I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan

I. PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data Council of Islamic Banks and Financial Institutions

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

I. PENDAHULUAN. Bank Umum Syariah telah muncul sejak tahun 1992 yang dipelopori oleh Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perbankan nasional selama kurun waktu tahun 2003 sampai 2009

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang baik akan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. negara. Ketika sektor perbankan terpuruk maka akan berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. membuka islamic division di bank tersebut. Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berhaga dan penanaman

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN Latar Belakang Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dana yang telah berhasil dihimpun kemudian disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya, merupakan bentuk intermediasi perbankan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perkembangan industri perbankan di Indonesia diawali dengan adanya deregulasi perbankan yang dimulai pada tahun 1983 berupa penghapusan pagu kredit, pembebasan penetapan suku bunga kredit, tabungan, dan deposito telah berhasil menumbuhkan iklim persaingan antar bank (Unit Museum - Bank Indonesia : periode 1983-1997). Langkah mendalam dilakukan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah dengan deregulasi yang dilakukan pada tahun 1988 melalui Paket Ekonomi Perbankan Oktober 1988 atau yang dikenal dengan Pakto 88. Dengan adanya deregulasi tersebut, pemerintah memberikan kemudahan bagi pendirian bank. Kebijakan tersebut berdampak pada meningkatnya jumlah bank secara signifikan. Dikeluarkannya Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan dan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 yang memuat tentang berdirinya bank syariah menandakan telah dimulainya sistem perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia yaitu beroperasinya sistem perbankan syariah dan konvensional dalam waktu yang bersamaan. Perbedaan mendasar antara kedua sistem perbankan ini terletak pada penerapan instrumen suku bunga. Menurut El Hawary et al (2003), terdapat empat hal yang membedakan antara perbankan syariah dengan bank konvensional. Sistem bank konvensional menggunakan suku bunga sedangkan bank syariah mengharamkan penggunaan suku bunga dalam aktivitasnya prinsip bagi hasil dalam setiap aktivitas usahanya (risk sharing), berdasarkan barang yang nyata/jelas (materiality), tidak merugikan pihak lain dalam hal ini nasabah yang berurusan dengan pihak perbankan (no exploitation), dan tidak bertransaksi/ memberikan pinjaman untuk hal-hal yang melanggar aturan/ mengandung dosa (no financing of sinful activities). Perubahan UU No.7 tahun 1992 menjadi UU No.10 tahun 1998 memberikan peluang bagi perkembangan bank syariah. Peraturan tersebut berisi mengenai landasan hukum serta jenis usaha yang dapat dioperasikan oleh bank syariah dan memperbolehkan bank umum konvensional untuk membuka unit usaha syariah dan atau mengubah secara penuh menjadi bank syariah dalam rangka meraih segmen pasar baru yang dapat meningkatkan kinerja perbankan selanjutnya. Adapun klasifikasi jenis dan usaha perbankan syariah di Indonesia terdiri dari Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Gambar 1 menunjukkan selama kurun waktu delapan tahun terakhir, perbankan syariah di Indonesia telah menunjukkan performa yang bagus dengan tingkat pertumbuhan yang baik dan konsisten. Sejumlah dana yang berhasil dihimpun melalui Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber pemasukan terbesar bagi perbankan. Pertumbuhan DPK rata-rata dalam kurun waktu tersebut mencapai empat puluh persen. Jika dibandingkan dengan kinerja perbankan konvensional, pencapaian DPK perbankan syariah jauh di atas perbankan

2 konvensional yang hanya mengalami pertumbuhan rata-rata enam belas persen (data diolah). milyar 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - persen 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 - dpk (milyar Rp) kredit/pembiayaan (milyar Rp) aset (milyar Rp) npl (persen) Gambar 1 Kinerja perbankan syariah di Indonesia (Bank Indonesia, 2012, diolah) Begitu pula dari sisi aset yang dimiliki, perbankan syariah jauh lebih unggul dibandingkan dengan perbankan konvensional. Laju pertumbuhan asset perbankan syariah lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan perbankan konvensional yang hanya mencapai tujuh belas persen pertahun (data diolah). Kredit macet (Non-Performing Loan) yang terdapat pada perbankan syariah juga tergolong baik yakni berada di bawah lima persen sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Hal tersebut dapat dicapai oleh perbankan syariah karena telah menerapkan manajemen resiko kredit yang baik mulai dari analisa kredit sebelum akad dilakukan hingga pengelolaan kredit berjalan yang dilakukan dengan pengawasan yang baik pula. Selain dari pertumbuhan aset dan Dana Pihak Ketiga yang pesat serta Non- Performing Loan yang rendah, kelebihan kinerja perbankan syariah dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyalurkan pembiayaan yang berasal dari DPK yang berhasil dihimpun (Nugroho, 2009). Adapun perbandingan antara kinerja penyaluran kredit yang disalurkan oleh bank umum sebagai representative dari perbankan konvensional dengan kinerja pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh perbankan syariah dapat dilihat dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Dalam periode tersebut, posisi rasio pembiayaan perbankan syariah yang disalurkan terhadap dana pihak ketiga selalu berada di atas perbankan konvensional. Pada bulan Februari 2012, FDR menunjukkan nilai sepuluh persen lebih tinggi dari LDR yang hanya mencapai delapan puluh persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perbankan syariah sanggup menyalurkan sembilan puluh

