PROTOTIPE PERCOBAAN RUTHERFORD SEBAGAI ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MODEL ATOM RUTHERFORD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA 2 KENDAL

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER DENGAN MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT

PENGARUH MEDIA VISUAL DI RUANG KELAS TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PERIODIK DAN STRUKTUR ATOM KELAS X SMA

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERBASIS QUESTION STUDENT HAVE DENGAN BANTUAN CHEMO-EDUTAINMENT MEDIA KEY RELATION CHART TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

EFEKTIVITAS METODE STUDENT CENTERED LEARNING YANG BERBASIS FUN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI

PENGARUH PENGGUNAAN ULAR TANGGA REDOKS SEBAGAI MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT BERVISI SETS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Berbasis Aktivitas Menggunakan Kartu Pertanyaan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Palu

KOMPARASI HASIL BELAJAR DENGAN METODE TUTOR SEBAYA DAN TEAM WORK LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SUMBER BUNYI DI KELAS IV SD NEGERI 145/IX MUHAJIRIN

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 BINJAI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER DENGAN PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINMENT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

Fitri Agustina Lubis. Abstact. Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), Aktivitas, Sistem Pencernaan Pada Manusia.

TEORI PERKEMBANGAN ATOM

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Eksperimentasi PMRI Berbantuan Alat Peraga dan Media Visual pada Materi Tabung dan Kerucut

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi hasil penelitian. Desain yang digunakan adalah Pretest-

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

PENGARUH PENGGUNAAN ARTIKEL KIMIA DARI INTERNET PADA MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

Terdiri atas inti atom dan elektron yang berada diluar atom. Inti atom tersusun atas proton dan netron.

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Indah Nursuprianah, Aan Ani

Safrina Yulistiani 1 Prodi Pendidikan Matematika UPGRIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan.

Perkembangan Model Atom. Semester 1

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Nonequivalent Control Group Design karena pada kenyataanya penelitian

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak.

PARTIKEL PENYUSUN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian eksperimen dengan desain

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN SISWA. Abstrak. Abstract. Gallant Alim Purbowo, Mashuri, Putriaji Hendikawati

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TAI

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU GIZI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 8 MEDAN

MATEMATIKOMIK SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gorontalo. Penelitian ini adalah eksperimen semu yang menggunakan one group

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH MEDIA PERMAINAN TRUTH AND DARE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA DENGAN VISI SETS

Elia Fardila. Taufik Samsuri. Siti Nurhidayati. 1. Mahasiswi. 2. Dosen Prodi Biologi. 3. Dosen Prodi Biologi

KONTRIBUSI METODE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

PENGARUH PENGGUNAAN CD PEMBELAJARAN INTERAKTIF PROGRAM MACROMEDIA FLASH MX 2004 SEBAGAI MEDIA CHEMO- EDUTAINMENT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA

STUDI KOMPARASI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK DAN ARTIKULASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Journal of Arabic Learning and Teaching

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen

Bunyi Teori Atom Dalton:

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN STRATEGI DISCOVERY- INQUIRY. Abstrak

PERBEDAAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN MEDIA CHART PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

PENGARUH SUMBER BELAJAR BERBASIS LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X

SMART ORBITAL (SO) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA PADA SISWA SMP POKOK BAHASAN KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR

Perbedaan Hasil Belajar Fisika antara Metode Pembelajaran Kumon dan Metode Pembelajaran Group to Group Exchange pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN QSH DAN MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 BANGGAI

METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG. Abstract

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP SIKAP PADA MATEMATEMATIKA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS SISWA IX SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA

TABEL III. 1 PROSES PENELITIAN No Kegiatan Waktu. 1 Pengajuan Sinopsis November Proses pengerjaan proposal Desember 2014

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

Masithoh Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Mukammadiyah Purworejo Abstrak

PENGGUNAAN MODEL LEARNING START WITH A QUESTION DAN SELF REGULATED LEARNING PADA PEMBELAJARAN KIMIA

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Pemanfaatan Media Animasi Dalam Pembelajaran Kimia Untuk meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Di SMAN 12 Pekanbaru

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

RANGKUMAN MATERI. Struktur Atom

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA MATERI CAHAYA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG.

EKPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SETTING KOOPERATIF (RESIK) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SKRIPSI.

Rizki Wahyu Prismayuda Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Journal of Mechanical Engineering Learning

Kata kunci: pembelajaran, alat peraga, non alat peraga, prestasi belajar, pecahan

Pengaruh Media Game Edukasi Teka Teki Pengetahuan Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SDN 03 Protomulyo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DI SDN 11 PINANG SINAWA KABUPATEN SOLOK SELATAN

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TGT DENGAN MODEL DISKUSI DALAM KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

PENGARUH METODE AKTIF TIPE TEAM QUIZ BERBANTUAN QUESTION CARD TERHADAP HASIL BELAJAR. Info Artikel. Abstrak. , T Subroto, W Sunarto

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ADOBE FLASH CS6 PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG KELAS X-AK SMK MUHAMMADIYAH 1 TAMAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CTL DAN PROBLEM POSING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

PERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044

Transkripsi:

PKMI-3-6- PROTOTIPE PERCOBAAN RUTHERFORD SEBAGAI ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MODEL ATOM RUTHERFORD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA 2 KENDAL Khamdan Kurniawan, Amin Purnomo, Ani Rosiyanti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 229. Email: kimia_unnes@plasa.com ABSTRAK Sebagian besar siswa SMA masih sulit memahami model atom Rutherford yang didasarkan pada eksperimen Ernest Rutherford pada tahun 9. Hal ini dikarenakan siswa tidak melakukan eksperimen secara langsung. Oleh karena itu diperlukan alat peraga yang dapat membantu mengatasi kesulitan siswa tersebut yaitu dengan prototipe percobaan Rutherford. Prototipe percobaan Rutherford merupakan alat peraga mengenai eksperimen Rutherford dan sejauh pengetahuan penulis, alat peraga ini belum pernah ada di tempat manapun. Kegiatan rancang bangun dilakukan untuk menghasilkan alat yang dapat membantu siswa memahami model atom Rutherford. Alat hasil rancang bangun kemudian diujicobakan pada siswa dan selanjutnya dilakukan pengukuran hasil belajar mengenai materi model atom Rutherford. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes, metode angket dan metode dokumentasi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, pembelajaran dengan menggunakan Prototipe Percobaan Rutherford lebih baik (t hitung = 7,33) daripada pembelajaran dengan tidak menggunakan Prototipe Percobaan Rutherford (t hitung =,77). Berdasarkan hasil uji ketuntasan belajar, kelompok yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan Prototipe Percobaan Rutherford telah mencapai ketuntasan belajar dengan t hitung = 7,4 > t tabel,69 sedangkan kelompok yang memperoleh pembelajaran dengan tidak menggunakan Prototipe Percobaan Rutherford belum mencapai ketuntasan belajar dengan t hitung = -3,94 < t tabel,69. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Prototipe Percobaan Rutherford merupakan alat peraga yang dapat membantu siswa dalam memahami model atom Rutherford dan sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan alat peraga ini siswa diajak mempraktikan percobaan sekaligus menyimpulkan hasil percobaan secara mandiri dengan arahan guru sehingga pemahaman siswa menjadi lebih mendalam dan hasil belajar meningkat. Kata kunci: rutherford, pembelajaran, hasil belajar. PENDAHULUAN Selama ini ada suatu kesan pada sebagian besar siswa SMA terhadap pelajaran kimia pada materi struktur atom, khususnya tentang model atom Rutherford yang merupakan materi yang sangat sulit dan menjemukan. Hal ini dikarenakan antara lain: () masih sulitnya sebagian besar siswa SMA berpikir atom yang bersifat abstrak, (2) masih sedikitnya media pembelajaran tentang struktur atom yang dipakai selama ini, (3) metode penyampaian materi oleh pendidik (guru) yang monoton dan kurang menarik serta tidak dikaitkan dengan kemajuan teknologi yang ada atau tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari membuat siswa bosan dan jemu, (4) belum optimalnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar atau masih sedikitnya penciptaan pengalaman belajar

