TRI SETIOWATI. Kata Kunci : GRT, AKDR, Faktor Sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan.

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta

BAB 1 PENDAHULUAN. ataupun pengelolaannya, tetapi juga karena sebab-sebab bukan maternal kelahiran hidup pada SDKI 2012 (BKKBN, 2013).

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

sedang berkembang setelah India. Hasil pencacahan lengkap sensus 2015, penduduk Indonesia berjumlah 254,9 juta jiwa. Menurut proyeksi yang dilakukan

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN DEMAND KB DENGAN PEMAKAIAN METODE KONTRASEPSI IUD WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

Jurnal Kesehatan Kartika 27

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM PADA AKSEPTOR KB GOLONGAN RISIKO TINGGI DI PUSKESMAS WILAYAH KEC. CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI TAHUN 2008 TRI SETIOWATI ABSTRAK Program Keluarga Berencana (KB) merupakan pilar pertama dalam 4 pilar Safe Motherhood. Salah satu sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang termasuk ke dalam Golongan Risiko Tinggi (GRT)/( Limiting Phase) yaitu PUS yang termasuk kedalam fase membatasi kelahiran, yang mana telah memiliki anak > 3 dan berumur > 34 tahun. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan suatu alternatif pilihan yang tepat bagi PUS GRT. Proporsi penggunaan AKDR pada akseptor KB GRT di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cimahi Selatan sangat rendah yaitu hanya 28,38%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor sosio demografi, budaya, akses terhadap pelayanan serta sosio psikologi dengan penggunaan AKDR pada akseptor KB GRT di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cimahi Selatan dengan sampel penelitian sebanyak 260 responden (130 responden sebagai kasus dan 130 responden sebagai kontrol). Pengambilan sampel menggunakan metode proportional random sampling. Metode analisis data menggunakan uji Chi Square dan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor sosio demografi (p value 0.001), faktor budaya (p value 0.0005), faktor akses terhadap pelayanan (p value 0.0005) dan faktor sosio psikologi (p value 0.002) dengan penggunaan AKDR. Uji regresi logistik ganda menunjukkan faktor budaya merupakan faktor dominan mempengaruhi penggunaan AKDR (p value 0.0005). Kesimpulan penelitian adalah faktor sosio demografi, faktor budaya, akses terhadap Pelayanan serta faktor sosio psikologi berhubungan dengan penggunaan AKDR dan faktor budaya merupakan faktor yang dominan. Saran penelitian ini adalah diharapkan para tenaga kesehatan di Puskesmas Cimahi Selatan dapat memberikan penyuluhan mengenai metode kontrasepsi difokuskan pada suami PUS GRT yang menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek untuk dapat menggunakan AKDR. Kata Kunci : GRT, AKDR, Faktor Sosial A. PENDAHULUAN Kondisi kesehatan reproduksi di negara Indonesia masih buruk, terbukti dari AKI yang masih tinggi dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya. Pada tahun 1994 AKI di Indonesia adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI tersebut sangat lambat, yaitu 334 per 100.000 KH pada tahun 1997, 307 per 100.000 KH tahun 2003 dan 225 per 100.000 KH pada tahun 2005 (target pada tahun 2010 ditargetkan menjadi 125 per 100.000 KH). Penyebab kematian maternal tersebut di atas dapat disebabkan oleh penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu terjadi pada umumnya karena kondisi kehamilan dan persalinan yang tergolong kedalam risiko tinggi. Penyebab langsung AKI menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 adalah karena perdarahan (28%), eklampsi (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium (11%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (5%), partus macet (5%) serta lainnya (11%). Menurut Azwar, faktor tidak langsung dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi Consumer, yaitu oleh karena tingkat pendidikan kaum ibu yang masih Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 1

