PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

Penerapan Metode Full Costing Untuk Perhitungan Harga Jual Produk Pada Industri Kecil (Studi Kasus Home Industry Citra Snack Pekanbaru)

Ignatius Satriyo Utomo eb 08

Analisis Break Even Point Sebagai Dalam Perencanaan Laba Pada Warung Mie Ayam Bakso Super Urat. Disusun Oleh : Teddy Wira Hadi

ANALISIS INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI BAKSO PADA UD.BAKSO JAWI PENULISAN ILMIAH

ANALISIS PERHITUNGAN HPP MENENTUKAN HARGA PENJUALAN YANG TERBAIK UNTUK UKM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi, para pelaku bisnis manufaktur semakin bersaing untuk

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PAKAIAN ANAK-ANAK PEREMPUAN PADA KONVEKSI SINAR JAYA JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

Nama : Ade Mulyana Kelas : 3EB17 NPM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan umumnya ditentukan oleh kemampuan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. sejenis akan semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan pasar untuk industri

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini sangat pesat. Perhitungan harga pokok

PROPOSAL USAHA BAKSO QOLBU Jl. Pengayoman Ruko Mirah II 7 Makassar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Biaya, volume dan Laba Soto Mie Bogor Pada Usaha Mania Tanggerang

PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL (STUDI KASUS UKM RENGGINANG SARI IKAN DI SUMENEP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kecil dan menengah. Untuk itu pihak manajemen dalam sebuah perusahaan perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS : GAGAH PRAYOGI : / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA PADA RUMAH MAKAN TEKWAN 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit ditambah persentase mark up,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB IV METODE FULL COSTING DALAM PENETAPAN HARGA JUAL PADA USAHA KERUPUK RAMBAK DWIJOYO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KHURIYATI NINGSIH EKONOMI / AKUNTANSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA CV. DONAT MADU CIHANJUANG. : Rizki Nur Oktavia NPM :

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

Lampiran 1. Penyusutan Peralatan yang Digunakan dalam Produksi Manisan Carica

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

Biaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai.

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK. DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : Kelas : S1. SI.

ANALISIS PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UKM MIE AYAM BAKSO PAKDE

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bussines Opportunity Mie Ayam Pelangi

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Carter dan Usry (2009:58) menjelaskan bahwa biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN DAMPAKNYA TERHADAP LAPORAN LABA / RUGI PADA U.D. TAHU IBU SOPIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kelangsungan perusahaannya, untuk itu pihak manajemen perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL DALAM MENINGKATKAN LABA PADA RUMAH MAKAN ULU BETE LAUT DI MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA. I Ketut Patra¹ Agus Salim²

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipercaya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Sejalan dengan

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL KERUPUK PADA PERUSAHAAN DAGANG MASTOGASARI BOGOR DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengelompokan Biaya. 1-konsep akuntansi biaya 04/01/14

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

VARIABEL COSTING SBG ALAT BANTU MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini dimana semakin majunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : Metode Full Costing dan Variabel Costing

Modul ke: Akuntansi Manajemen 05FEB. Variable Costing. Fakultas. Diah Iskandar SE., M.Si & Lawe Anasta.,S.E.,M.S.,Ak. Program Studi Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II DESKRIPSI ASPEK ASPEK USAHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba maksimum secara terus-menerus

ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL DALAM PERENCANAAN LABA PADA HOME INDUSTRI TEMPE SETIA BUDI MEDAN

Transkripsi:

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING (Kasus Pada Baso Urat Gatot Kaca) Karangan Ilmiah yang Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Akuntansi Biaya Oleh Hasan Sunarto 431492010306023 Riki Juniar 431492010206020 Departemen Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pandu Madania Bogor 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang telah berdiri tentunya ingin berkembang dan terus menjaga kelangsungan hidupnya, untuk itu pihak manajemen perusahaan perlu membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja. Kebijakan tersebut dapat berupa penetapan harga pokok produksi, yaitu dengan cara menekan biaya produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas dari barang atau produk yang dihasilkan, sehingga harga pokok produk satuan yang dihasilkan perusahaan lebih rendah dari yang sebelumnya. Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk menetapkan harga jual yang tepat dengan laba yang ingin diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dengan perusahaan perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Hal ini tentunya tidak terlepas dari tujuan didirikannya perusahaan yaitu agar modal yang ditanamkan dalam perusahaan dapat terus berkembang atau dengan kata lain mendapatkan laba semaksimal mungkin. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing dengan produk sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu rendah akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula. Kedua 1