3 persen dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun. Jika melihat FDR dan meninjau salah satu peran perbankan sebagai lembaga intermediasi yakni menyalurkan dana yang dimiliki kepada masyrakat yang membutuhkan dana tersebut, kontibusi perbankan syariah lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (Nugroho, 2009). 120% 100% 97% 98% 99% 103% 104% 90% 90% 89% 87% 90% 80% 60% 40% 20% 58% 62% 62% 66% 75% 73% 76% 79% 79% 80% FDR LDR 0% 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jan-12 Feb-12 Gambar 2 FDR & LDR perbankan syariah dan konvensional (Bank Indonesia, 2012, diolah) Namun demikian, meskipun perbankan syariah memiliki rasio pembiayaan terhadap deposito yang lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional, dilain sisi seperti ditunjukkan Gambar 3, pangsa pasar yang dimiliki oleh perbankan syariah dalam kaitannya dengan penyaluran pembiayaan sangat rendah dibandingkan pangsa pasar kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional secara nasional. Sejak tahun 2009, pertumbuhan pangsa pasar pembiayaan syariah barhasil meningkat setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan yang stagnan pada level 2,6 persen selama empat tahun (data diolah). Sesuai dengan perannya sebagai lembaga intermediasi, perbankan nasional baik yang berasaskan sistem konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah secara sinergis serta saling mengisi dalam hal segmen pasar yang belum tersentuh perbankan selama ini, turut membantu perputaran roda perekonomian nasional baik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan penyaluran kredit/pembiayaan serta dalam menghimpun dana dari masyarakat. Kredit atau pembiayaan perbankan merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya dunia usaha yang nantinya akan memiliki efek beruntun (multiplier effect) bagi peningkatan skala ekonomi usaha (economic of scale) maupun peningkatan lingkup usaha (economic of scope) pelaku bisnis. Peningkatan baik dari lingkup maupun skala ekonomi tersebut kemudian akan berdampak pada penciptaan lapangan kerja baru, pengurangan tingkat kemiskinan, pemerataan pendapatan, peningkatan pendapatan/kesejahteraan masyarakat, dan akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional secara

4 agregat. Krisis global beberapa tahun silam berdampak pada menurunnya kinerja perusahaan baik dari skala kecil hingga besar terutama yang berorientasi ekspor. Penurunan kinerja tersebut berdampak pula pada kinerja penyaluran kredit perbankan nasional karena aktifitas ekonomi sedang lesu. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi perhatian pemerintah dan bank sentral selaku regulator dalam penentuan kebijakan moneter yang nantinya akan berpengaruh terhadap kondisi makroekonomi dan terus berupaya mendorong realisasi peningkatan penyaluran kredit karena diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi terutama sektor riil. Dengan demikian, mengingat pentingnya peran perbankan bagi perekonomian, Indonesia harus memiliki sistem perbankan yang kuat terhadap fluktuasi maupun guncangan yang terjadi pada ruang lingkup makroekonomi. 100.00% bank umum konvensional perbankan syariah 2.14% 2.52% 2.57% 2.84% 3.16% 3.72% 4.46% 4.45% 4.50% 99.00% 98.00% 97.00% 96.00% 95.00% 94.00% 93.00% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jan-12 Feb-12 Gambar 3 Pangsa pasar kredit perbankan (Bank Indonesia, 2012, diolah) Salah satu variabel makroekonomi yang memiliki pengaruh terhadap perbankan baik konvensional maupun syariah adalah suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Sentral (BI) sebagai instrumen kebijakan moneter. Instrumen BI Rate digunakan oleh Bank Sentral untuk mengatur suku bunga perbankan di Indonesia. Kenaikan tingkat bunga merupakan indikasi meningkatnya cost of fund bagi bank konvensional karena bank harus membayar bunga yang lebih tinggi untuk menarik deposito baru. Namun, Kasri dan Kassim (2009) mengatakan peningkatan suku bunga akan mempengaruhi kinerja penghimpunan DPK perbankan syariah sebab dapat memperbesar terjadinya displacement risk yakni resiko pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional. Indonesia yang memiliki sistem perekonomian terbuka menyebabkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam penciptaan kondisi makro yang kondusif turut dipengaruhi oleh perubahan eksternal sehingga real exchange rate yang notabenenya sebagai sinyal perubahan substansi perekonomian berpengaruh terhadap kinerja intermediasi perbankan khususnya pembiayaan yang diberikan. Variabel makroekonomi lainnya yang berperan dalam penyaluran kredit perbankan adalah Consumer Price Index yang digunakan sebagai proksi tingkat inflasi, dan Industrial Production Index yang mencerminkan tingkat pertumbuhan

