HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING Lindy Agraini Patiro*, Wulan P.J Kaunang*, Nancy S.

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI

tujuan mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai derajat kesehatan tersebut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TB PARU DI RW 09 KELURAHAN JEMBATAN BESI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS 23 ILIR PALEMBANG TAHUN 2014

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

Hubungan Antara Pencahayaan Rumah, Kepadatan Penghuni dan Kelembaban, dan Risiko Terjadinya Infeksi Tb Anak SD di Kabupaten Jember

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH SANITASI RUMAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS MENGWI I TAHUN 2013

Kata Kunci: Merokok, Kepadatan Hunian, Ventilai, TB Paru

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN KONDISI RUMAH SEHAT DENGAN FREKUENSI SESAK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

ABSTRAK. Hera.T.S. Batti *, dr. Budi. T Ratag, MPH *, Prof. dr. Jootje. M.L. Umboh, MS*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

KEPADATAN HUNIAN, VENTILASI DAN PENCAHAYAAN TERHADAP KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN MAMUJU SULAWESI BARAT

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU (di Wilayah Kerja Puskesmas Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis)

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

Diponegoro, Semarang. Diponegoro, Semarang. Abstract

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

FAKTOR RISIKO KEJADIAN KUSTA DI KOTA MANADO Natalina Silaban*, Wulan P. J. Kaunang*, Windy M. V. Wariki*

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN PERILAKU DAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA BIMA PROVINSI NTB

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 ABSTRACT

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

HUBUNGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS I DAN II KECAMATAN PONTIANAK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

PEMETAAN KASUS TUBERKULOSIS PARU DI KECAMATAN TUMINTING TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

KARAKTERISTIK KONDISI RUMAH PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE DAN MANDAI KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN KONDISI VENTILASI RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO May Liani S. Sinaga*, Joy A. M. Rattu*, Woodford B.S. Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Tuberkulosis paru merupakan penyakit kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan permukiman yang buruk. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan melalui udara yaitu lewat percikan ludah, bersin dan batuk. Penyakit TB paru biasanya menyerang paru dan dapat pula menyerang organ tubuh lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol (case control). Teknik pengambilan sampel menggunakan populasi sampel ditentukan dengan pencocokan (matching) sebanyak 35 responden untuk kasus dan 35 responden untuk kontrol yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Variabel bebas yang diteliti adalah suhu ruangan, pencahayaan alami, kelembaban dan kepadatan hunian kamar tidur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian penyakit Tuberkulosis paru (p=0,002, OR=5,063, 95% CI: 1,79-14,3), terdapat hubungan antara kelembaban dengan kejadian penyakit Tuberkulosis paru (p=0,008, OR=3,852, 95% CI: 1,40-10,5), tidak terdapat hubungan antara pencahayaan alami dengan kejadian penyakit Tuberkulosis paru (p=0,150), dan tidak terdapat hubungan antara kepadatan hunian tidur dengan kejadian penyakit Tuberkulosis paru (p=0,150). Disarankan agar memperhatikan aspek sanitasi rumah sehat pada segi suhu ruangan, pencahayaan, kebiasaan membuka jendela pada pagi hari dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk menghindari penularan penyakit Tuberkulosis paru dan melakukan tindakan promosi kesehatan bagi masyarakat. Kata kunci: Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru ABSTRACT Pulmonary tuberculosis is a chronic and infectious diseases are closely related with poor habitation environtment condition. This disease is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. The disease is transmitted through airborne specifically by droplet, sneezing and coughing. Pulmonary TB disease usually affects the lungs and can also attack other organs. This study is an observational analytic with case-control design. The sampling technique used is determined samples by matching the sample population of 35 respondents to the case and the 35 respondents to the control in accordance with the inclusion and exclusion criteria. Quetionnaire data collection techniques. The independent variables studied were room temperature, natural lightning, humidity and bedroom density. The results showed that there is a significant relation between room temperature with incident of pulmonary tuberculosis disease (p = 0.002, OR = 5.063, 95% CI: 1.79 to 14.3), there is a significant relation between humidity with incident of pulmonary tuberculosis disease (p = 0.008, OR = 3.852, 95% CI: 1.40 to 10.5), there is no significant relation between natural lighting with incident of pulmonary tuberculosis disease (p = 0.150), and there is no significant relationship between bedroom density with incident of pulmonary tuberculosis disease (p = 0.150). Recommended to pay attention to healthly house sanitary aspects in terms of room temperature, lighting, habit of opening the windows in the morning and increase hygiene and healthly behaviors to prevent transmission of pulmonary tuberculosis and doing health promotion for the community. Keywords : House Physical Condition with Pulmonary Tuberculosis. 1

PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan termasuk di dalamnya upaya untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. (Anonim, 2009). Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan permukiman yang buruk. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan melalui udara yaitu lewat percikan ludah, bersin dan batuk. Penyakit TB paru biasanya menyerang paru dan dapat pula menyerang organ tubuh yang lain. Sampai saat ini, TB paru masih menjadi masalah kesehatan di dunia (Kepmenkes, 2010). Berdasarkan data yang dilansir oleh badan kesehatan dunia (WHO), jumlah penderita TBC di Indonesia merupakan yang terbanyak ke-3 di dunia setelah India dan Cina, dengan jumlah penderita sekitar 10% dari total jumlah penderita TBC di seluruh dunia. Pada tahun 2004, penderita TBC diperkirakan sekitar 539.000 kasus baru, dengan angka kematian mencapai 101.000 orang setiap tahun. Insiden kasus BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penderita TB paru di Sulawesi Utara sekitar 0,3 % dari jumlah TB paru nasional (Kemenkes, 2010). Berdasarkan survei awal di peroleh data bahwa jumlah penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Tuminting pada tahun 2014 sebanyak 69 orang (Puskesmas Tuminting, 2014). Observasi langsung di lapangan menunjukkan bahwa di beberapa tempat dalam wilayah kerja Puskesmas Tuminting, masih terdapat rumah penduduk yang kondisi fisiknya tidak memenuhi syarat kesehatan. Contohnya terdapat tiga keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang relatif sempit, ventilasi rumah yang kurang, pencahayaan alami yang kurang karena jendela kurang luas sehingga kurangnya cahaya matahari yang masuk dan mengakibatkan keadaan di dalam rumah cenderung lembab dan gelap. Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian TB paru di Puskesmas Tuminting Kota Manado. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan studi kasus kontrol (case control). 2

Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tuminting kota Manado. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari- November 2014. Populasi dan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan populasi sampel ditentukan dengan pencocokan (matching) sebanyak 35 responden untuk kasus dan 35 responden untuk kontrol yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel Penelitian variabel penelitian ini terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian TB paru. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suhu ruangan, pencahayaan alami, kelembaban, kepadatan hunian. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi pada rumah responden. Alat/ instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar observasi, termometer ruangan, lux meter dan hygrometer. Data yang terkumpul kemudian dilakukan analisis data dalam tabel frekuensi untuk mengetahui hubungan variabel terikat dan variabel bebas secara bivariat digunakan uji chi-square dengan nilai p< 0,05 dan CI: 95%. Untuk OR lebih dari 1, maka adanya faktor risiko. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Suhu Ruangan Hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian penyakit TB paru dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hubungan antara Suhu Ruangan dengan Kejadian Penyakit TB paru Suhu Ruangan Kasus Kontrol Total p value OR 95% n (%) n (%) n (%) CI Tidak memenuhi Syarat 27(77,1) 14(40) 41(58,6) 0,002 5,063 1,79-14,4 Memenuhi syarat 8 (22,9) 21(60) 29(41,4) Total 35 (100) 35(100) 70(100) Berdasarkan analisis hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian penyakit TB paru diperoleh nilai p=0,002. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara suhu ruangan dengan kejadian penyakit TB paru (p>0,5). Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR=5,063 dengan (95% CI: 1,79-14,3). Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki rumah dengan suhu ruangan <18⁰C dan >30⁰C (tidak memenuhi syarat) kemungkinan menderita TB paru sebesar 5,06 kali dibandingkan dengan yang memiliki suhu ruangan 18⁰C-30⁰C (memenuhi syarat). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayomi (2012) yang melakukan penelitian tentang Faktor kesehatan lingkungan rumah yang berhubungan dengan kejadian TB paru, menyatakan bahwa ada hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian TB paru dengan nilai OR= 8,913 dengan nilai 3

