IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI DI KELURAHAN KAKENTURAN DUA KECAMATAN MAESA KOTA BITUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah. Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi.

Gilang Wiryanu Murti. DO NOT COPY.

PNPM MANDIRI PERDESAAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. PIPPK di Kecamatan Panyileukan, dapat kita analisa melalui teori implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun terbagi kepulauan-kepulauan, dan suku bangsa tanpa perbedaan. 1 Hal ini merupakan

PEMERINTAH KOTA BITUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAHAN TAYANG MODUL 5

BAB I PENDAHULUAN. empat dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. (Pemekaran setelah Undang-Undang Otonomi Khusus) yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia

SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN TERHADAP PENANAMAN MODAL DALAM PENANAMAN MODAL DI KOTA PADANG

SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

BAB I PENDAHULUAN. Dasar 1945, bahwa cita-cita bangsa Indonesia adalah untuk melindungi. segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu Sumber Daya Manusia(SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat,

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

ANALISIS DAMPAK PROGRAM SIMPANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN BANGUNSARI, KECAMATAN DOLOPO, KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN pada alinea ke empat yang dijadikan sebagai landasan pembangunan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai terjemahan istilah society merupakan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

STUDI TENTANG UPAYA UPT

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JURNAL LOGIKA, Volume XI, No 2, Tahun 2014 ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan

ANALISIS KRITIS PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PKL PERSPEKTIF KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

2. Makna Proklamasi Kemerdekaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik. Andalas OLEH : ETRIO FERNANDO

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa,

Peran dinas perhubungan dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Magelang

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

Pemberdayaan dan Keberdayaan dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Tanjung Luar Lombok Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. keadaan dimana masyarakatnya sentosa dan makmur serta berkecukupan, baik dalam

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bukan hanya untuk lapisan tertentu. Pembangunan juga harus

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

Oleh : Indra Gunawan Dimas Andika James Antony. L. F

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bernegara bagi bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung

ABSTRAKSI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 IRIGASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 01 TAHUN 2013

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Seperti yang tercantum di dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGATASI KONFLIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

EFEKTIFITAS PENGAWASAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN SARANA FISIK DI KECAMATAN AERTEMBAGA KOTA BITUNG

Transkripsi:

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI DI KELURAHAN KAKENTURAN DUA KECAMATAN MAESA KOTA BITUNG OLEH FRENNY RUMUAT 100813083 ABSTRAKSI Yang melatar belakangi program BLT tidak lain tidak bukan hanyalah kemiskinan di Indonesia, yang makin hari makin bertambah. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk di Indonesia tergolong miskin. Dan angka ini besar kemungkinan akan terus bertambah setiap tahunnya, dikarenakan populasi yang besar penduduk miskin. Artinya seorang penduduk miskin menikah dengan penduduk miskin menikah dengan wanita miskin akan menambah deretan keluarga miskin dan setelah melahirkan keluarga tersebut juga akan menyumbangkan penduduk miskin baru dearahnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena jarang kita jumpai seorang miskin menikah dengan seorang wanita kaya, konglomerat ataupun jutawan, yang bisa mengangkat taraf perekonomiannya. Kemiskinan di Indonesia sudah sangat komplit keberadaannya. Masyarakat tidak hanya miskin dalam artian tidak punya harta benda saja akan tetapi lebih serius lagi masyarakat Indonesia juga miskin pendidikan, miskin ilmu pengetahuan, miskin kesehatan, miskin asupan gizi, serta miskin tempat tinggal. Secara garis besar Bantuan Langsung Tunai (BLT) dapat dipahami sebagai pemberian sejumlah uang (dana tunai) kepada masyarakat miskin setelah pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM dengan jalan mengurangi subsidi namun selisih dari subsidi itu diberikan kepada masyarakat miskin. LATAR BELAKANG Bagi bangsa Indonesia yang berasaskan Pancasila, menggerakkan ekonomi adalah untuk mencapai tujuan kemakmuran bersama yang dinyatakan dalam Sila

ke Lima dari Pancasila yaitu, Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. selain itu Memajukan Kesejahteraan umum merupakan tanggung jawab pemerintah seperti yang telah tertera dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat yaitu Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial Salah satu program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan atau memajukan kesejahteraan umum adalah dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Bantuan langsung tunai (BLT) mulai terlaksana melalui Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 2005, tentang pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga miskin dan Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2008, tentang pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai untuk rumah tangga sasaran. Tujuan yang diharapkan melalui kebijakan program ini adalah dapat menjawab persoalan kemiskinan di Indonesia, sebagai akibat dari segenap perubahan yang telah terjadi, baik secara nasional maupun global.sebagai suatu program dan kebijakan nasional, program BLT mempunyai latar belakang pelaksanaan yang sistimatis, baik secara deskriptif analisis kondisional maupun deskriptif operasional perundang-undangan. Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki gunung Duasudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh. Banyak penduduk Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang ada di Bitung tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa Utara tersebut. Kota Bitung merupakan kota industri, khususnya industri perikanan.

