TINGKAT KETERISIAN RUANG HENTI KHUSUS SIMPANG DI KOTA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KETERISIAN RUANG HENTI KHUSUS SIMPANG DI KOTA BANDUNG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Transportasi memegang peranan penting dalam perkotaan dan salah satu

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) E10

EVALUASI KINERJA RUANG HENTI KHUSUS DI SIMPANG PASTEUR-PASIR KALIKI DAN SIMPANG AHMAD YANI-LASWI BANDUNG

EFEKTIVITAS PENERAPAN RUANG HENTI KHUSUS (RHK) DI PERSIMPANGAN JALAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Persimpangan Jalan Pasteur-Pasirkaliki Kota Bandung)

ANALISIS EFEKTIVITAS RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan wisata. Dengan. meningkatnya populasi penduduk di kota Yogyakarta mengakibatkan

termasuk pelanggaran marka garis henti merupakan jenis pelanggaran lalu lintas tertinggi di wilayah Polwiltabes Bandung dalam lima tahun terakhir (200

PERENCANAAN RUANG HENTI KHUSUS (RHK) SEPEDA MOTOR PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL DI MEDAN (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN

KELAYAKAN PENERAPAN LAJUR SEPEDA MOTOR DI JALAN SUNSET ROAD BALI FEASIBILITY OF MOTORCYCLE LANE APPLICATION IN SUNSET ROAD BALI

PERBANDINGAN NILAI ARUS JENUH PADA PENDEKAT SIMPANG DENGAN DAN TANPA RUANG HENTI KHUSUS

KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN KOPO-SOEKARNO HATTA BANDUNG

EVALUASI KEBERHASILAN KINERJA RUANG HENTI KHUSUS PADA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus: Simpang Bersinyal Jl. Sudirman- Jl.

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

PERKEMBANGAN FORMULA ARUS JENUH DI DELAPAN SIMPANG BERSINYAL KOTA BANDUNG

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL JALAN DIPONEGORO SURABAYA

EVALUASI PENENTUAN WAKTU SINYAL DI BERSINYAL GENDENGAN SAMPAI SIMPANG NOVOTEL (Studi Kasus Jalan Slamet Riyadi, Surakarta)

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERHIMPIT (STUDI KASUS SIMPANG DR. RAJIMAN LAWEYAN, SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

KEBIJAKAN PENERAPAN RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Rencana pelaksanaan tugas akhir Analisa Simpang Bersinyal di Jl.Cideng dimulai

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

DAMPAK LALU LINTAS PEMBANGUNAN STASIUN PNGISIAN BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR (SPBKB) RANUYOSO LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA SIMPANG IR. H. JUANDA- DIPATIUKUR BERDASARKAN MKJI 1997 ABSTRAK

KOORDINASI SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG KENTUNGAN-SIMPANG MONJALI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dengan ruas jalan lain, yang disebut persimpangan. Jalan Letnan Jendral M. T. Haryono, Jalan Serangan Umum 1 Maret (Jalan

KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL PADA PERSIMPANGAN JALAN PAKUNEGARA - JALAN UDAN SAID - JALAN AHMAD YANI - JALAN PADAT KARYA GAYA BARU DI PANGKALAN BUN

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

PERANCANGAN RUANG HENTI KENDARAAN (RHK) UNTUK SEPEDA MOTOR PADA SIMPANG EMPAT BERSINYAL PONDOK KELAPA KOTA MEDAN PROPOSAL

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

STUDY EFFECT OF THE PROPORTION OF MOTORCYCLES ON THE ROAD WITH A MEDIAN PERFORMANCE

DAFTAR ISI. Judul. Pengesahan. Persetujuan. Motto dan Persembahan ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

MANAJEMEN LALU LINTAS SATU ARAH KAWASAN TIMUR SEMARANG. Agus Darmawan, Angga Ajie Permana, Supriyono *), Eko Yulipriyono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

STUDI WAKTU TUNDAAN AWAL DAN ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN JALAN CIPAGANTI - EYCKMAN BANDUNG

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

ANALISA KINERJA SIMPANG JALAN MANADO BITUNG JALAN PANIKI ATAS MENURUT MKJI 1997

COMPARISON BETWEEN ADAPTIVE AND FIXED TIME MODES OF SCATS OPERATION ALONG CIPAGANTI CORRIDOR IN BANDUNG

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

PERKIRAAN ZONA DILEMA MOBIL PENUMPANG PADA PERSIMPANGAN BERLAMPU LALULINTAS DENGAN FASILITAS RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR.