rendah, tingkat sosial dan ekonomi kaum ibu yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi dan budaya yang tidak mendukung, status gizi ibu hamil yang rendah, faktor lain adalah kedudukan dan peran ibu dalam masyarakat yang tidak mendukung. Dari sisi Provider, yaitu mencakup jumlah sarana dan pelayanan maternal, kualitas dan efektifitas pelayanan maternal, neonatal bayi dan balita yang belum memadai dan pelayanan yang diberikan masih bersifat pendekatan klinik serta sistem rujukan yang belum mantap. 4 Namun Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa penyebab tidak langsung kematian ibu adalah karena 22,4% ibu masih dalam keadaan 4 terlalu yaitu 4,1% kehamilan terjadi pada ibu berumur kurang dari 18 tahun (terlalu muda), 3,8% terjadi pada ibu berumur lebih dari 34 tahun (terlalu tua), 5,2% persalinan terjadi dalam interval waktu kurang dari 2 tahun (terlalu sering) dan 9,3% ibu hamil mempunyai paritas lebih dari 3 (terlalu banyak). Kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia sangat mengkhawatirkan seperti yang dijelaskan di atas bahwa ternyata yang menjadi penyebab AKI di Indonesia masih tinggi selain dari faktor penyebab obstetrik dan ginekologi (klinik), ternyata faktor sosial ikut berperan sangat besar dalam terwujudnya suatu Quality of Life (QOL), sehingga untuk meminimalkan faktor penyebab AKI di Indonesia, maka kebijakan baru yang harus dilakukan adalah selain menggunakan pendekatan obstetrik dan ginekologi klinik (ObGinKl) juga harus diikuti dengan pendekatan Obstetri dan Sosial (ObSos) yang mampu berpengaruh terhadap perubahan kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia. Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masalah kesehatan reproduksi dibagi dalam 5 program berdasarkan Life Cycle Approach yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), Penyakit Menular Seksual/HIV/AIDS dan kesehatan Reproduksi Usia Lanjut yang terdiri dari Menopause dan Onkologi Ginekologi. Masalah kesehatan reproduksi di atas merupakan suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan intervensi yang mempunyai dampak nyata dalam waktu relatif pendek. Intervensi strategi dalam upaya Safe Motherhood dinyatakan sebagai Empat Pilar Safe Motherhood yaitu Pilar pertama program keluaraga berencana dilanjutkan dengan pilar-pilar yang lain ialah asuhan antenatal, persalinan bersih dan aman dan pelayanan obstetrik esensial. Walaupun keempat program tersebut di atas sama pentingnya dan perlu ditanggulangi, tetapi dalam penyelesaiannya, harus ada perbedaan dalam skala prioritasnya. Keluarga Berencana termasuk salah satu program kesehatan reproduksi yang muncul dalam urutan pertama dalam 4 pilar Safe Motherhood dan sangat erat kaitannya dengan program KIA. Bertrand (1980) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi oleh PUS, yaitu faktor sosio demografi, sosio psikologis (sikap) dan faktor pelayanan (provider). Lain halnya menurut Budi Utomo dan kawan-kawan (1985) menyatakan bahwa pemaparan terhadap media informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Hasil penelitian yang dilakukan Hendrawan menunjukkan bahwa pengaruh dukungan suami Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 2