p=0,001. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki rumah dengan suhu <18⁰C dan >30⁰C memiliki risiko terkena TB paru sebesar 8,9 kali dibandingkan dengan suhu ruangan 18⁰C-30⁰C. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirawan (2014), yang menyatakan terdapat hubungan antara suhu ruagan dengan kejadian TB paru dengan nilai OR=5,41 dengan nilai p=0,002 dan 95% CI: 1,90-15,39, yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi suhu ruangan <18⁰C dan >30⁰C kemungkinan menderita TB paru sebesar 5,4 kali dibandingkan yang suhu ruangannya 18⁰C-30⁰C. Berdasarkan indikator penghawaan perumahan, suhu rumah yang memenuhi syarat kesehatan adalah antara 18⁰C-30⁰C, dan suhu rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan <18⁰C atau >30⁰C. Suhu dalam rumah akan membawa pengaruh bagi penghuninya. kondisi suhu ruagan yang tinggi dapat menjadi faktor penyebab tingginya prevalensi TB paru (Permenkes, 2011). b. Pencahayaan Alami Hubungan antara Pencahayaan Alami dengan Kejadian Penyakit TB paru dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 11. Hubungan antara Pencahayaan Alami dengan Kejadian TB paru Pencahayaan Alami Berdasarkan analisis hubungan antara pencahayaan alami dengan kejadian penyakit TB paru diperoleh nilai p=0,150. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pencahayaan alami dengan kejadian penyakit TB paru (p>0,05). Karena dimungkinkan ada faktor lain yang mempengaruhi kejadian penyakit TB paru yaitu responden memiliki akses masuknya cahaya matahari yang baik (responden memiliki ventilasi yang cukup dan sering di buka sehingga memudahkan cahaya masuk kedalam rumah). Kasus Kontrol Total n (%) n (%) n (%) Tidak memenuhi Syarat 19(54,3) 13(37,1) 32(45,7) Memenuhi syarat 16(45,7) 22(62,9) 38(54,3) Total 35(100) 35(100) 70(100) Penelitian ini tidak sejalan dengan Rosiana (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pencahayaan alami dengan kejadian penyakit TB paru dengan nilai p= 0,023 dengan OR= 3,889 dengan 95% CI:1,178-12,841, dan sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Sidiq (2013) yang menyatakan adanya faktor risiko terhadap kejadian penyakit TB paru, sebesar 1,07 kali dibandingkan dengan rumah yang memiliki pencahayaan yang baik. Dengan demikian seseorang yang p value 0,15 4