BAB III METODA PENELITIAN. pengamatan langsung dilapangan dengan maksud untuk mengetahui :

KINERJA LALU LINTAS PERSIMPANGAN LENGAN EMPAT BERSIGNAL (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN JALAN WALANDA MARAMIS MANADO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

PENENTUAN ARUS JENUH DAN WAKTU HILANG DENGAN METODE IRISAN PADA SIMPANG BERSINYAL IR.H.JUANDA-DIPATIUKUR ABSTRAK

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN RAMP SIMPANG SUSUN BAROS

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA PURWOSARI KABUPATEN PASURUAN)

EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JL. PASUNDAN JL. GUNUNG MERBABU JL. GUNUNG CERMAI KOTA SAMARINDA

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

EVALUASI DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA BUNDARAN KALIBANTENG PASCA TERBANGUNNYA FLYOVER

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan dewasa ini sangat pesat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

periode pengamatan. Simpang bersinyal Jokteng Kulon Yogyakarta merupakan

Pengurangan Antrian Kendaraan Lampu Lalu Lintas Emmalia Joseph Munasih

BAB III METODE Tahapan Studi Adapun diagram alur (flowchart) dari studi ini sebagai berikut.

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

ANALISA KOORDINASI SINYAL ANTAR SIMPANG (Studi kasus : Jl. Jamin Ginting Jl. Pattimura Jl. Mongonsidi)

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah

STUDI TUNDAAN PADA PUTARAN DI DEPAN GERBANG TOL CILEUNYI

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA

JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

TINGKAT KETERISIAN RUANG HENTI KHUSUS SIMPANG DI KOTA BANDUNG Hobert Mangatur M Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jln. Prof. drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung Telp: (022) 2012186 Hobert_Simangunsong@yahoo.com Prof. Dr. Ir. Budi Hartanto Susilo, M. Sc. Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jln. Prof. drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung Telp: (022) 2012186 budiharsus@yahoo.com Abstract Motorcycle is the most common transportation mode in Indonesia. The population of motorcycle in 2014 reached 86 million units with production increasement reached 7,9 million units and keep increasing every year. Motorcycle population increasement espescially in big cities are predicted will decrease the performance of traffic infrastructure. One of the solution is to provide facility for motorcycle in a form Advanced Stop Lines. This research is to analyze the occupancy level of Advanced Stop Lines on signalized intersetions in Bandung. Occupancy level ASLs research is determined by percentage of occupancy level Advanced stop lines by motorcycle. This research is done on four signalized intersections in Bandung, which are Jend. Sudirman- Astana Anyar, Karapitan-Cikawao, Cipaganti-Prof. Eyckman, Pasir Kaliki-Dr. Rajiman within 2 hour each, Peak Hour and Off-Peak Hour. About the occupancy level among four signalized intersection ASLs as the research object there is one ASLs that is not good enough, which is ASLs Pasir Kaliki-Dr. Rajiman. This is caused by awareness level of four wheel drivers is very low, therefore the main purpose of ASLs is not fulfilled, Generally it can be concluded that not all ASLs in Bandung are well operated. Keywords: Advanced Stop Lines (ASLs), Motorcycle, Peak Hour, Off-Peak Hour, Occupancy level Abstrak Sepeda motor merupakan moda transportasi paling populer di Indonesia. Populasi sepeda motor pada tahun 2014 mencapai 86 juta unit dengan peningkatan produksi mencapai 7,9 juta unit dan terus bertambah setiap tahun nya. Pertumbuhan populasi sepeda motor ini khususnya di kota-kota besar diperkirakan akan menurunkan kinerja prasarana lalulintas. Salah satu bentuk penanganannya adalah dengan menyediakan suatu fasilitas untuk sepeda motor dalam bentuk fasilitas ruang henti khusus (RHK). Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis tingkat keterisian RHK simpang di Kota Bandung. Penelitian tingkat keterisian RHK dilakukan terhadap persentase keterisian RHK oleh sepeda motor. Penelitian ini dilakukan di empat simpang di Kota Bandung yaitu Jend. Sudirman-Astana Anyar, Karapitan- Cikawao, Cipaganti-Prof. Eyckman, Pasir Kaliki-Dr. Rajiman dan pada 2 jam di masing-masing jam sibuk dan jam tidak sibuk. Perihal tingkat keterisian dari keempat RHK simpang yang menjadi objek penelitian terdapat satu RHK simpang yang kinerjanya masih belum baik, yaitu RHK simpang Pasir Kaliki-Dr. Rajiman. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran pengendara roda empat akan adanya RHK pada simpang ini sangat rendah, sehingga tujuan utama dari dibuatnya RHK tidak terpenuhi, secara umum dapat disimpulkan bahwa tidak semua RHK di Kota Bandung sudah beroperasi dengan baik. Kata Kunci: Ruang Henti Khusus (RHK), Sepeda motor, Jam Sibuk, Jam Non-Sibuk, Tingkat Keterisian