merupakan faktor dominan yang menentukan untuk pencarian pelayanan kesehatan dalam hal ini termasuk dalam pencarian pelayanan KB. Sasaran program KB adalah seluruh Pasangan Usia Subur (PUS) baik yang menunda kelahiran anak pertama (posponing), menjarangkan anak (spacing) maupun membatasi jumlah anak yang diinginkan (limiting), semua sasaran di atas berperan penting. Karena keterbatasan waktu peneliti sehingga yang hanya menjadi bagian sasaran dari penelitian ini hanya Pasangan Usia Subur (PUS) yang termasuk ke dalam Golongan Risiko Tinggi (limiting phase). Fase penghentian kehamilan/kesuburan atau istilah lain adalah fase pembatasan kelahiran (limiting phase) merupakan suatu fase yang mana seseorang ibu masuk dalam kategori risiko tinggi dalam melahirkan yaitu yang mana seorang PUS memasuki usia > 34 tahun dan dengan paritas >3. Kategori risiko di atas merupakan suatu fenomena yang terjadi di Indonesia. Berikut ini merupakan gambaran angka kejadian kategori risiko saat melahirkan di Indonesia pada tahun 1994, 1997 dan 2002-2003 : Tabel 1. Angka PUS kategori risiko tinggi saat melahirkan di Indonesia Tahun 1994,1997 dan Tahun 2003-2003 No Kategori Risiko Persentase Melahirkan Berisiko pada 5 tahun sebelum survei 1994 1997 2002-2003 A Kategori Risiko Tinggi Tunggal 1. Umur ibu >34 tahun 2. Paritas >3 1,8 17,3 2,4 13,8 B Kategori Risiko Tinggi Ganda Umur >34 Tahun dan paritas >3 8,9 8,7 8,5 Sumber : SDKI 1994, SDKI 1997 dan SDKI 2002-2003 Berdasarkan Data tersebut di atas menunjukkan bahwa kategori risiko tinggi tunggal dilihat dari karakteristik usia ibu mengalami peningkatan sedangkan dilihat dari karakteristik paritas dan dilihat dari segi kategori risiko tinggi ganda walaupun mengalami penurunan, tetapi angka penurunan tersebut sangat sedikit sekali sehingga hal tersebut masih merupakan penyebab tidak langsung dalam memberikan kontribusi peningkatan AKI di Indonesia yang masih tinggi yang disebabkan oleh karena 4 terlalu. Penggunaan suatu metode kontrasepsi merupakan alternatif pemecahan masalah dalam menghindari kehamilan yang berisiko tinggi terutama ditujukan pada PUS GRT sehingga metode kontrasepsi yang diperlukan haruslah suatu metode kontrasepsi yang efektif, efisien dan aman. Metode kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan suatu pilihan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan metode kontrasepsi bagi PUS dengan golongan risiko tinggi. Kota Cimahi merupakan suatu kota yang memiliki 3 (tiga) kecamatan yaitu kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan dan keseluruhan kota Cimahi memiliki 9 Puskesmas binaan. Berdasarkan data dari laporan Badan Pengembangan Masyarakat Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Cimahi Tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah PUS di Puskesmas wilayah 3,8 9,4 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 3

kecamatan Cimahi Utara sebesar 22.391 dengan pembagian PUS status ber KB sebanyak 17.559, sedangkan PUS dengan status tidak ber KB sebanyak 4828 orang. PUS dengan status akseptor KB dari 22.391 akseptor terdapat 429 orang yang termasuk kedalam golongan risiko tinggi (limiting phase),yang mana hanya 187 (43,6%) yang menggunakan kontrasepsi jenis MKJP, sedangkan 242 (56,4%) akseptor menggunakan jenis metode kontrasepsi Non MKJP. Kondisi jumlah PUS di Puskesmas di Kecamatan Cimahi Selatan sebesar 36.557 dengan pembagian PUS status ber KB sebanyak 26.030 akseptor sedangkan PUS dengan status tidak ber KB sebanyak 8541 orang. PUS dengan status akseptor KB dari 26.030 akseptor terdapat 532 orang yang termasuk kedalam golongan risiko tinggi yang mana hanya 151 (28,38%) yang menggunakan kontrasepsi jenis AKDR sedangkan 381 (71,62%) akseptor menggunakan jenis metode kontrasepsi Non AKDR, bila dibandingkan kondisi pemilihan metode kontrasepsi AKDR pada PUS GRT di Puskesmas wilayah kecamatan Cimahi Utara memiliki prosentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan Puskesmas di wilayah Kecamatan Cimahi Selatan. Fenomena yang terjadi di Kecamatan Cimahi Selatan tersebut sangat mengkhawatirkan karena PUS dengan GRT tersebut sebaiknya tidak menggunakan jenis kontrasepsi jangka pendek karena angka kegagalan yang tinggi apabila tidak digunakan secara disiplin dan benar. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 24 26 Juni 2008 di Puskesmas Cipageran Kecamatan Cimahi Utara, yang dilakukan pada 30 Akseptor KB golongan risiko tinggi yang non AKDR menyebutkan bahwa alasan mengapa tidak menggunakan AKDR adalah sebagai berikut 19 (63%) : akseptor mengatakan takut untuk menggunakan AKDR karena takut menimbulkan nyeri pada saat pemasangan, takut perdarahan yang terus menerus (efek samping) dan takut AKDR berpindah tempat dari tempat yang seharusnya, 7 (21%) akseptor karena tidak boleh oleh suami dan 4 (16%) akseptor berpersepsi mahal apabila menggunakan AKDR, namun dari segi provider tidak menunjukkan suatu masalah yang berhubungan dengan penggunaan AKDR. B. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan pendekatan studi kasus kontrol (case control) sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah akseptor KB golongan risiko tinggi (limiting phase) yang menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek yang disebut sebagai kasus dan yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim dijadikan sebagai kontrol, yang semuanya berada di Puskesmas wilayah Kecamatan Cimahi Selatan tahun 2007, yang berjumlah 532 orang, yang mana distribusi kasus sebanyak 151 orang sedangkan distribusi jumlah populasi sebanyak 381 orang. Metode penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini, untuk jumlah sampel kasus minimal dihitung dengan menggunakan rumus desain penelitian kasus kontrol tidak berpadanan (Unmatching) dengan perbandingan kasus dan kontrol 1:1, sehingga berdasarkan hasil perhitungan didapatkan sampel sebesar 130 orang, dengan pembagian jumlah kasus 130 orang dan kontrol 130 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 4

