EFEK OBSTRUKSI PADA SALURAN PERNAPASAN TERHADAP DAYA KEMBANG PARU

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 2 Agustus 2011

SPIROMETRI PADA IBU-IBU PENDERITA BATUK DI KECAMATAN DARUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Sistem Pernafasan Manusia

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

PERTUKARAN UDARA O 2 DAN CO 2 DALAM PERNAPASAN

SPIROMETRI. Deddy Herman. Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

Bab. Peta Konsep. Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan. Pernapasan dada. terdiri dari. - Inspirasi - Ekspirasi. Mekanisme pernapasan

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

BAB II KAJIAN TEORITIS

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Paru. Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang berhubungan dengan

Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Perokok dan Bukan Perokok

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

MODUL MATA PELAJARAN IPA

LATIHAN BATUK EFEKTIF DAN NAFAS DALAM PADA KLIEN DENGAN PNEMONIA. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru

BAB VI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

Kamu dapat mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Pernapasan. artinya

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas.

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

EFEK PENUAAN TERHADAP FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

Indikasi Pemeriksaan

Sistem Pernapasan - 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan dasar pembuatan batik adalah lilin batik. Lilin batik ini akan

MAKALAH KELOMPOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Alam 1

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG

EFEK PAPARAN PARTIKEL TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

Peta Konsep. Kata Kunci. respirasi udara pernapasan pernapasan dada udara cadangan pernapasan perut udara residu. 68 IPA SMP/MTs Kelas VIII.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU

ALAT DAN BAHAN 1. Satu set spirometer 2. Manometer tabung U 3. Respivol 4. Corong 5. Zat Cair 6. Mistar

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Paru Anatomi Paru. Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu antara lain:

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN MATERI. 1. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri. terjemahan bebas untuk konsep ini adalah siswa diminta untuk mencari dan

Disusun Oleh : Intan Nirmala Hasibuan

TUGAS BIOLOGI (SISTEM PERNAPASAN MANUSIA)

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1.

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI. SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA DAN VERTEBRATA

SISTEM PERNAPASAN. Dr. Refli., MSc JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEHNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA PENDAHULUAN SISTEM PERNAPASAN PARU-PARU O 2 SEL

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m 2 untuk

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

PENGARUH LATIHAN PERNAPASAN DIAFRAGMA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK YANG MEMPUNYAI HOBI RENANG USIA 9-15 TAHUN

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan.

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

Transkripsi:

