BAB II KAJIAN PUSTAKA. lembab, dan tepiannya bergelombang. Diameter jamur tiram dapat mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan).

III. KERANGKA KONSEPTUAL

II. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan


TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

III KERANGKA PEMIKIRAN

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang *

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. PEMASARAN HASIL PERTANIAN. pertemuan III 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

Pemasaran Hasil Pertanian/Peternakan

STRUKTUR PASAR. 1. Menurut segi fisiknya, pasar dapat dibedakan menjadi beberapa macam, di

ANALISIS TATANIAGA BERAS

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

ekonomi Kelas X STRUKTUR PASAR K TSP & K-13 A. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASAR B. STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

3 KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

III KERANGKA PEMIKIRAN

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Jamur Tiram Jamur tiram (Pleurotus sp.) adalah jamur pangan dengan tudung mirip cangkang tiram, dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga berwarna krem. Permukaan tudung jamur tiram licin, agak berminyak saat lembab, dan tepiannya bergelombang. Diameter jamur tiram dapat mencapai rentang antara 3 cm sampai dengan 20 cm. Spora jamur tiram berbentuk batang berukuran 8 sampai dengan 11 kali 3 µm sampai dengan 4 µm. Miselium jamur tiram (benda menyerupai benang-benang halus berwarna putih yang menjadi salah satu sarana berkembang biak jamur pada umumnya) dan bisa tumbuh dengan cepat. Warna jamur tiram ada bermacam-macam, ada yang putih, abu-abu, cokelat, dan merah. Jenis yang paling banyak ditemui di Indonesia dan banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih. Satu jamur tiram putih dewasa mempunyai bilah-bilah atau sekat-sekat yang banyak jumlahnya. Di dalam bilahbilah tersebut terdapat bagian yang disebut basidia. Di ujung basidia terdapat kantong yang berisi banyak spora atau disebut juga basidiospore. Spora berfungsi untuk berkembang biak (Wiardani, 2010). Jamur tiram dapat dibudidayakan pada ketinggian 200 meter sampai dengan 800 meter di atas permukaan laut dengan suhu optimunnya 20 o C - 30 o C, pada kelembaban udara dalam ruangan berkisar antara 75% - 85%. Derajat 8

9 keasaman atau ph media jamur tiram yang paling ideal sekitar 5,5 sampai dengan 7,0 (Warisno, Dahana 2010). 2.2 Arti dan Pentingnya Pemasaran Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pengertian pasar dalam arti sempit adalah lokasi fisik sebagai tempat terjadinya pembelian dan penjualan, sehingga pasar dapat dikatakan sebagai tempat pertemuan pembeli dan penjual untuk menukarkan barang-barang atau jasa (Sunarto, 2004). Pengertian pasar dalam arti luas atau pengertian menurut teori ekonomi adalah pertemuan antara penawaran dan permintaan atau perpotongan antara kurva penawaran dan permintaan, dimana pada titik potong tersebut terbentuklah harga yang merupakan keseimbangan antara jumlah yang ditawarkan oleh produsen dan jumlah yang diminta atau diinginkan konsumen (Purcell dalam Widyantara, 1995) Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dari sistem agribisnis. Kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra konsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi produsen. Konsep ini menunjukan bahwa peranan peamasaran sangat penting dalam meningkatkan nilai guna bentuk, nilai guna waktu, nilai guna tempat dan nilai guna hak milik dari suatu barang dan jasa secara umum dan juga pada komoditas pertanian (Agustian dan Setiajie, 2008)

10 Ngadiman (2008) menyatakan, bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Dinyatakan pula, bahwa secara formal, pasar adalah suatu institusi atau badan yang menjalankan aktivitas jual-beli barang dan jasa. Pada pasar tersebut produsen dan konsumen bertemu dan berkomunikasi. Melalui mekanisme pasar, produsen mengajukan penawaran (supply) atas produknya dan melalui mekanisme pasar pula, konsumen mengajukan permintaan (demand). Pengertian pasar dapat diperluas lagi menjadi pasar konkrit dan pasar abstrak. Pasar konkrit adalah suatu tempat yang tertentu di mana penjual dan pembeli bertemu untuk saling menawar. Pasar abstrak ialah setiap kegiatan pertemuan di manapun baik langsung maupun tidak langsung yang turut menentukan terjadinya harga. Mengingat luasnya ruang lingkup pasar, maka bagi perusahaan memahami pasar sangatlah penting karena tanpa adanya pasar, produk tidak akan sampai ke tangan konsumen. Pemasaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang mengakibatkan aliran produk secara fisis dan ekonomik, dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen (Downey dan Erickson, 1987). Pengertian yang paling sederhana pemasaran adalah pemenuhan kepuasan pelanggan demi suatu keuntungan, sehingga dua tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan (Sunarto, 2004).

11 Dari definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan daripada pemasaran adalah agar barang dan atau jasa yang dihasilkan oleh petani maupun perusahaan sebagai produsen sampai ke konsumen. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar barang dan jasa dapat berpindah dari produksi ke konsumsi disebut sebagai fungsi pemasaran. Adapun fungsi pemasaran yang dimaksud tersebut meliputi: (1) fungsi pertukaran yang meliputi pembelian dan penjualan, (2) fungsi fisik meliputi pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pengangkutan, dan (3) fungsi fasilitas yang meliputi standarisasi dan grading, penanggungan resiko pembiayaan, dan informasi harga. Fungsi-fungsi pemasaran ini dilakukan oleh lembaga pemasaran sebagai upaya pemindahan barang dan jasa dari produksi ke konsumsi (Soetrisno, dkk, 2006) Menurut Sukartawi (2001) pemasaran adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu sebagai imbalannya. Pamahaman pemasaran dari sudut pandang petani kecil didefinisikan sebagai penjualan, padahal keduanya mempunyai cara orientasi perolehan laba yang sangat berbeda. 2.3 Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah suatu jalur yang dilalui oleh arus barang dari produsen ke perantara akhirnya sampai ke tangan konsumen ( Basu Swastha, 1995). Lebih lanjut Saefuddin (1982) mengatakan bahwa, saluran pemasaran merupakan aliran yang dilalui oleh barang dan jasa melalui lembaga pemasaran sampai barang dan jasa tersebut tiba di tangan konsumen. Panjang pendeknya

12 saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu komoditas tergantung dari (1) jarak antara produsen ke konsumen; (2) cepat atau tidaknya komoditas tersebut menjadi rusak; (3) skala produksi dan posisi keuangan produsen. Menurut Anindita (2004), saluran pemasaran terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan untuk menyalurkan produk dan status pemiliknya dari produsen ke konsumen. Diantara produsen dan konsumen ada sekelompok perantara yang menyalurkan produk diantara mereka. Di mana saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk maupun jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Perangkat ini yang menjadi alur lintas produk dari konsumen untuk menuju konsumen tepat pada waktunya. Soekartawi (2002) berpendapat, saluran pemasaran dapat berbentuk secara sederhana dan ada yang rumit sekali. Hal demikian tergantung dari macam komoditi, lembaga pemasaran dan sistem pasar. Komoditi pertanian yang lebih cepat ke tangan konsumen dan yang tidak mempunyai nilai tambah, biasanya mempunyai saluran pemasaran yang relatif pendek (sederhana). Dalam perdagangan terdapat dua saluran pemasaran, yakni pemasaran langsung dari produsen ke konsumen dan pemasaran dengan menggunakan jasa perantara. Produsen yang melakukan penjualan langsung kepada konsumen akhir dapat mengendalikan kepada siapa saja produknya dapat dijual dan dapat mengambil alih margin keuntungan yang seharusnya diberikan kepada perantara. Mengingat dalam kegiatan pemasaran masih ada fungsi-fungsi pemasaran yang perlu dilaksanakan dan memerlukan biaya, maka produsen yang tidak memiliki

13 sumber daya yang cukup sering menyerahkan fungsi pemasarannya kepada perantara. Menurut Kotler dan Amstrong (1996) menyatakan alasan produsen menggunakan perantara untuk melakukan beberapa penghematan seperti mengurangi banyak kontak dan biaya pemasaran. Biaya-biaya yang dimaksud mencakup biaya mengubah ragam produk yang dibuat produsen menjadi ragam produk yang diinginkan konsumen. Saluran pemasaran tersebut sebagai fungsi untuk membantu pelaksanaan dan kesempurnaan transaksi. Fungsi-fungsi dimaksud diuraikan sebagai berikut: 1. Fungsi informasi, mencakup proses mendapatkan, mengumpulkan dan menyerap informasi yang diperlukan untuk bahan perncanaan dan memudahkan pertukaran produk. 3. Fungsi promosi, mencakup kegiatan pengembangan dan penyebaran komunikasi yang persuasif mengenai penawaran produk. 4. Fungsi negosiasi/perundingan, mencakup usaha mencapai persetujuan akhir atas harga dan ketentuan mengenai penawaran agar peralihan pemilikan dapat terjadi dengan baik. 5. Fungsi pembiayaan, mencakup perolehan dan penyebaran dana untuk menutup biaya yang dibutuhkan oleh saluran pemasaran. 6. Fungsi pengambilan resiko, penerimaan resiko dalam hubungan dengan pelaksanaan pemasaran. 7. Fungsi proses fisik/distribusi, mencakup pengangkutan dan penyimpanan barang.

14 8. Fungsi pemadanan mencakup pembentukan dan penyesuaian tawaran dengan kebutuhan konsumen, meliputi kegiatan pengolahan, sortasi, pengumpulan dan pengemasan. 9. Fungsi hubungan, mencakup kegiatan pemeliharaan hubungan dengan pihak konsumen atau para pengguna dan penyalur. Fungsi 1 sampai 6 membantu terlaksananya transaksi, fungsi 7 sampai 8 membantu kesempurnaan transaksi. 2.4 Pendekatan dalam Menganalisis Pemasaran Dalam menganalisis pemasaran ada beberapa cara pendekatan yang diperkenalkan oleh pakar. Saefudin (1982) dalam Riasning (2007) menyatakan, konsep yang dapat digunakan adalah melalui pendekatan input-output rasio dan konsep struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar. Hanafiah dan Saefudin (1986 dalam Widyantara, 1995) menyatakan, dalam menganalisis pemasaran pendekatan serba barang, serba lembaga, dan pendekatan serba fungsi. Sementara itu, Sudiyono (2004) menyatakan, pendekatan yang paling banyak digunakan dalam menganalisis pemasaran dewasa ini adalah yang umum dikenal sebagai S- C-P approach (structure, conduct, performance). Pendekatan ini pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat, yang pada mulanya hanya digunakan untuk barang-barang hasil industri. Tetapi belakangan ini banyak digunakan dalam bidang pertanian.

15 2.4.1 Struktur pasar (market structure) Struktur pasar merupakan dimensi yang menjelaskan tentang jumlah penjual dan distribusinya dalam berbagai ukuran, jumlah pembeli dan distribusinya dengan berbagai ukuran, deferensiasi produk, dan hambatan untuk keluar masuk pasar (Azzaino, 1981). Melalui struktur pasar akan diketahui apakah suatu pasar mengarah kepada bentuk pasar persaingan ssempurna (perfect market) atau pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market) yang meliputi pasar monopoli/monopsoni, oligopoli/oligopsoni dan monopolistik. Struktur pasar yang berbentuk persaingan sempurna meskipun dalam realita tidak ada, namun dalam berbagai hal masih sering digunakan sebagai barometer efisiensi pasar. Nurmawan (2005) menyatakan bahwa bentuk-bentuk struktur pasar dapat dijelaskan berdasarkan ciri-cirinya yaitu sebagai berikut : 1. Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa banyaknya/tidak terbatas. Ciri-ciri pokok pasar persaingan sempurna adalah : (1) jumlah perusahaan dalam pasar sangat banyak, (2) produk/barang yang diperdagangkan serba sama (homogen), (3) konsumen memahami sepenuhnya keadaan pasar, (4) tidak ada hambatan untuk keluar/masuk bagi setiap penjual, (5) pemerintah tidak campur tangan dalam proses pembentukkan harga, dan (6) penjual atau produsen hanya berperan sebagai price taker (pengambil harga). 2. Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintan dan penawaran di mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau konsumen. Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah : (1) hanya ada

16 satu produsen yang menguasai penawaran, (2) tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip (close substitute), (3) produsen memiliki kekuatan menentukan harga, dan (4) tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada hambatan berupa keunggulan perusahaan. 3. Pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran, di mana terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai seluruh permintaan pasar. Ciri-ciri pasar oligopoli adalah : (1) terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar, (2) barang yang diperjual-belikan dapat homogen dan dapat pula berbeda corak (differentiated product), seperti produk air minum, (3) terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di luar pasar untuk masuk ke dalam pasar, dan (4) satu diantaranya para oligopolis merupakan price leader yaitu penjual yang memiliki/pangsa pasar yang terbesar. Penjual ini memiliki kekuatan yang besar untuk menetapkan harga dan para penjual lainnya harus mengikuti dari harga tersebut. Contoh dari produk oligopoli adalah semen, air mineral. 4. Pasar duopoli adalah suatu pasar di mana penawaran suatu jenis barang dikuasai oleh dua perusahaan. Contoh : Penawaran minyak pelumas dikuasai oleh Pertamina dan Caltex. 5. Pasar monopolistik adalah suatu bentuk interaksi anatara permintaan dengan penawaran di mana terdapat sejumlah besar penjual yang menawarkan barang yang sama. Pasar monopolistik merupakan pasar yang memiliki sifat monopoli pada spesifikasi barangnya, sedangkan unsur persaingan pada banyak penjual yang menjual produk yang sejenis. Contoh : produk sabun yang memiliki

17 keunggulan misalnya untuk kecantikan, kesehatan, dan menjaga kebersihan. Ciri-ciri pasar monopolistik adalah : (1) terdapat banyak penjual/produsen yang berkecimpung di pasar, (2) barang yang diperjual-belikan merupakan differentiated product, (3) para penjual memiliki kekuatan monopoli atas produknya sendiri, (4) untuk memenangkan persaingan setiap penjual aktif melakukan promosi, dan (5) keluar masuk pasar barang/produk relatif lebih mudah. 6. Pasar monopsoni, merupakan bentuk pasar yang dilihat dari segi permintaan atau pembelinya. Dalam hal ini pembeli memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Dalam pengertian ini, pasar monopsoni adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di mana permintaannya atau pembeli hanya satu perusahaan. Contoh di Indonesia adalah PT Kereta Api Indonesia yang merupakan satu-satunya pembeli alat-alat kereta api. Sebagaimana diketahui pada pasar monopoli terdapat satu penjual dan banyak pembeli di dalam pasar, sedangkan pada pasar monopsoni terjadi sebaliknya. Jika ada dua pembeli disebut duopsoni, bila ada beberapa pembeli disebut oligopsoni. Struktur pasar monopsoni, duopsoni, dan oligopsoni dilihat dari sisi pembeli. 2.4.2 Perilaku pasar (market conduct) Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar yang sudah terbentuk. Perilaku pasar dapat berupa praktek-praktek penentuan harga yang mendorong grading standarisasi produk, praktek-praktek penentuan harga yang bebas kolusi dan taktik-taktik yang

18 tidak jujur/perdagangan gelap, kebijakan harga yang mendorong perbaikan mutu dan meningkatkan kepuasan konsumen (Wedastra, 1999 dan Saefuddin, 1983 dalam Swatantra, 2005). Perilaku pasar menurut Anindita (2004) yaitu cara perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan situasi di pasar, dimana perusahaan tersebut ikut sebagai pembeli atau penjual. Ada lima dimensi dari tingkah laku dalam pasar yaitu (1) metode yang digunakan oleh perusahaan dan kelompoknya dalam menentukan harga dan tingkat output, (2) kebijakan harga perusahaan, (3) promosi penjualan perusahaan, (4) alat koordinasi dan saling penyesuaian dari harga, produk dan promosi penjualan dalam persaingan diantara penjual, dan (5) ada tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory. Saefuddin (1982) mengemukakan bahwa salah satu kriteria yang cocok untuk mengukur efisiensi pasar adalah perilaku pasar yang meliputi: (1) praktekpraktek penentuan harga yang mendorong terjadinya grading dan standarisasi produk, (2) seragamnya biaya pemasaran, (3) praktek-praktek penentuan harga bebas dari kolusi dan praktek-praktek tidak jujur maupun perdagangan gelap, dan (4) kebijaksanaan harga yang mendorong perbaikan mutu produk dan meningkatkan kepuasan konsumen. Perilaku pasar dapat juga dilihat dari integrasi pasar yang meliputi integrasi vertikal dan horisontal. Yang dimaksud dengan integrasi adalah penggabungan kegiatan dalam pemasaran dalam satu sistem manajemen. Dengan demikian integrasi vertikal merupakan penggabungan proses dan fungsi dua atau lebih lembaga pemasaran pada tahap distribusi ke dalam satu sistem manajemen.