PKMI-3-6-2 (learning experience) dalam pembelajaran materi pokok struktur atom. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran kimia sehingga hasil belajar rendah. Padahal materi pelajaran tentang atom khususnya tentang model atom Rutherford merupakan pijakan atau dasar bagi siswa untuk mempelajari struktur atom, spektrum, konfigurasi elektron, radioaktifitas dan lainlain. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2 : 24). Proses pembelajaran di sekolah biasa dipimpin oleh guru seperti yang terjadi di SMA 2 Kendal. Namun pada proses pembelajaran model atom Rutherford di SMA 2 Kendal, guru cenderung menggunakan metode ceramah dan hanya menjelaskan materi secara teoritis saja. Akibatnya sebagian besar siswa SMA 2 Kendal masih sulit memahami model atom Rutherford. Berdasarkan laporan guru kimia kelas X SMA 2 Kendal, lebih dari 7 % siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami model atom Rutherford. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian pada dua tahun terakhir yaitu lebih dari 7 % siswa mendapat nilai di bawah tujuh. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi dikhawatirkan konsep dasar mengenai atom yang merupakan materi dasar ilmu kimia tidak dikuasai dengan matang oleh siswa sehingga berdampak sulitnya siswa mengikuti pelajaran kimia selanjutnya misalnya konfigurasi elektron, struktur atom, radioaktivitas, dan lainlain. Dampak yang lebih parah adalah menurunnya minat belajar terhadap mata pelajaran kimia sehingga hasil belajar menjadi rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar siswa dapat memahami konsep model atom Rutherford adalah dengan menggunakan alat peraga pada saat proses pembelajaran di kelas, salah satunya menggunakan prototipe percobaan Rutherford. Alat peraga adalah suatu alat, biasanya tidak dalam bentuk perangkat (set) yang digunakan dapat membantu memudahkan memahami konsep secara tidak langsung (Mujadi, 99: ). Dikatakan tidak langsung karena konsep materi diperoleh melalui penjelasan dengan menggunakan percobaan. Alat peraga pembelajaran merupakan alat-alat yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu memperjelas materi pelajaran dan mencegah timbulnya verbalisme pada diri siswa (Lemlit UNNES, 24: 2). Agar fungsi alat peraga dapat terpenuhi sesuai dengan yang diharapkan maka perlu diperhatikan beberapa persyaratan yang harus dimiliki alat peraga, terutama jika akan membuat alat peraga. Menurut Mujadi (99: 7) syarat yang harus dimiliki alat peraga antara lain: () tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat), (2) bentuk dan warnanya menarik, (3) sederhana dan tidak rumit, (4) ukurannya sesuai (seimbang dengan ukuran anak), () sesuai dengan konsep materi, (6) dapat menjelaskan konsep dan bukannya mempersulit pemahaman konsep, (7) agar siswa dapat belajar secara aktif (sendiri atau kelompok) alat peraga diharapkan dapat dimanipulasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dan sebagainya. Hasil penelitian Ahmad Muslimin didapat bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa yang diajar oleh guru-guru yang sering menggunakan alat peraga lebih tinggi daripada nilai rata-rata siswa yang diajar guru-guru yang jarang menggunakan alat peraga (Ahmad Muslimin dalam Soekamto, 998: 2).

