menggunakan Problem Based Learning Perkembangan ilmu (PBL), SGD adalah diskusi kelompok pengetahuan, teknologi dan seni pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Keywords: Competency Based Curriculum, Small Group Discussion, Cognitive

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2015). Teori dan Pengukuran Sikap Manusia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum

ABSTRACT. Rita Endriani 1, Elda Nazriati 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

PENDAPAT MAHASISWA TERHADAP IMPLEMENTASI PBL PADA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

MODUL KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTER-PROFESI

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah. menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari

TESIS Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional SK No. 045/U/202. tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi yang berbasis

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Yogyakarta yang terletak di Jalan

Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin

LAMPIRAN. PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama :

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing disertai diskusi dalam Pembelajaran Fisika Kelas VII di SMP

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

kurikulum yang baik adalah FLO himpunan dari SLO dan FLO sama evaluasi kurikulum yang berjalan diinstitusi terkait.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kurikulum. Oleh karena itu, pendidikan harus membekali mereka dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan individual discovery, proses pembelajaran yang sebelumnya lebih

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAAN ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

Manual Prosedur. Pembelajaran Metode Problem Based Learning PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB V PEMBAHASAN. prodi D III Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta, pembelajaran dilakukan pada

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

Problem Based Learning (PBL) dalam KBK dan Pencapaian Prestasi Akademik: Evaluasi Implementasi PBL

Profil Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Fisioterapi melalui Self Assessment dan Peer Assessment

ABSTRACT. Rita Endriani', Elda Nazriati^

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu tidak hanya dari dosen. Metode Pembelajaran SCL

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR KB METODE SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LISTENING TEAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BIREUEN. Muthmainna 1, Juliana 2

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MANAJEMEN ASUHAN PADA IBU NIFAS NORMAL

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

Tesis Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta S U T I K NIM

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi pembelajaran perguruan tinggi di Indonesia masih cukup. beragam permasalahan yang ditemukan. Beberapa temuan dari Tim

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global saat ini, menuntut perguruan tinggi untuk menyesuaikan tuntutan dunia kerja, alasan ini dikembangkan untuk dilakukan perubahan kurikulum. Kurikulum dalam pendidikan keperawatan di Indonesia beberapa kali mengalami perubahan. Tahun 2000 Indonesia merubah kurikulum berbasis isi ke kurikulum berbasis kompetensi (KBK), mengutamakan pencapaian kompetensi. Sosialisasi KBK telah banyak diakukan hingga akhir batas waktu yang ditentukan implementasi KBK di perguruan tinggi Indonesia belum satu pun yang menerapkan sistem KBK secara benar. Permasalahan belum diterapkannya KBK secara benar disebabkan masih beragamnya tingkat pemahaman dan penilaian arti penting oleh tenaga pengajar dan mahasiswa terhadap makna dan penyusunan KBK dengan benar¹. Salah satu metode SCL 1 menggunakan Problem Based Learning (PBL), SGD adalah diskusi kelompok kecil (tutorial) yang merupakan jantung dari PBL, aktivitas PBL bertumpu pada proses tutorial². Penerapan SCL di STIKES Surya Global belum dapat terlaksana secara maksimal, sebagian mata kuliah menerapkan metode SCL namun masih ada beberapa mata kuliah yang belum diterapkan dengan metode SCL. Pembelajaran mata kuliah manajemen keperawatan yang berlangsung selama ini di STIKES Surya Global menggunakan metode konvensional. SCL memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar mandiri dan menggali pengetahuan lebih luas tanpa kehilangan inti materi kuliah. Kerjasama yang efektif dan efisien dihasilkan dari kolaborasi dosen, mahasiswa serta metode atau alat pembelajaran akan memberikan hasil yang optimal. Peran dosen sebagai fasilitator dan pemberi arahan