PENDAHULUAN Latar Belakang Sepeda motor merupakan moda transportasi yang paling popular di Indonesia. Produksi sepeda motor pada tahun 2014 mencapai 7,9 juta unit dan populasinya mencapai 86 juta unit. Pertumbuhan populasi sepeda motor ini khususnya di kota kota besar tentu akan mempengaruhi karakteristik lalu lintas yang pada akhirnya dapat menurunkan kinerja prasarana lalulintas. Salah satu bentuk penanganan terhadap masalah ini adalah dengan penyediaan fasilitas sepeda motor dalam bentuk fasilitas ruang henti khusus (RHK) sepeda motor di persimpangan jalan perkotaan. RHK yang merupakan pengembangan model ASLs (Advanced Stop Lines) adalah lajur yang disediakan khusus untuk pengguna sepeda motor untuk memisahkan ruang tunggu bagi sepeda motor dan kendaraan roda empat di suatu persimpangan agar arus saat fase hijau bisa lebih teratur dan tertib, perancangan RHK pada jalan perkotaan memiliki kriteria khusus, diantaranya adalah syarat kondisi lalu lintas, Sebelumnya sudah pernah dilakukan análisis mengenai RHK oleh Katili (2011) dalam penelitian Pengaruh Implementasi RHK terhadap Arus Lalu lintas di Simpang Bersinyal Pasir Kaliki-Pasteur Bandung dan oleh Pateduk (2011) dalam Evaluasi Kinerja Ruang Henti Khusus di Simpang Pasteur-Pasir Kaliki dan Simpang Ahmad Yani- Laswi Bandung yang membedakan adalah penelitian ini lebih menganalisis ke tingkat keterisian RHK terhadap kapasitas dan tingkat keterisian RHK hanya diisi oleh sepeda motor. Tujuan Tujuan penelitian adalah untuk menentukan tingkat keterisian Ruang Henti Khusus simpang di Kota Bandung Ruang Lingkup Penelitian Gambar 1 Denah Lokasi RHK yang ditinjau Sumber : http://www.streetdirectory.co.id/indonesia/en/bandung/#