orang, yang pada akhirnya jumlah seluruh responden sebesar 260 akseptor. Distribusi sampel per Puskesmas menggunakan teknik proportional random sampling. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu : 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : a. Kriteria inklusi yang menjadi Kasus 1) Akseptor KB baru wanita yang tercatat di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2007. 2) Akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek (Metode kontrasepsi Pil dan Suntik) 3) Akseptor yang berumur > 34 tahun dan memiliki anak > 3 b. Kriteria Inklusi yang menjadi Kontrol 1) Akseptor KB baru wanita yang tercatat di Puskesmas wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2007. 2) Akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi AKDR 3) Akseptor yang berumur 34 tahun dan memiliki anak > 3 2. Kriteria Eksklusi a. Tidak bersedia menjadi responden b. Semua responden yang mengisi kuesioner tidak lengkap. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan istrumen berupa angket/kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap akseptor mengenai kontrasepsi AKDR. C. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Analisis Bivariat a. Hubungan Faktor Sosio Demografi terhadap penggunaan AKDR Distribusi frekuensi hubungan faktor sosio demografi terhadap penggunaan AKDR dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Hubungan Faktor Sosio Demografi terhadap Penggunaan AKDR pada Akseptor KB GRT di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2008 Sosio Demografi Akseptor KB Total OR Kasus Kontrol (CI:95%) N % n % N % 2,634 (1,482-4.683) Rendah 107 82,3 83 63,8 190 73,1 Tinggi 23 17,7 47 36,2 70 26,9 Total 130 100 130 100 260 100 P Value 0.001 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 5

Faktor sosio demografi didalamnya meliputi unsur tingkat pendidikan dan pengetahuan, yang mana menurut Bertrand (1980) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi termasuk didalamnya penggunaan metode kontrasepsi AKDR. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan Sujana Jatiputra (1982) di Jakarta, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar proporsi pemakaian alat kontrasepsi AKDR. Hal ini sejalan dengan penelitian Zanzibar (2003) yang menyatakan bahwa responden yang berpengetahuan tinggi mempunyai peluang untuk memakai AKDR sebesar 4,07 kali. b. Hubungan Faktor Budaya terhadap Penggunaan AKDR Distribusi frekuensi Hubungan faktor budaya yang dinyatakan dengan dukungan suami dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 2 Distribusi Frekuensi Hubungan faktor Budaya terhadap Penggunaan AKDR pada Akseptor KB GRT di Puskesmas Di Wilayah kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2008 Budaya Akseptor KB Total OR Kasus Kontrol (CI:95%) N % N % N % Tidak Mendukung 105 80,8 16 12,3 121 46.5 29.925 Mendukung 25 19,2 114 87,7 139 53.5 (15.142 59.139) Jumlah 130 100 130 100 260 100 P Value 0.0005 Hasil penelitian ini pun sejalan dengan penelitian Syamsiah (2002) dan Zanzibar (2003), bahwa hubungan dukungan suami sangat bermakna dalam pemakaian AKDR. Dukungan Suami sangat diperlukan dalam pemakaian AKDR, karena sebelum pemakaian AKDR harus ada bukti tertulis/ persetujuan tindakan medis (informed consent) dari pasangan. Informed Consent pada pemasangan AKDR diberikan kepada klien atau suaminya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan, bukti tersebut tertuang dalam formulir yang tersedia di tempat pelayanan KB. c. Hubungan Faktor Akses Pelayanan terhadap Penggunaan AKDR Distribusi frekuensi Hubungan faktor akses pelayanan terhadap penggunaan metode kontrasepsi AKDR dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini : Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hubungan Faktor Akses pelayanan dengan Penggunaan AKDR pada Akseptor KB GRT di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2008 Akses Terhadap Akseptor KB Total OR pelayanan Kasus Kontrol (CI:95%) N % N % N % Sulit 48 36,9 13 10,0 61 23,5 5.268 Mudah 82 63,1 117 90,0 199 76,5 (2.683-10.344) Jumlah 130 100 130 100 260 100 P Value 0.0005 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 6