tinggal di rumah dengan pencahayaan <60 lux (tidak memenuhi syarat) dibandingkan dengan orang yang tinggal di rumah dengan pencahyaan alami >60 lux (memenuhi syarat). Responden dengan pencahayaan alami yang memenuhi syarat memiliki akses masuknya cahaya matahari lebih baik. Pencahayaan tersebut dapat masuknya cahaya matahari lebih baik. Pencahayaan tersebut dapat masuk melalui lubang ventilasi, jendela maupun pintu yang sering dibuka, atau dapat melalui genteng kaca. Responden dengan pencahayaan alami tidak diperhatikan agar sinar matahari dapat langsung masuk kedalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Jalan masuknya cahaya berhubungan dengan kondisi fungsi jendela. Disamping sebagai ventilasi, jendela juga sebagai jalan masuknya cahaya. Jalan masuknya cahaya alamiah juga dapat diusahakan dengan genteng kaca. c. Kelembaban Hubungan antara Kelembaban dengan Kejadian Penyakit TB paru dapat dilihat pada tabel 3. memenuhi syarat karena kurangnya akses Tabel 3. Hubungan antara Kelembaban untuk masuknya cahaya ke dalam ruangan dengan Kejadian Penyakit TB paru rumah akibat lubang ventilasi dan jendela yang jarang dibuka. Selain itu beberapa rumah responden jalan masuk cahaya terhalang oleh rumah warga disampingnya karena kondisi rumah yang berdempetan antara satu rumah dengan rumah yang lain. Kelembaban Kasus Kontrol Total p value OR 95% n (%) n (%) n (%) CI Tidak memenuhi Syarat 26(74,3) 15(42,9) 41(58,6) Memenuhi syarat 9(25,7) 20(57,1) 29(41,4) Total 35(100) 35(100) 70(100) P=0,008 3,852 1,40-10,5 Rumah sehat memerlukan cahaya yang cukup khususnya cahaya alami berupa cahaya matahari (UV). Pencahayaan alami ruangan rumah adalah penerangan yang bersumber dari sinar matahari yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk masuknya cahaya matahari alamiah, misalnya melalui jendela atau genting kaca. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteribakteri patogen di dalam rumah, misalnya bakteri TB (Notoatmodjo, 2011). Perlu Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,008 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian penyakit TB paru (<0,05). Hasil analisis pada tabel tabulasi silang terlihat bahwa pada kelompok kontrol sebagian besar kelembaban berada pada 40%-70% (memenuhi syarat) sebanyak 20 responden (57,1%) sedangkan pada kelompok kasus 5

sebanyak 26 responden (74,3%) memiliki kelembaban <40% atau >70% (tidak memenuhi syarat), dari hasil yang diperoleh nilai OR= 3,852 dengan (95% CI: 1,40-10,5) hal ini berarti bahwa responden yang memiliki kelembaban <40% atau >70% kemungkinan menderita penyakit TB paru sebesar 3,8 kali dibandingkan yang memiliki kelembaban 40%-70% (memenuhi syarat). Penelitian ini sejalan dengan Prasetyowati (2009) yang menyatakan adanya hubungan kelembaban dengan penyakit TB paru sebesar 1,2 kali dibandingkan dengan rumah yang memiliki kelembaban yang baik, sejalan juga dengan penelitian Rosiana (2013) yang menyatakan terdapat hubungan kelembaban dengan kejadian penyakit TB paru, nilai OR= 4,033 dengan p=0,032 dan 95% CI: 1,078-15,086, yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi kelembaban <40% atau >70% berisiko terkena penyakit TB paru 4,03 kali dibandingkan dengan kondisi kelembaban 40%-70%. Bila kondisi kelembaban udara didalam ruangan >70% maka akan mempermudah berkembangbiaknya mikroorganisme yang salah satunya Mycobakterium tuberkulosis. Notoadmojo (2007) mengemukakan kuman TB hidup pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi dari hasil beberapa penelitian tersebut maka kelembaban rumah sangat erat kaitannya dengan TB paru karena kelembaban merupakan media tumbuh Mycobakterium tuberkulosis. d. Kepadatan Hunian Hubungan antara Kepadatan Hunian Tidur dengan Kejadian TB paru dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hubungan antara Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB paru Kepadatan Hunian Data hasil tabulasi silang terlihat bahwa pada kelompok kasus sebagian besar memiliki kepadatan hunian tidur <0,5 yaitu sebanyak 19 responden (54,3%) sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar memiliki kepadatan hunian tidur <0,5 sebanyak 13 (37,1%). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,150 yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara kepadatan hunian kamar tidur dengan kejadian penyakit TB paru (p>0,05), karena dimungkinkan ada faktor lain yang mempengaruhi kejadian TB paru yaitu kepadatan hunian tidur yang dipengaruhi oleh sebagian besar responden memiliki hunian tidur yang memenuhi syarat. Kasus Kontrol Total n (%) n (%) n (%) Tidak memenuhi Syarat 19(54,3) 13(37,1) 32(45,7) Memenuhi syarat 16(45,7) 22(62,9) 38(54,3) Total 35(100) 35(100) 70(100) Kepadatan hunian akan memudahkan terjadinya penularan penyakit p value 0,15 6