PKMI-3-6-3 Sementara Rawi M. Caronge menyatakan bahwa semua sarana/prasarana yang menunjang dalam kelas mempunyai korelasi yang positif dengan hasil belajar (Rawi M. Caronge dalam Soekamto, 998: 29). Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diambil simpulan bahwa alat peraga pembelajaran sangat menunjang hasil belajar siswa. Alat peraga merupakan salah satu macam media (Gagne dalam Sadiman, 23: 6). Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran (Heinich dalam Arsyad, 24: 4). Pemilihan suatu media pembelajaran diperlukan suatu pertimbangan khusus yang meliputi pertimbangan produksi, peserta didik, isi, dan guru (Rohani, 997: 2). Prototipe percobaan Rutherford merupakan alat peraga pembelajaran kimia khususnya mengenai materi model atom Rutherford. Sejauh pengetahuan penulis prototipe percobaan Rutherford belum pernah ada di tempat manapun. Pembelajaran dengan menggunakan prototipe percobaan Rutherford diharapkan dapt mengatasi kesulitan siswa mengenai model atom Rutherford, meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran karena keterlibatan emosi siswa sangat besar (learning experience) sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar. Selain itu dengan prototipe percobaan Rutherford siswa diajak mempraktikkan percobaan yang merupakan dasar penetapan model atom Rutherford dan menyimpulkan hasil percobaan secara mandiri di bawah arahan guru. Dengan demikian alat peraga ini sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa. Pada tulisan ini dilaporkan hasil kegiatan yang bertujuan melakukan studi mengenai rancang bangun alat peraga, uji coba sekaligus mengukur hasil belajar siswa sebagai tolok ukur keberhasilan alat peraga dalam meningkatkan hasil belajar siswa. METODE PENDEKATAN Tahap Perancangan Prototipe Percobaan Rutherford Perancangan telah dilakukan pada beberapa komponen yang diperlukan untuk membuat prototipe percobaan Rutherford. Komponen-komponen tersebut disesuaikan dengan eksperimen Rutherford yang sebenarnya. Meskipun komponen-komponen pada rancangan berbeda dengan komponen-komponen yang ada pada eksperimen Rutherford, namun komponen-komponen pada rancangan dapat dianalogikan dengan keadaan sebenarnya sehingga diharapkan tidak mengubah konsep eksperimen model atom Rutherford sebenarnya. Tahap Pembuatan Prototipe Percobaan Rutherford Proses pembuatan dilakukan di Laboraturium Kimia UNNES dan bekerjasama dengan bengkel las HARAPAN MAJU milik Masur yang beralamat di Jl. Barito Raya Blok H/6 Semarang. Pembuatan alat peraga diawali dengan pembuatan papan alas. Selanjutnya membuat sistem putaran dengan tenaga listrik menggunakan komponen-komponen yang sudah disiapkan. Sistem putaran yang sudah berhasil dibuat kemudian diterapkan pada papan alas. Langkah terakhir adalah pemasangan komponen-komponen yang lain pada papan alas dilanjutkan pengecatan hingga dihasilkan prototipe percobaan Rutherford yang siap untuk diujicobakan.

