BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab (LIPI,1980). Menurut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan hidup di daerah tropika. Pteridophyta tidak ditemukan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

INVENTARISASI PTERIDOPHYTA DI WILAYAH PPLH SELOLIMAN TRAWAS MOJOKERTO UNTUK PENYUSUNAN MODUL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SMA SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dan

Paku/Pteridophyta 1. Struktur tubuh dan habitat tumbuhan paku Tracheophyta berspora

PEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH. Oleh: Desti Indriyanti.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

DUNIA TUMBUHAN TUMBUHAN. mencakup. Tumbuhan tak berpembuluh (Atracheophyta) Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta)

Pembahasan Soal-soal

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya. obatan hingga perananya sebagai keseimbangan ekosistem.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN HERBARIUM PADA SISWA MADRASAH ALIYAH KOTA TERNATE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengembangan Modul Inkuiri Terbimbing Berbasis Potensi Lokal. Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan Paku.

PENDAHULUAN. multiseluler atau terdiri atas banyak sel yang tergolong ke dalam kingdom Plantae

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 110º BT - 110º dan 07º LS, sedangkan secara. longitudinal yang melewati Jawa (Anonim, 2005).

BAB VIII DUNIA TUMBUHAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk penelitian dan pemeriksaan ( Dorland, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam kelas Filicinae (Paku Sejati). Tumbuhan. Salviniaceae dan Marsiliaceae (Tjitrosoepomo, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh, makroalga tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup

SET 19 TUMBUHAN BERSPORA (CRYPTOGAMIE)

10/8/2014. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung

10/21/2013. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS PAKU TANAH DI KAWASAN GUNUNG TIDAR KOTA MAGELANG

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1. Program studi Pendidikan Biologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KINGDOM PLANTAE/TUMBUHAN ANIMALIA/HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak ternilai harganya. Dalam Dokumen Biodiversity Action Plan for

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

PREDIKSI UJIAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika (Adrianto dkk,2011). Suhartini (2009) menyebutkan. sebanyak jenis yang hidup secara alami (Astirin,2000).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

SK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. endemisitas baik flora maupun fauna di Indonesia. atau sekitar 17% dari total jenis burung di dunia. Jumlah tersebut sebanyak

TUGAS TAKSONOMI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH KELAS CYANOPHYCEAE (BANGSA CHROOCOCCALES)

KERAGAMAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) BERPOTENSI OBAT DI RESORT ROWOBENDO TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kawasan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya. adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi, yang

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PDF PADA MATERI SISTEM INDERA UNTUK SISWA KELAS XI SMA. Oleh: Linda Novitasari NIM. A1C ABSTRAK

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

Copyright Provide Free Tests and High Quality

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KINDOM PLANTAE. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I. PENDAHULUAN. bagi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dengan pengertian seperti itu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN. a. Diaspora Spora yang berfungsi sebagai agen penyebaran seperti pada fungi, lumut dan paku-pakuan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis

KAJIAN POTENSI DAN NILAI EKONOMI TANAMAN OBAT DAN TANAMAN HIAS DI HUTAN LINDUNG DULAMAYO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan mengenai implementasi peer assessment dalam penilaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Latar Belakang KONSEP DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA RESOR DI DAERAH BERIKLIM TROPIS LEMBAB

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang. yang diserai tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai

BIOMA. Gambar 1. Pesebaran Jenis-Jenis Bioma di Dunia. Gambar 2. Pengaruh Geografis Wilayah terhadap Bioma

BAB V PEMBAHASAN. dari alam. Sebagai bagian dari alam, keberadaan manusia di alam adalah saling

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala isinya termasuk gejala-gejala alam yang ada. Ruang lingkup

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Klasifikasi) By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia teknologi terus melakukan kemajuan yang begitu pesat di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan biodiversitas yang sangat tinggi. Menurut Sarwono. buku The Ecology of Kalimantan-Indonesia Borneo, menyatakan bahwa

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang RI No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