mahasiswa dalam proses pembelajaran, mahasiswa memberikan umpan balik proses pembelajaran dari penggunaan metode yang relevan sesuai kompetensi luaran yang diinginkan. Keunggulan SCL adalah: 1) Meningkatkan pengetahuan dan etrampilan mahasiswa;2) Mahasiswa terlibat aktif dalam proses metode pembelajaran SCL adalah Small Group Discussion (SGD). SGD adalah diskusi kelompok kecil (tutorial) yang merupakan jantung dari PBL, aktivitas PBL bertumpu pada proses tutorial, dalam proses tutorial peserta didik bersama dengan tutor melakukan pemahaman dan pencarian pengetahuan yang pembelajaran;3) Meningkatkan tersimpan di dalam masalah yang motivasi dan kreativitas mahasiswa;4) Meberikan kesempatan mahasiswa untuk bersosialisasi lebih luas dan meningkatkan rasa percaya diri serta kemampuan mental³. Evaluasi SCL mencakup 2 domain: kognitif dan afektif. Domain kognitif salah satunya meningkatkan nilai dan pengetahuan telah disajikan dalam modul berupa skenario, melalui langkah terstruktur untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan 2. SGD merupakan metode yang menekankan partisipasi dan interaksi anggota kelompok kecil, mahasiswa diarahkan untuk mendapatkan kompetensi berupa pada mahasiswa 4 dan meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif 8.. kreativitas kemandirian 1.. Domain afektif dilihat dari kesempatan mahasiswa untuk bersosialisasi lebih luas dan rasa percaya diri serta kemampuan mental mahasiswa semakin meningkat 3.. Salah satu Langkah-langkah penerapan metode SGD diantaranya:1) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 mahasiswa) dengan menunjuk ketua dan sekretaris; 2) mengidentifikasi kata yang sulit dan 2

menjawab; 3) Mengidentifikasi Global. masalah yang akan didiskusikan; 4) menjawab masalah sementara; 5) menetapkan tujuan pembelajaran; 6) mencari jawaban dari tujuan pembelajaran 9. METODE PENELITIAN Pengukuran kognitif mahasiswa merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan eksperimen semu, desain penelitian Pre and test Post test without control.. Pengukuran afektif; persepsi mahasiswa terhadap kualitas skenario; persepsi mahasiswa terhadap performance tutor; persepsi mahasiswa terhadap proses diskusi merupakan penelitian bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa PSIK STIKES Surya Global semester 6 tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 245 mahasiswa. Penerapan SCL merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, diaplikasikan dengan pendekatan SGD yang merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dimana mahasiswa diminta membuat beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan bahan yang telah diberikan oleh dosen. SGD dilaksanakan mulai tanggal 19 Maret 2016, lama frekuensi 100 menit dalam 1 x pertemuan, dengan sasaran mata kuliah manajemen keperawatan pada mahasiswa semester 6 STIKES Surya Global dengan topik motivasi, mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 8-13 mahasiswa dimana dalam setiap kelompok diskusi didampingi oleh dosen sebagai tutor yang Metode pengambilan sampel pada menginstruksikan untuk penelitian ini adalah purposive sampling sebanyak 138 mahasiswa PSIK semester 6 STIKES Surya mendiskusikan kasus yang telah disajikan dalam buku modul, sebelum SGD dimulai dilakukan pre test dan 3

post test. Peningkatan kognitif dinilai dari hasil pre test dan post test kelompok intervensi mahasiswa semester 6 STIKES Surya Global, kelompok intervensi dilakukan pre test sebelum dilakukan SGD dan post test setelah dilakukan model pembelajaran dengan pendekatan SGD mata kuliah manajemen keperawatan Penilaian afektif dinilai dari proses kegiatan mahasiswa dalam mengikuti SGD, meliputi: partisipasi dalam kelompok, kemampuan memberikan feed back, kerjasama dalam kelompok, mendengarkan pendapat orang lain, kemampuan untuk menjelaskan, kehadiran dan managemen waktu dalam kegiatan SGD, pada kelompok intervensi penilaian afektif menggunakan assesment afektif yang diniai oleh tutor. Dosen/tutor dinilai kinerja dalam kegiatan SGD meliputi: persiapan diri dan materi diskusi, mengenali kondisi mahasiswa, melakukan pembukaan kuliah dan menyampaikan tujuan diskusi, mengarahkan kegiatan diskusi, memberikan kesempatan bertanya pada mahasiswa, mengevaluasi kegiatan diskusi, memberi umpan balik jalannya diskusi serta capaian pembelajaran, dan menutup kegiatan SGD. Evalusi tutor dinilai dengan menggunakan assesment tutor dimana mahasiswa yang menilai tutor. Skenario yang digunakan dalam SGD akan tercantum didalam modul SGD, modul SGD terdiri dari satu skenario dengan tema tentang motivasi. Skenario dilakukan uji validitas dan reabilitas menggunakan Content Validity Index (CVI). Kegiatan SGD dinilai dari aspek: 1) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 mahasiswa) dengan menunjuk ketua dan sekretaris; 2) mengidentifikasi kata yang sulit dan menjawab; 3) Mengidentifikasi masalah yang akan didiskusikan; 4) menjawab masalah sementara; 5) menetapkan tujuan pembelajaran; 6) mencari jawaban dari tujuan pembelajaran. Evaluasi kegiatan 4

