BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan dasar pembuatan batik adalah lilin batik. Lilin batik ini akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan dasar pembuatan batik adalah lilin batik. Lilin batik ini akan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Paparan Asap Pembakaran Lilin Batik Lilin Batik Bahan dasar pembuatan batik adalah lilin batik. Lilin batik ini akan dilelehkan menggunakan kompor berbahan bakar kayu, minyak, gas, atau listrik Para pengrajin menggunakan canting yang diisi dengan lelehan lilin untuk membuat sketsa pada kain sesuai dengan desain yang sudah digambar dengan pensil sebelumnya. Setelah pembuatan sketsa selesai, kain akan diwarnai. Bagian yang digambar dengan lilin tidak akan terwarnai. Saat kain direbus, lilin akan meleleh, sehingga meninggalkan bekas putih pada kain. Lilin batik yang sering digunakan bukan merupakan lilin murni tetapi merupakan campuran dari parafin, mikrokristalin, lilin lebah (beeswax), 7 atau resin (getah damar). 5 Komposisi campuran tersebut adalah 75% parafin dan 25% mikrokristalin, sedangkan untuk campuran parafin dengan lilin lebah adalah 70% : 30%, 7 dan untuk campuran parafin dengan resin adalah 50% : 50%. 5 Parafin mengandung klorin yang dapat mengiritasi saluran pernapasan apabila terhirup. 12 Klorin merupakan gas industri beracun yang menyebabkan rusaknya jaringan pada saluran pernapasan sehingga menimbulkan reaksi inflamasi akut maupun kronik. 13 8

2 Asap Asap yang ditimbulkan dari pelelehan lilin batik merupakan salah satu bentuk pencemaran lingkungan. Asap ini mengandung partikel karbon, benzen, dan lainnya karena terjadi pembakaran yang tidak sempurna. 7 Polutan yang terdapat dalam asap malam batik mengandung gas-gas NO 2, SO 2, CO, CO 2, HC, H 2 S dan partikel. 8 Terhirupnya gas secara tidak sengaja (paling sering klorin), asap, maupun uap yang mengandung zat iritan dapat menyebabkan penyakit paru restriktif maupun obstruktif. Pada lembar data keamanan material untuk lilin batik disebutkan bahwa asap dari pembakaran lilin dapat menyebabkan iritasi derajat rendah apabila terinhalasi. 14 Sering kali, pekerja mengeluhkan sensasi terbakar di hidung dan tenggorokan mereka setelah terpapar beberapa menit. Gejala asma akan muncul dalam 24 jam. Saluran nafas yang teriritasi dapat sembuh spontan, ataupun menetap yang dipengaruhi oleh berbagai macam zat iritan atau faktor predisposisi lainnya. Cara mencegah terjadinya sindrom tersebut adalah dengan menjaga kesehatan dan pemakaian alat perlindungan diri. 15 Berdasarkan salah satu hasil pemeriksaan yang dilakukan di BBTKL Bantul, gas yang dominan terkandung dalam asap pelelehan lilin batik adalah karbonmonoksida (CO). 7 Sedangkan gas-gas polutan bersifat iritan terhadap saluran pernafasan terutama gas SO 2 dan NO 2. 8 Dari pra penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth di BBTKL menemukan bahwa efek buruk asap pelelehan lilin tidak bersifat akut tetapi bersifat akumulatif. 7

3 10 Nitrogen dioksida (NO 2 ) termasuk gas oksidan yang berbau tajam. Kerusakan terbesar dihasilkan gas ini pada organ respirasi adalah di zona distal paru, bronchiolus respiratorius, dan ductus alveolaris. 16 Ciri yang sering terjadi setelah terpapar gas dalam konsentrasi tinggi ataupun dalam jangka waktu yang lama adalah induksi edema pulmoner, peningkatan metabolisme antioksidan, peningkatan enzim paru yang berkaitan dengan cedera sel, dan perubahan pada lipid paru. 17, 18 Kondisi tersebut bermanifestasi pada inflamasi paru dan fibrosis pulmoner. 18 Sulfur dioksida (SO 2 ) juga termasuk gas iritan yang pada jumlah besar dapat merusak sel pelapis alveoli dan sel endotel kapiler, menyebabkan edema pulmoner alveolotoksik. Ketika pemindahan cairan oleh drainase limfatik gagal, gas ini juga dapat menyebabkan kerusakan parah pada epitel permukaan saluran nafas. 16 Perubahan kecil terjadi pada fungsi paru dengan paparan rendah SO 2 (<300µg/m 3 ). Studi dengan babi menunjukkan bahwa paparan SO 2 sekitar 725µg/m 3 0,25 ppm dapat menyebabkan bronkokonstriksi sama seperti yang terjadi pada pasien asma. 17 Faktor faktor yang berpengaruh terhadap kejadian keracunan asap pembakaran lilin batik adalah sebagai berikut a. Masa Kerja Masa kerja meliputi lama kerja seseorang setiap harinya, frekuensi bekerja per minggu, dan berapa tahun ia telah berkerja. Semakin lama seseorang bekerja disuatu industri, diperkirakan semakin lama mereka terpajan dengan gas, partikel, dan bahan kimia yang digunakan pada industri

