45 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Pada bagian ini akan disajikan statistik deskriptif dari semua variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Net Profit Margin (NPM), Current Ratio (CR), Growth dan EPS. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data. Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 20 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DPR 75,0178,9883,397253,2519193 NPM 75,0376,4581,168633,0948789 CR 75,0537 4,6839 2,134304 1,2232480 GROWTH 75 -,0779,2933,105979,0964931 EPS 75 121,00 767,52 330,8359 145,03575 Valid N (listwise) 75 Sumber : data sekunder yang diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini adalah 75 data. Dan diketahui bahwa DPR terendah adalah 0,01 pada tahun 2009 oleh PT. Malindo Feedmill Tbk, DPR tertinggi adalah 0,98 pada tahun 2011 oleh PT. Unilever Indonesia Tbk. Diketahui bahwa NPM terendah adalah 0,03 pada tahun 2010 oleh PT. Sucaco Tbk, NPM tertinggi adalah 0,45
46 pada tahun 2011 oleh PT. Unilever Indonesia Tbk. Diketahui bahwa CR terendah adalah 0,05 pada tahun 2009 oleh PT. Asahimas Flat Glass Tbk, CR tertinggi adalah 4,68 pada tahun 2011 oleh PT. Unilever Indonesia Tbk. Diketahui bahwa Growth terendah adalah -0,07 pada tahun 2011 oleh PT. Champion Pasific Indonesia Tbk, dan Growth tertinggi adalah 0,29 pada tahun 2010 oleh PT. Champion Pasific Indonesia Tbk. Diketahui bahwa EPS terendah adalah Rp121,00 pada tahun 2009 oleh PT. Gudang Garam Tbk, dan EPS tertinggi adalah Rp767,52 pada tahun 2011 oleh PT. Champion Pasific Indonesia Tbk. B. Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Analisis parametric seperti regresi linier mensyaratkan bahwa data harus terdistribusi dengan normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak, ada dua cara untuk mendeteksinya, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik merupakan cara termudah untuk melihat normalitas residual dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Hasil pengujian normalitas tampak dalam tabel 4.2 sebagai berikut :
47 Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 75 Normal Parameters a,b Mean 0E-7 Std. Deviation,10628684 Most Extreme Differences Absolute,072 Positive,044 Negative -,072 Kolmogorov-Smirnov Z,625 Asymp. Sig. (2-tailed),829 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : data sekunder yang diolah Dari data diatas dapat dilihat bahwa besarnya nilai kolmogorov- Smirnov Z adalah 0,625 dan angka signifikasi sebesar 0,829 diatas nilai signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi secara normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar variabel independennya sama dengan nol. Multikoliniearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mendeteksi
48 ada tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF. Tabel 4.3 Multikoliniearitas dengan Tolerance dan VIF Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics Coefficients Coefficients B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant),140,053 2,638,010 NPM,729,220,274 3,307,001,369 2,707 1 CR,031,012,149 2,473,016,698 1,432 GROWTH -,974,171 -,373-5,705,000,594 1,683 EPS,001,000,300 3,925,000,437 2,290 a. Dependent Variable: DPR Sumber : data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai semua variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen diatas tidak menunjukkan adanya gejala Multikoliniearitas pada model regresi. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain sama maka disebut sebagai homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang bersifat homokedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi heterokedastisitas. Salah satunya adalah melihat Grafik Plot antara nilai
49 prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Gambar 4.1 Dengan melihat grafik Scatterplot diatas, terlihat bahwa titik-titik menyebar dengan pola secara acak diatas dan tak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi DPR berdasarkan masukan variabel NPM, CR, Growth dan EPS. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson Test. Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan
50 mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen. Tabel 4.4 Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1,907 a,822,812,1092814 1,826 a. Predictors: (Constant), EPS, CR, GROWTH, NPM b. Dependent Variable: DPR Sumber : data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil analisis regresi nilai Durbin Watson sebesar 1,826. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 75 dan jumlah variabel independen (k) = 4 maka diperoleh nilai : dl = 1,510 du = 1,740 Nilai d dalam penelitian ini adalah 1,826. Jika dibandingkan dengan tabel pengambilan keputusan Autokorelasi di tabel 3.4, maka: 1,740 < 1,826 < 4 1,745 => du < d < 4 du Oleh karena itu keputusan yang diambil adalah tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif.
51 C. Uji Hipotesis 1. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya menyatakan seberapa baik suatu model untuk menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai R² yang semakin tinggi menjelaskan bahwa semakin cocok variabel independen menjelaskan variabel dependen. Semakin kecil nilai R² berarti semakin sedikit kemampuan variabel-variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.5 Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1,907 a,822,812,1092814 a. Predictors: (Constant), EPS, CR, GROWTH, NPM b. Dependent Variable: DPR Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan output SPSS diatas tampak bahwa hasil dari perhitungan nilai Adjusted (R²) 0,812 atau sebesar 81,2%. Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen yaitu NPM, CR, Growth dan EPS terhadap variabel dependen yaitu kebijakan deviden (DPR) yang dapat dijelaskan oleh model persamaan ini adalah sebesar 81,2% sedangkan sisanya 18,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
52 2. Uji F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Tabel 4.6 Uji F ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 3,860 4,965 80,811,000 b 1 Residual,836 70,012 Total 4,696 74 a. Dependent Variable: DPR b. Predictors: (Constant), EPS, CR, GROWTH, NPM Sumber : data sekunder yang diolah Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 80,811 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel NPM, CR, Growth dan EPS berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan deviden (DPR). 3. Uji T Uji T digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen yang digunakan terhadap variabel dependen secara parsial.
