sebulan.

Aspek Dalam Jamsostek Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, Merupakan penghargaan bagi tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja.

Ruang Lingkup Jamsostek Jaminan Kecelakaan Kerja; Jaminan Kematian; Jaminan Hari Tua; Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Jaminan Kecelakaan Kerja Risiko tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja. Risiko hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan akibat kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental. Menanggulangi risiko perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.

Lanjutan (JKK) Tenaga kerja dalam JKK termasuk: 1. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah atau tidak; 2. Mereka yang memborongkan pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan; 3. Napi yang dipekerjakan di perusahaan.

Lanjutan (JKK) JKK meliputi: 1. Biaya pengangkutan; 2. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan; 3. Biaya rehabilitasi; 4. Santunan berupa uang yang meliputi: a. Santunan sementara tidak mampu bekerja; b. Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya; c. Santunan cacat total (fisik atau mental) untuk selamalamanya; d. Santunan kematian.

Biaya Pengangkutan Penggantian biaya angkutan: 1. Jasa angkutan darat atau sungai maks. Rp 400.000,- 2. Jasa angkutan laut maks. Rp 750.000,- 3. Jasa angkutan udara maks. Rp 1.500.000,-

Biaya Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan Biaya yang dijamin untuk 1 kali peristiwa kecelakaan maks. Rp 12.000.000,-: 1. Dokter; 2. Obat; 3. Operasi; 4. Rontgen dan laboratorium; 5. Perawatan puskesmas, Rumah Sakit Kelas I; 6. Gigi; 7. Mata; 8. Jasa tabib/shinse/tradisional yang telah memiliki izin resmi.

Biaya Rehabilitasi Alat bantu (orthese) dan atau alat ganti (prothese). Diberikan 1 kali untuk setiap kasus kecelakaan ditambah 40% dari biaya rehabilitasi.

Santunan Dalam JKK Tidak mampu bekerja sementara: a. 4 bulan pertama 100% dari upah. b. 4 bulan kedua 75% dari upah. c. bulan seterusnya 50% dari upah. Cacat sebagian untuk selama-lamanya: Prosentase x 80 bulan upah

Lanjutan Santunan Cacat total untuk selama-lamanya: a. Santunan sekaligus 70% x 80 bulan upah. b. Santunan berkala Rp 200.000,- perbulan selama 24 bulan. c. Santunan cacat kekurangan fungsi dibayar sekaligus

Lanjutan Santunan Santunan Kematian: a. Santunan sekaligus 60% x 80 bulan upah. b. Santunan berkala Rp 200.000,- per bulan selama 24 bulan. c. Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-

Lanjutan (JKK) Berlaku bagi penyakit akibat hubungan kerja yang timbul setelah hubungan kerja berakhir 3 tahun sejak hubungan kerja berakhir. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam. Pengusaha wajib melaporkan kesembuhan, kecacatan atau kematian dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam.

Jaminan Kematian Kematian tenaga kerja mengakibatkan terputusnya penghasilan. Keluarga yang ditinggalkan kehidupan sosial ekonomi terganggu. Untuk meringankan beban keluarga (biaya pemakaman dan santunan) perlu adanya JK.

Lanjutan (JK) Berlaku bagi tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, kecuali magang atau murid, mereka yang memborong pekerjaan dan napi. Berhak atas JK keluarga tenaga kerja.

Lanjutan (JK) Keluarga: 1. Janda atau duda; 2. Keturunan sedarah (sampai derajat kedua): a. garis lurus kebawah; b. garis lurus keatas; c. anak yang disahkan; d. garis kesamping; e. mertua.

Lanjutan (JK) Jika tidak ada keluarga: 1. Pihak yang disebut dalam surat wasiat; 2. Perusahaan pengurusan pemakaman.

Iuran Dibayarkan oleh pengusaha. Sebesar 0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan sebesar Rp 12.000.000,- ditambah dengan santunan berkala.