Penelitian-penelitian yang mendukung hasil tersebut diantaranya adalah Budi Utomo (1985), bahwa media massa akan mempengaruhi pemakaian metode kontrasepsi. Penelitian yang dilakukan oleh Hadi Pratomo menunjukkan juga hal yang mendukung penelitian ini, yaitu bahwa ternyata ada pengaruh pemaparan pesan KB dengan pemakaian cara kontrasepsi. Dalam penelitian ini, banyak akseptor yang beranggapan bahwa harga penggunaan AKDR itu mahal sehingga akses pelayanan AKDR sulit untuk dijangkau, padahal penyediaan AKDR dari sisi pemerintah lebih efisient dengan jumlah penduduk miskin yang jumlahnya besar, dan dari sisi klien keluarga miskin akan sangat menguntungkan karena tidak banyak dituntut untuk pengeluaran uang yang berulang untuk transport dan meninggalkan rumah/pekerjaan. Disini persepsi yang menyatakan AKDR mahal sangat tidak tepat, karena untuk keluarga miskin alat tersebut dapat diperoleh pada pelayanan kesehatan di Puskesmas ataupun rumah sakit dengan gratis apabila memiliki kartu askeskin, dan untuk pemakaian jangka panjang lebih murah karena tidak membutuhkan kunjungan berulang dibandingkan dengan pemakaian suntik, sehingga persepsi repot juga tidak benar. Berdasarkan penelitian tersebut terjawab mengapa responden beranggapan bahwa AKDR mahal ternyata persepsi tersebut diasumsikan bila penggunaan AKDR didapatkan di bidan praktek swasta, padahal apabila metode kontrasepsi AKDR didapat di Puskesmas jauh lebih murah, hal ini karena ketidaktauan repsonden mengenai hal tersebut. d. Hubungan Faktor Sosio Psikologi terhadap Penggunaan AKDR Distribusi frekuensi Hubungan faktor Sosio Psikologi yang dinyatakan dengan sikap responden terhadap penggunaan AKDR dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini : Tabel 4 Distribusi Frekuensi Hubungan Faktor Sikap terhadap AKDR Dengan Penggunaan AKDR pada Akseptor KB GRT di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2008 Akseptor KB Total OR Sosio Psikologi Kasus Kontrol (CI:95%) N % N % N % Negatif 73 56,2 47 36,2 120 46.2 2.262 Positif 57 43,8 83 63,8 140 53.8 (1.374-3.722) Jumlah 130 100 130 100 260 100 P Value 0.002 Menurut Royston (1994) salah satu hambatan dalam penerimaan kontrasepsi adalah malu karena ada larangan (tabu) untuk memanipulasi alat kelamin wanita, sehingga alat kontrasepsi tersebut menghilangkan minat wanita, dalam hal ini AKDR termasuk kedalam alat kontrasepsi tersebut. Penelitian tersebut sesuai dengan studi Kuantitatif dan kualitatif Winarni (2000) di Propinsi Bengkulu desas-desus yang berkembang di masyarakat menyatakan AKDR dapat jalanjalan sampai ke jantung, AKDR masuk ke dalam rahim pada waktu terjadi kehamilan. Adanya perasaan takut pada akseptor KB yang disebabkan pengetahuan mereka tentang besarnya risiko AKDR sangat kurang, sehingga responden beranggapan bahwa risiko tersebut akan terjadi pada Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 7