akan dinilai dengan menggunakan assesment proses diskusi dimana mahasiswa yang akan menilai kegiatan. HASIL aspek datang tepat waktu dan terendah 0,7% kategori sangat buruk aspek respon terhadap feedback dan kemampuan refleksi. Persepsi mahasiswa terhadap Nilai Kognitif Min- Maks Mean (SD) Pre test 40-90 67.41 (9.997) Post test 60-91.04 100 (8.748) P<0,005 based on Wilcoxon P Value 0.000 kualitas skenario pada kegiatan SGD diatas menunjukkan nilai tertinggi terdapat dalam aspek permasalahan yang ada di skenario sesuai dengan tingkat pengetahuan Hasil uji statistik wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kognitif sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi. Penilaian afektif mahasiswa pada kriteria persiapan diskusi pada kriteria mempersiapkanliteratur/persiapan diskusi menunjukkan nilai tertinggi 57,8% kategori sangat baik. Kriteria kerjasama dalam kelompok menunjukan nilai tertinggi 53,3% kategori sangat baik yang merupakan aspek kerjasama dalam kelompok dan terendah 7,4% kategori cukup aspek kemampuan mendengarkan pendapat orang lain. Kriteria penilaian individu menunjukkan nilai tertinggi 49,6% kategori sangat baik yang merupakan 5 mahasiswa sebesar 85,2% yang merupakan kategori baik dan nilai terendah 0,7% kategori tidak setuju aspek Skenario untuk memberikan pengetahuan yang optimal untuk didiskusikan, aspek Skenario dapat menstimulus mahasiswa untuk mencari literatur agar dapat menentukan LO (Learning Objective) kategori tidak setuju dan tidak tahu, aspek Skenario memiliki berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat mendorong diskusi agar dapat terarah yang merupakan kategori sangat tidak setuju, aspek Skenario mendorong mahasiswa untuk mencari literatur dengan tujuan pembelajaran yang komplek kategori sangat tidak setuju, aspek Skenario diarahkan untuk meningkatkan minat

mahasiswa dalam mencari materi pembelajaran kategori sangat tidak setuju, aspek Permasalahan menunjukan hubungan yang jelas untuk profesi di masa depan kategori tidak setuju, aspek Konsep yang terdapat dalam skenario memiliki konteks manajemen keperawatan kategori sangat tidak setuju, aspek Permasalahan dalam skenario berkaitan dengan manajemen keperawatan, bukan hanya pasien kategori tidak tahu, aspek Skenario sesuai dengan materi kurikulum perkuliahan kategori tidak setuju. Persepsi mahasiswa terhadap tutor I menunjukkan nilai tertinggi sebesar 80% yang merupakan kategori setuju pada kriteria pembelajaran mandiri terdapat pada aspek tutor memicu mahasiswa untuk memahami suatu mekanisme yang mendasari/teoriteori. Persepsi mahasiswa terhadap performance tutor II menunjukkan nilai tertinggi 78,6% kategori setuju terdapat pada kriteria pembelajaran aktif aspek 6 tutor memicu mahasiswa untuk memahami sesuatu mekanisme yang mendasari/ teori-teori. Persepsi mahasiswa terhadap performance tutor III menunjukkan nilai tertinggi sebesar 75% kategori setuju terdapat pada kategori perilaku interpersonal sebagai tutor aspek tutor termotivasi untuk memenuhi perannya sebagai tutor/fasilitator. Persepsi mahasiswa terhadap performance tutor IV menunjukkan nilai tertinggi 85,3% kategori setuju terdapat pada kriteria pembelajaran aktif aspek tutor memicu kami untuk membuat ringkasan apa yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri. Persepsi mahasiswa terhadap kegiatan proses diskusi menunjukkan nilai tertinggi sebesar 60,7% kategori setuju yang merupakan aspek Pertanyaan dirumuskan sesuai kata kunci dan nilai terendah sebesar 0,7% kategori kurang