5 produksi (Kassim, et al, 2009). Kondisi pasar modal juga berkontribusi terhadap kinerja pemberian kredit perbankan.hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Mishkin (1998), jika harga saham mengalami perubahan positif akan berdampak pada kenaikan pemberian kredit perbankan. Keterkaitan kinerja pembiayaan antara perbankan syariah dan bank konvensional dalam era dual banking system tidak dapat dipisahkan sebab keduanya beroperasi pada saat yang bersamaan serta berada pada lingkungan makroekonomi yang sama (Yusoff, et al 2008). Namun demikian respon yang ditunjukkan oleh bank konvensional dalam menghadapi perubahan pada lingkup makroekonomi diperkirakan berbeda dengan perbankan syariah. Oleh karena itu perlu dibuktikan sacara empiris mengenai dampak dari adanya perubahan kondisi makroeknomi terhadap kredit perbankan dalam lingkungan sistem perbankan ganda di Indonesia. Rumusan Masalah Perbankan memegang peranan yang cukup penting dalam roda penggerak perekonomian nasional dan pemerataan pembangunan baik sebagai alokasi sumberdaya (allocating resources) maupun memfasilitasi pertukaran barang dan jasa (facilitating the exchange of goods and service) (Levine, 1997). Berdasarkan perannya sebagai sebuah lembaga intermediasi maka perbankan diharapkan berkontribusi positif terhadap kemajuan dan pertumbuhan ekonomi negara melalui tawaran alternatif jasa perbankan yang dimiliki (Nugroho, 2009). Oleh karena itu diperlukan suatu keadaan yang kondusif (stabilitas) bagi perkembangan perbankan. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, Indonesia telah memasuki era baru pada sistem perbankan nasional yakni berlakunya sistem perbankan ganda di mana sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah berjalan secara bersamaan. Dengan adanya perubahan tersebut tentunya terdapat beberapa penyesuaian kebijakan dalam struktur perekonomian nasional seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang sebelumnya bernama Sertifikat Wadi ah Bank Indonesia (SWBI) yang sifatnya sama dengan Sertifikat Bank Indonesia yakni memberikan sejumlah imbalan yang diberikan kepada perbankan yang memiliki sertifikat tersebut. Namun yang membedakannya adalah akad pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Penyaluran kredit maupun pembiayaan oleh kedua jenis perbankan tersebut seperti sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi terutama sektor riil. Namun perlu diperhatikan, sistem operasional yang terdapat pada masing-masing perbankan jelas berbeda dimana perbankan syariah memiliki salah satu ketentuan bahwa pengelolaan dana yang dilakukan maupun diberikan kepada debitur harus berdasarkan barang yang jelas/nyata (materiality). Di lain pihak, perbankan konvensional tidak memiliki ketentuan tersebut seperti halnya pada perbankan syariah. Oleh karena itu perlu di buktikan apakah dengan perbedaaan sistem yang berlaku pada kedua jenis perbankan tersebut berkontribusi terhadap pertumbuhan sektor riil. Kestabilan sektor perbankan turut dipengaruhi dengan adanya fluktuasi atau perubahan kondisi makroekonomi terhadap kinerja perbankan baik konvensional maupun syariah. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh (Reed, 1989) bahwa secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana perbankan atau