PKMI-3-6-4 Tahap Ujicoba Prototipe Percobaan Rutherford Pada tahap ini dilakukan ujicoba penggunaan prototipe percobaan Rutherford pada pembelajaran model atom Rutherford. Ujicoba ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerimaan siswa tentang proses pembelajaran model atom Rutherford dengan menggunakan prototipe percobaan Rutherford. Oleh karena itu, dilakukan penyebaran angket terhadap siswa peserta ujicoba dengan jumlah soal sepuluh butir. Tahap Pengukuran Hasil Belajar Siswa Pada tahap ini dilakukan pengukuran hasil belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran baik yang menggunakan prototipe percobaan Rutherford maupun yang tidak. Populasi yang diteliti adalah seluruh siswa kelas X SMA 2 Kendal tahun ajaran 2/26 yaitu sebanyak 2 siswa yang tersebar dalam lima kelas. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian diambil kelas XB dan XD. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran dengan menggunakan prototipe percobaan Rutherford dan pembelajaran dengan tidak menggunakan prototipe percobaan Rutherford, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar kimia siswa yang berkaitan dengan materi model atom Rutherford. Penelitian ini menggunakan desain penelitian randomize control group only design. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes, metode angket dan metode dokumentasi. Metode analisis data dipisahkan menjadi dua yaitu analisis tahap awal dan analisis tahap akhir. Pada analisis tahap awal dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan keadaan awal populasi untuk menetapkan kelompok sampel yang diteliti. Data yang digunakan pada analisis tahap awal ini adalah nilai NEM IPA SMP siswa kelas X SMA 2 Kendal. Analisis tahap akhir meliputi uji normalitas, estimasi rata-rata hasil belajar, uji ketuntasan belajar, uji peningkatan hasil belajar, uji kesamaan dua varians dan uji perbedaan dua ratarata. Data yang digunakan adalah data hasil belajar siswa kelompok perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan rancang bangun menghasilkan satu unit prototipe percobaan Rutherford sebagai alat peraga dalam pembelajaran model atom Rutherford dengan ukuran panjang 2 cm, lebar 8 cm, dan tinggi 28 cm. Prototipe percobaan Rutherford dapat dilihat pada gambar. Prototipe percobaan Rutherford merupakan alat peraga pembelajaran model atom Rutherford yang sejauh pengetahuan penulis, alat peraga ini belum pernah ada di tempat manapun. Alat peraga ini bermanfaat untuk menjelaskan eksperimen Rutherford sehingga siswa lebih mudah memahami model atom Rutherford. Percobaan eksperimen Rutherford dapat dilihat pada gambar 2. Pada eksperimen Rutherford berkas partikel α ditembakkan ke lapisan emas yang tipis melalui celah pelat timbal. Pengamatan terhadap perilaku partikel α yang menembus partikel emas dilakukan dengan memasang lempeng berlapis seng sulfida. Lempeng ini akan berpendar jika partikel α mengenainya sehingga dapat diamati secara visual. Pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar partikel α menembus lapisan emas tanpa mengalami pembelokan atau hambatan (A), sebagian kecil dibelokkan (B) dan sedikit sekali yang dipantulkan kembali

PKMI-3-6- (C). Berdasarkan eksperimen tersebut, Rutherford mengemukakan model atomnya sebagai berikut: Atom tersusun dari inti yang bermuatan positif dikelilingi oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif. Massa atom terpusat pada inti atom dan sebagian besar volume atom merupakan ruang hampa. (Johari dan Rahmawati. 24: 34). Model atom Rutherford dapat dilihat pada gambar 3. Gambar. Prototipe Percobaan Rutherford Gambar 2. Eksperimen Rutherford (Sumber: Johari dan Rahmawati, 24: 33) Gambar 3. Model Atom Rutherford (Sumber: Johari dan Rahmawati, 24: 34)