Penelitian dilakukan di 4 simpang seperti terlihat pada Gambar 1, yaitu : 1. Penelitian dilakukan di 4 simpang seperti terlihat pada Gambar 1.1, yaitu : Simpang besar: Simpang kecil: ` B1.Simpang Jend.Sudirman-Astana Anyar B2.Simpang Karapitan-Cikawao K1.Simpang Cipaganti-Prof Eyckman K2.Simpang Pasir Kaliki-Dr.Rajiman 2. Penelitian dilakukan pada jam sibuk dan non-sibuk di masing-masing simpang. 3. Waktu pengamatan dilakukan selama 2 jam di masing-masing RHK simpang 4. Data sekunder didapat dari Dinas Perhubungan Kota Bandung. TINJAUAN PUSTAKA Ruang Henti Khusus (RHK) Ruang Henti Khusus (RHK) untuk sepeda motor pada persimpangan merupakan salah satu alternatif pemecah masalah penumpukan sepeda motor pada persimpangan bersinyal (Idris, 2007). RHK adalah fasilitas ruang henti khusus untuk sepeda motor selama fase merah yang ditempatkan di bagian depan jalan suatu simpang di depan ruang henti kendaraan bermotor lainnya. Ruang Henti Khusus (RHK) sepeda motor merupakan pengembangan dari Advanced Stop Lines (ALSs) untuk sepeda, yaitu fasilitas yang diperuntukkan bagi sepeda yang ditempatkan di depan antrian kendaraan bermotor (Wall et al., 2003). Beberapa tujuan diimplementasikan RHK ialah : a) Memberikan ruang penglihatan kepada pengemudi kendaraan bermotor lain sehingga dapat melihat pengendara sepeda motor. b) Mengijinkan pengendara sepeda motor untuk dapat melewati antrian dengan menggunakan lajur pendekat dan mengantri di bagian paling depan pada saat nyala lampu merah. c) Menempatkan para pengendara sepeda motor di tempat yang lebih aman, terlihat oleh pengemudi kendaraan bermotor lainnya, sehingga dapat di beri jalan untuk maju terlebih dahulu. RHK yang ideal dilengkapi dengan lajur pendekat yang memiliki fungsi selain untuk area berhenti selama fase merah, juga berfungsi untuk menyalurkan sepeda motor ke RHK. Ukuran lajur pendekat dapat disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan posisinya dapat di tentukan dari proporsi sepeda motor yang bergerak. Bila proporsi sepeda motor lebih banyak yang bergerak lurus, lajur pendekat disarankan dari sebelah kiri namun bila proporsi pergerakannya lebih besar belok kanan maka lajur pendekatnya ditempatkan dari sebelah kanan.

Perancangan Teknis Desain RHK Dimensi RHK ditentukan dari dimensi ruang statis sepeda motor, sedangkan ruang statis sepeda motor diperoleh dari dimensi (panjang x lebar) rata-rata dari sepeda motor rencana. Sepeda motor rencana ditentukan dari populasi kelas sepeda motor terbanyak di Indonesia. Berdasarkan populasi, klasifikasi sepeda motor yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah jenis sepeda motro dengan ukuran silinder 110 125 cc. Dalam keadaan statis, kendaraan rencana sepeda motor memiliki jarak antara (gap) sepeda motor yang diukur dari dua spion sebesar 0,75 m dan panjang 2 m sehingga area yang dibutuhkan adalah 1,5 m2 (0,75 m x 2 m). Dimensi sepeda motor ditunjukan pada Gambar 2 Gambar 2 Dimensi Sepeda Motor Secara umum ada dua tipe RHK, yaitu RHK tipe kotak dan RHK dengan tipe P. RHK tipe kotak didesain apabila proporsi sepeda motor disetiap lajurnya relatif sama. RHK tipe kotak didesain terletak di antara garis henti untuk sepeda motor dan garis henti untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih. RHK tipe P adalah area RHK dengan perpanjangan pada pendekat simpang paling kiri yang berfungsi untuk menampung banyaknya volume sepeda motor yang bergerak di lajur kiri. RHK tipe P didesain terletak di antara garis henti untuk sepeda motor dan garis henti untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih dan dengan perpanjangan pada pendekat simpang kiri empat meter. Sosialisasi RHK Tingkat keberhasilan RHK diantaranya ditentukan oleh sosialisasi pada saat setelah pelaksanaan atau uji coba RHK. Sosialisasi RHK dilakukan untuk memberitahuan fungsi dari keberadaan RHK sehingga tingkat keterisian RHK dapat dimaksimalkan dan tingkat pelanggaran di persimpangan dapat di minimalisir. Dalam penerapan uji coba skala penuh RHKsepeda motor, diperlukan beberapa tahapan kegiatan sosialisasi yang dimulai dari koordinasi dan perizinan banyak pihak terkait, seperti Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, pihak Kepolisian dan sosialisasi terhadap pengguna sepeda motor.