PENDAHULUAN Latar Belakang

MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN PAKU WANAGAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA DI GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, warna serta ciri lainnya yang tampak dari luar. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebun binatang dan cagar alam/taman nasional. Biologi adalah pengejawantahan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kelompok tumbuhan Pteridophyta tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab (LIPI,1980). Menurut (Indriyanto. 2006) fungsi ekologi Pteridophyta adalah sebagai salah satu komponen pembentuk vegetasi hutan mampu menahan limpasan air hujan yang bermanfaat untuk mengurangi debit banjir dan penahan air yang berfungsi sebagai sumber air. Pteridophyta di Indonesia banyak bermanfaat bagi manusia, salah satunya sebagai tanaman hias. Beberapa masyarakat di Indonesia juga telah memanfaatkanya sebagai tanaman obat (Rismunandar, 1991). Pteridophyta juga banyak digunakan oleh masyarakat sebagai pelengkap makanan, media tumbuh anggrek dan kerajinan. Pteridophyta yang sering digunakan sebagai tanaman hias antara lain : Adiantum sp. (suplir), Platycerium sp. (paku tanduk rusa), Asplenium sp. (paku sarang burung), sebagai bahan obat : Equisetum sp. (paku ekor kuda) yang digunakan untuk anti deuritik (lancar seni), Cyclophorus sp. untuk obat pusing dan obat luar, Dryopteris sp. untuk obat anti cacing pita, Playticerium bifurcata untuk obat tetes telinga luar, dan Lycopodium sp. untuk anti deuritik serta pencahar lemah dari sporanya. Sedangkan Pteridophyta yang digunakan

2 sebagai bahan sayuran antara lain: Marsilea sp. (semanggi), Pteridium aqiulinum (paku garuda). Selain itu Pteridophyta juga berperan dalam kesuburan tanah, beberapa jenis Pteridophyta yang berperan antara lain : Azolla pinnata yang mempunyai cara hidup bersimbiosis dengan Anabaena (alga biru), hal ini dapat mengikat unsur Nitrogen dan udara. Pteridophyta juga berperan sebagai pelindung tanaman di persemaian yaitu paku Glichenia linearis. Akan tetapi, menurut Darma (2006), pemanfaatan yang tidak diikuti oleh pembudidayaan merupakan suatu ancaman berkurangnya keanekaragaman pteridophyta di alam. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk lebih mengenal Pteridophyta adalah melalui bidang pendidikan. Materi Pteridophyta telah dibahas pada pembelajaran Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut pedoman KTSP Mata pelajaran Biologi yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Jakarta (2007), berbagai macam pendekatan yang dipergunakan dalam Sains (Biologi), harus berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik. Sebuah komunikasi pembelajaran sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian/kompetensi. Artinya proses pembelajaran tersebut akat terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut (Daryanto, 2010). Pengembangan kreatifitas guru dalam mengajar sebagai salah satu factor penting berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, salah satunya pengembangan metode serta media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan komponen

3 pembelajaran yang tidak bisa diabaikan dan sudah merupakan bagian kesatuan yang sangat bermanfaat untuk dapat memperjelas tanggapan siswa terhadap materi pembelajaran, menambah perhatian siswa sehingga memungkinkan timbulnya kegiatan belajar siswa. Media bukan hanya sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar melainkan alat penyalur pesan bagi siswa (Arief S Sadiman, dkk. 2006). Media pembelajaran yang digunakan guru hendaknya inovatif dengan sajian yang menarik minat peserta didik untuk mempelajari materi di dalamnya. Media pembelajaran bisa berupa media cetak yang meliputi : buku ajar, modul, majalah ilmiah, handout, work book (Daryanto, 2010). Modul merupakan suatu media pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Terkait dengan pembuatan modul yang inovatif, salah satu alternatifnya bisa dicantumkan beberapa gambar yang mengarah pada materi ajar. Selain menambah daya tarik guru dan siswa dalam mempelajari materi ajar, penggunaan gambar dalam modul juga akan mempermudah guru maupun siswa dalam mempelajari objek terkait. Materi Pteridophyta merupakan materi ajar yang mengarahkan peserta didik untuk mengenal, memahami dan mendiskripsi berbagai macam Pteridophyta. Hal ini dikarenakan macam jenis Pteridophyta yang sangat beragam, sehingga guru dan peserta didik mampu membedakan ciri khusus masing-masing genus dan spesiesnya.