PKMI-3-6-6 Pada Prototipe Percobaan Rutherford bola kecil berwarna kuning menandakan partikel α yang ditembakkan, sedangkan bola besar menandakan inti atom, dan daerah di luar bola besar merupakan ruang hampa. Pada media ini bola kecil berjumlah empat buah, hal ini menandakan bahwa pada dasarnya partikel α berjumlah banyak sekali. Apabila media ini dijalankan maka bola kecil akan bergerak sesuai dengan lintasannya. Apabila bola kecil berjalan lurus menabrak bola besar ternyata akan dipantulkan, namun apabila bola kecil ini tidak menabrak bola besar maka bola kecil akan diteruskan. Prototipe Percobaan Rutherford dapat menjelaskan eksperimen Rutherford, yaitu sebagai berikut: () bola kecil dipantulkan karena menabrak bola besar. Ini menandakan bahwa partikel α pada eksperimen Rutherford yang ditembakkan ternyata menabrak inti atom dari lempeng emas. Inti atom ini dimungkinkan oleh Rutherford sangat pejal dan sebagian besar massa atom berpusat padanya. (2) bola kecil diteruskan karena tidak menabrak bola besar. Ini menandakan bahwa partikel α pada eksperimen Rutherford tidak mengenai inti atom, tetapi melewati ruang hampa pada atom. Pada eksperimen Rutherford sebagian besar partikel α diteruskan. Rutherford mengungkapkan bahwa sebagian besar ruang dalam atom adalah ruang hampa. (3) bola kecil dibelokkan karena mendekati bola besar. Ini menandakan bahwa partikel α pada eksperimen Rutherford mengalami gaya tolak menolak dengan inti atom karena mempunyai muatan listrik yang sejenis yaitu muatan listrik positif. Prototipe Percobaan Rutherford mampu menjelaskan eksperimen Rutherford sehingga dapat diperoleh simpulan mengenai model atom Rutherford, oleh karena itu media ini sangat tepat digunakan pada proses pembelajaran di sekolah. Prototipe Percobaan Rutherford merupakan alat peraga yang memenuhi syarat-syarat seperti yang dikemukakan oleh Mujadi (99: 7) antara lain: tahan lama, bentuk dan warnanya menarik, sederhana, tidak rumit, ukurannya sesuai dengan ukuran siswa, dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dan dapat menjelaskan konsep materi. Keunggulan-keunggulan Prototipe Percobaan Rutherford antara lain: () dapat membantu siswa memahami model atom Rutherford, (2) dapat membantu guru dalam menjelaskan model atom Rutherford kepada siswa, (3) belum pernah ada di tempat manapun, (4) mudah digunakan karena media ini praktis dan untuk menjalankannya cukup dengan menggunakan energi listrik, () mudah dipindahkan dan () tidak membutuhkan perawatan khusus. Ujicoba Prototipe Percobaan Rutherford Hasil ujicoba penggunaan Prototipe Percobaan Rutherford dalam pembelajaran model atom Rutherford dapat dilihat pada tabel. Berdasarkan tabel terlihat bahwa 2, % responden (siswa) tertarik pada materi model atom Rutherford, namun 82, % responden (siswa) merasa kesulitan dalam memahami materi tersebut sebelum menggunakan prototipe percobaan Rutherford. Sebesar 62, % responden merasa tertarik pada proses pembelajaran dengan menggunakan prototipe percobaan Rutherford yang digunakan. Penggunaan prototipe percobaan Rutherford dalam pembelajaran dapat memunculkan kekreativan siswa (7 %), memusatkan perhatian (62, %) dan keaktifaan siswa (7 %). Sebesar 7 % responden tidak mengalami kesulitan pada saat menggunakan prototipe percobaan Rutherford dan 6 % responden