Upaya memperkenalkan atau menyebarluaskan informasi mengenai RHK kepada masyarakat sebagai pengguna RHK dengan harapan proses sosialisasi RHK dimengerti dan dipahami secara utuh tentang fungsi dan manfaat RHK maka proses sosialisasi tidak hanya dilakukan pada awal pelaksanaan program saja, tetapi secara terus menerus sampai dengan akhir pelaksanaan program. Selain melalui sosialisasi secara langsung dengan masyarakat, sosialisasi dan penyebarluasan informasi RHK dapat dilakukan melalui media-media informasi. Saat ini cukup banyak media penyebarluasan informasi, baik media elektronik, media cetak, dan melalui rambu sosialisasi. Metode Analisis Tingkat Keterisian RHK a) Tingkat Keterisian RHK Salah satu indikator keberhasilan RHK adalah seberapa besar tingkat keterisian RHK pada saat nyala lampu merah oleh sepeda motor terhadap kapasitas maksimal sepeda motor yang dapat di tampung RHK. Klasifikasi tingkat keterisian RHK ditunjukan pada Tabel 1. Tingkat keterisian RHK Terhadap Kapasitas 80% Tabel 1 Tingkat Keterisian Area RHK RHK 60% - 79% RHK cukup < 60% sumber : Pusjatan, 2012, Modul Pelatihan Perancangan RHK b) Tingkat Keterisian RHK hanya diisi oleh Sepeda Motor Terdapatnya kendaraan lain selain sepeda motor di RHK pada saat nyala merah mengidentifikasikan kurang berhasilnya pengimpilmentasian RHK. Hal tersebut dikarekanan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya sosialisasi yang dilakukan setelah pengimplementasian RHK, desain area RHK yang perlu dianalisis kembali. Indikator tingkat keterisian RHK hanya diisi oleh sepeda motor ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Tingkat Keterisian RHK yang hanya diisi oleh Sepeda Motor Tingkat keterisian RHK hanya diisi oleh Sepeda Motor 80% RHK 60% - 79% RHK cukup < 60%