TB paru di dalam rumah tangga. Bila dalam satu rumah terdapat satu orang penderita TB paru aktif dan tidak diobati secara benar akan menginfeksi anggota keluarga lain terutama kelompok yang rentan seperti balita. Semakin padat huni suatu rumah maka semakin besar risiko penularan. KESIMPULAN Berdasarkan tujuan penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting dimana suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat akan meningkatkan risiko sebesar 5,06 kali dari pada yang memenuhi syarat. 2. Tidak terdapat hubungan antara pencahayaan alami dengan kejadian penyakit TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting. 3. Terdapat hubungan antara kelembaban dengan kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting dimana kelembaban tidak memenuhi syarat akan meningkatkan risiko sebesar 3,8 kali dari pada yang memenuhi syarat. 4. Tidak terdapat hubungan antara kepadatan hunian tidur dengan kejadian penyakit TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting. SARAN 1. Disarankan kepada seluruh petugas kesehatan yang ada di puskesmas Tuminting khususnya dibagian promosi kesehatan perlu adanya intervensi dalam rangka merubah sikap masyarakat yang kurang mendukung dapat dilakukan sejalan dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang persyaratan rumah sehat melalui media penyuluhan (promosi kesehatan) yang melibatkan peran serta aktif masyarakat termasuk tokoh masyarakat, tokoh agama dan organisasi swadaya masyarakat (LSM) serta kepemudaan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tuminting, dan melakukan pemeriksaan dan pengecekan pemberian obat secara berkala supaya tidak menularkan penyakit kepada orang lain. 2. Sebagai penghuni atau pemilik rumah yang sedang dan akan merenovasi rumah disarankan agar memperhatikan aspek sanitasi rumah sehat pada segi suhu ruangan, pencahayaan, kebiasaan membuka jendela pada pagi hari dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk menghindari penularan penyakit tuberkulosis paru terutama bagi masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Sindulang I yang memiliki jumlah kasus TB terbanyak, dan bagi masyarakat yang sudah di 7

diagnosis positif TB paru, harus melakukan pengobatan secara teratur. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. (https:// UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan. pdf Anonim, 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta. https://www.google.com.www.litbang.depkes.go.id.buku_laporan_riskesdas 2010._aporan_riskesdas_2010.pdf Anonim, 2011. Permenkes No 1077 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah. https://permenkes_ttg_pedoman_peny ehatan_udara_dalam_ruang_ruma h.pdf Ayomi, Setiani, & Joko. 2012. Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah dengan Karakteritik Wilayah Sebagai Determinan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 1, No.1.Hal. 1-8 Chandra, B. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC Notoatmodjo. S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo. S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Prasetyowati, W. 2009. Hubungan Antara Pencahayaan Rumah, Kepadatan Penghuni dan Kelembaban, dan Risiko Terjadinya Infeksi Tuberkulosis Anak SD di Kabupaten Jember. Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol.1, No.1. Hal. 88-93 Rosiana, A. 2013. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Semarang. Artikel Jurnal, Vol.2, No.1 Hal. 1-9 Sidiq, Wahiduddin & Dian. 2013. Faktor Lingkungan Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2011.Jurnal MKMI, Vol.9, No.1. Hal. 29-34 Wirawan, S. 2014. Sanitasi Rumah dan Status Gizi sebagai Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Karang Taliwang, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Public Health and Preventive Medicine Archive, Vol.2, No.1. Hal. 68-76 Fahreza, Waluyo & Novitasari. 2012. Hubungan antara Kualitas Fisik Rumah dan Kejadian Tuberkulosis Paru dengan Basil Tahan Asam Positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, Vol.1, No.1. Hal. 99-113 Notoatmodjo. S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta 8