EFEK OBSTRUKSI PADA SALURAN PERNAPASAN TERHADAP DAYA KEMBANG PARU Saminan Abstrak. Paru dapat mengembang dan mengempis dengan terjadi pertukaran gas yairu inspirasi pengambilan oksigen (O 2 ) dan ekspirasi pengeluaran karbondioksida (CO 2 ) melalui saluran pernapasan, jika terjadi peningkatan produksi sputum dan viskositas yang sulit untuk dibersihkan (obstruksi), juga akibat penyempitan saluran udara sehingga daya kembang paru terganggu. Tujuan penulisan efek obstruksi saluran pernapasan terhadap daya kembang paru supaya dapat memahami di saluran pernapasan mudah mengalami gangguan pembengkakan dan penyempitan sehingga berefek tidak kuat melakukan ekspirasi paksa, bila lama tidak sembuh maka mudah terjadi penyakit paru obstruksi (PPOK). Mendiagnosis daya k embang paru berdasarkan kapasitas vital paksa dan volume udara ekspirasi paksa adalah metode yang sangat membantuuntuk memeriksa fungsi saluran pernapasan dengan pengukuran spirometri, pada orang normal tidak obstruksi nilai ukur Forced Expiratory Volume In One Second (FEV 1 ) mencapai 75%, bila ada obstruksi 75%. (JKS 2016; 1: 34-39) Kata Kunci: Saluran Pernapasan, Obstruksi Abstract. Lungs can inflate and deflate with the exchange of gas, the inspiration of oxygen (02) and the expiration of carbon dioxide (C02) through the respiratory tract. If the production of sputum and viscosity increases which is difficult to clean (obstruction) and the airways narrows, it can hinder the expandability of lung. The purpose of writing the effects of airway obstruction on the expandability of lung is to understand that the respiratory tract is easily swelling and narrowing, resulting in one s inability to perform forced expiratory. If not immediately treated, chronic obstructive pulmonary disease (COPD) may develop. Diagnosing the expandability of lung based on forced vital capacity and forced expiratory of air volume is a very helpful method to check the function of the respiratory tract using spirometry measurements. In normal people who are not obstructed, the value of Forced expiratory volume in One Second (Fevi) is > 75%, while in those who are, the value is < 75%. (JKS 2016; 1: 34-39) Keywords: Respiratory, Obstruction Pendahuluan Sistem pernapasan atau respirasi adalah proses pengambilan oksigen (O 2 ) dari udara bebas saat menarik napas. O 2 tersebut kemudian melewati saluran napas (bronkus) dan sampai ke dinding alveoli (kantong udara). Sesampainya di kantong udara, O 2 akan ditransfer ke pembuluh darah yang didalamnya mengalir sel-sel darah merah untuk dibawa ke sel-sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energy dalam proses metabolisme. Setelah metabolisme, sisa-sisa metabolisme, terutama karb 1 ondioksida (CO 2 ) akan dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara bebas melalui paru-paru pada saat membuang napas. 1,10 Saminan adalah Dosen Bagian Ilmu Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Saluran-saluran udara yang dilalui oleh oksigen dan karbon dioksida, bukanlah sekadar terowongan lalu lintas udara. Saluran-saluran tersebut juga berperan sebagai salah satu front terdepan mekanisme pertahanan tubuh. Paruparu memiliki permukaan yang terekspos pada dunia luar, yang wilayahnya jauh lebih luas dibanding bagian tubuh yang lain, termasuk kulit. Sehingga saluran pernapasan juga harus berfungsi mengusir kotoran, debu, tungau, dan bakteri dari benda-benda asing yang merugikan lainnya. 2,7 Mantel lender yang sudah mengental (dahak) di saluran napas maka akan mengalami hambatan aliran udara keluar (obstruksi jalan napas) yang mencakup semua penyakit saluran nafas yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) 34

Saminan efek obstruksi pada saluran pernapasan Terhadap daya kembang paru bronki disertai pengembangan mukosa (uden) dan sekresi dahak (Spuntum) berlebihan. 3,8 Selama bernapas biasa, sebagian kerja yang dihasilkan oleh otot-otot respirasi digunakan untuk mengembangkan paru. Sebagian kecil, beberapa persen dari total work digunakan untuk mengatasi airway resistance. Tetapi pada pernapasan yang sangat berat, bila udara harus mengalir melalui saluran napas dengan kecepatan yang sangat tinggi proporsi kerja yang lebih besar digunakan untuk mengatasi airway resitance. Pada penyakit paru, semua kerja yang berbeda-beda ini sering secara cepat bertambah. Compliance work dan tissue resistance work akan dinaikkan oleh penyakitpenyakit yang menyebabkan fibrosis paru, sedangkan airway resistance work akan bertambah oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan makin sempitnya saluran napas. 2,4 Anatomi Saluran Pernapasan Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika masuk rongga hidung, udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan ber sel goblet. Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mucus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mucus. Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke posterior didalam rongga hidung, dan ke superior di dalam system pernapasan bagian bawah menuju faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan mucus memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya jaringan pembuluh darah dibawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga udara yang mencapai faring hamper bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100 persen. 5,6 Saluran pernapasan atau tractus respiratorius adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. 6,10 Gambar. Saluran Pernapasan Yang Normal dan Proses Bernapas Udara mengalir ke dalam paru-paru melalui batang tenggorok (Trakea). Udara tersebut kemudian melewati cabang-cabang saluran udara yang disebut bronki, menuju sebaran ranting-ranting udara (bronkiole) hingga ke jutaan kantong udara kecil-kecil yang disebut alveoli. 6,7 Pada trakea dan bronkus yang tidak ditempati lembaran tulang rawan, dindingnya ditempati oleh otot polos. Dinding bronkiolus hampir semuanya terdiri dari otot polos, dengan perkecualian pada bronkiolus yang saling terminal disebut bronkiolus respiratorius yang hanya mempunyai beberapa serabut otot polos. Banyak penyakit obstruktif paru yang menimbulkan penyempitan bronkiolus. 5,8 Proses Pernapasan Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi, serta mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersama dengan itu, otot-otot tulang rusukpun berkontraksi. Akibat berkontraksi kedua otot tersebut rongga dada mengembang sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat manusia mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara keluar, jadi udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil. 1,4,9 Berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi dan ekspirasi, pernapasan dibagi menjadi dua, 9,10 yaitu: a. Pernapasan Dada 35

JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 1 April 2016 Pernapasan dada terjadi karena otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga rusuk terangkat, akibatnya volume rongga dada membesar. Pengembangan rongga dada membuat tekanan dalam rongga dada mengecil dan paru-paru mengembang. Pada saat paru-paru mengembang tekanan udara diluar lebih besar daripada didalam paru-paru, akibatnya udara masuk. Sebaliknya saat otot antar tulang rusuk berelaksasi tulang rusuk turun, akibatnya volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan didalamnya membesar pada keadaan ini paru-paru mengempis sehingga udara keluar. b. Pernapasan Perut Pernapasan perut terjadi karena gerakan diafragma, jika otot diafragma berkonstruksi rongga dada membesar dan paru-paru mengembang. Akibatnya, udara masuk kedalam paru-paru, saat otot diafragma relaksasi diafragma kembali kekeadaan semula, rongga dada menyempit mendorong paru-paru mengempis, sehingga udara dari paruparu akan keluar. Volume Dan Kapasitas Paru Ada empat volume paru utama dan 4 kapasiti paru utama yang merupakan penjumlahan 2 atau lebih volume paru adalah sebagai berikut: a. Volume Paru 1. Volume tidal (VT ) yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan ke luar dari paru pada pernapasan biasa. Pada orang normal dengan berat badan 70 kg dalam keadaan istirahat biasanya mempunyai VT sebesar 500 ml. 2. Volume cadangan inspirasi (VCI)yaitu jumlah udara yang masih dapat masuk ke dalam paru pada saat inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa. Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 3 liter. 3. Volume cadangan ekspirasi (VCE) yaitu jumlah udara yang dikeluarkan secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa. Pada orang dewasa dengan berat 70 kg besarnya sekitar 1,5 liter. 4. Volume residu (VR ) yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah ekspirasi maksimal. Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya 1 liter. b. Kapasitas Paru 1. Kapasitas paru total (KPT) yaitu jumlah total udara dalam paru setelah inspirasi maksimal atau merupakan penjumlahan keempat volume utama paru. Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 6 liter. 2. Kapasitas vital (KV) yaitu jumlah udara yang dapat diekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal atau merupakan penjumlahan VT, VCI, dan VCE. Pada orang dewasa normal dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 5 liter. 3. Kapasitas inspirasi (KI) yaitu jumlah udara maksimal yang dapat masuk ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa atau merupakan penjumlahan VT dan VCI. Pada orang dewasa normal dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 4 liter. 4. Kapasitas residu fungsional (KRF) yaitu jumlah udara dalam paru pada akhir ekspirasi biasa atau merupakan penjumlahan VCE dan VR. Pada orang dewasa normal dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 2,5 liter. Nilai normal untuk setiap volume dan kapasitas paru sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh usia, tinggi badan, jenis kelamin, suku, berat badan dan bentuk tubuh. 1,4,10 Obstruksi Pada Jalan Pernapasan a. Dahak Dahak atau sputum ialah materi yang diekspetorasi dari saluran napas bawah oleh batuk, yang tercampur bersama ludah. Sekresi bronkus yang normal tak cukup banyak untuk diekspetorasi, biasanya di alirkan ke laring oleh aksi silia lalu ditelan. Dalam keadaan normal, saluran pernapasan membentuk sekitar 100 ml secret seharinya. Pada keadaan sakit seperti pada pasien asma dan bronchitis, produksi dahak bertambah, begitu pula kekentalan meningkat sehingga sukar dikeluarkan. 11,12 Dahak bronki terdiri dari larutan dalam air suatu persenyawaan kompleks mucupolisakarida dan glikoprotein, yang saling terikat melalui jembatan sulfur. Kekentalan dan keliatan dahak tergantung pada jumlah air dan jembatan-s tersebut. Pengeluaran dahak dapat dipersulit oleh terganggunya fungsi bulu getar (silia) atau 36