PKMI-3-6-7 dapat memahami materi model atom Rutherford dengan baik. Data-data tersebut menunjukan bahwa prototipe percobaan Rutherford merupakan alat peraga yang mampu meningkatkan pemahaman siswa mengenai model atom Rutherford. Tabel. Penerimaan Siswa Mengenai Prototipe Percobaan Rutherford No Responden SS Responden S Responden TS Responden STS soal Jml % Jml % Jml % Jml % 2 3 4 6 7 8 9 7 33 6 2 3 9 42, 82, 2 4 2, 7, 2, 22, 2 3 2 29 3 2 3 32 26 2, 7, 62, 72, 7 62, 2, 77, 8 6 2 2 4 8 7 3 6 2, 2 7, 7 2, 2, 9 2, 22, 2, 2, Keterangan: SS S TS STS No. Soal No. Soal 2 No. Soal 3 No. Soal 4 No. Soal No. Soal 6 No. Soal 7 No. Soal 8 No. Soal 9 No. Soal : sangat setuju : setuju : tidak setuju : sangat tidak setuju : ketertarikan siswa pada materi pembelajaran : kesulitan siswa pada materi pembelajaran : ketertarikan siswa pada proses pembelajaran menggunakan prototipe percobaan Rutherford : ketertarikan siswa pada prototipe percobaan Rutherford yang digunakan : penggunaan prototipe percobaan Rutherford bisa memunculkan kekreatifan siswa : prototipe percobaan Rutherford dapat memusatkan perhatian selama proses pembelajaran : keaktifan siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan prototipe percobaan Rutherford : kesulitan saat menggunakan prototipe percobaan Rutherford : dengan prototipe percobaan Rutherford dapat mengatasi kebosanan siswa pada saat pembelajaran : dengan prototipe percobaan Rutherford membuat siswa jelas dan paham mengenai model atom Rutherford. Pengukuran Hasil Belajar Siswa Pada analisis tahap awal, menunjukkan kedua kelompok berdistribusi normal, variansinya sama dan rata-rata nilai pretesnya tidak berbeda. Pada analisis tahap akhir, hasil belajar kedua kelompok berbeda secara signifikan. Uji-t menunjukkan t hitung kelompok yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan prototipe percobaan Rutherford sebesar 7,33 sedangkan t hitung kelompok yang memperoleh pembelajaran dengan tidak menggunakan prototipe

PKMI-3-6-8 percobaan Rutherford sebesar,77. Hal ini berarti bahwa pembelajaran menggunakan prototipe percobaan Rutherford lebih baik daripada pembelajaran yang tidak menggunakan prototipe percobaan Rutherford. Hasil uji ketuntasan belajar kelompok yang menggunakan prototipe percobaan Rutherford, t hitung = 7,4 > t tabel =,69 berarti pembelajaran dengan menggunakan Prototipe Percobaan Rutherford telah mencapai ketuntasan belajar sedangkan t hitung kelompok yang tidak menggunakan prototipe percobaan Rutherford dalam pembelajaran sebesar - 3,94 < t tabel,69 yang berarti pembelajaran yang tidak menggunakan prototipe percobaan Rutherford belum mencapai ketuntasan belajar. Penggunaan Prototipe Percobaan Rutherford dalam proses pembelajaran kimia merupakan suatu pembaruan atau terobosan baru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran kimia. Melalui penggunaan Prototipe Percobaan Rutherford pada proses pembelajaran, siswa dapat mempraktikkan percobaan yang merupakan dasar penetapan model atom Rutherford dan menyimpulkan hasil percobaan secara mandiri di bawah arahan guru. Siswa juga dapat ikut aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat memperoleh pengalaman belajarnya sendiri. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga meningkat karena keterlibatan emosi siswa sangat besar (learning experience) sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar seperti yang diungkap oleh Rawi M Caronge (dalam Soekamto, 998: 29). KESIMPULAN Prototipe percobaan Rutherford merupakan alat peraga yang dapat membantu siswa memusatkan perhatian selama proses pembelajaran, memunculkan kekreativan dan keaktivan siswa sehingga siswa lebih mudah memahami model atom Rutherford. Oleh karena itu penggunaan prototipe percobaan Rutherford dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. (24). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Depdiknas. (23). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Kimia Kurikulum 24 SMA. Jakarta: Depdiknas. Johari dan Rahmawati. (24). Kimia SMA untuk Kelas X. Jakarta: Esis. Lemlit UNNES. (24). Ujicoba Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Alat Peraga di Sekolah Dasar. Draf Laporan Akhir Penelitian Tidak diterbitkan=unnes. Mujadi. (99). Materi Pokok Desain dan Pembuatan Alat Peraga. Jakarta: Depdikbud. Rohani, Ahmad. (997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Sadiman, Arief S. (23). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Soekamto, Tutik. (998). Teori Belajar. Jakarta: Aneka Ilmu.

PKMI-3-6-9