hal tersebut dapat diatasi dengan penentuan harga pokok produksi dan harga jual yang tepat. 1.2 Perumusan Masalah Karangan ilmiah ini akan menyajikan dan membahas secara sederhana akuntansi biaya dan beberapa hal yang berhubungan dengannya. Dan secara lebih khusus, pembahasan akan memperlihatkan data harga pokok produksi melalui metode full costing atau biaya penuh. Adapun data yang disajikan merupakan data hasil survey langsung kepada pelaku usaha, yakni pedagang baso. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam karangan ilmiah ini bertujuan antara lain: a. Mempelajari dan menyajikan akuntansi biaya secara sederhana. b. Sebagai langkah awal dan sarana pembelajaran dalam penyusunan karangan ilmiah. c. Untuk memenuhi tugas akhir semester III mata kuliah Akuntansi Biaya tahun ajaran 2007/2008. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya. 2.2 Pengertian Biaya Produksi Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). 2.2.1 Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Contoh bahan baku langsung adalah kayu untuk 3

pembuatan meubel dan tanah liat untuk pembuatan genteng. Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan baku langsung adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. Sebagai contoh, paku untuk membuat peralatan meubel merupakan bagian dari barang jadi, namun agar perhitungan biaya meubel tersebut bisa dilakukan secara cepat, bahan ini dapat diklasifikasikan sebagai bahan baku tidak langsung. 2.2.2 Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja langsung adalah karyawan atau karyawati yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya untuk ini meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu. 2.2.3 Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu kumpulan dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan tidak langsung. Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau tujuan akhir biaya. Biaya overhead pabrik (FOH) terdiri dari biaya FOH tetap dan biaya FOH variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu, biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Ada juga yang dinamakan 4

biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 2.3 Penghitungan Harga Pokok Produksi Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable. Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak diperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk. Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu Full/Absortion/Conventional Costing dan Variable/Marginal/Direct Costing. Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap FOH Tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan rugi-laba. 2.3.1 Metode Full Costing Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal 5

atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual. Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa FOH Tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut. 2.3.2 Metode Variable Costing Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Variable costing beranggapan bahwa FOH Tetap tadi tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya FOH Tetap dimasukkan dalam kelompok period cost (biaya periode). 6

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian yang penyusun lakukan melibatkan pedagang baso yang memiliki kios baso di daerah Malabar Kota Bogor. Kios tersebut diberi nama Kios Baso Urat Gatot Kaca (BUGK). Adapun pengelolanya, ketika penyusun mengadakan penelitian, hanya satu orang saja yaitu Mas Wahidi. 3.1.1 Sejarah Singkat BUGK Kios BUGK ini merupakan salah satu cabang usaha CV Yasmin. Bagi CV Yasmin, hanya kios inilah yang bergerak dalam bidang makanan, sementara usaha yang lain bergerak di bidang jasa yakni digital printing, percetakan, rental komputer dan internet, dan fotocopy center. Berkenaan kios BUGK, sebenarnya kios ini merupakan usaha lanjutan, yang sebelumnya kios baso telah dibuka di Bangbarung berdekatan dengan kantor pusat CV Yasmin, namun kemudian tutup. Selang beberapa minggu kemudian, yaitu pada tanggal 9 Januari 2008, kios baso pun dibuka kembali di daerah Malabar, tepatnya di Malabar Ujung yang berdekatan dengan Yasmin bawah, rental komputer dan internet (salah satu cabang CV Yasmin). Untuk mengawali usaha BUGK ini, modal yang dikucurkan oleh pemilik sebesar Rp 600.000,00. Modal tersebut merupakan biaya operasional kios, atau biaya belanja bahan-bahan baso sehingga baso siap dihidangkan untuk konsumen. 7