Melihat tingkat kesejahteraan di kota Bitung tepatnya di kecamtan Maesa kelurahan Kakenturan dua mempunyai persoalan yang cukup kompleks mengenai kemiskinan atau penyandang masalah kesejahteraan sosial. Untuk itu penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari tahu sejauh mana implementasi kebijakan Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Kakenturan dua Kecamatan Maesa Kota Bitung. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang maka dirumuskanlah permasalahan akan diteliti yaitu : Bagaimanakah implementasi kebijakan Bantuan Langsung Tunai pada pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan di kota Bitung Kecamatan Maesa Kelurahan Kakenturan dua? GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsisulawesi Utara. Kota ini memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki gunung Duasudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh. Banyak penduduk Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang ada di Bitung tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa Utara tersebut. Kota Bitung merupakan kota industri, khususnya industri perikanan. Dasar hukum kota Bitung Undang-Undang no 7 tahun 1990. Luas kota Bitung 304 km 2, dengan populasi penduduk total 175.137 jiwa (2010) kepadatan penduduk 576,11 jiwa/km 2. Berdasarkan Perda kota Bitung no 03 tahun 2007 tentang perubahan nama, pemekaran serta pembentukan kecamatan dan kelurahan di kota bitung, dan berdasarkan peraturan Walikota Bitung no 5 tahun 2007 tentang peresmian hasil pemekaran, wilayah kota Bitung mengalami pemekaran menjadi 8 kecamatan dan terdiri dari 69 kelurahan. Terdiri dari :

1. Kecamatan Ranowulu meliputi 11 kelurahan 2. Kecamatan Matuari meliputi 8 kelurahan 3. Kecamatan Girian meliputi 7 kelurahan 4. Kecamatan Madidir meliputi 8 kelurahan 5. Kecamatan Maesa meliputi 8 kelurahan 6. Kecamatan Aertembaga meliputi 10 kelurahan 7. Kecamatan Lembeh Utara meliputi 10 kelurahan 8. Kecamatan Lembeh Selatan meliputi 7 kelurahan PEMBAHASAN Dalam pelaksanaan struktur organisasi tidak selalu berjalan lancar, pasti akan ada yang menjadi faktor penghambatnya, begitu pula dengan implementasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kelurahan Kakenturan dua Kecamatan Maesa Kota Bitung, sebagian penduduk atau masyarakat miskin tidak menerima Bantuan tersebut dengan alasan tidak terdaftar sebagai penerima bantuan sedangkan fakta di lapangan yang saya temukan masyarakat yang mampu atau dengan kata lain Kepala keluarganya memiliki penghasilan tetap setiap bulannya menerima bantuan tersebut. Pada umumnya pencairan BLT dilakukan di kantor pos terdekat setiap hari kerja, ataupun setiap hari apabila keadaan mendesak. Pencairan dijadwalkan setiap hari yang ditentukan dan diatur pada hari tersebut masyarakat dari kelurahan mana yang akan dicairkan dana BLT nya, dan tidak akan dilayani bagi masyarakat dari luar kecamatan/kelurahan yang telah ditentukan. Pemerintah telah menginformasikan kepada masyarakatnya untuk datang dan mengambil data BLT nya pada hari yang ditentukan dikantor pos terdekat, dengan membawah persyaratan persyaratan yang telah ditentukan. Menurut hasil penelitian di lapangan ada 11 keluarga tidak mampu yang tidak menerima BLT, sebagian dari keluarga ini menolak untuk diwanwancarai. Hasil ini saya ketahui melalui wawancara dengan masyarakat kelurahan Kakenturan dua