Saminan efek obstruksi pada saluran pernapasan Terhadap daya kembang paru karena pengeringan dan peningkatan viskositasnya. 3,12 Pada penderita chronic obstructive pulmonary desease (COPD) terdapatnhiperreaktivitas bronki (HBR) adalah meningkatnya kepekaan bronki, dibandingkan saluran napas normal, terhadap zat-zat yang meransang tak-spesifik yang dihirup dari udara. 13 Penyakit saluran napas kronik diakibatkan kelainan reversible dan ireversibel pada bronkus sehingga terjadi pembatasan aliran udara kronik dan ditandai obstruksi pada fungsi paru. Fungsi paru obstruktif ditandai dengan berkurangnya kapasitas vital atau vital capacity (VC), berkurangnya rasio volume ekspirasi paksa dalam 1 detik pertama atau forced expired volume in one second (FEV 1 ) per VC dan berkurangnya aliran ekspirasi puncak atau peak expiratory flow rate (PEFR). Fungsi paru obstruktif dapat terjadi pada bronchitis kronik dan emfisema serta asma. 10 b. Batuk Berbagai faktor dan keadaan dapat menimbulkan batuk, faktor tersebut bisa berasal dari luar maupun dari dalam tubuh. Inhalasi zat tertentu, populasi udara dan penutupan oleh lendir adalah beberapa keadaan yang dapat menimbulkan batuk. Batuk lebih mudah terjadi pada orang yang mempunyai kelainan saluran napas, seperti radang tenggorok, asma bronkial dan infeksi paru. 5,13 Bronkus dan trakea begitu peka terhadap sentuhan ringan, sehingga bila ada benda asing yang berlebihan atau penyebab lain apapun yang bersifat iritatif akan menginisasi timbulnya reflek batuk. Laring dan karina (bagian trakea yang bercabang menjadi dua bronkus) merupakan bagian khusus yang sangat peka terhadap rangsang semacam ini, sementara bronkiolus terminalis dan alveolus adalah bagian yang sangat peka terhadap rangsangan kimia yang bersifat korosif seperti gas sulfurdioksida dan klorin. 5,12,13 Obstruksi jalan napas akibat tertimbun dahak yang berlebihan sehingga tubuh mengeluarkan dahak batuk. Menjelaskan Cronic Aspesifik Respiratory Affections (CARA) mencakup semua penyakit saluran pernapasan yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) bronki disertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. 3,12,13 Penilaian Fungsi Sistem Pernapasan Pemeriksaan spirometri merupakan sebagian dari pemeriksaan faal paru, yaitu pemeriksaan terhadap fungsi ventilasi. Untuk pemeriksaan ini digunakan alat spirometer yang mengukur arus udara dalam satuan isi dan waktu. Spirometer dapat mencatat nilai pada waktu inspirasi dan ekspirasi, yang lebih umum 14, 15 pencatatan pada waktu ekspirasi. Pemekrisaan faal paru dengan spirometri dapat menentukan derajat penyempitan saluran nafas. Pasien harus melakukan maneuver sederhana dengan menarik napas semaksimal mungkin kemudian mengeluarkan udara ekspirasi secepat mungkin ke dalam tabung spirometer, sehingga dapat menggambarkan fungsi saluran napas yang menampilkan FEV 1, parameter ini sering dipakai sebagai pengukuran tunggal terbaik untuk fungsi paru. 15,16 Nilai kapasitas vital paru berdasarkan umur, tinggi badan dan jenis kelamin penting diketahui untuk menentukan kondisi ventilasi paru, biasanya perlu ditentukan pula besarnya nilai kemampuan ekspirasi paksa pada satu detik pertama (FEV 1 ), dengan dua data tersebut dapat ditentukan jenis dan tingkat gangguan ventilasi paru. 14,15 Adanya suatu obstruksi dari jalan pernapasan biasanya diketahui dari pemeriksaan ekspirasi yang kuat dan cepat melalui spirometer yang dikenal dengan nama Tiffeneau test. Hasil dari pemeriksaan ini biasanya dinyatakan dalam satu waktu tertentu yaitu 1 detik yang disebut volume ekspirasi maksimal 1 detik ( Forced Ekspiratory Volume 1 Sec FEV 1 ). Pada orang normal tidak obstruksi pada jalan pernapasan FEV 1 ini biasanya mencapai 75% dari besarnya kapasitas vital, bila ada obstruksi dari jalan pernapasan menghasilkan angka FEV 1 lebih rendah. 14,15 Uji fungsi paru terbagi atas dua kategori, yaitu uji yang berhubungan dengan ventilasi paru dan dinding dada, serta uji yang berhubungan dengan pertukaran gas. Uji fungsi ventilasi termasuk pengukuran volume paru-paru dalam keadaan statis atau dinamis. Uji fungsi paru ini dapat memberikan informasi yang berharga mengenai keadaan paru, walaupun tidak ada uji fungsi paru yang dapat mengukur semua kemungkinan yang ada. Metode sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah merekam volume pergerakan udara yang masuk dan keluar dari paru, dengan proses yang 37

JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 1 April 2016 dinamakan spirometri, dengan menggunakan spirometer. Dari spirometri didapatkan dua istilah yaitu volume dan kapasitas paru. 14,15,16 Volume dan kapasitas pernapasan merupakan gambaran fungsi ventilasi system pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas pernapasan dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi ventilasi pada seseorang. 1,4,14 Cara yang dilakukan uktuk mengukur kapasitas vital paru yaitu dengan menggunakan spirometer. Untuk melakukan pengukuran kapasitas vital paru pertama-tama subjek harus meniup udara sebanyak-banyaknya sampai subjek tidak lagi mampu menarik napas, kemudian subjek disuruh mengeluarkan napas ke dalam spirometer melalui mulut piece secepat-cepatnya dengan usaha yang maksimum. Dengan adanya dahak kemungkinan besar akan berpengaruh pada kemampuan system pernapasan dalam hal pengambilan dan pengeluaran udara, hal ini dapat diuji melalui pengukuran kapasitas paru. 13 Fungsi paru menurun diklasifikasi menjadi 2 yaitu restriktif dan obstruktif. Restriktif merupakan kelainan pada proses inspirasi yang dapat diartikan jumlah udara dalam paru terbatas sehingga volume paru dan kapasitas paru menurun. Obstruktif merupakan kelainan pada proses ekspirasi yang dapat di artikan udara dalam paru sulit dikeluarkan pada waktu ekspirasi karena sumbatan pada saluran naps sehingga volume dan kapasitas paru meningkat. 9 Interprestasi pemeriksaan fungsi paru dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu obstruktif, restriktif dan campuran antara restriktif dan obstruktif. 10 Adapun tujuan penulisan efek obstruksi saluran pernapasan terhadap daya kembang paru supaya dapat memahami disaluran pernapasan mudah mengalami gangguan pembengkakan dan penyempitan sehingga berefek tidak kuat melakukan ekspirasi paksa, bila lama tidak sembuh maka mudah terjadi penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Diskusi Penyakit-penyakit paru dengan obstruksi saluran napas biasanya jauh lebih sukar melakukan ekspirasi daripada inspirasi karena kencenderungan menutupnya jalan napas sangat bertambah dengan tekanan positif pada dada selama ekspirasi, sementara tekanan pleura negative pada saat inspirasi akan menarik jalan napas sehingga membuka pada saat yang sama dengan pengembangan alveoli, oleh karena itu udara cenderung untuk lebih mudah memasuki paru tetapi kemudian terperangkap di dalamnya, bila hal itu terjadi selama berbulan atau bertahun-tahun efek ini akan menaikkan kapasitas total paru dan volume residu, jika obstruksi jalan napas lebih mudah saluran napas kolaps maka aliran ekspirasi maksimum jauh berkurang. 11,12 Pada corak obstruksi ciri-ciri utama adalah penurunan kecepatan aliran ekspirasi (expiratory flow). 11 Pasien penyakit obstruksi mengalami kesulitan mengosongkan paru mereka daripada mengisinya, oleh karena itu kapasitas paru total (KPT) pada dasarnya normal, tetapi kapasitas residual fungsional (KRF) dan volume residual (VR) meningkat akibat bertambahnya udara yang terperangkap di dalam paru setelah ekspirasi karena VR meningkat, kapasitas vital (KV) berkurang. Dengan lebih banyak udara yang tertinggal dalam paru, KPT yang tersedia untuk pertukaran gas antara udara dan atmosfer berkurang. Hal lain yang sering ditemukan adalah penurunan mencolok FEV 1, karena laju (kecepatan) aliran udara berkurang akibat obstruksi saluran pernapasan. Walaupun baik KV maupun FEV 1 lebih besar dibandingkan KV. Akibatnya perbandingan FEV 1 terhadap KV jauh lebih rendah dari pada nilai normal sebesar 80% yaitu, jumlah yang dapat dihembuskan ke luar selama detik pertama jauh lebih kecil daripada 80% KV. 10,11,12 Tabel. Derajat Obstruksi Derajat VEP1 (%) Rasio VEP1/KVP (%) 0(normal) >75% 80 1 (ringan) 60-70 60-79 2 (sedang) 40-60 50-59 3 (berat) <40 <40 4 (sangat Berat) <20 Sumber: ATS (American Thoracic Society) Kesimpulan Dan Saran Saluran pernapasan berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan, secara fungsional saluran napas dibedakan menjadi dua bagian, yaitu zona konduksi berguna untuk lalu lintas udara pernapasan dimulai dari trakea dan berakhir pada saluran yang terkecil yaitu 38

Saminan efek obstruksi pada saluran pernapasan Terhadap daya kembang paru bronkiolus terminalis dan zona respiratorik yang terdiri dari bronkioli respiratorik berguna untuk pertukaran gas. Sesorang dianggap mempunyai gangguan aliran udara pada saluran pernapasan maka orang tersebut tidak mampu bernapas dengan normal adanya suatu obstruksi jalan pernapasan hasil ukur dengan spirometer nilai FEV 1 kurang 75%. Dengan adanya gejala gangguan paru yang menunjukkan pernapasan tidak kuat melakukan ekspirasi paksa, maka dihindari tidak merokok atau asap rokok dan kamar selalu bersih dan rapi, sehingga daya kembang paru normal. Bila mengalami obstruksi saluran pernapasan bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara keluar. Penyempitan atau hambatan bisa mengakibatkan salah satu gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, napas pendek, tersengal- sengal, hingga napas yang berbunyi ngik-ngik. Daftar Pustaka 1. Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan. Bentang Pustaka. Yogyakarta. 2. Hadibroto, I dan Alam, S. 2005. Asma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 3. Tjay, T.H. & Raharja, K. 2002. Obatobatan penting. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta. 4. Imron, A., 1993. Respirasi. Dalam buku Monograf Fisiologi manusia, suwono (ed). Pusat Antar Universitas UGM. Yogvakarta. 5. Price, S.A., Wilson, L.M. 1995. Fisiologi proses-proses penyakit. EGC. Jakarta. 6. Wibowo DS. 2008. Anatomi Tubuh Manusia. Grasindo. Jakarta. 7. Guyton, Hall. 1996. Text Book of Medical Physiologi. New York. W B Saunders Company. 8. Pellegrino, R., Viegi, G., Brusasco, V., Crapo, R.O., Burgos, F., Casaburi, R., Coates, A., Grinten, C.P.M.v.d., Gustafsson, P., Hankinson, J., Jensen, R., Johson, D.C., Macintyre, N., McKay, R., Miller, R.M., Navajas, D., Pedersen, O.F., dan Wanger, J. 2005. Interpretative strategis for lung function test. European Respiratory Journal, 26: 948-968. 9. Levivztky, M.G. 2003. Pulmonary Physiologi. Edisi 6. New York: Mcgraw-Hill Companies. 10. Sherwood, L.2001. Fisiologi manusia; Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. EGC. Jakarta. 11. Djaja-surya-A. 1990. Manual Ilmu Penyakit Paru. Binarupa Aksara. Jakarta. 12. Alsagaf H, Mukty HA. 1995. TB Paru Dalam Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. 73-109. 13. Yunus, F. 1993. Penatalaksanaan Batuk dalam Praktek Sehari-hari. Cermin Dunia Kedokteran. 84: 13-18. 14. Syamsiah, A dan Yunus F. 1997. Pemekrisaan spirometri Collis. Jurnal Respiratori Indonesia. 17 (1) : 46-51. 15. Surjadhana, A. 2004. Laju Puncak Ekspirasi pada Mahasiswa Pria Sehat. Majalah Ilmu Faal Indonesia. 3 (3): 158-164. 16. Darmawan, M.T.S. Naning, R. dan Sadjimin, T. 2001. Nilai Faal Paru Penderita Asma Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di kotamadya Yogyakarta. Berkala Ilmu Kedokteran. 33 (1): 33-42. 39