19 Sedangkan integrasi horisontal adalah penggabungan dua atau lebih lembaga pemasaran yang melakukan fungsi yang sama pada tahap distribusi yang sama pula ke dalam satu sistem manajemen. Integrasi vertikal akan menguntungkan konsumen, sedangkan integrasi horisontal akan memperkuat posisi produsen. Integrasi secara horisontal digunakan untuk melihat apakah mekanisme harga pada tingkat pasar yang sama antar daerah berjalan secara serentak atau tidak. Alat analisis yang biasa digunakan adalah korelasi harga antar pasar yang satu dengan pasar yang lain. Integrasi pasar secara vertikal digunakan untuk melihat keadaan secara kasar antara pasar pada tingkat lokal, kecamatan, kabupaten dan provinsi atau antar pasar-pasar produsen dengan pasar konsumen. Selain itu analisis mampu menjelaskan kekuatan tawar menawar antara petani dengan lembaga perantara, atau antara lembaga perantara dengan lembaga perantara yang diatasnya (Sudiyono, 2004). 2.4.3 Keragaan pasar (market performance) Keragaan atau penampilan pasar tidak dapat berdiri sendiri, tetapi munculnya merupakan interaksi antara struktur pasar dan perilaku pasar. Steifell (1975 dalam Widyantara, 1995) menyatakan bahwa keragaan pasar adalah hubungan struktur pasar dengan perilaku pasar dalam kebijaksanaan harga dan produk. Kemudian menurut Sudiyono (2004) menyatakan dalam menganalisis keragaan pasar yang berkaitan dengan efesiensi pemasaran produk pertanian dapat dilihat dari marjin, bagian (share) harga petani dan bagian (share) keuntungan

20 yang dinikmati dan bagian (share) biaya pemasaran yang dibebankan oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Kinerja pasar dapat dilihat dari tingkat harga, keuntungan investasi dan pengembangan produk. Kinerja tataniaga ini juga dapat diukur dari bagian harga yang diterima petani, margin pemasaran dan susutnya produksinya. Sedangkan menurut Saefuddin (19982) kinerja pasar dapat diukur dari (1) kemajuan teknologi yang digunakan, (2) efisiensi penggunaan sumber daya alam, (3) perbaikan produk, dan (5) maksimisasi jasa. 2.5. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah menyangkut penentuan bagian yang diterima oleh produsen atau petani dari harga yang dibayar oleh konsumen akhir maupun biaya-biaya dari fungsi-fungsi pemasaran dari lembaga pemasaran yang terlibat. Marjin pemasaran merupakan salah satu analisis yang banyak digunakan dalam kaitannya dengan studi-studi pada bidang pemasaran. Dengan analisis marjin pemasaran akan dapat dilihat efisiensi atau tidaknya suatu kegiatan pemasaran, dapat juga dipakai untuk melihat besarnya perbedaan harga antara produsen dan konsumen. Pengertian marjin pemasaran terdiri atas biaya pemasaran dengan keuntungan yang diperoleh perantara pemasaran. Biaya pemasaran dengan keuntungan pemasaran ini terjadi karena terlibatnya lembaga-lembaga yang melakukan aktivits pemasaran seperti tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar atau pengecer. Masing-masing pihak yang terlibat tersebut tentu saja mengeluarkan biaya-biaya transportasi, pengepakan, sortasi, dan juga

21 menghendaki keuntungan. Dengan demikian harga yang dibayar konsumen lebih tinggi dibandingkan dengan yang diterima petani. Pengertian marjin pemasaran menurut Tomek dan Robinson (1990) adalah perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Dengan demikian marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga ditingkat petani (Pf) dan harga ditingkat pengecer (Pr). Marjin pemasaran ini dapat juga ditunjukkan dengan perbedaan vertikal antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Sedangkan, Sudiyono (2004) menyatakan bahwa marjin pemasaran dipengaruhi oleh permintaan (demand) dan penawaran (supply) serta perbedaan jarak antara produsen ke konsumen dan jumlah harga jasa-jasa pelayanan juga mempengaruhi pemasaran, sehingga marjin dapat didefinisikan dengan dua cara, yaitu ; (1) marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, dan (2) marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Secara rumus matematis marjin pemasaran diukur dengan menggunakan persamaan (Tomek dan Robinson, 1990): Di mana : MP = Pr - Pf atau MP = B + K Mp = margin pemasaran Pr = harga di tingkat pengecer/ konsumen Pf = harga di tingkat produsen/petani B = biaya pemasaran K = keuntungan lembaga pemasaran

22 LM = % margin = M x 100% Pr Sementara besarnya share biaya (Sb) dan share keuntungan (Sk) pada masing-masing lembaga pemasaran ditunjukkan dengan model sebagai berikut : Bi Sbi = x 100% Pr Pt Ki Ski = x 100% Pr Pt Di mana : Ki = Pji - Pbi bij LM = Sbi + Ski Sbi = share biaya lembaga pemasaran ke i Ski = share keuntungan lembaga pemasaran ke i Ki = jumlah keuntungan lembaga pemasaran ke i Bi = jumlah biaya pemasaran ke i Pji = harga jual lembaga pemasaran ke i Pbi = harga beli lembaga pemasaran ke i Pr = harga beli konsumen Pf = harga jual petani bij = biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran Bagian harga (besarnya share harga) yang diterima petani merupakan rasio antara harga penjualan petani dengan harga penjualan pengecer atau harga konsumen., menggunakan model : Di mana : Pf Sp = X 100% Pr

