Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB III LANDASAN TEORI

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

NASKAH SEMINAR INTISARI

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB III METODE PENELITIAN. aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

Pemeriksaan BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR. Penanggung Jawab. Iman Basuki

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alur seperti pada gambar 5.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

BAB III LANDASAN TEORI

optimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

Pada pengujian ini agregat berasal dari Clereng, Kulon Progo hasil dari mesin pemecah batu (Stone Crusher) PT. Perwita Karya, Piyungan, Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

Penelitian ini menggunakan tiga macam variasi jumlah tumbukan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

PENGARUH SAMPAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

BAB IV PENGUJIAN JOB MIX FORMULA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perihal pengaruh panjang serabut kelapa sebagai bahan modifier pada campuran

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A HASIL PENGUJIAN AGREGAT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

Tinjauan Pustaka. Agregat

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-

BAB III METODE PENELITIAN

Zeon PDF Driver Trial

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah.(1998):Pemanfaatan Asbuton untuk Lasbutag dan Latasbusir, Direktorat

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

Lampiran Perhitungan Pengujian Aspal

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi Umum Divisi VI. Jakarta.

LABORATORIUM BAHAN 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rencana kerja ditunjukkan oleh Gambar 3.1, yang merupakan bagan alir

Dengan kata lain, penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB V METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan serangkaian pengujian yang meliputi :

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dengan variasi sekam padi dan semen sebagai filler, dapat disimpulkan sebagai

Transkripsi:

BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Pada penelitian ini untuk pengujian agregat, aspal, pembuatan benda uji dan pengujian Marshall dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Jalan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhamamdiyah Yogyakarta (UMY). B. Bagan Alir Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang sepenuhnya dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Untuk lebih jelasnya tahapan penelitian secara umum dapat dilihat secara skematis pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. Mulai Studi pustaka Persiapan alat dan bahan Pemeriksaan bahan Agregat kasar : 1. Keausan agregat 2. Berat jenis semu 3. Absorbsi air Tidak Memenuhi spesifikasi? Agregat halus : 1. Berat jenis semu 2. Absorbsi air AC penetrasi 60/70 : 1. Penetrasi 2. Titik nyala 3. Titik lembek 4. Daktilitas 5. Berat jenis 6. Kehilangan berat Ya Analisis saringan sesuai dengan spesifikasi umum A B Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) 23

24 A B Design Mix Formula: Gradasi ideal kadar aspal 4-6 % untuk mendapatkan Kadar Aspal optimum Memenuhi spesifikasi? Ya Perencanaan campuran Pembuatan 15 benda uji untuk mencari kadar aspal optimum 2 x 75 Tidak Pengukuran tinggi dan diameter serta penimbangan benda uji (berat kering) Benda uii direndam ± 24 jam dalam waterbath pada suhu ruang 60 0 C Analisa : 1. VMA 2. VIM 3. VFA Penimbangan benda uji dalam air Penimbangan benda uji dalam kondisi SSD Benda uji diletakkan dalam alat uji Marshall Pengujian Marshall Hasil pengujian : 1. Stabilitas 2. Kelelehan (flow) Angka terkoreksi Hasil terkoreksi : 1. Stabilitas 2. Kelelehan (flow) 3. Marshall Quotient Analisis perhitungan Penentuan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) Selesai Gambar 4.1 Lanjutan bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

25 Mulai Persiapan bahan (untuk 12 benda uji) : 1. Agregat dengan gradasi ideal 2. Aspal dengan Kadar Aspal Optimum (KAO) Pencampuran Pemadatan dengan variasi jumlah 2x25, 2x50, 2x75, 2x100 Pengukuran tebal dan penimbangan (Kering, Dalam air, SSD) Pengujian Marshall Stabilitas Flow MQ VIM VMA VFA Analisis Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 4.2 Bagan alir penelitian campuran dengan variasi jumlah pemadatan C. Alat dan Bahan Pada penelitian ini, alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini dari pemeriksaan bahan sampai dengan pengujian untuk benda uji yaitu : a. Timbangan (neraca Ohauss) dengan ketelitian 0,01 gram, untuk mengetahui kebutuhan berat setiap sampel, meliputi agregat dan aspal serta mengetahui berat dari setiap benda uji yang telah dibuat.