6 pembiayaan sebagai berikut ; kondisi perekonomian, kebijakan pemerintah, posisi pemodalan bank, dan stabilitas dana pihak ketiga. Namun ada faktor lain yang turut menentukan penyaluran kredit perbankan yakni perubahan perilaku perbankan bersama-sama dengan perilaku otoritas moneter dan sektor keuangan, berpengaruh pada aktivitas perekonomian, dan membawa perubahan pada kebijakan moneter (Pohan, 2008). Perkembangan dunia perbankan khususnya perbankan syariah tentunya akan menghadapi tantangan yang harus direspon secara tepat. Salah satu tantangan yang ada adalah adanya perubahan kondisi makroekonomi akibat dari perubahan kebijakan moneter seperti perubahan suku bunga. Penelitian Kader dan Leong (2008) menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga dasar (base lending rate) akan mengakibatkan nasabah yang mengajukan pinjaman beralih dari bank konvensional ke perbankan syariah di Malaysia. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh Adebola et al (2011) serta Ergec dan Arslan (2011). Di lain pihak Kassim et al (2009) menyatakan bahwa perbankan syariah lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga dibandingkan dengan perbankan konvensional. Kondisi pasar modal juga berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan. Kim et al (1994) dan Ibrahim (2006) menyatakan bahwa kredit perbankan merespon positif terhadap kenaikan harga saham di Jepang dan Malaysia. Namun, Karim et al (2012) tidak demikian karena adanya capital control yang ditetapkan pada waktu tersebut. Selain faktor makro, guncangan akibat krisis juga berperan dalam penyaluran kredit perbankan di Indonesia. Krisis global yang melanda Amerika tahun 2008, dampaknya sangat dirasakan di Indonesia. Krisis tersebut menyebabkan laju pertumbuhan kredit nasional mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hingga Juni 2008, pertumbuhan kredit perbankan syariah mencapai 5,6 persen sedangkan perbankan konvensional mencapai 4,75 persen. Penurunan pertumbuhan kredit mulai terjadi di bulan Juli dan terus bergerak turun hingga 2009. Regulator dalam merespon gejolak tersebut harus mengatasinya dengan bauran kebijakan baik fiskal maupun moneter. Kebijakan yang ditetapkan tentu akan berdampak pada kondisi makroekonomi secara keseluruhan. Dampak perubahan kondisi makroekonomi tidak hanya berpengaruh terhadap bank konvensional semata melainkan juga mempengaruhi terhadap kinerja perbankan syariah karena transmisi kebijakan yang diterapkan akan melalui jalur perbankan syariah. Berbagai penelitian yang telah ada meninjau dari dua aspek yakni dari internal dan eksternal. Faktor internal dapat dikendalikan oleh stakeholder terkait. Namun, faktor eksternal tidak demikian. Oleh karena itu menjadi hal menarik untuk ditelaah lebih dalam bagaimana respon yang muncul dari faktor eksternal yang ada terhadap kinerja intermediasi perbankan khususnya dalam penyaluran kredit. Penjelasan tersebut menjadikan penelitian ini akan fokus terhadap faktor eksternal perusahaan sehingga dapat menerapkan bauran strategi yang tepat. Selain itu analisis yang dilakukan pada penelitian terdahulu belum sampai melihat respon yang timbul akibat perubahan faktor eksternal dalam hal ini kondisi makroekonomi. Selain itu faktor eksternal yang digunakan masih sebatas beberapa variabel makroekonomi seperti suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar. Pro dan kontra berdasarkan penelitian terdahulu menimbulkan pertanyaan, apakah perbankan di Indonesia juga merespon demikian atau bahkan menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.oleh karena itu,