4 11 tersebut. Zat-zat tersebut akan tertimbun dalam jaringan alveoli dan menyebabkan mengerasnya jaringan tersebut (fibrosis). Akibat dari fibrosis adalah elastisitas paru berkurang sehingga menyebabkan berkurangnya kapasitas paru dalam menampung udara pernafasan yang ditandai dengan sesak nafas ataupun nyeri dada. Adanya sesak nafas dan nyeri dada dapat dijadikan penanda adanya kelainan faal paru. 19 b. Ventilasi udara Luas lubang ventilasi yang baik menurut American Public Health Asociation (APHA) adalah minimum 5% dari luas lantai ruangan untuk ventilasi tetap. Sedangkan untuk lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai. 20 Campuran gas dari hasil pembakaran lilin, khususnya pada tempat yang memiliki ventilasi terbatas, akan mudah mencapai level yang bisa menyebabkan terjadinya edema pulmoner maupun obstruksi jalan nafas akut Fungsi Paru Fungsi paru utama adalah untuk proses respirasi yang bertujuan menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbon dioksida. Fungsi respirasi selanjutnya dibagi menjadi empat fungsi utama, yaitu (1) ventilasi paru, yaitu masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru ; (2) difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah ; (3) pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh; dan (4) pengaturan ventilasi. 21

5 12 Fungsi paru dapat diukur dengan metode spirometri. Pada spirometri, suatu alat yang disebut spirometer digunakan untuk mengukur volume paru yang dinamis. Dua bentuk volume paru dinamis penting yang diukur adalah volume paksa paru (forced vital capacity=fvc) dan volume ekspirasi paksa paru dalam satu detik (forced expiratory volume in first second=fev 1 ) FVC adalah volume udara dalam liter yang dapat diekspirasikan secara maksimal dan secepat mungkin setelah inspirasi yang maksimal pula. Sedangkan FEV 1 adalah volume udara dalam liter yang dapat diekspirasikan secara maksimal selama satu detik setelah melakukan inspirasi maksimal. Biasanya nilai FEV 1 adalah 80% dari FVC. 22 Selain kedua volume tersebut, terdapat pula beberapa volume paru yang dapat diukur dengan spirometer, antara lain 22, 23 : a. Kapasitas vital (vital capacity=vc) : mirip dengan FVC, tetapi ekspirasi dilakukan dengan lambat. b. Kapasitas vital inspirasi (Inspiratory vital capacity=ivc) : kapasitas vital yang diukur saat inspirasi c. Volume ekspirasi paksa paru dalam enam detik (forced expiratory volume in sixth second= FEV 6 ) : volume udara yang diekspirasikan dalam enam detik pertama dari FVC, volume ini dapat menggantikan FVC pada pasien yang tidak dapat ekspirasi dengan sempurna. d. Aliran ekspirasi paksa paru (forced expiratory flow= FEF) : aliran udara ekspirasi yang diukur dalam liter per detik pada titik berbeda dari FVC,