26 b. Saringan, dengan ukuran 37,5mm; 25mm; 19 mm; 12,5 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,600 mm; 0,300 mm; 0,150 mm; 0,075 mm. c. Shave shaker machine, untuk mengayak agregat halus dan filler. d. Mesin Los Angeles, untuk menguji tingkat keausan agregat kasar. e. Piknometer, untuk pemeriksaan berat jenis aspal. f. Oven, untuk membantu proses pengeringan agregat. g. Waterbath, sebagai bak perendam benda uji yang dilengkapi dengan suhu yang terukur. h. Untuk pemeriksaan aspal digunakan alat uji penetrasi, alat uji daktilitas, alat uji titik lembek, alat uji titik nyala serta cawan untuk pengujian kehilangan berat pada aspal. i. Alat uji Marshall, digunakan untuk mendapatkan karakteristik campuran aspa, yang terdiri dari : 1) Cincin penguji berkapasitas 2500 kg (5000 lb) yang dilengkapi dengan arloji pengukur flowmeter. 2) Alat cetak benda uji/mold berbentuk silinder dengan diameter 10,2 cm (4 inch) dengan tinggi 7,5 cm (3 inch) untuk Marshall standar (Sukirman, 1999). 3) Penumbuk standar dengan permukaan rata berbentuk silinder berdiameter 9,8 cm dengan berat 4,5 kg (10 lb) dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm (18 inch). j. Kompor sebagai pemanas agregat dan aspal, termometer untuk mengukur suhu, jangka sorong (caliper) untuk mengukur dimensi dari benda uji serta pengaduk. 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan benda uji dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Aspal, digunakan penetrasi 60/70. b. Agregat kasar, digunakan batu pecah yang berasal dari Celereng. c. Agregat halus,berasal dari Kali Progo d. Filler yang digunakan berupa abu batu.

27 D. Tahapan Penelitian 1. Persiapan alat dan bahan Pada tahapan ini, persiapan alat berupa pengecekan kondisi untuk setiap alat bahwa alat dalam kondisi bersih dan baik, sehingga tidak mengganggu selama proses penelitian berlangsung, seperti timbangan yang harus dikalibrasi terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan dalam proses penimbangan untuk setiap bahan-bahan. Untuk persiapan bahan berupa pengadaan bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian, yakni agregat kasar, agregat halus serta abu batu yang telah dicuci bersih sehingga menghasilkan kualitas batu yang memenuhi syarat pengujian. 2. Pemeriksaan bahan Pemeriksaan bahan bertujuan untuk mengetahui apakah bahan tesebut layak digunakan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan atau tidak. 3. Pembuatan benda uji Pembuatan benda uji dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu pembuatan benda uji masing-masing 3 buah untuk kadar aspal 4-6% guna mendapatkan nilai KAO dan tahap kedua yaitu pembuatan benda uji setelah diperoleh nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) yang masing-masing 3 buah untuk tiap variasi jumlah. Pembuatan benda uji tahap pertama dilakukan dengan tahapan berikut ini: a. Ditentukan kadar aspal sebesar 4%, 4,5%, 5%, 5,5%, dan 6%. b. Dihitung kebutuhan berat setiap bahan: 1) Dihitung berat sampel 2) Dihitung berat aspal 3) Dihitung berat agregat

28 c. Dicampur agregat dengan aspal pada suhu yang disarankan berdasarkan spesifikasi Bina Marga 2010. d. Dilakukan pemadatan terhadap sampel sebanyak 2 x 75 kali e. Benda uji didiamkan terlebih dahulu agar mulai mengeras sebelum dikeluarkan dari cetakan, dan kemudian didiamkan selama kurang lebih 24 jam. f. Diukur ketebalan menggunakan jangka sorong dan ditimbang, kemudian benda uji direndam dalam air pada suhu normal selama 24 jam. g. Benda uji ditimbang kembali dan dikeringkan sampai kondisi benda uji kering permukaan untuk mendapatkan berat jenuh. h. Sebelum diuji dengan menggunakan alat Marshall, benda uji direndam terlebih dahulu dalam waterbath pada suhu 60 o C selama 30 menit. Benda uji dibuat sebanyak 3 buah pada masing-masing kadar aspal sehingga jumlah benda uji yang dibuat sebanyak 15 buah. Pembuatan benda uji tahap kedua dilakukan dengan tahapan berikut ini : a. Dari pengujian Marshall tahap pertama didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 5,45 % b. Dihitung kebutuhan berat setiap bahan : 1) Dihitung berat sampel. 2) Dihitung berat kadar aspal optimum yaitu 5,45 %. 3) Dihitung berat agregat c. Dicampur agregat dengan KAO pada suhu optimum 150 o C. d. Dilakukan pemadatan dengan variasi : 1) 2x25 3 buah sampel. 2) 2x50 3 buah sampel. 3) 2x75 3 buah sampel 4) 2x100 3 buah sampel.

29 e. Benda uji didiamkan terlebih dahulu agar mulai mengeras sebelum dikeluarkan dari cetakan, dan kemudiam didiamkan selama kurang lebih 24 jam. f. Diukur ketebalan menggunakan jangka sorong dan benda uji kemudian ditimbang, benda uji lalu direndam dalam air pada suhu normal selama 24 jam. g. Benda uji ditimbang kembali dan benda uji lalu dikeringkan sampai kondisi kering permukaan untuk mendapatkan berat jenuh. h. Sebelum diuji dengan menggunakan alat Marshall, benda uji direndam terlebih dahulu dalam waterbath pada suhu 60 o C selama 30 menit. i. Setelah pengujian Marshall dilakukan terhadap seluruh benda uji, kemudian dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Dari hasil pengujian didapatkan nilai-nilai parameter Marshall yaitu Stabilitas, Kelelehan (Flow), VMA, VIM, VFA, dan MQ. Tabel 4.1 Data jumlah sampel berdasarkan variasi pemadatan. Jenis campuran Asphalt Treated Base (ATB) Kadar Aspal Variasi pemadatan Optimum (%) 25 50 75 100 5,45 3 3 3 3 Total jumlah sampel 12 buah 4. Pengujian Marshall Setelah pengujian Marshall dilakukan terhadap seluruh benda uji, kemudian langkah berikutnya adalah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh.

30 Data yang akan dianalisis pada pengujian ini antara lain : 1. Rongga di antara mineral agregat (VMA), ditunjukkan pada Persamaan 3.5. 2. Rongga di dalam campuran (VIM), ditunjukkan pada Persamaan 3.6. 3. Rongga terisi aspal (VFA), ditunjukkan pada Persamaan 3.7. 4. Stabilitas (kg). 5. Kelelehan (mm). 5. Analisis Hasil Dari pengujian Marshall diperoleh data yang akan dijadikan sebagai dasar perhitungan yakni VMA, VIM, VFA, stabilitas dan flow. Nilai stabilitas dan flow didapatkan dari pengujian menggunakan uji Marshall, sedangkan VMA, VIM serta VFA ditentukan melalui penimbangan benda uji dan perhitungan (berat kering, berat kering permukaan dan berat dalam air). Dari data yang diperoleh dibuat suatu analisis hubungan yang disajikan dalam grafik hubungan antara : 1. Jumlah variasi & VMA. 2. Jumlah variasi & VIM. 3. Jumlah variasi & VFA. 4. Jumlah variasi & Stabilitas. 5. Jumlah variasi & Flow. 6. Jumlah variasi & Quotient Marshall