4 Populasi Pteridophyta banyak ditemukan di daerah dengan kondisi iklim yang dingin. Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman merupakan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang pendidikan lingkungan hidup. PPLH seloliman berlokasi di Ds. Seloliman, Kec. Trawas Kab. Mojokerto Jawa Timur. Sebagai Lambaga Swadaya Masyarakat (LSM), PPLH merupakan lembaga independen dan tidak berafiliasi pada organisasi sosialpolitik manapun serta bukan bagian dari instansi pemerintahan (Data, PPLH). Berdasarkan pengalaman magang matakuliah Pemagangan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang Tahun 2012, selama ini di PPLH Seloliman Trawas Mojokerto belum pernah didapatkan data publikasi tentang jenis-jenis Pteridophyta serta pemanfaatanya dalam pembuatan Modul sebagai media Belajar. Padahal, banyak sekali ditemukan beragam jenis Pteridophyta tetapi dibiarkan hidup bebas. Potensi alam yang kaya dapat dipergunakan sedemikian mungkin sebagai sumber belajar bagi siswa lembaga pendidikan sekitar. Salah satu langkah yang bisa menjadi alternatif, yaitu perlu dilakukan pendataan macam jenis Pteridophyta di PPLH Seloliman Trawas Mojokerto yang kemudian digunakan pemanfaatanya sebagai media belajar berupa modul. Berdasarkan penguraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul "INVENTARISASI PTERIDOPHYTA DI PUSAT PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH) SELOLIMAN TRAWAS MOJOKERTO DAN PEMBUATAN MODUL SEBAGAI MEDIA BELAJAR SEKOLAH "

5 1.2 Rumusan Masalah 1. Jenis Pteridophyta apa sajakah yang terdapat di PPLH Ds. Seloliman Kec. Trawas Kab. Mojokerto Jawa Timur? 2. Apakah hasil inventarisasi Pteridophyta yang dilakukan di PPLH Ds. Seloliman Kec. Trawas Kab. Mojokerto Jawa Timur memenuhi kriteria untuk dijadikan sebuah modul sebagai nmedia belajar sekolah? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jenis pteridophyta yang terdapat di PPLH Ds. Seloliman Kec. Trawas Kab. Mojokerto Jawa Timur. 2. Untuk mengetahui Apakah hasil inventarisasi Pteridophyta yang dilakukan di PPLH Ds. Seloliman Kec. Trawas Kab. Mojokerto Jawa Timur dapat digunakan sebagai bahan pembuatan modul media belajar sekolah? 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada para pendidik mengenai berbagai jenis Pteridophyta yang terdapat di PPLH Ds. Seloliman Kec. Trawas Kab. Mojokerto Jawa Timur. 2. Memberikan data kepada pihak PPLH mengenai Pteridophyta yang ada di PPLH Ds. Seloliman Kec. Trawas Kab. Mojokerto Jawa Timur. 3. Memberikan tambahan media pembelajaran dengan menggunakan Modul Praktis Pteridophyta terkait jenis Pteridophyta yang ada di PPLH Ds. Seloliman Kec. Trawas Kab. Mojokerto Jawa Timur sebagai media belajar.

6 1.5 Batasan Istilah Untuk menghindari timbulnya pengertian ganda maka penulis perlu memberikan definisi istilah sebagai berikut: 1. Inventarisasi pteridophyta adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai jenis-jenis pteridophyta yang ada (Tjitrosoepomo, 1991). 2. Tumbuhan paku atau Pteridophyta adalah sekelompok tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya (Tjitrosoepomo, 1991). 3. Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman Trawas Mojokerto Jawa Timur merupakan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang pendidikan lingkungan hidup. Didirikan pada 15 Mei 1990 dibawah naungan Yayasan lingkungan Hidup Seloliman (YLHS) (Data, PPLH). 4. Media belajar adalah Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan (Ibrahim, et.al., 2001). 5. Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunaanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru. Dengan demikian maka sebuah modul harus bisa dijadikan sebuah media sebagai pengganti fungsi guru. Kalau guru menjelaskan

7 sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingka pengetahuan dan usianya (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). 1.6 Batasan penelitian 1. Teknik inventarisasi dilakukan Metode jelajah yaitu merupakan metode untuk melaksanakan pengamatan dengan pencatatan data secara langsung. Ienventarisasi ini dilakukan agar mendapat data data yang akhirnya akan dapat dikelompokkan sesuai spesifikasi tiap genus. 2. Kegiatan penelitian dilaksanakan di PPLH Seloliman dengan fokus pada titik lokasi yang terdapat banyak Pteridophyta seperti di daerah dekat kantor PPLH. 3. Data yang didapat berdasarkan inventarisasi yang telah dilakukan di PPLH Seloliman akan disusun dalam bentuk buku ajar, sebagai media belajar. 4. Hasil inventarisasi berupa Modul Pteridophyta yang nantinya dilakukan uji kelayakan di SMA 1 Ngoro, Mojokerto Jawa Timur.