mereka bila menggunakan AKDR. Kurangnya pengetahuan tentang risiko tersebut karena informasi yang diterima bukan dari provider tetapi dari tetangga atau teman. 2 Hasil Analisis Multivariat a. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat Pada penelitian terdapat variabel yang diduga berhubungan dengan penggunaan AKDR yaitu variabel sosio demografi, budaya, akses terhadap pelayanan dan sosio psikologi. Tahap ini dilakukan analisis bivariat untuk memilih variabel independen yang potensial atau dapat dimasukkan ke dalam seleksi pemilihan variabel kandidat yang masuk ke dalam model. Variabel yang dapat masuk ke dalam seleksi apabila nilai P < 0.25, pada analisis bivariat variabel yang mempunyai makna secara substansi dapat dijadikan sebagai kandidat yang akan dimasukkan ke dalam model multivariat. Hasil analisis bivariat antara variabel independen dan dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Hasil seleksi bivariat variabel independen calon model analisis multivariat No Variabel p value 1 Sosio Demografi 0.001 2 Akses Pelayanan 0.0005 3 Budaya 0.0005 4 Sosio Psikologis 0.001 Dari tabel diatas, semua variabel mempunyai P value < 0.25, sehingga semua variabel dapat dimasukkan dalam model awal multivariat. b. Permodelan Multivariat Setelah tahap pemilihan variabel kandidat untuk multivariat, tahap berikutnya adalah melakukan analisis multivariat secara bersama-sama. Variabel yang valid dalam model multivariat adalah variabel yang mempunyai p value < 0.05. Apabila dalam model multivariat ada variabel dengan p value > 0.05, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dalam model, pengeluaran variabel dilakukan tidak serempak, melainkan bertahap satu-persatu dimulai dari p value yang terbesar. Hasil model awal untuk analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut : Tabel 6 Model Awal Analisis Multivariat Variabel B OR 95% CI p Value Sosio Demografi 0.079 1.082 0.43 2.424 0.847 Akses Pelayanan 1.002 2.724 1.126 6.594 0.026 Budaya 3.310 27.376 12.927 57.974 0.0005 Sosio Psikologis 1.045 2.843 1.395 5.793 0.004 Konstanta -3.20 0.040 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 8

Model awal analisis multivariat di atas menunjukan variabel Sosio Demografi harus dikeluarkan dari pemodelan karena nilai p value nya > 0,05, dengan mempertimbangkan perubahan nilai OR masing-masing variabel, apabila perubahan nilai OR setelah salah satu variabel yang dikeluarkan besarnya kurang dari 10%, variabel tersebut dapat dikeluarkan dari analisis, tetapi apabila perubahan OR lebih dari 10%, maka variabel tersebut dinyatakan sebagai konfounding dan harus tetap berada dalam model, sehingga harus dimasukkan kembali dalam analisis. Setelah dilakukan analisis, variabel Sosio Demografi dapat dikeluarkan dari pemodelan, karena perubahan OR dibawah 10%. c. Model Akhir Hasil akhir model analisis multivariat dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 7 Model Akhir Analisis Multivariat Variabel B OR 95% CI p Value Akses Pelayanan 1.004 2.729 1.128 6.606 0.026 Budaya 3.329 27.919 13.519 57.658 0.0005 Sosio Psikologis 1.044 2.841 1.394 5.791 0.004 Konstanta -3.199 0.041 Tabel 7 menunjukan variabel yang masuk model akhir setelah melalui beberapa tahapan analisis regresi logistik ganda. Variabel yang berhubungan dengan pemilihan AKDR adalah variabel akses pelayanan, budaya dan sosio psikologis, variabel yang besar pengaruhnya terhadap pemilihan AKDR adalah variabel budaya (OR : 27.919). Model persamaan regresi logistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut : z = -3.199 + 1.004 (akses pelayanan) + 3.329 (budaya) 1.044 (sosio psikologis) maka, probabilitas pemilihan AKDR dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut : p ( x ) = ( 3.199 + 1.004 + 3.329 1.044 1 + 0,041 1 = 42,86% Berarti, ibu yang mempunyai akses pelayanan yang mudah, budaya yang mendukung, dan aspek sosio psikologis yang positif mempunyai probabilitas 0,4286 untuk memilih AKDR. Dapat disimpulkan bahwa pemilihan AKDR dipengaruhi oleh akses pelayanan, budaya dan sosio psikologi sebesar 42.86%, sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti. ) D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Ada Hubungan antara faktor Sosio Demografi terhadap penggunaan AKDR pada akseptor KB GRT di Puskesmas wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2007. Faktor Sosio Demografi yang rendah pada kelompok kasus 2,634 kali untuk tidak menggunakan AKDR dibandingkan dengan akseptor KB GRT yang memiliki faktor sosio demografi yang tinggi. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 9