23 Sp = farmers share Pt = harga jual di tingkat petani Pr = harga jual di tingkat pengecer 2.6 Efisiensi Pemasaran Definisi efisiensi pemasaran yang dikemukakan oleh Kohls and Downey (1972) adalah maksimisasi dari ratio input-output. Efisiensi pemasaran biasanya dibedakan dalam dua katagori yaitu efisiensi teknis (operasional) yang mengukur produktivitas pelaksanaan jasa pemasaran di dalam perusahaan dan efisiensi harga (ekonomis) yang mengukur bagaimana harga pasar mencerminkan biaya produksi dan biaya pemasaran secara memadai pada sistem pemasaran secara keseluruhan. Dalam efisiensi teknis ini dianggap bahwa sifat utama dari output tidak mengalami perubahan, dan penekanannya ditujukan pada usaha mengurangi biaya input untuk menghasilkan komoditi dan jasa. Efisiensi harga (ekonomis) menyangkut perbaikan dalam operasi pembelian, penjualan dan aspek harga dari proses pemasaran sedemikian rupa sehingga tetap responsif terhadap keinginan konsumen. Secara teoritis semakin pendek saluran pemasaran yang digunakan, maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan semakin besar margin keuntungan yang dapat diterima produsen. Efisiensi harga ditunjukkan oleh korelasi antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen. Menurut Azzaino (1982) bahwa untuk melihat efisiensi harga digunakan analisis integrasi pasar secara vertikal. Dua pasar dikatakan teritegrasi apabila perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan/ diteruskan ke pasar lainnya.

24 2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai suatu acuan dasar adalah penelitian yang dilakukan oleh Swatantra (2005), tentang Efisiensi Pemasaran Kopi Rakyat di Kabupaten Buleleng dengan menggunakan pendekatan keragaan pasar. Hasilnya adalah sebagai berikut : saluran pemasaran satu dengan indeks efisiensi teknik sebesar 4,40 dan indeks efisiensi ekonomis sebesar 10,86 adalah yang paling efisien. Sedangkan, dibawah itu tidak efisien. Penelitian yang dilakukan oleh Darma Setiawan (1997) tentang Analisis Pemasaran Rumput Laut di Kecamatan Nusa Penida dengan menggunakan pendekatan struktur, perilaku dan keragaan pasar, diperoleh hasil bahwa harga jual rumput laut di tingkat petani, luas areal tanah, dan modal berpengaruh nyata pada penawaran rumput laut dengan tanda positif. Struktur pasar rumput laut mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna yaitu pasar oligopsoni. Penelitian Riasning (2007), tentang Efesiensi Pemasaran Sayuran di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, dengan menggunakan analisis konsentrasi rasio, elastisitas transmisi harga, integrasi pasar vertikal, marjn pemasaran, bagian biaya dan keuntungan, serta bagian harga yang diterima petani diperoleh hasil bahwa struktur pasar sayuran kentang, wortel dan kubis mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna yaitu pasar oligopsoni. Elastisitas transmisi harga menunjukkan struktur pasar mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna. Kesimpulannya bahwa pemasaran sayuran di Kecamatan Baturiti tidak efesien.

25 Penelitian yang dilakukan oleh Sadguna (2009), tentang Pemasaran Bunga Potong Krisan Sentra Produksi Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng menggunakan analisis struktur pasar, perilaku pasar, keragaan pasar dan interelasi pasar (daya saing pasar) antara komoditas bunga potong krisan Desa Pancasari dengan bunga potong sedap malam. Hasil analisis menunjukkan, ada dua tipe saluran pemasaran, struktur pasarnya mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna, perilaku pasarnya juga mengarah pada pasar persaingan pasar tidak sempurna. Keragaan pasar yang ditunjukkan oleh share harga petani rata-rata mencapai 49,71 persen, masih belum mampu menampakkan keragaan pasar yang efisien, karena share biaya dan keuntungan lembaga pemasaran belum merata dan tidak logis. Struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar bunga potong krisan berlangsung belum efisien. Sementara itu, interelasi pasar antara komoditas bunga potong krisan Desa Pancasari dengan bunga potong sedap malam cenderung bersifat independen.