sumber : Pusjatan, 2012, Modul Pelatihan Perancangan RHK METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA Pemilihan Lokasi dan Waktu Studi Pemilihan lokasi studi penelitian ini dilakukan di 4 simpang yang berbeda, simpang yang ditinjau di bagi menjadi 2 RHK besar dan 2 RHK kecil agar penelitian lebih merata. Pemilihan waktu studi penelitian ini dilakukan pada jam sibuk dan tidak sibuk di masingmasing simpang. Lokasi yang dijadikan objek penelitian Tugas Akhir ini ada empat simpang yang keempatnya terletak di Kota Bandung, yaitu : 1. Simpang Jend.Sudirman Astana Anyar 2. Simpang Karapitan - Cikawao 3. Simpang Cipaganti Prof. Eyckman 4. Simpang Pasir Kaliki Dr. Rajiman Waktu studi dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 kali pada waktu jam sibuk dan jam tidak sibuk, yaitu : 1. Jam tidak sibuk pagi pukul 09.00 11.00 2. Jam Sibuk Siang pukul 12.00 14.00 Pembagian waktu studi dibagi menjadi jam sibuk dan non sibuk bertujuan agar peninjauan RHK dapat memperoleh data yang beragam tidak hanya saat RHK penuh saja tetapi juga saat RHK dalam keadaan sepi yang nantinya akan dianalisis untuk melihat tingkat efektivitas nya. Metode Studi Keterisian RHK Simpang Studi keterisian RHK simpang dilakukan dengan cara melihat jumlah kendaraan roda dua yang masuk kedalam area merah Ruang Henti Khusus (RHK) pada setiap fase lampu merah selama dua jam dan dua waktu sibuk dan non-sibuk. Survei selama waktu studi dilakukan oleh 1 orang pengamat dan 1 orang pencatat. Metode Studi Keterisian RHK hanya diisi Kendaraan Roda Dua Survei keterisian RHK hanya oleh kendaraan roda dua di lakukan bersamaan dengan survey keterisian RHK dengan cara melihat kendaraan selain kendaraan roda dua yang masuk ke area merah Ruang Henti Khusus (RHK) pada setiap fase lampu merah dalam waktu 2 jam. Pengumpulan Data Setelah melaksanakan survei maka didapat data-data yang diperlukan untuk melakukan analisis, meliputi: data geometri simpang, data keterisian RHK, dan data keterisian RHK hanya oleh sepeda motor. Data Geometri Simpang Data geometri simpang dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Data Geometri Simpang No Lokasi Jalan Dimesi RHK Jumlah Panjang Lebar Volume RHK (m) (m) (m 2 ) 11 Jend.Sudirman-Astana Anyar (Jend.Sudirman) 1 18 10 180 7 Karapitan-Cikawao (Karapitan) 1 11,6 10 116 43 Cipaganti-Prof. Eyckman (Cipaganti) 1 8 7,6 60,8 40 Pasir Kaliki-Dr.Rajiman (Pasir Kaliki) 2 6,3 10 63 Data Keterisian RHK Simpang 1. Simpang Jend. Sudirman Astana Anyar (Jend. Sudirman) Waktu Jumlah Fase Jumlah Rata Rata Sepeda Motor di dalam RHK selama 2 jam (Unit) Jumlah Fase Hanya Terdapat SM di dalam RHK selama 2 jam (unit) Jam Sibuk 41 63 33 Jam Non- Sibuk 41 37 35 2. Karapitan Cikawao (Karapitan) Waktu Jumlah Fase Jumlah Rata Rata Sepeda Motor di dalam RHK selama 2 jam (Unit) Jumlah Fase Hanya Terdapat SM di dalam RHK selama 2 jam (unit) Jam Sibuk 87 47 55 Jam Non- Sibuk 87 24 52 3. Cipaganti Prof. Eyckman (Cipaganti) Waktu Jumlah Fase Jumlah Rata Rata Sepeda Motor di dalam RHK selama 2 jam (Unit) Jumlah Fase Hanya Terdapat SM di dalam RHK selama 2 jam (unit) Jam Sibuk 63 25 44 Jam Non- Sibuk 63 13 51 4. Pasir Kaliki Dr.Rajiman (Pasir Kaliki) Waktu Jumlah Fase Jumlah Rata Rata Sepeda Motor di dalam RHK selama 2 jam (Unit) Jumlah Fase Hanya Terdapat SM di dalam RHK selama 2 jam (unit) Jam Sibuk 115 21 38 Jam Non- Sibuk 115 13 32

ANALISIS DATA Analisis RHK Simpang Jend. Sudirman Astana Anyar Kapasitas RHK (C) dihitung dengan cara membagi Luas RHK (A) dengan Luas Sepeda Motor Rencana (D). Kapasitas (C) = A / D = 115,64 / 1,5 = 77,093 ~ 77 unit per fase Tingkat Keterisian RHK (Ds) dihitung dengan cara membandingkan Rata Rata jumlah sepeda motor yang ada di dalam RHK (R) terhadap Kapasitas RHK (C) Jam Sibuk (12.00 14.00) DS = R / C = 63 / 77 = 0,8181 = 81,81 % (RHK Berhasil Diterapkan) Jam Non-Sibuk (09.00 11.00) DS = R / C = 37 / 77 = 0,4805 = 48,05 % (RHK Kurang Berhasil Diterapkan) Tingkat Keterisian RHK hanya oleh Sepeda Motor (DSm) dapat dihitung dengan cara menjumlah fase yang dimana hanya terdapat sepeda motor tanpa kendaraan lain ( Fm ) dibagi dengan jumlah seluruh fase selama 2 jam ( F ) Jam Sibuk (12.00 14.00) DSm = Fm / F = 33 / 41 = 0,8408 = 84,08 % (RHK Berhasil Diterapkan) Jam Non-Sibuk (09.00 11.00) DSm = Fm / F = 35 / 41 = 0,8536 = 85,36 % (RHK Berhasil Diterapkan)