7 penelitian ini secara umum akan mengkaji bagaimana respon yang terjadi pada perbankan syariah dan konvensional dan bagaimana pihak perbankan seharusnya menghadapi kondisi ini. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan kausalitas antara perubahan kondisi makroekonomi dengan kredit/pembiayaan pada perbankan konvensional maupun syariah? 2. Bagaimana respon yang timbul pada kredit perbankan konvensional dan syariah dalam menghadapi perubahan kondisi makroekonomi? 3. Apakah kredit perbankan konvensional dan syariah yang disalurkan mempengaruhi pertumbuhan sektor riil? 4. Bagaimana implikasi manajerial bagi perbankan konvensional dan syariah dalam merespon perubahan kondisi makroekonomi? Tujuan Penelitian Jika mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis hubungan kausalitas antara perubahan kondisi makroekonomi dengan kredit/pembiayaan pada perbankan konvensional dan syariah. 2. Membandingkan respon variabel kredit/pembiayaan yang timbul akibat perubahan kondisi makroekonomi pada perbankan konvensional dan syariah. 3. Menganalisis pengaruh kredit/pembiayaan perbankan konvensional dan syariah terhadap pertumbuhan sektor riil. 4. Merumuskan alternatif implikasi manajerial bagi perbankan konvensional dan syariah dalam merespon perubahan kondisi makroekonomi. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak seperti pihak perbankan baik yang berasaskan syariah maupun sistem operasional yang bersifat konvensional sebagai informasi tambahan untuk menerapkan manajemen resiko bank terkait perubahan kondisi makroekonomi dengan penyaluran dana perbankan serta merumuskan berbagai bauran strategi dalam merespon perubahan kondisi makroekonomi yang bersifat dinamis. Adapun strategi yang dirumuskan merupakan strategi masing-masing bank maupun dalam masing-masing kelompok bank. Strategi yang bersifat eksternal dari pihak perbankan dan tidak dapat ditentukan serta dikendalikan (out of control) tentunya dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi bagi pemerintah dan Bank Sentral untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan yang tepat. Kebijakan yang dikeluarkan terutama dapat berperan sebagai upaya yang mendukung peningkatan pemberian kredit terhadap entitas ekonomi produktif serta membangun iklim perbankan yang berdaya saing. Perubahan kondisi makroekonomi terutama perubahan suku bunga yang terjadi tentunya akan berdampak terhadap kondisi permintaan dan penawaran kredit. Penelitian ini dapat membantu para pelaku usaha dalam memilih sumber pembiayaan optimal bagi usahanya sehingga cost yang dikeluarkan pun menjadi lebih kecil.

8 Kemampuan para pelaku usaha dalam membaca kondisi perekonomian akan menciptakan efisiensi dalam pergerakan ekonomi. Studi mengenai peran perbankan sebagai lembaga intermediasi khususnya dalam hal penyaluran kredit memang sudah banyak dilakukan. Namun, dari penelitan yang ada baru mencakup dari faktor kinerja internal perusahaan semata serta variabel eksternal seperti variabel makroekonomi yang ditelaah juga masih terbatas seperti suku bunga dan inflasi. Penelitian ini diharapkan akan memperkaya khasanah pengetahuan terutama dalam bidang ekonomi-perbankan. Selain itu kajian ini juga dapat bermanfaat sebagai referensi untuk pengembangan penelitian-penelitian berikutnya serta sebagai tambahan informasi bagi pengamat ekonomi untuk dapat lebih berpikir kritis terhadap permasalahan terkait kondisi makroekonomi dan penyaluran kredit perbankan terutama dalam perumusan kebijakan nasional yang berdaya saing. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan difokuskan pada respon pembiayaan perbankan konvensional dan syariah terhadap perubahan kondisi makroekonomi pada sistem perbankan ganda di Indonesia dengan lingkup pembiayaan yang diteliti adalah jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum (BU) yang mewakili perbankan konvensional dan pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah serta Unit Usaha Syariah yang mewakili perbankan syariah. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)/BPRS, tidak diikut sertakan dalam penelitian ini karena beberapa alasan tertentu seperti karakteristik yang dimiliki oleh BPR/BPRS berbeda dengan BU/BUS/UUS. Bank jenis ini tidak memberikan pelayanan dalam lalu lintas pembayaran seperti jenis bank lainnya. Faktor lain yang menjadi alasan BPR/BPRS tidak diikut sertakan dalam penelitian ini adalah lingkup usaha dan pangsa pasarnya masih sangat kecil yakni di bawah tiga persen sehingga diduga tidak dimasukkannya kategori bank ini tidak akan terlalu berpengaruh secara signifikan dalam kajian ini, ketersediaan data bank perkreditan maupun pembiayaan syariah masih terbatas. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan menggunakan data time series bulanan dengan periode Oktober 2005 hingga Mei 2012. Analisa yang dilakukan dalan kajian ini menggunakan metode Vector Auto Regressive (VAR) dan kemudian dilanjutkan dengan Vector Error Correction Model (VECM). Namun demikian, pembahasan dalam penelitian ini lebih difokuskan terhadap hasil dari Impulse Response Function (IRF) dan Variance Decomposition (VD). Variabel yang digunakan adalah total kredit bank umum dan syariah (bank umum syariah dan unit usaha syariah), nilai tukar riil (RER), suku bunga (BI Rate), tingkat inflasi (CPI), indeks produksi industri (IPI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dummy (krisis global). Implikasi manajerial yang dituangkan dalam strategi perbankan dalam merespon perubahan kondisi makroekonomi hanya sebatas masukan bagi perbankan yang memerlukan dilakukannya kajian lebih mendalam dalam penerapannya kelak. Setiap kebijakan tentu saja harus dipertimbangkan baik dari sisi mikro perusahaan dan industri perbankan secara umum maupun makro secara keseluruhan.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB