:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB III METODE PENELITIAN

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Vegetasi Hutan Alam

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

DINAMIKA PERMUDAAN ALAM AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI) MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

PERANAN KONSERVASI TRADISIONAL TERHADAP KERAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA DESA DI KECAMATAN LEITIMUR SELATAN

BAB III. METODE PENELITIAN

Struktur Dan Komposisi Tegakan Sebelum Dan Sesudah Pemanenan Kayu Di Hutan Alam. Muhdi

STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEGAKAN HUTAN DI PULAU SELIMPAI KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI. A. Metode survei

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.


METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

KEANEKARAGAMAN VEGETASI DI HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU

HASIL ANALISA VEGETASI (DAMPAK KEGIATAN OPERASIONAL TERHADAP TEGAKAN HUTAN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

E ROUP PUROBli\1 .IURUSAN TEKNOLOGI BASIL HUTAN E C\KULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh :

ANALISIS KONDISI HUTAN DI KAWASAN PANTAI NATSEPA KABUPATEN MALUKU TENGAH. Donny Japly Pugesehan Dosen Agroforestri Politeknik Perdamaian Halmahera

Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

III. METODE PENELTTIAN Tempat dan Waktu. Penelitian dilaksanakan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu,

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi, S.Hut.

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

ANALISIS VEGETASI HUTAN PRODUKSI TERBATAS BOLIYOHUTO PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

IV. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

MONITORING LINGKUNGAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

Transkripsi:

ISSN : 2337-5329 :!,1G():5kr'W:5 JURnAl EKOlOGI DAn SAlns PUSAT PENELITIAN LlNGKUNGAN HIDUP a SUMBERDAYA ALAM (PPLH SDA) UNIVERSITAS PATTIMURA VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329

POTENSI FLORA DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Flora Potential in The District of West Seram Abraham. H.Tulalessy Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Universitas Pattimura Ambon ABSTRAK Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui potensi flora di Kabupaten Seram Bagian Barat ini berlangsung selama 2 bulan dari bulan September sampai Oktober 2009.Pengamatan vegetasi dilakukan dengan cara sensus dan menggunakan metode garis berpetak yang di dasarkan pada tingkat pertumbuhan. Analisis vegetasi dilakukan dengan menghitung nilai INP (Indeks Nilai Penting. Pengamatan dilakukan di Pulau Marsegu, desa Ariate, Morekau, Taniwel, Hunitetu dan Hatusua Kabupaten Seram Bagian Barat. Hasil penelitian menunjukkan jumlah jenis vegetasi pohon yang dijumpai sebanyak 80 jenis dengan 38 famili yang didominasi oleh jenis meranti, Matoa, pala hutan, kenari dan kayu besi. Jenisjenis ini tersebar pada daerah pesisir pantai sampai pada tipe hutan hujan di pegunungan. Struktur vegetasi hutan terdiri dari 5 stratum dengan kondisi vegetasi yang baik bagi habitat satwa berdasarkan komposisi jenis maupun struktur vegetasinya. Potensi flora yang dijumpai dilokasi studi menunjukkan bahwa sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya masih baik. Kata kunci : Flora, habitat, ekosistem PENDAHULUAN Keunikan dan tingginya Keanekaragaman hayati di Maluku tersebar luas pada seluruh wilayah dengan konsentrasi kelimpahan jenis yang berbeda-beda pada tiap pulaunya. Julukan Seribu Pulau untuk Propinsi Maluku menyimpan kekayaan jenis flora dan fauna yang bervariasi. Kondisi vegetasi dengan stratifikasi tegakan dan komposisi jenis yang melimpah menunjukkan bahwa jenis vegetasi masih cukup baik. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan pengrusakan hutan secara luas masih rendah sehingga masih bisa dijumpai vegetasi yang rapat dan masih terjaga dengan ditunjukkan oleh adanya 53 jenis vegetasi di Kabupaten Seram Bagian Barat. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi flora di Kabupaten Seram Bagian Barat. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat dengan desa sampel yaitu Pulau Marsegu, desa Ariate, Morekau, Taniwel, Hunitetu dan Hatusua yang berlangsung selama 2 bulan (September sampai November) 2009. Metode Dasar dan Analisis Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapangan, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan status kelompok manusia, suatu objek data atau suatu kondisi tertentu. Analisis data penelitian disajikan secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan Data Vegetasi Pengumpulan data vegetasi difokuskan pada vegetasi pohon. Metode pengumpulan data vegetasi dilakukan 1