6 13 yaitu pada 25, 50, dan 75% dari FVC. Aliran tersebut biasa disingkat FEF- 25, FEF 50, FEF 75. e. MMEF (maximum mid-expiratory flow) atau FEF : rata-rata aliran udara ekspirasi paru selama pertengahan pernafasan Indikator fungsi paru lain yang tidak kalah penting adalah arus puncak ekspirasi (APE). APE adalah kecepatan aliran udara maksimum dalam liter per menit yang dihasilkan dari ekspirasi dengan sekuat tenaga. Indikator ini dapat diukur sesaat setelah ekspirasi dimulai dengan peak flow meter dan sangat dipengaruhi oleh tenaga pasien. Nilai APE menurun apabila awalan ekspirasi buruk, gangguan obstruktif, ataupun gangguan restriktif. 22 Gambar 1. Diagram nilai arus puncak ekspirasi Sumber: Nunn, et al 24

7 14 Selain volume dinamis, paru juga memiliki volume statis/ absolut.pengukuran volume ini dapat menjadi acuan derajat gangguan paru yang terjadi. Volume paru absolut antara lain: a. Kapasitas total paru (total lung capacity= TLC): volume udara dalam liter yang dapat ditampung paru pada akhir inspirasi maksimal. 23 b. Volume residu (residual volume= RV): volume udara yang tetap berada di dalam paru pada akhir ekspirasi maksimal. Volume ini tidak bisa diukur dengan spirometer.nilai normalnya adalah 1200 ml. 21 c. Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity= FRC) : volume udara yang tetap berada di dalam paru setelah ekspirasi biasa. 23 d. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume= ERV): volume udara maksimum yang masih bisa diekspirasikan setelah ekspirasi biasa. Nilai normalnya adalah 1100 ml. 21 e. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume= IRV): volume udara maksimum yang masih bisa diinspirasi setelah inspirasi biasa. Besarnya mencapai 3000 ml. 21 f. Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity= IC) : volume maksimum yang masih bisa diinspirasi setelah ekspirasi biasa. IC = IRV + volume tidal. 23 g. Volume tidal (VT): volume udara yang dihasilkan dari inspirasi dan ekspirasi biasa saat istirahat. Besarnya kira-kira 500 ml pada orang dewasa dan meningkat pada saat olahraga. 23

8 15 Gambar 2. Volume paru absolut/ statis Sumber: Hyatt RE, et al 23 Nilai acuan normal untuk pemeriksaan fungsi paru memiliki rentang yang sangat luas mengingat perbedaan ukuran paru masing-masing orang. Nilai tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu 22 : a. Jenis kelamin ( laki-laki memiliki paru yang lebih besar daripada perempuan) b. Usia (nilai fungsi paru menurun seiring bertambahnya usia) c. Tinggi badan (orang yang tinggi memiliki paru yang lebih besar) d. Ras (Kaukasian memiliki paru yang lebih besar daripada orang Afrika maupun Asia) Maka dari itu, dalam melakukan pemeriksaan fungsi paru perlu dibandingkan dengan individu yang memiliki jenis kelamin, usia, tinggi, maupun ras yang sama. 25 Hasil pemeriksaan fungsi paru menggunakan spirometri tidak dapat mendiagnosis suatu penyakit, tetapi hanya memberikan informasi mengenai 22, 23 gangguan fungsi paru yang dibedakan atas:

9 16 1) Kelainan obstruktif (kelainan pada saat ekspirasi) Penyempitan saluran nafas secara difus yang disebabkan oleh beberapa mekanisme, antara lain imunitas (asma brokhial) dan lingkungan (penyakit paru obstruktif kronik). 2) Kelainan restriktif (kelainan pada saat inspirasi) Penurunan volume paru abnormal yang disebabkan oleh perubahan pada parenkim paru, peyakit pleura, rongga dada, ataupun kelemahan otot pernafasan. Tabel 2. Nilai Normal Fungsi Paru dan Skala Tingkat Keparahan sesuai dengan Pedoman American Thoracic Society (ATS) 2005 Nilai normal (untuk usia muda usia pertengahan) FVC (prediksi dalam persen (%)) FEV Rasio FEV 1 /FVC FEF >65%, dapat mencapai 55% Rasio FEF /FVC >0,66 (lebih akurat) TLC FRC RV DL co MEP >90 cmh 2 O MIP FVC posisi supinasi < -70 cmh 2 O Minimal 10% dari nilai FVC posisi erek; penurunan >30% mengindikasikan paralisis diafragma Metode tradisional untuk menentukan tingkat keparahan dari gangguan obstruktif dan restriktif paru Gangguan obstruksi (berdasarkan FEV 1 ) rasio < 0,7 Kemungkinan variasi fisiologis FEV (prediksi dalam persen (%)) Ringan Sedang Sedang berat Berat Sangat berat <35