kategori sangat tidak setuju aspek no 2 Saya telah mempelajari scenario sebelum diksusi, aspek Pada awal diskusi tutor telah memperkenalkan diri, aspek Saya telah memahami tugas dan peran moderator dan sekretaris dengan baik, aspek Anggota grup selalu mengangkat tangan bila akan mengajukan pendapat/ pertanyaan, aspek Sebelum menentukan masalah dalam modul kelompok menentukan kata kunci/ klarifikasi istilah dulu, dan aspek Pertanyaan dirumuskan sesuai kata kunci. Pembahasan Hasil penilaian kognitif terdapat perbedaan tingkat kognitif sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi. metode pembelajaran SGD ini mendorong pola pikir kreativitas mahasiswa dalam pemecahan suatu masalah, meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam menanggapi hasil diskusi kelompok, hal ini menimbulkan dampak positif bagi mahasiswa yang dapat dilihat dari hasil skor setelah dilakukan intervensi dimana hasil skor menjadi semakin baik dan meningkat 10. Faktor yang mempengaruhi kognitif mahasiswa antara lain: kemampuan mahasiswa dalam hal mengidentifikasi permasalahan; keinginan mahasiswa menemukan solusi dari permasalahan tersebut; kemampuan mahasiswa dalam berfikir untuk memecahkan permasalahan tersebut, dengan demikian kemampuan memecahkan masalah akan mendorong semangat dan keinginan mahasiswa untuk belajar 11. Kegiatan Small Group Discussion (SGD) merupakan elemen belajar aktif, dimana mahasiswa terbagi dalam kelompok kecil dengan aktivitas diskusi kelompok dapat berupa membangkitkan ide, menyimpulkan poin penting, mengakses pengetahuan dan menyelesaikan masalah. Salah satu Penelitian 12 menyebutkan bahwa metode SGD mampu meningkatkan pengetahuan pada siswa, diperkuat salah satu penelitian 13 menyebutan bahwa metode SGD mampu mendorong mahasiswa kedalam pemahaman yang lebih dalam suatu materi, 7

mendorong mahasiswa dalam ketrampilan pemecahan masalah. Hasil penilaian afektif mahasiswa nilai tertinggi terdapat pada kategori sangat baik sebesar 57,8% pada kriteria persiapan diskusi aspek mempersiapkan literatur/persiapan diskusi menunjukkan nilai tertinggi 57,8%. Kategori baik sebesar 49,6% pada kriteria penilaian individu aspek kemampuan mahasiswa untuk merefleksikan. Kategori cukup sebesar 11,1% terdapat pada kriteria penilaian individu aspek respon terhadap feedback. Kategori sangat buruk sebesar 2,2% kriteria penilaian individu aspek datang tepat waktu. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap, secara umum disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Ada hubungan antara komponen afektif dengan kognitif dalam suatu organisasi sikap menyatakan bahwa apabila komponen afektif dan kognitif saling konsisten maka sikap berada dalam keadaan stabil, untuk menimbulkan perubahan sikap manusia perlu diberikan rangsangan atau tekanan untuk menggiring perubahan sikap kearah yang dikehendaki secara kuat dan terus-menerus sedemikian rupa sehingga terjadi inkonsistensi yang kuat antara komponen afektif dan kognitif 12. Faktor yang mempengaruhi afektif pada seseorang antara lain: tingkat anxietas, mahasiswa yang mempunyai hasil belajar tinggi lebih cenderung memiliki tingkat anxietas yang lebih rendah; kepercayaan terhadap kesuksesan ataupun kegagalan; interest, dalam suatu penelitian ditemukan mahasiswa dengan hasil belajar yang tinggi menunjukkan tingkat interest yang lebih tinggi; kecenderungan individu menghubungkan hasil dari tindakan yang diambil baik kesuksesan maupun kegagalan terhadap faktor internal dan eksternal; perasaan menyerah dengan cepat 14. Metode small group discussion (SGD) 8