dengan Metode Garis Berpetak, luas petak koleksi data vegetasi ini ditentukan berdasarkan tingkat pertumbuhan pohon menurut Kartawinata dkk, (1976) yang dibedakan dalam 4 tingkat pertumbuhan dengan klasfifikasi seperti di bawah ini: Tingkatan Luas plot pengamatan Pohon 20 m x 20 m Tiang 10 m x 10 m Pancang/sapihan 5 m x 5 m Semai 2 m x 2 m Data vegetasi dikumpulkan dengan mencatat semua vegetasi pohon yang ada dalam petak sesuai tingkatan pertumbuhan, data-data yang dikumpulkan meliputi : jenis pohon, tinggi total, tinggi bebas cabang, dan diameter setinggi dada. Data ini dicatat pada lembaran data lapangan yang telah disediakan. Analisis Data Vegetasi Analisis data dilakukan secara kuantitatif, kemudian diinterpretasikan secara deskriptif. Persamaan yang digunakan dalam analisis data diantaranya adalah : Analisis data vegetasi pada setiap tingkat pertumbuhan vegetasi (individu/ha) dalam Odum (1996): 1. Kerapatan = 2. Kerapatan Relatif (%) = 100% 3. Frekuensi = 4. Frekuensi Relatif (%) = 100% h h 5. Dominansi = 6. Dominansi Relatif (%) = 100% 7. Indeks Nilai Penting (INP) = Kerapatan Relatif (KR) + Frekuensi Relatif (FR) + Dominansi Relatif (DR) HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Vegetasi Hutan Hasil penelitian memperlihatkan bahwa formasi tumbuhan penutup hutan berhubungan dengan stratifikasi tegakan vegetasi, maka perbedaan struktur dan komposisi jenis yang dominan pada masing-masing wilayah selalu berubah dari waktu ke waktu. Penyebaran tumbuhan yang bervariasi yang dimulai dari tumbuhan penutup tanah, semai, pancang, tiang dan pohon dalam perkembangannya akan terseleksi melalui tahapan suksesi sehingga jenis yang dominanlah yang dapat bertahan dalam membentuk formasi tegakan. Sesuai pembagian stratifikasi tegakan hutan berdasarkan Soerianegara (1979), maka pada hutan di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat didapati berbagai struktur vegetasi yang terdiri atas 5 stratum dengan pembagian stratum berdasarkan tinggi tegakan sebagai berikut; Stratum A tinggi tegakan > 30 m Stratum B tinggi tegakan 20 s/d 30 m Stratum C tinggi tegakan 4 s/d 20 m Stratum D tinggi tegakan 1 s/d 4 m Stratum E tinggi tegakan < 1 m Hasil pengumpulan data lapangan menunjukkan bahwa kawasan hutan di Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki keragaman struktur vegetasi seperti terlihat pada Tabel 1. dengan beberapa jenis h 2

vegetasi pohon dominan penyusun struktur hutan tersebut. Tabel 1. Jenis Vegetasi Pohon Dominan yang Membentuk Stratifikasi Vegetasi Hutan Tingkat Strata Jenis Vegetasi A (> 30 m ) B (20 30 m) C (4 20 m) D (1 4 m) E (< 1 m) Meranti, Lasa, Siki, Jambu hutan, Matoa/ Tawang, Pala Hutan, Samar, Kenari, Kayu Burung, Kayu Besi, Kayu Hitam, Kayu olasi Pala Hutan, Meranti, Siki, Jambu Hutan, Lasa, Nyatoh, Bintanggur, Tawang, Pinang, Tikar, Kayu cina, Katapang, Gufasa, Kayu besi, Ganemo, Pulaka. Meranti, Lasa, Samar, Pala Hutan, Jambu Hutan, Nyatoh, Ketapang Hutan, Siki, Lawang, Manggis Hutan, Damar Putih, Pandan, Pinang, Pakis, Lenggua, Pule, Kenanga, Makila, Kenari. Meranti, Damar Putih, Pala Hutan, Samar, Kikir, Siki, Bintanggur, Ketapang Hutan, Genemu, Kayu cina, Kenari, Gufasa, Lenggua, Gondal, Rotan, Pandan, Biroro, Suplier/Pakuan, Rutu-Rutu, Galoba, Siripopar, Paku kawat, Hulaleng, Gofasa. Pertumbuhan stratifikasi merupakan pertambahan vertikal dari bentuk tajuk karena pola penguasaan tumbuhan akibat persaingan diantara tegakan pohon yang menyebabkan munculnya jenis-jenis dominan dari satu wilayah sebaran. Perbedaan dalam tingkat stratum berhubungan dengan lingkungan (tempat tumbuh) misalnya terjadi penghambatan pertumbuhan tegakan akibat penebangan dan pembukaan areal lahan. Perbedaan stratifikasi pertumbuhan yang bervariasi pada hutan di Kabupaten Seram Bagian Barat membuktikan bahwa regenerasi dan adaptibiliti keragaman vegetasi penyusun formasi hutan mengindikasi sumber daya hayati vegetasi yang menjamin keberlangsungan ekosistem hutan. Struktur tegakan hutan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penutupan lahan yang secara langsung dapat berpengaruh terhadap perubahan struktur tanah, sifat tanah, kualitas air dan keberadaan habitat satwa. Berdasarkan tingkat pertumbuhan tegakan maka spesies dominan yang dijumpai meliputi jenis Meranti, Durian, Kayu Besi, Lenggua, Gofasa, dan Kayu Burung. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut mempunyai kemampuan hidup yang lebih baik pada kawasan hutan yang diteliti. Komposisi Tegakan dan Tingkat Penguasaan Jenis Vegetasi Komposisi tegakan dan tingkat penguasaan jenis vegetasi sangat berkaitan dengan persaingan pertumbuhan. Indikator tercapainya proses adaptibiliti untuk semua jenis vegetasi dalam pertumbuhannya akan menghasilkan komposisi tegakan dan tingkat penguasaan jenis vegetasi dengan pertumbuhan yang normal dari waktu ke waktu. Kondisi demikian akan tercapai jika tidak terjadi gangguan selama proses pertumbuhan dan perkembangan berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 lokasi pengumpulan data vegetasi di jumpai ada 53 jenis vegetasi pada tingkat pohon dan 51 jenis pada tingkat tiang. Lokasi Ariate merupakan lokasi dengan jumlah jenis vegetasi pohon terbanyak yaitu sebanyak 38 jenis dan lokasi Pulau Marsegu memiliki jumlah jenis yang paling sedikit yaitu hanya 17 jenis. Kelimpahan jenis vegetasi pohon 3