53 Tabel 4.7 Uji T Coefficients a Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant),140,053 2,638,010 NPM,729,220,274 3,307,001 1 CR,031,012,149 2,473,016 GROWTH -,974,171 -,373-5,705,000 EPS,001,000,300 3,925,000 a. Dependent Variable: DPR Sumber : data sekunder yang diolah Hasil analisis berdasarkan tabel 4.7 adalah sebagai berikut: 1) NPM terhadap DPR H 1, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.001 < 0.05 (H 1 diterima), maka NPM secara statistik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. 2) CR terhadap DPR H 2, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.016 < 0.05 (H 2 diterima), maka CR secara statistik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. 3) Growth terhadap DPR H 3, diperoleh signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 (H 3 diterima), maka Growth secara statistik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR.
54 4) EPS terhadap DPR H 4, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 > 0.05 (H 4 diterima), maka EPS secara statistik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. 4. Analisis Regresi Linear Berganda Dengan melihat tabel 4.6 dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : DPR = 0,140 + 0,729NPM + 0,031CR 0,974GROWTH + 0,001EPS + e Persamaan regresi diatas dapat diartikan sebagai berikut : 1. Besarnya konstanta adalah 0,140. Hal ini menunjukkan semua variabel berpengaruh terhadap kebijakan deviden. 2. Variabel Net Profit Margin (NPM) dengan nilai 0,729 bertanda positif yang artinya NPM mempunyai hubungan yang searah terhadap kebijakan deviden atau setiap kenaikan 1% maka akan menyebabkan bertambahnya kebijakan deviden sebesar 72%. 3. Variabel Current Ratio (CR) dengan nilai 0,031 bertanda positif yang artinya CR mempunyai hubungan searah terhadap kebijakan deviden atau setiap kenaikan 1% maka akan menyebabkan bertambahnya Kebijakan deviden sebesar 3,1%. 4. Variabel Growth dengan nilai -0.974 bertanda negatif yang artinya Growth mempunyai hubungan berlawanan terhadap kebijakan deviden atau setiap kenaikan 1% maka akan menyebabkan berkurangnya kebijakan deviden sebesar 97%.
55 5. Variabel Earning per Share (EPS) dengan nilai 0,001 bertanda positif yang artinya EPS mempunyai hubungan searah terhadap kebijakan deviden atau setiap kenaikan 1% maka akan menyebabkan bertambahnya Kebijakan deviden sebesar 0,1%. D. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Kebijakan deviden (DPR) dapat dijelaskan oleh profitabilitas (NPM), likuiditas (CR), Growth, dan EPS karena keempat variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kebijakan deviden (DPR). 1. Analisis Pengaruh Net Profit Margin terhadap Kebijakan Deviden Pada variabel ini, dijelaskan bahwa Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kebijakan Deviden (DPR). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) yang menganalisis hubungan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serentak antara CR, DER, NPM, dan ROI terhadap DPR. Current Ratio (CR) dan Return On Investment (ROI) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial. Hubungan positif ini mengindikasikan bahwa deviden perusahaan adalah dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka
56 keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya Dividend Payout Ratio. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Analisis Pengaruh Current Ratio terhadap Kebijakan Deviden Pada variabel ini, dijelaskan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan deviden. Current Ratio merupakan salah satu ukuran dari likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Current Ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 2001). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2009) berpendapat bahwa ketersediaan uang kas menunjukan tingkat dividen yang dibagikan. Sebuah ide yang telah diterima secara umum bahwa ketika perusahaan menghadapi masalah keuangan (kekurangan uang), manajer dapat membatasi pertumbuhan dividennya.
57 3. Analisis Growth terhadap Kebijakan Deviden Dalam penelitian ini, Growth yang di hitung dengan total Asset menunjukkan variabel Growth berpengaruh negatif dan memiliki pengaruh signifikan terhadap Kebijakan deviden. Menurut Puspita (2009) menyatakan bahwa growth mempunyai hasil signifikan negatif terhadap DPR menunjukkan bahwa manajemen perusahaan juga mempertimbangkan faktor growth dalam hal ini pertumbuhan asset perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen. Hal ini menjadi perhatian bagi para investor untuk memperhatikan faktor growth ini dalam mengambil keputusan investasinya karena apabila asset perusahaan meningkat maka kecenderungan untuk menurunkan dividen. 4. Analisis Earning Per Share terhadap Kebijakan Deviden Pada variabel ini, dijelaskan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kebijakan Deviden (DPR). Faktor ini juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan deviden. Deviden adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan dari jumlah saham yang beredar, oleh karena itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Oleh karena itu deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi deviden payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai deviden. Dengan kata lain semakin besar
58 keuntungannya yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar deviden.