3.1.2 Struktur Organisasi Cukup sederhana untuk menggambarkan struktur organisasi BUGK. Seperti yang dipaparkan sebelumnya, hanya satu pengelola untuk menangani BUGK, yaitu Mas Wahidi. Mas Wahidi menjelaskan, dalam hal pertanggungjawaban usaha dan laporan keuangan, berhubungan langsung dengan pemilik CV Yasmin setiap bulannya. Sehingga struktur organisasi digambarkan sebagai berikut: Gambar 1 Struktur Organisasi Pemilik CV Yasmin Pengelola BUGK Garis Perintah Garis Pertanggungjawaban dan Pelaporan 3.2 Pembahasan 3.2.1 Bahan dan Alat Produksi a. Bahan Secara umum bahan-bahan untuk pembuatan semangkok baso bukan suatu hal yang bersifat rahasia. Hampir semua penikmat dan penggemar baso, pasti mengetahuinya. Hanya saja, ada rahasia tersendiri bagi para pedagang baso untuk meracik bumbu-bumbu baso tersebut. Bahan utama untuk membuat baso urat yaitu daging yang dicampur urat. Secara terperinci bahan yang digunakan untuk membuat baso adalah: 8

Tabel 1 Bahan pembuatan baso No Keterangan 1 Daging 2 Urat 3 Mie kuning 4 Mie putih 5 Sayuran (toge, sawi, seledri, dll) 6 Saos 7 Kecap 8 Cuka 9 Cabe 10 Bawang goreng 11 Garam 12 Penyedap rasa 13 Bahan penolong (air) b. Alat Berkenaan dengan peralatan yang digunakan pada usaha BUGK ini, penyusun mengkategorikan peralatan tersebut menjadi dua bagian, yaitu alat produksi dan alat/item pendukung. Alat produksi ini berhubungan langsung dengan proses pembuatan baso. Alat produksi tersebut adalah : Tabel 2 Alat Produksi No Keterangan 1 Kompor gas + tabung 2 Kompor 3 Panci air baso 4 Panci masak air 5 Baskom besar 6 Wajan 7 Pisau 8 Talenan 9 Sendok baso 10 Saringan 11 Wadah bumbu 9

Adapun peralatan dan item pendukung yang digunakan adalah : Tabel 3 Alat/item pendukung No Keterangan 1 Gerobak bakso 2 Rak piring 3 Lap 4 Meja 5 Kursi 6 Mangkok 7 Sendok 8 Garpu 9 Tempat Sendok 10 Gelas 11 Wadah tisu 12 Dispenser 13 Asbak 3.2.2 Siklus Produksi Asumsi dasar yang penyusun gunakan berkenaan dengan siklus produksi dalam penelitian ini adalah siklus penjualan harian. Dengan kata lain, siklus ini dimulai dari belanja bahan-bahan, buka kios, penjualan baso, hingga kios tutup. 3.2.3 Data Biaya dan Volume Produksi Untuk perlu diketahui, bahwa usaha BUGK ini merupakan usaha yang menggunakan model usaha bagi hasil, sehingga untuk biaya tenaga kerja ditiadakan. a. Data Biaya Tabel 4 Biaya bahan-bahan No Keterangan Harga (Rp) 1 Daging 255.000 2 Urat 84.000 3 Mie kuning 20.000 4 Mie putih 20.000 5 Toge, sayur, seledri 12.000 6 Saos 30.000 7 Kecap 21.000 8 Cuka 4.000 10

No Keterangan Harga (Rp) 9 Cabe 5.500 10 Bawang goreng 21.000 11 Garam 2.000 12 Penyedap rasa 10.500 13 Biaya giling 23.000 Total 508.000 No Keterangan Banyak Tabel 5 Biaya Peralatan Harga (Rp) Total (Rp) Masa pakai *) **) Penyusutan per bulan per hari (Rp) (Rp) 1 Gerobak bakso 1 500.000 500.000 5 8.333 278 2 Kompor gas + tabung 1 475.000 475.000 3 13.194 440 3 Kompor 2 75.000 150.000 1 12.500 417 4 Panci air baso 1 275.000 275.000 1 22.917 764 5 Panci masak air 1 50.000 50.000 1 4.167 139 6 Baskom besar 1 5.000 5.000 1 417 14 7 Wajan 1 35.000 35.000 1 2.917 97 8 Pisau 2 2.500 5.000 0,5 833 28 9 Talenan 1 5.000 5.000 1 417 14 10 Sendok baso 1 10.000 10.000 1 833 28 11 Saringan 1 10.000 10.000 1 833 28 12 Wadah bumbu 4 7.500 30.000 1 2.500 83 13 Rak piring 1 100.000 100.000 2 4.167 139 14 Lap 6 3.333 20.000 0,5 3.333 111 15 Meja 4 50.000 200.000 2 8.333 278 16 Kursi 16 23.000 368.000 2 15.333 511 17 Mangkok 30 2.500 75.000 2 3.125 104 18 Sendok 30 583 17.500 2 729 24 19 Garpu 30 583 17.500 2 729 24 20 Tempat Sendok 4 4.000 16.000 2 667 22 21 Gelas 30 833 25.000 2 1.042 35 22 Wadah tisu 4 10.000 40.000 2 1.667 56 23 Dispenser 1 100.000 100.000 1 8.333 278 24 Asbak 4 2.500 10.000 2 417 14 Total 2.539.000 117.736 3.925 Keterangan : *) per tahun dan habis pakai **) metode yang digunakan adalah metode rata-rata 11

Tabel 6 Biaya lain-lain No Keterangan Per bulan Per hari (Rp) (Rp) 1 Biaya sewa gedung ***) 666.667 22.222 2 Biaya listrik 100.000 3.333 3 Biaya Air 150.000 5.000 4 BBM 17.500 Total 48.055 Keterangan : ***) Biaya sewa gedung adalah Rp 800.000,00 per tahun 3.2.4 Perhitungan HPP Total Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa asumsi dasar yang digunakan adalah asumsi penjualan harian, sehingga HPP total yang dimaksud dalam penelitian ini adalah HPP per hari. Tabel 7 HPP Total No Keterangan Per hari (Rp) 1 Biaya bahan-bahan 508.000 2 Biaya Overhead - BBM 17.500 - Biaya sewa gedung 22.222 - Biaya listrik 3.333 - Biaya Air 5.000 - Biaya Penyusutan 3.925 Total 559.980 Rp559.980,00. Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa HPP total pada BUKG adalah sebesar 3.2.5 Perhitungan HPP Per Satuan Untuk HPP per satuan yang penyusun maksudkan disini adalah HPP untuk menghasilkan semangkok baso, sehingga perhitungan HPP per satuan untuk 12

BUKG adalah HPP total harian dibagi dengan jumlah baso yang dihasilkan dalam satuan mangkok. Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut: HPP Total Harian HPP Per Satuan Jumlah baso dalam satuan mangkok Sementara, untuk jumlah baso yang dihasilkan dengan bahan-bahan yang dipaparkan di atas, dapat menghasilkan rata-rata 125 mangkok baso. Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa HPP per satuan pada BUKG adalah sebesar Rp4.480,00. Perhitungannya adalah: HPP 559.980 Per Satuan 4.480 125 13

BAB IV KESIMPULAN Kesalahan dalam perhitungan HPP dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Oleh karena perhitungan HPP pun menjadi satu hal penting untuk dilakukan bagi setiap perusahaan. Salah satu unit usaha dari CV Yasmin yaitu BUKG yang terletak di Malabar Ujung, Bogor, setelah dilakukan penelitian sederhana berkenaan dengan perhitungan HPP dengan metode full costing, telah diketahui bahwa HPP total hariannya adalah Rp559.980,00, dan HPP per satuan atau HPP per mangkoknya adalah Rp4.480,00. Dengan penjualan dengan harga Rp5.000,00 per mangkoknya, BUKG masih mendapatkan keuntungan sebesar Rp520,00. 14