10 17 Tabel 2. Nilai Normal Fungsi Paru dan Skala Tingkat Keparahan sesuai dengan Pedoman American Thoracic Society (ATS) 2005 (lanjutan) Gangguan restriksi (berdasarkan TLC, lebih disarankan) Rendah TLC > 70 (prediksi dalam persen (%)) Sedang Berat <60 Gangguan restriksi (berdasarkan FVC, apabila tidak tersedia pemeriksaan volume paru) Ringan FVC > 70 (prediksi dalam persen) Sedang Sedang berat Berat Sangat berat <35 Sumber: Altalag Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Fungsi Paru Nilai fungsi paru dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang membuat nilai normal fungsi paru masing-masing individu berbeda. Maka dari itu, dalam mendiagnosis gangguan fungsi paru harus diperhatikan faktor-faktor yang dimiliki oleh setiap individu. Adapun, faktor-faktor tersebut antara lain: Jenis Kelamin Perempuan dan laki-laki memiliki nilai fungsi paru yang berbeda. 22 Hal ini berdasarkan keadaan struktur anatomi paru, otot pernafasan, dan hormon steroid yang mereka miliki. Selama masa pertumbuhan sampai pubertas, saluran nafas dan parenkim paru perempuan berkembang secara proporsional, sedangkan pada laki-laki terdapat keterlambatan perkembangan saluran nafas. Kondisi ini mengakibatkan nilai FEF perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Akan tetapi, ketika pertumbuhan somatik di masa pubertas mulai muncul, nilai VC dan TLC pada laki-laki menjadi lebih besar daripada perempuan. Hal ini dipicu oleh

11 18 hormon testosteron yang mempengaruhi pertumbuhan diafragma dan otot-otot pernafasan pada laki-laki. Keadaan ini berlangsung tetap hingga dewasa Usia 22 Paru mencapai fungsi maksimalnya saat usia 20 tahun pada wanita dan 25 tahun pada pria. Fungsi ini bersifat menetap sampai usia 35 tahun, dan mulai menurun setelahnya. Penurunan pada tes fungsi paru tergantung pada fungsi paru puncak yang dicapai saat dewasa, durasi dari fase plateau, dan kecepatan penurunan fungsi paru sendiri. Estimasi kecepatan penurunan pada FEV 1 adalah ml/ tahun dimulai dari usia tahun dan dapat menjadi 60ml/ tahun setelah usia 70 tahun. Sejalan dengan hal tersebut, kapasitas residu fungsional dan volume residu meningkat seiring dengan bertambahya usia. Hal ini mengakibatkan kapasitas vital menurun Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT diperoleh dari berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m) pangkat dua. Nilai normal IMT untuk orang Asia menurut WHO adalah 18,5-22,9. 27 Jones, et al mengemukakan bahwa efek terbesar dari peningkatan IMT adalah penurunan nilai ERV dan FRC, yaitu pada IMT 30kg/m 2 nilai FRC 75% dan ERV 47%. 28 Namun, selain IMT, distribusi lemak tubuh dan rasio pinggang-pinggul juga harus diperhatikan. Orang dengan distribusi lemak tubuh berlebih di bagian atas menyebabkan diafragma berpindah ke abdomen dan adiposa yang menumpuk di dinding dada dapat menekan rongga dada sehingga volume paru menjadi lebih rendah.sedangkan penurunan FEV 1 dan FVC cenderung terjadi pada orang dengan obesitas abdominal karena resistensi jalan nafasnya meningkat. 29