b. Ada Hubungan antara faktor Budaya terhadap penggunaan AKDR pada akseptor KB GRT di Puskesmas wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2007. Faktor budaya dalam hal ini adalah dukungan suami pada kelompok kasus 29,925 kali untuk tidak menggunakan AKDR dibandingkan dengan akseptor KB GRT yang didukung oleh faktor budaya. c. Ada Hubungan antara faktor Akses pelayanan terhadap penggunaan AKDR pada akseptor KB GRT di Puskesmas wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2007. Faktor Akses terhadap pelayanan yang sulit pada kelompok kasus 5,268 kali untuk tidak menggunakan AKDR dibandingkan dengan akseptor KB GRT yang mudah terhadap akses pelayanan AKDR. d. Ada Hubungan antara faktor Sosio Psikologi terhadap penggunaan AKDR pada akseptor KB GRT di Puskesmas wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2007. Faktor Sosio Psikologi yang negatif terhadap AKDR pada kelompok kasus 2,262 kali untuk tidak menggunakan AKDR dibandingkan dengan akseptor KB GRT yang faktor sosio psikologi yang positif terhadap AKDR. 2. Saran a. Ada Hubungan antara faktor Sosio Demografi terhadap penggunaan AKDR pada akseptor KB GRT di Puskesmas wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Tahun 2007. Faktor Sosio Demografi Perlu penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih representative, subyek yang lebih banyak dan metodologi yang lebih baik, agar mendapat kepastian bahwa faktor-faktor sosial yang dipermasalahkan pada penelitian ini, bias benar-benar teruji. Dengan demikian menambah dukungan terhadap teori yang menyatakan bahwa faktor-faktor sosial memang berpengaruh terhadap kegiatan klinik, termasuk pemakaian AKDR. b. Mengingat adanya faktor faktor sosial yang berpengaruh terhadap penggunaan AKDR, termasuk faktor budaya (Dukungan suami), perlu dilakukan intensifikasi penyuluhan kepada semua Pasangan Usia Subur (PUS) c. Agar pengetahuan tentang adanya pengaruh faktor sosial terhadap penggunaan AKDR dipunyai oleh semua petugas kesehatan reproduksi, khususnya bidan, maka perlu diadakan penyempurnaan kurikulum, terutama dalam segi materi dan cara pembelajarannya. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 10

DAFTAR PUSTAKA Affandi, Saifuddin, Enriquito. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta; 2003 Barus N. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan MKJP pada akseptor KB di Kecamatan Persit Sei Tuan. Majalah Kesehatan Masyarakat No xxii FKM UI. Jakarta; 1994. Bertand, J.T. Audience Research For Improving Family Palnning Communication Program. Community and Family Study Center. Chicago; 1980. Jati Putra, S. Peserta Keluarga Berencana di DKI Jakarta, Laporan survey. Jakarta; 1982 Pratomo, H. Communication Aspect and their Aplication on the information of family planning program in Indonesia. Jakarta. Rosyston, E. and Amstrong Sue. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Bina Rupa Aksara. Jakarta; 1994 Syamsiah. Peranan Dukungan Suami dalam Pemilihan Alat Kontraepsi Pada Peserta KB di Kelurahan Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Tahun 2002. Tesis. FKM UI. Jakarta; 2002 Utomo, B. Analisis logistik linier wanita. LP-UI. Jakarta; 1985. Winarni, et al. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemakaian IUD di Propinsi Bengkulu (Studi Kuantitatif dan Kualitatif ). BKKBN. Jakarta; 2000 Wiyono,W. Karakteristik Demografi, sosial dan ekonomi perempuan. Jakarta; 2006. Zanzibar. Status Ekonomi dan Pengetahuan Kontrasepsi pada Akseptor KB serta Hubungannya dengan Pemakaian AKDR di Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2003, Tesis.FKM UI. Jakarta ; 2003 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 11