Lanjutan (JK) JK meliputi: 1. Biaya pemakaman Rp 2.000.000,- a. pembelian tanah; b. peti mati; c. kain kafan; d. transportasi; e. keperluan lain terkait tata cara pemakaman sesuai adat, agama, kepercayaan dan kondisi daerah masing-masing tenaga kerja yang bersangkutan. 2. Santuanan berupa uang Rp 10.000.000,- 3. Santunan berkala Rp 200.000,- perbulan (24 bulan).

Jaminan Hari Tua Hari tua mengakibatkan terputusnya upah karena tidak mampu bekerja. Putusnya upah dikemudian hari mempengaruhi ketenangan bekerja. Untuk memberikan kepastian penerimaan penghasilan perlu adanya jaminan hari tua.

Lanjutan (JHT) pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. hak tenaga kerja pada saat memasuki usia 55 tahun atau cacat total tetap atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

Lanjutan (JHT) Syarat tertentu: a. Cacat total tetap sebelum usia 55 tahun; b. Hubungan kerja berakhir setelah melewati masa kepesertaan 5 tahun; c. Meninggal dunia sebelum usia 55 tahun. d. Menjadi PNS/TNI/POLRI.

Lanjutan JHT Tenaga kerja meninggal hak janda atau duda atau anak yatim piatu. Iuran: ditanggung perusahaan = 3,7% ditanggung pekerja = 2%

Lanjutan JHT Apabila tenaga kerja setelah melewati usia 55 tahun masih tetap ingin bekerja JHT dapat dibayarkan atau menunggu berhenti bekerja. Apabila tenaga kerja berhenti sebelum usia 55 tahun menerima JHT masa kepesertaan 5 tahun dan telah melewati masa tunggu 6 bulan.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Produktivitas kerja perlu dukungan pemeliharaan kesehatan dan upaya penyembuhan. Pemeliharaan kesehatan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk mengoptimalkan derajat kesehatan tenaga kerja dan keluarganya perlu adanya JPK.

Lanjutan (JPK) Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program JPK akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Iuran Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp 1.000.000,-. Tiga persen (3%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja lajang. Enam persen (6%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja berkeluarga.

Lanjutan (JPK) JPK meliputi: 1. Rawat jalan tingkat pertama; 2. Rawat jalan tingkat lanjutan; 3. Rawat inap; 4. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan; 5. Penunjang diagnostik; 6. Pelayanan khusus; 7. Pelayanan gawat darurat.

Jamsostek Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan PKWT Diatur khusus dalam Kepmenaker No. KEP- 196/MEN/1999. Tata cara pendaftaran dan iuran = jamsostek pada umumnya.

Tenaga Kerja Harian Lepas Dipekerjakan < 3 bulan JKK dan JK. Dipekerjakan 3 bulan berturut-turut atau lebih, dengan jumlah hari kerja min. 20 hari JKK, JK, JHT dan JPK. Iuran upah sehari x jumlah hari kerja dalam 1 bulan.

Tenaga Kerja Borongan Prinsipnya sama dengan tenaga kerja harian lepas. Iuran tergantung lamanya bekerja. a. < 3 bulan = upah sehari x jumlah hari kerja dalam sebulan. b. 3 bulan berturut-turut atau lebih: - upah dibayar borongan upah rata-rata 3 bulan terakhir. - tergantung cuaca rata-rata upah 12 bulan terakhir.

Tenaga Kerja Bekerja Berdasarkan PKWT Bekerja < 3 bulan JKK dan JK. Perjanjian diperpanjang 3 bulan atau lebih JKK, JK, JPK dan JHT. Dasar menetapkan besarnya iuran = upah sebagaimana tercantum pada PKWT.

Tenaga Kerja Di Luar Hubungan Kerja TK LHK: Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (LHK) adalah orang yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada usahausaha ekonomi informal.

Lanjutan (TK LHK) Tujuan: 1. Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko antara lain kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. 2. Memperluas cakupan kepesertaan program jaminan sosial tenaga kerja.

Lanjutan (TK LHK) Program JKK, JK, JHT, JPK. Kepesertaan: Sukarela. Usia maksimal 55 tahun. Dapat mengikuti program Jamsostek secara bertahap dengan memilih program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta. Dapat mendaftar sendiri langsung ke PT Jamsostek (Persero) atau mendaftar melalui wadah/kelompok yang telah melakukan Ikatan Kerjasama (IKS) dengan PT Jamsostek (Persero).

Lanjutan (TK LHK) Iuran : 1. Jaminan Kecelakaan Kerja 1% 2. Jaminan Hari Tua 2% (Minimal) 3. Jaminan Kematian 0.3% 4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 6% (Keluarga) & 3% (Lajang).

Kepesertaan Dalam Jamsostek Pengusaha wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya pada program jamsostek. Dapat dilakukan pentahapan kepesertaan tanggung jawab pada pengusaha. Pengusaha wajib memiliki daftar tenaga kerja dan keluarganya, daftar upah dan perubahannya dan daftar kecelakaan kerja di perusahaan atau bagian perusahaan yang berdiri sendiri.

Lanjutan (kepesertaan) Pentingnya daftar tenaga kerja dan keluarganya: Bahan untuk menetapkan siapa yang berhak atas jaminan atau santunan. Pentingnya daftar upah: Bahan untuk menentukan besaran iuran dan jaminan atau santunan yang menjadi hak tenaga kerja. Pentingnya daftar kecelakaan kerja: Untuk mengetahui tingkat keparahan dan frekuensi kecelakaan kerja mengambil tindakan preventif dan pelaksanaan pembayaran jaminan atau santunan.

Badan Penyelenggara Jamsostek Badan penyelenggara BUMN (Perusahaan Perseroan / PERSERO). Wajib membayar jaminan sosial tenaga kerja dalam waktu tidak lebih dari 1 bulan terhitung sejak dipenuhinya syarat-syarat teknis dan administratif. Kelebihan pembayaran jaminan (sengaja atau tidak sengaja) tidak dapat ditarik kembali.

Lanjutan (Badan Penyelenggara) Badan penyelenggara dapat melakukan penempatan investasi dan pengelolaan dana program jamsostek. Investasi harus aman, memberikan hasil, memenuhi kewajiban (likuid), dan diversifikasi dalam bentuk yang menguntungkan serta mencegah risiko yang tidak diinginkan. Harus ada jaminan sebagian besar kekayaan badan penyelenggara berasal dari iuran pengusaha dan tenaga kerja.

Pelanggaran Program Jamsostek Tidak mengikutsertakan program jamsostek bagi tenaga kerja dalam hubungan kerja; Pengusaha tidak melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerjanya dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam; Pengusaha tidak melaporkan kesembuhan, kecacatan atau kematian akibat kecelakaan kerja dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam;

Lanjutan (Pelanggaran) Pengusaha tidak memiliki daftar tenaga kerja dan keluarganya, daftar upah dan perubahannya dan daftar kecelakaan kerja di perusahaan atau bagian perusahaan yang berdiri sendiri. Pengusaha melaporkan daftar tenaga kerja dan keluarganya, daftar upah dan perubahannya dan daftar kecelakaan kerja yang tidak benar sehingga ada tenaga kerja yang tidak terdaftar jamsostek;

Lanjutan (Pelanggaran) Pengusaha melaporkan daftar tenaga kerja dan keluarganya, daftar upah dan perubahannya dan daftar kecelakaan kerja yang tidak benar sehingga ada kekurangan atau kelebihan pembayaran jamsostek; Pengusaha tidak mengurus hak-hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja;

Lanjutan (Pelanggaran) Pengusaha tidak menanggung jamsostek akibat adanya pentahapan kepesertaan; Pengusaha tidak melakukan pembayaran iuran, pemungutan iuran melalui pemotongan upah dan tidak membayarkan pada badan penyelenggara; Badan penyelenggara membayar jaminan lebih dari 1 bulan.