mempunyai beberapa keuntungan antara lain melatih peserta didik dalam berkomunikasi, menumbuhkan suasana akrab, penuh perhatian terhadap pendapat orang lain, dapat menghimpun berbagai pendapat dalam waktu singkat serta menstimulus pikiran dan mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam diskusi 12. Persepsi mahasiswa terhadap kualitas skenario pada kegiatan SGD diatas menunjukkan nilai tertinggi terdapat dalam aspek no 16 permasalahan yang ada di skenario sesuai dengan tingkat pengetahuan mahasiswa sebesar 85,2% yang merupakan kategori baik dan nilai terendah 0,7% kategori tidak setuju aspek no 2 Skenario untuk memberikan pengetahuan yang optimal untuk didiskusikan, aspek no 5 Skenario dapat menstimulus mahasiswa untuk mencari literatur agar dapat menentukan LO (Learning Objective) kategori tidak setuju dan tidak tahu; aspek no 8 Skenario memiliki berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat mendorong diskusi agar dapat terarah yang merupakan kategori sangat tidak setuju, aspek no 9 Skenario mendorong mahasiswa untuk mencari literatur dengan tujuan pembelajaran yang komplek kategori sangat tidak setuju, aspek no 10 Skenario diarahkan untuk meningkatkan minat mahasiswa dalam mencari materi pembelajaran kategori sangat tidak setuju, aspek no 13 Permasalahan menunjukan hubungan yang jelas untuk profesi di masa depan kategori tidak setuju, aspek no 14 Konsep yang terdapat dalam skenario memiliki konteks manajemen keperawatan kategori sangat tidak setuju, aspek no 15 Permasalahan dalam skenario berkaitan dengan manajemen keperawatan bukan hanya 9

pasien merupakan kategori tidak tahu, dan aspek no 17 Skenario sesuai dengan materi kurikulum perkuliahan kategori tidak setuju. Skenario yang baik antara lain: 1) skenario berisi peristiwa atau kasus yang dapat merangsang diskusi; 2) skenario berisi informasi yang mendukung kasus dari metode SGD; 3) skenario yang menarik dapat menggunakan media pendukung seperti gambar, teks, video sebagai pemicu dari kasus; 4) skenario yang akan dipublikasikan dilakukan pengeditan sebanyak dua kali atau lebih; 5) skenario yang dipublikasikan untuk mahasiswa dibiarkan berkembang dengan bertahap tanpa mengekspos semua skenario yang sudah direvisi tersebut, hal ini bertujuan agar mahasiswa mampu menganalisis skenario serta menggali informasi yang terdapat di skenario 16. Triger skenario yang dipakai memberikan gambaran situasi nyata dan memberikan kebebasan pada mahasiswa dalam mencari pemecahannya, materi pembelajaran ini juga mencakup 10 keseluruhan, berbagai disiplin ilmu dan subyek belajar, hakikat pembelajaran yang bersifat kolaborasi, serta apa yang dipelajari selama belajar mandiri mahasiswa menerapkan kembali dengan cara menganalisa ulang cara penyelesaiannya 17. Persepsi mahasiswa terhadap performance tutor menunjukkan nilai tertinggi sebesar 74,8% yang merupakan kategori setuju aspek no 11 Tutor termotivasi untuk memenuhi perannya sebagai tutor/fasilitator dan nilai terendah sebesar 0,7% kategori sangat tidak setuju aspek no 1 Tutor memicu kami untuk membuat ringkasan apa yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri, no 2 Tutor memicu kami untuk mencari kaitan antara hal-hal yang didiskusikan dalam kelompok tutorial, no 4 Tutor memicu kami untuk merumuskan tujuan belajar yang jelas oleh kami sendiri, no 6 Tutor memicu kami untuk mengaplikasikan pengetahuan kami pada masalah yang didiskusikan, no 9 Tutor memicu kami untuk mengevaluasi