12 Riwayat Penyakit Paru Seseorang yang pernah menderita penyakit paru atau penyakit saluran nafas sebelumnya akan mempengaruhi keadaan anatomis dan fisiologis paru mereka. Misalnya, obstruksi jalan nafas tidak bersifat reversibel seluruhnya pada penderita asma yang sudah tidak mengalami serangan. Hal ini berakibat pada percepatan penurunan fungsi paru secara progresif. Berdasarkan penelitian Lange, et al, nilai FEV 1 penderita asma lebih besar penurunannya dibandingkan orang sehat. 30 Penyakit infeksi paru akan menimbulkan inflamasi dan kerusakan parenkim paru yang bersifat ireversibel sehingga meninggalkan bekas radang berupa fibrosis. Hal ini menyebabkan berkurangnya alveoli untuk pertukaran udara sehingga terjadi gangguan paru restriktif yang ditandai dengan penurunan FVC, FEV 1, dan TLC secara progresif Aktivitas Fisik Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan fungsi paru. Orang yang rajin berolahraga memiliki nilai FEV 1 dan FVC yang lebih tinggi daripada orang yang memiliki gaya hidup inaktif (sedentary lifestyle). Fatima, et al membuktikan bahwa dengan olahraga teratur selama delapan minggu meningkatkan nilai FEV 1 menjadi 2,49-2,59 L dan rasio FEV 1 /FVC 89,5-95,5%. Perbedaan nilai ini terjadi karena dengan aktivitas fisik yang rutin akan menyebabkan meningkatnya kekuatan otot, ketahanan tubuh, pertahanan tekanan positif di jalan nafas, dan efisiensi dari ventilasi pernafasan. 31

13 Riwayat Merokok Merokok mengakibatkan terjadinya suatu proses pembakaran tembakau dan nikotin dengan mengeluarkan polutan partikel padat dan gas dalam bentuk asap. Asap rokok merupakan radikal bebas yang mengandung lebih dari 1500 bahan yang merupakan campuran kompleks. Racun utama yang terdapat didalam rokok yaitu tar, nikotin, dan karbon monoksida.asap rokok yang masuk ke dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan gangguan struktur dan fungsi pada bronchiolus terminalis (produksi mukus, akumulasi makrofag pigmen laden, goblet dan metaplasia sel skuamus, ulserasi, infiltrat sel inflamasi, hipertrofi otot polos, fibrosis, dan pigmen yang berlebih). Hal tersebut ditandai oleh penurunan nilai FEV 1, FVC, dan APE yang mengarah pada terjadinya gangguan obstruksi paru Mekanisme Kerja Asap Pembakaran Lilin Batik dan Hubungannya dengan Fungsi Paru Paru dibagi menjadi dua zona, yaitu zona saluran nafas dan zona pertukaran gas (alveolaris). Mukosilier pada saluran nafas dapat memindahkan partikel-partikel yang terdeposisi. Sedangkan zona alveolaris yang terdiri dari bronchiolus respiratorius dan ductus alveolaris tidak memiliki kemampuan tersebut. Sehingga kemampuan pertahanan dan kerentanan dua zona tersebut sangat berbeda. Gas larut air seperti sulfur dioksida diabsorbsi di saluran nafas proksimal, sedangkan nitrogen dioksida yang tidak larut air dapat merusak zona alveolaris yang tidak ditutupi mukosa. 16

14 21 Inhalasi asap pembakaran lilin batik menyebabkan perubahan pada saluran pernafasan maupun zona alveolaris paru secara histologis yang akan bermanifestasi secara klinis. Secara histologis, pada trakea terjadi pengurangan sel bersilia akibat CO yang berlebihan. Hal ini menyebabkan kurangnya gerakan lapisan mukosa. Selain itu, mukus hasil produksi sel goblet akan tetap berada di saluran pernafasan untuk menangkap partikel asing, sehingga terjadi akumulasi mukus pada saluran pernafasan dan seringkali menyumbat saluran-saluran nafas yang lebih kecil. Seiring dengan bertambah lamanya durasi pemaparan asap setiap harinya terjadi penurunan tinggi epitel yang merupakan gejala awal terjadinya metaplasia. Jika inhalasi asap terjadi dalam jangka waktu yang lama maka kemungkinan sel epitel pseudokompleks bersilia yang berada di sepanjang saluran nafas akan berubah menjadi sel skuamus simpleks. Adanya pelipatan mukosa epitel di bagian posterior trakea terjadi karena pengerutan otot trakea sehingga lumen trakea menyempit dan memperkecil diameter trakea. Terjadinya penurunan nilai diameter trakea ditambah dengan menebalnya tunika mukosa menyebabkan penyempitan saluran udara. 7 Hal ini akan bermanifestasi pada berkurangnya rasio FEV 1 /FVC, FEV 1, dan APE sehingga disebut gangguan paru obstruktif. Akumulasi asap menyebabkan penebalan septum interalveolaris di parenkim paru. Lamanya pemaparan asap juga mempengaruhi pertambahan diameter alveolaris. Proses pembakaran lilin akan melepaskan mediator yang bertanggung jawab pada terjadinya kerusakan jaringan tersebut.

15 22 Selain itu, gas dan partikel dalam asap akan mengganggu fungsi sel-sel alveolus yang ada pada septum interalveolaris, yaitu sel alveolus tipe I dan tipe II. Sel alveolus tipe I yang berperan dalam pertukaran udara akan membengkak dan pecah. Sedangkan sel alveolus tipe II yang menghasilkan cairan surfaktan untuk mengurangi tegangan permukaan alveoli akan berkurang sehingga sulit teregang saat inspirasi dan akan kolaps saat ekspirasi. Diameter alveoli yang membesar ditambah dengan rusaknya dinding alveoli menyebabkan pengurangan bagian respirasi pulmo. Perusakan alveolar menimbulkan pembentukan ruang udara yang lebih besar yang sangat menurunkan permukaan difusi alveolar. Hal ini menyebabkan terperangkapnya CO 2 dalam darah dan O 2 tidak bisa masuk. Kondisi ini disebut dengan emfisema. Proses terjadinya emfisema berjalan dengan lambat dan tidak konsisten, salah satunya disebabkan oleh deposisi gas fokal. 35 Inhalasi asap hasil pembakaran lilin batik secara kronik akan berakibat terakumulasinya gas dan partikel di dalam saluran nafas maupun parenkim paru. Akumulasi di saluran nafas tersebut dapat menimbulkan gejala seperti batuk-batuk dan produksi sputum meningkat yang dapat dicurigai sebagai bronkitis kronik. Adapun akumulasi di parenkim paru dapat menimbulkan emfisema dengan gejala sesak nafas. Kedua penyakit tersebut dikelompokkan menjadi satu sebagai penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) yang denominator utamanya adalah asap. 36

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu

Lebih terperinci

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter Uji Fungsi Paru-paru (lung function test) Peak flow meter Spirometer 2009/1/11 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Spirometri 2009/1/11 Zullies Ikawati's Lecture Notes 2 Peak flow meter PEF = Peak Expiratory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama untuk melakukan pertukaran gas. Sistem ini berfungsi untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbondioksida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Respirasi merupakan proses

Lebih terperinci

Sistem Pernapasan - 2

Sistem Pernapasan - 2 Anatomi sistem pernapasan Proses inspirasi dan ekspirasi Definisi pernapasan Eksternal Internal Mekanik pernapasan Inspirasi dan ekspirasi Peran otot pernapasan Transport gas pernapasan Ventilasi, difusi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Fisioterapi Disusun Oleh: LISTYA TRIANDARI J 100050010 DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Polusi Udara 1. Definisi Polusi Udara Udara merupakan salah satu komponen terpenting dalam tubuh manusia untuk menjalankan kehidupanya. Udara berfungsi sebagai bahan pernapasan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perokok Pasif Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan perokok, terpapar asap rokok secara tidak sadar dari perokok aktif. Sidestream Smoke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Kelainan Paru akibat Paparan Uap/Gas BBM Secara fisiologis sebelum masuk ke paru udara inspirasi sudah dibersihkan dari partikel debu dan asap yang memiliki diameter

Lebih terperinci

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( ) 1 INSUFISIENSI PERNAFASAN Ikbal Gentar Alam (131320090001) Pendahuluan 2 Diagnosa dan pengobatan dari penyakit penyakit respirasi tergantung pada prinsip dasar respirasi dan pertukaran gas. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya bagi masyarakat di sekitar kita. Di berbagai wilayah perkotaan sampai pedesaan, dari anak anak sampai orang

Lebih terperinci

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara keluar-masuk paru-paru), respirasi eksternal (pertukaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU SKRIPSI INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun Oleh: ARI WIBAWA J 110 040 014

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Paru. Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang berhubungan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Paru. Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang berhubungan dengan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paru Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang berhubungan dengan lingkungan di luar tubuh, yaitu melalui sistem pernapasan. Fungsi paru utama untuk respirasi, yaitu pengambilan

Lebih terperinci

Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru

Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru Volume dinamik paru dan kerja pernapasan Keterangan mengenai status ventilasi tidak hanya membutuhkan volume statis paru, namun juga pengukuran kecepatan pergerakan

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat sudah banyak yang mengetahui bahwa menghisap rokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, tetapi sampai sekarang masyarakat Indonesia masih banyak yang merokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.

Lebih terperinci

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara keluar-masuk paru-paru), respirasi eksternal (pertukaran gas antara darah dan ruang paru-paru yang terisi udara), transport gas respirasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok menimbulkan berbagai masalah, baik di bidang kesehatan maupun sosio-ekonomi. Rokok menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan respirasi, gangguan

Lebih terperinci

EFEK PENUAAN TERHADAP FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

EFEK PENUAAN TERHADAP FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI Tinjauan Kepustakaan V Selasa 7 Januari 2014 EFEK PENUAAN TERHADAP FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI Penyusun: Rina Puspasari S., dr. Pembimbing: Marina Moeliono, dr., SpKFR(K) Penilai: Marietta Shanti P., dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah inflamasi saluran napas kecil. Pada bronkitis kronik terdapat infiltrat dan sekresi mukus di saluran pernapasan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran hutan telah menjadi masalah bukan hanya di Indonesia tetapi juga berdampak regional di Asia Tenggara yang berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Pernafasan Pernafasan mencakup dua proses: pernafasan eksterna, yaitu penyerapan oksigen (O 2 ) dan pengeluaran karbondioksida (CO 2 ) dari tubuh secara keseluruhan;

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arus Puncak Ekspirasi Arus puncak ekspirasi adalah aliran maksimum yang dicapai selama ekspirasi dengan kekuatan maksimal mulai dari tingkat inflasi paru maksimal. Nilai yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP PEMBAKARAN LILIN BATIK DENGAN FUNGSI PARU PENGRAJIN BATIK TULIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP PEMBAKARAN LILIN BATIK DENGAN FUNGSI PARU PENGRAJIN BATIK TULIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP PEMBAKARAN LILIN BATIK DENGAN FUNGSI PARU PENGRAJIN BATIK TULIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 1. Perhatikan gambar berikut! Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio9-18-01.png Bagian yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Serangan asma masih merupakan penyebab utama yang sering timbul dikalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun penyakit asma mempunyai tingkat fitalitas yang rendah namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan atas atau yang selanjutnya disingkat dengan ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2) Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang menyebabkan kehidupan

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU Dwi Purnamasari Zees Program Studi keperawatan, fakultas ilmu ilmu kesehatan dan keolahragaan, universitas negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyokong hidupnya. Sistem pernapasan terutama paru merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyokong hidupnya. Sistem pernapasan terutama paru merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan organisme yang mempunyai beberapa sistem sebagai penyokong hidupnya. Sistem pernapasan terutama paru merupakan salah satu organ penting bagi

Lebih terperinci

Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Perokok dan Bukan Perokok

Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Perokok dan Bukan Perokok Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Perokok dan Bukan Perokok Slamet Santosa*, Joko Purwito**, Jahja Teguh Widjaja*** * Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha **

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan penyakit paru obstruktif kronik telah di bahas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1022/MENKES/ SK/XI/2008 tentang pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paru-paru merupakan alat ventilasi dalam sistem respirasi bagi tubuh, fungsi kerja paru dapat menurun akibat adanya gangguan pada proses mekanisme faal yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba memerlukan tatalaksana segera dan kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asap Asap merupakan perpaduan atau campuran karbon dioksida, air, zat yang terdifusi di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik, nitrogen oksida dan mineral.

Lebih terperinci

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea 1. Terjadinya inspirasi pada proses pernapasan manusia adalah karena diafragma.... a. melengkung, tulang rusuk dan dada terangkat b. melengkung, tulang rusuk dan dada turun c. mendatar, tulang rusuk dan

Lebih terperinci

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA - - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp4nafas Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun 2013 mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur adalah 4,5 %. Prevalensi asma

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di kelompok pengrajin batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada era globalisasi membawa berbagai dampak perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh teknologi yang secara

Lebih terperinci

SPIROMETRI. Deddy Herman. Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND

SPIROMETRI. Deddy Herman. Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND SPIROMETRI Deddy Herman Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND RESPIRASI Ventilasi Difusi Perfusi VENTILASI Peristiwa masuk dan keluar udara ke dalam paru : Inspirasi Ekspirasi Inspirasi :

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan

BAB V PEMBAHASAN. kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan BAB V PEMBAHASAN Dalam penelitian ini pasien yang dipilih adalah berjenis kelamin pria. Jenis kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan supaya sampel homogen. Secara

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG Vironica Dwi Permatasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Laporan Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia Oleh SAUSAN NAZHIRA 1206103010064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spirometri adalah salah satu uji fungsi paru yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) (Health Partners, 2011). Uji fungsi paru

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Respirasi Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk menghirup oksigen dari lingkungan eksternal dan menyediakannya bagi sel- sel tubuh serta membuang karbon dioksida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Asma merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat, asma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini sangat memberi berbagai dampak, baik itu dampak positif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit dengan preventif dan terapi yang umum, penyakit ini dicirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah yang ditimbulkan rokok belum bisa tertangani secara optimal hingga saat ini. Jumlah perokok di seluruh dunia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan adanya trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berubahnya tingkat kesejahteraan, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Pernapasan manusia meliputi proses inspirasi dan ekspirasi Inspirasi : pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat pernapasan Ekspirasi :pengeluaran udara pernapasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernapasan merupakan sistem yang sangat penting dalam tubuh manusia. 17 Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernapasan merupakan sistem yang sangat penting dalam tubuh manusia. 17 Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi pernapasan 2.1.1 Sistem pernapasan Pernapasan adalah keseluruhan proses yang melaksanakan pemindahan pasif oksigen (O2) dari atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh : DIMAS SONDANG IRAWAN J 110050028

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab mortalitas terbesar kelima di dunia dan menunjukkan peningkatan jumlah kasus di negara maju dan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Perhatikan gambar berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Bagian yang ditunjukan nomor 2 dan 4 adalah... Bronkiolus dan alveolus Bronkus danalveolus Bronkus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa BAB 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang: Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa anak anak karena masa perkembangan dan maturasi fungsi paru dimulai sebelum lahir. Berat

Lebih terperinci

Sistem Pernafasan Manusia

Sistem Pernafasan Manusia Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan penyakit saluran pernafasan kronik yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok umumnya terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

Lebih terperinci

Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok

Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 57 Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok Gisella Maria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit kronik yang paling umum di dunia, terdapat sekitar 300 juta penduduk dunia yang menderita penyakit ini. Asma dapat terjadi pada anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Menua adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan, tetapi masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum peduli dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru merupakan salah satu organ vital yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen (O 2 ) yang digunakan sebagai bahan dasar metabolisme dalam tubuh.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, Seluruh Negara dituntut untuk memasuki perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor industri akan bertambah sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) 2.1.1 Definisi Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau juga dikenali sebagai Chronic Obstructive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus, maka akan terjadi perubahan pada fungsi paru-paru mereka

BAB I PENDAHULUAN. menerus, maka akan terjadi perubahan pada fungsi paru-paru mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi udara sangat berhubungan dengan keaadaan paru, terutama pada fungsi paru. Sesorang yang terkena polusi udara secara terus menerus, maka akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

commit to user BAB V PEMBAHASAN

commit to user BAB V PEMBAHASAN 48 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan kualitas tidur antara pasien asma dengan pasien PPOK dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013 di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja yang penuh oleh debu, uap dan gas dapat mengganggu produktivitas dan sering menyebabkan gangguan pernapasan serta dapat menyebabkan penyakit paru (Suma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang dikarenakan bukan hanya penyakit menular yang menjadi tanggungan negara tetapi dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernapasan Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat mempertahankan metabolismenya. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem pernapasan dibentuk

Lebih terperinci

Anatomi dan Fisiologi saluran pernafasan. 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1

Anatomi dan Fisiologi saluran pernafasan. 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Anatomi dan Fisiologi saluran pernafasan 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Anatomi Sistem Pernafasan Manusia 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 2 Sistem pernafasan atas 1/9/2009 Zullies

Lebih terperinci

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK Juniartha Semara Putra ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang BAB I A. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan penyebab utama dari morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang menderita akibat PPOK. PPOK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada

BAB I PENDAHULUAN. Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riwayat penyakit bronkiektasis pertama kali dikemukakan oleh Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada akhir 1800, dan ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Pada keadaan normal, sebagian besar udara

Lebih terperinci