pada lokasi pengumpulan data bisa dilihat pada Gambar 1. Jumlah Jenis 40 35 30 25 20 15 10 5 0 38 37 Kelimpahan Jenis Vegetasi 32 29 Gambar 1. Grafik kelimpahan jenis vegetasi pohon di Lokasilokasi pengumpulan data Komposisi jenis vegetasi penyusun hutan di Kabupaten Seram Bagian Barat mempunyai kelimpahan jenis yang berbeda pada tingkat struktur dan tipe hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan jenis vegetasi yang diukur dengan Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat pohon terdapat 51 jenis dengan nilai INP tertinggi pada jenis meranti, durian, kayu besi panai dan cengkih. Sedangkan pada tingkat tiang, INP tertinggi terdapat pada jenis vegetasi kayu besi pantai, dan mangga. Dari hasil analisa INP tiap tegakan vegetasi sesuai diketahui bahwa pada tingkat pohon jenis Meranti ( Shorea sp) dan Durian ( Durio zibethinus) merupakan 2 jenis vegetasi yang paling tinggi tingkat dominansinya, sedangkan pada tingkat tiang jenis dengan dominansi tertinggi adalah kayu besi pantai (Pongemia pinata) dan tanaman coklat (Teobroma cacao). Hasil analisa INP menjelaskan adanya persaingan tumbuh di antara jenisjenis vegetasi pohon yang memberikan dampak positif pada fungsi dan manfaat komunitas yang membentuk tegakan hutan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Fungsi dan manfaat yang diperoleh secara langsung kepada masyarakat adalah penggunaan kayu untuk 27 17 Ariate Taniwel Morekau Hunitetu Hatusua P.Marsegu Lokasi kayu bakar, kayu pertukangan (bahan bangunan rumah, perabot rumah tangga, dll.) dan pemanfaatan untuk tanaman obatobatan, serta tanaman pangan. Sedangkan fungsi dan manfaat secara tidak langsung antara lain berupa pengaturan tata air, pencegahan bahaya erosi dan banjir, menjaga keseimbangan iklim lokal, sirkulasi produksi O2 serta pemeliharaan kesuburan tanah. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan jumlah jenis vegetasi pohon yang dijumpai adalah sebanyak 80 jenis dengan 38 famili yang tersebar pada daerah pesisir pantai sampai pada tipe hutan hujan di pegunungan. Struktur vegetasi hutan terdiri dari 5 stratum. Kondisi vegetasi baik komposisi jenis maupun struktur vegetasi menjadi tempat yang baik bagi habitat satwa, sumber pakan, tempat bersarang/tidur dan cover. Potensi flora yang beragam dengan kondisi lingkungan yang masih baik mengindikasikan bahwa perlu adannya upaya yang serius dari semua pihak baik pemerintah, masyarakat dan seluruh komponen yang peduli terhadap lingkungan untuk melakukan upaya konservasi sumberdaya alam beserta ekosistemnya. DAFTAR PUSTAKA Bappenas. 2004. Wilayah Kritis Keanekaragaman Hayati di Indonesia: Instrumen Penilaian dan Pemindaian Indikatif/Cepat Bagi Pengambil Kebijakan. Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas. Jakarta Conservation International Indonesia. Kartawinata. K., S. Soenarko, IGM. Tantra dan T. Samingan. 1976. Pedoman Inventarisasi Flora dan Ekosistem. Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Bogor. 4

Ludwig, J. A. and J. F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A primer on Method and Computing. A Wiley- Interscience Publication. Primack, R. B., J. Supriatna, M. Indrawan, dan P. Kramadibrata. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 5