kerja sama dalam kelompok diskusi secara teratur, no 10 Tutor memiliki gambaran yang jelas tentang kekuatan/kelemahannya sebagai tutor. Salah satu Penelitian 12 menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kinerja tutor dengan proses pembelajaran diskusi, semakin baik kemampuan tutor berkomunikasi dengan mahasiswa, pertukaran ide semakin lancar dan mahasiswa semakin mudah mengerti. Suatu diskusi akan berjalan dengan baik maka tutor harus mengarahkan mahasiswa, tutor berperan sebagai fasilitator dan mengaktifkan kelompok untuk memastikan bahwa mahasiswa mencapai kemajuan. Tutor juga sebagai penjaga diskusi sekaligus pemandu untuk pencari informasi bukan pemberi informasi 18 Faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap performance tutor antara lain: kedisiplinan tutor; keikutsertaan tutor dalam mengikuti sesi diskusi; intervensi tutor terhadap kegiatan diskusi; jumlah SDM tutor; penguasaan tutor kegiatan diskusi antara lain: menyediakan sarana atau lingkungan yang kondusif, membentuk kelompok yang heterogen, menetapkan aturan selama menjalankan proses belajar, mendorong mahasiswa mnjalankan perannya dalam kelompok dan berkontribusi, memonitor jalannya diskusi dan memastikan setiap tahap proses belajar dilaksanakan, menilai proses pembelajaran 20. Persepsi mahasiswa terhadap kegiatan proses diskusi menunjukkan nilai tertinggi sebesar 68,9% kategori sangat setuju yang merupakan aspek mempersiapkan sumber literature malam sebelum diskusi dimulai. Kategori setuju nilai tertinggi sebesar 60,7% yang merupakan pernyataan dirumuskan sesuai kata kunci. Kategori tidak setuju nilai tertinggi sebesar 25,9% yang merupakan pernyataan alokasi waktu tutorial. Dan kategori sangat tidak setuju nilai tertinggi terhadap skenario 19. Peran fasilitator dalam 11

sebesar 9,6% yang merupakan pernyataan alokasi waktu tutorial. Diskusi kelompok kecil mempunyai beberapa keuntungan antara lain: dapat menghimpun berbagai pendapat dalam waktu singkat serta mampu menstimulus pikiran mendorong peserta untuk berpartisipasi dalam diskusi dengan membuat suatu pernyataan 21. Faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap proses diskusi antara lain: tingkat pengetahuan mahasiswa; kualitas skenario; dinamika kelompok; waktu yang digunakan dalam diskusi; rasa tertarik terhadap ilmu yang dipelajari dalam diskusi; hasil studi mahasiswa 19. Dalam berdiskusi diperlukan beberapa keterampilan seperti keterampilan berbicara, keterampilan menyampaikan ide agar sistematis, keterampilan mendengarkan atau menyimak pembicaraan orang lain, pada saat mahasiswa menyampaikan gagasannya, sering terjadi kekeliruan penyampaian pendapat, karena antara ide yang dipikirkan dengan yang disampaikan dengan kalimatnya sendiri sering tidak nyambung, diperlukan latihan berkomunikasi untuk menyampaikan gagasan agar seseorang terampil dalam berdiskusi. Kemampuan berdiskusi harus diawali dengan mengetahui suatu konsep, kemudian mampu menyampaikan gagasan yang dimiliki kepada orang lain, dan harus mampu menjelaskan dengan contohcontoh yang ditulis secara sederhana. Sesuai dengan prinsip belajar yang efektif, apabila pembelajar menggunakan seluruh inderanya dalam belajar, maka mereka belajar lebih bermakna 21. Berdasarkan dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan dalam kegiatan SGD, yaitu dari mahasiswa itu sendiri, tutor, skenario dan dari proses 12

diskusi, yang saling berikatan dan mendukung satu sama lain akan tercipta output yang diinginkan. manajemen keperawatan, bukan hanya pasien. 1. Persepsi mahasiswa terhadap KESIMPULAN performance tutor 1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kognitif sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi. 2. Penilaian afektif dalam kegiatan SGD pada mata kuliah manajemen keperawatan di STIKES Surya Global menunjukkan penilaian afektif mahasiswa pada kegiatan SGD menunjukkan nilai tertinggi pada kriteria mempersiapkan literatur/persiapan diskusi. 3. Persepsi mahasiswa terhadap kualitas skenario dalam kegiatan SGD pada mata kuliah manajemen keperawatan di STIKES Surya Global didapatkan hasil persepsi mahasiswa terhadap kualitas skenario pada kegiatan SGD menunjukkan nilai tertinggi terdapat dalam aspek permasalahan dalam skenario berkaitan dengan menunjukkan nilai tertinggi dari 4 tutor terdapat pada performance tutor IV menunjukkan nilai tertinggi 85,3% kategori setuju terdapat pada pernyataan pembelajaran aktif aspek tutor memicu mahasiswa untuk membuat ringkasan yang dipelajari. 2. Persepsi mahasiswa terhadap kegiatan proses diskusi menunjukkan nilai tertinggi pada aspek mahasiswa mempersiapkan sumber literatur malam sebelum diskusi dimulai. Saran Penelitian ini diharakan dapat menambah informasi berkaitan dengan penerapan SCL dengan 13

Daftar Pustaka pendekatan SGD pada Mata Kuliah klinis dan non klinis mengukur peningkatan kognitif. 1. Dikti. (2014). Kurikulum Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian pendidikan dan Kebudayaan. 2. Fitria, N., Hernawati, T., & Hidayati, N. O. (2013). Adversity Quotient Mahasiswa Baru yang Mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 1(2). 3. Janor, Hawati, et al. "Integrating Student-Centered Learning in Finance Courses: The Case of a Malaysian Research University." International Education Studies 6.6 (2013): p108. 4. Tran, V. D., & Lewis, R. (2012). Effects of cooperative learning on students at an Giang university in Vietnam. International Education Studies 5. Aminuddin. (2013). Evaluasi Penerapan Metode Pembelajaran Berpusat Pada Mahasiswa (Student Center Learning) Pada Program Studi Gizi FKM UNHAS. Program Studi Ilmu Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. 6. Kaspin. (2011). Penerapan Metode Small Group Discussion pada Mata Pelajaran Fiqih Materi Pokok Infak dan Sedekah untuk Meningkatkan Hasil 14 Belajar Siswa di Kelas IV MI Sultan Agung Sukolilo Pati Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Institusi Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 7. Huriah T (2015) Petunjuk Tutorial Blok 15 Promosi Kesehatan Di Komunitas Epidemiologi 8. Wigar, A. F. (2012). Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD Semester II Desa Depok Tahun Ajaran 2011/2012 (Doctoral dissertation, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-UKSW). 9. Ernawati, H. Pengaruh Small Group Discussion Terhadap Pengetahuan Tentang Dismenore Pada Siswi Smpn I Dolopo. Jurnal Florence Vol. VII No. 1 Januari 2014. 10. Dent, J., & Harden, R. M. (2013). A practical guide for medical teachers. Elsevier Health Sciences. 11. Marhaeni, A. A. I. N. (2008). Determinasi Beberapa Faktor Afektif yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Undiksha: Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha. 12. Eryanti, M, J. (2014). Gambaran Persepsi Mahasiswa PSIK UMY Tentang Kualitas Skenario Tutorial Blok Muskuloskeletal dan Persepsi Sensori dalam Model Pembelajaran PBL pada

Angkatan 2012&2013. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 13. Budi, S (2016). Perbedaan Tingkat Kemampuan Berfikir Kritis dan Pemecahan Masalah pada Mahasiswa yang Menjalankan Model PBL di Program Studi Ners FKIK UMY. Program Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 14. Endriani, R., & Nazriati, E. (2012). Pendapat Mahasiswa Terhadap Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan Problem Based Learning (PBL) di Fakultas Kedokteran Universitas Riau Pekanbaru. JIK (Jurnal Ilmu Kedokteran), 3(1). 15. Mulia, K&Krisanti, E. (2016). Student Centered Learning di Perguruan Tinggi dengan Menerapkan Metode Problem Based Learning. Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok 16. Wiratma, I. G. L. (2006). Penerapan Model Belajar Resistasi Diskusi Kooperatif (Rdk) Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah Kimia Analitik Kualitatif. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha. 15