Analisis RHK Karapitan Cikawao (Karapitan) Dari analisis yang telah dilakukan diperoleh : Jam Sibuk 77 61,03 63,21 RHK cukup berhasil RHK cukup berhasil Jam Non-Sibuk 77 31,16 60,91 Analisis RHK Cipaganti Prof. Eyckman (Cipaganti) Dari analisis yang telah dilakukan diperoleh : RHK cukup berhasil Jam Sibuk 40 62,5 69,84 RHK cukup berhasil RHK cukup berhasil Jam Non-Sibuk 40 32,50 80,95 Analisis RHK Pasir Kaliki Dr. Rajiman (Pasir Kaliki) Dari analisis yang telah dilakukan diperoleh : RHK berhasil Jam Sibuk 42 50 33,04 Jam Non-Sibuk 42 30,95 27,82

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil analisis yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tidak semua RHK di Kota Bandung sudah baik kinerja nya, hal ini dapat dilihat dari 4 sampel simpang yang memiliki RHK, terdapat 1 simpang yang kinerja RHK nya jauh dari kata berhasil yaitu simpang Pasir Kaliki Dr. Rajiman. Pada simpang ini Keterisian RHK pada jam sibuk hanya 50% dan tingkat keterisian hanya oleh sepeda motor terbesar yaitu pada jam sibuk sebesar 33,04 % hal ini dikarenakan tingkat kesadaran pengendara roda empat akan adannya RHK pada simpang ini sangat rendah dan faktor penindakan petugas yang kurang peduli akan pelanggaran yang di lakukan kendaraan roda empat masuk ke area RHK untuk sepeda motor. Saran Berdasarkan hasil analisis Penelitian adapun saran yang perlu untuk dilakukan adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian serupa pada lokasi-lokasi lainnya (57 lokasi) untuk mendapatkan hasil yang lebih menyeluruh tentang tingkat keterisian RHK. 2. Perlu penelitian hubungan dimensi RHK dan persentase sepeda motor terhadap total volume lalu lintas dalam rangka standarisasi/klasifikasi aplikasi di lapangan. 3. Perlu penelitian lanjut tentang tingkat kesadaran pengemudi kendaraan roda empat dan faktor penindakan petugas yang kurang peduli akan pelanggaran RHK. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum, 2012, Modul Pelatihan Monitoring dan Evaluasi RHK, Bandung. Idris, M, Laporan Akhir, 2007, Pengembangan Standar Lajur Sepeda Motor pada Ruas Jalan dan Persimpangan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung. Katili, Tan, 2011, Pengaruh Implimentasi RHK Terhadap Arus Lalulintas di Simpang Bersinyal Pasir Kaliki-Pasteur Bandung. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan Mulyadi, A, Laporan Akhir, 2011, Kajian Lajur Khusus Sepeda Motor di Ruas Jalan Primer Perkotaan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementrian Pekerjaan Umum, Bandung. Oglesby, Clarkson H dan Hicks, R. G., 1998, Teknik Jalan Raya. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pateduk, U.S, 2011, Evaluasi Kinerja Ruang Henti Khusus pada Simpang Pasteur-Pasir Kaliki dan Simpang Ahmad Yani-Laswi Bandung. Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Susilo, B.H, 2011, Rekayasa Lalulintas.Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti Wall, G.T., Davies, D.G. and Crabtree, M, 2003, Capacity Implications of Advanced Stop Lines for cyclist. Crowthorne: TRL Report 585.