yang bersedia untuk di wawancarai dan dianggap mengetahui tentang pendataan penerima BLT tersebut. Dampak BLT terhadap kesejahteraan rakyat ini terlihat pada prioritas masyarakat miskin dimana prioritas penggunaan uang BLT paling utama adalah sembako. Hal ini menunjukan bahwa BLT belum efisien dalam memenuhi kebutuhan masyarakat miskin karena prioritas utama dari BLT tersebut masih untuk kebutuhan dasar. Namun BLT tersebut memiliki manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan hidup masyarakat miskin terutama dalam pemenuhan kebutuhan. Selain itu BLT tidak terpengaruh terhadap kinerja masyarakat miskin karena masyarakat miskin tidak bisa hidup jika hanya menggantungakan penerimaannya pada BLT. Banyak kelemahan-kelemahan dan masalah masalah yang ditimbulkan oleh kebijakan BLT ini, antara lain : 1. Kebijakan BLT bukan kebijakan yang efektif dan efisien untuk menyelesaikan kemiskinan di Indonesia, ini dikarenakan kebijakan ini tidak mampu meningkatkan derajat dan tingkat kesejahteraan masyarakat miskin. 2. Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana BLT yang tidak dapat diukur dan diawasi karena lemahnya fungsi pengawasan pemerintah terhadap kebijakan tersebut. 3. Kebijakan BLT memiliki kecenderungan menjadi pemicu konflik sosial di masyarakat. 4. Validitas data masyarakat miskin yang diragukan sehingga akan berdampak pada ketepatan pemberian dana BLT kepada masyarakat yang berhak 5. Peran aktif masyarakat yang kurang / minim, sehingga optimalisasi kinerja program yang sulit direalisasikan 6. Dari sisi keuangan negara, kebijakan BLT merupakan kebijakan yang bersifat menghambur hamburkan uang negara karena kebijakan tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan secara berkelanjutan dan tidak mampu menstimulus produktifitas masyarakat miskin. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis pada bagian hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di tarik kesimpulan : 1. Implementasi Kebijakan pemerintah dalam memberikan bantuan kepada rakyat miskin berupa BLT nampaknya masih menimbulkan dampak negative. Karena pembagian BLT itu sendiri masih belum tepat sasaran pada masyarakat miskin, masih banyak terdapat kekeliruan dalam proses pendataan masyarakat miskin. 2. Kebijakan BLT tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi masyarakat miskin di Kelurahan Kakenturan dua. Ini disebabkan nominal BLT yang diberikan tidak seimbang dengan biaya hidup yang ditanggung oleh masyarakat akibat kenaikan BBM. 3. Kebijakan BLT memiliki kecenderungan menjadi pemicu konflik sosial di masyarakat akibat adanya masyarakat yang derajat ekonomi tinggi menerima BLT sedangkan yang hidup dibawah garis kemiskinan tidak terdaftar sebagai penerima BLT. SARAN Adapun saran saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini, antara lain : 1. Kiranya para petugas pendata / kepala kepala lingkungan setempat memberitahu kapan akan di laksanakannya pendataan masyarakat miskin. 2. Karena kita tidak ingin masyarakat Indonesia akan selamanya ketergantungan kepada orang lain. Oleh karena itu menurut saya sebaiknya dari pada memberikan BLT lebih baik membangun lapangan kerja sehingga untuk mempekerjakan masyarakat yang miskin dan pengangguran karena apabila tidak sebagai orang yang berekonomi menengah kebawah akan semakin sulit bertahan hidup, sekarang saja sudah banyak fenomena yang mempersulit hidup masyarakat menengah kebawah sebagai contoh banyak di rumah sakit yang menolak pasien hanya karena meraka tidak mampu membayar biaya rumah sakit, ditambah lagi dengan kenaikan harga-harga bahan pokok yang semakin memberatkan masyarakat.

3. Para petugas pendata keluarga penerima BLT harus lebih adil dalam mendata, tidak melakukan nepotisme agar kebijakan bantuan langsung tunai ini dapat tersalur dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Bungin. 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta:Grafindo Persada H, Tanjung. 2003, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfa Beta Moleong, Lexy J,Dr.M.A. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Parsudi Suparlan, 1984, Kebudayaan Kemiskinan, dalam Kemiskinan di Perkotaan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia Sinar Harapan Soetomo, 2008. Masalah Sosial dan upaya Pemecahanya. Yogyakarta: Pustaka. Dyah Kartika,2007, Analisis Kebijakan Publik : Konsep dan aplikasi Analisis proses kebijkan publik, Malang. Abdul Wahab, Solichin, 2006. Analisis Kebijakan : dari formulasi ke implementasi kebijakan negara. Jakarta : Bumi Aksara Dunn, N,william, 2006. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (edisi 2), Gadjah Mada University Press. Adi, Isbandi Rukminto, 2008, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakatsebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bappenas (2004), dalam Diah, 2007 Bappenas. (2004), Penanggulangan Kemiskinan Desa, Jakarta Rencana Strategis Pangkerego Sumarauw Aneke, 1993, Cerita Rakyat Minahasa Volume 1, PT Grasindo Hikmat, Harry, 2001, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Utama Press, Bandung

Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. CIDES. Jakarta. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT Refika Aditama. Bandung. Pranarka, AMW dan Prijono, Onny S (ed). 1996. Kebijakan dan Implementasi. CSIS. Jakarta. Pemberdayaan, Konsep, Soegijoko dan Kusbiantoro. 1997. Bunga Rampai Perencanaan Pembangunan di Indonesia. Grasindo. Jakarta. Strahm, Rudolf H. 1999. Kemiskinan Dunia Ketiga Menelaah Kegagalan Pembangunan di Negara Berkembang. CIDES, Jakarta. Sahdan, G. 2005. Menanggulangi Kemiskinan di Indonesia. Jurnal ekonomi rakyat. Jakarta. Poerwardaminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka. Indonesia. Arifin, B. Dan D. J. Rachbini. 2001. ekonomi politik dan kebijakan publik. Jakarta : INDEF-UI Referensi Peraturan-Peraturan : Pembukaan UUD 1945 Pancasila InPres RI No. 12 Tahun 2005 InPres RI No. 3 Tahun 2008 Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007