NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI HASIL HUTAN YANG HILANG BILA TERJADI PERUBAHAN FUNGSI HUTAN LINDUNG

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA BALIKPAPAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. X No. 1 : (2004)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. X No. 1 : (2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Oleh : C.Yudilastiantoro

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

MEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI. Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan seperti pembangkit listrik, transportasi, industri, dan lain sebagainya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

I. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

POTENSI AIR BERSIH DI KAWASAN SEGARA ANAKAN. Oleh: Agus Riswandi*)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN ILMIAH KONSERVASI ALAM. Oleh M. Jakfar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pertanian ini dikenal dengan istilah shifting cultivation yang sudah lama dikenal

RENCANA STRATEGIS

KOMPROMI PEMULIHAN AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN *)

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan Kehutanan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

VALUASI EKONOMI 3.1 Perkiraan Luas Tutupan Hutan 1

[Type the document subtitle]

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

Transkripsi:

NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR Syahrir Yusuf Laboratorium Politik, Ekonomi dan Sosial Kehutanan Fahutan Unmul, Samarinda ABSTRACT. Value of Water Economic of Sungai Wain Protection Forest in Balikpapan, East Kalimantan. Water is every day applied for daily activities by public, while the company applies water besides to fulfill the requirement of water employee also applies for commodity exchange incorporated production process. Total of water exploited by public and PT Pertamina based on the results of successively analysis was 250,419.24 m 3 /year for household around the forest and 3,679,200 m 3 /year for PT Pertamina and employee, with economic benefit value based on water market price was Rp701.173.872/year for public around Sungai Wain Protection Forest and Rp30,353,400.000/year for PT Pertamina, or with total benefit value of Rp31,054,573,872/year. Kata kunci: nilai ekonomi, hutan lindung, Sungai Wain, Balikpapan Hutan dan pembangunan mempunyai hubungan timbal balik. Pada kegiatan pembangunan, manusia mempunyai peran aktif dalam pemanfaatan sumberdaya hutan dan lingkungan. Manusia sangat tergantung pada sumberdaya hutan, sehingga kelestarian hutan tersebut sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas pemanfaatan sumberdaya hutan ini seharusnya dibarengi dengan suatu kegiatan dalam upaya mempertahankan dan memperbaiki kualitas dari hutan itu sendiri. Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Namun sejalan dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, tekanan terhadap sumberdaya hutan semakin meningkat (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro, 2000). Total kerusakan hutan saat ini diperkirakan mencapai 43 juta hektar dari 143 juta hektar luas keseluruhan hutan Indonesia. Akibatnya 297 spesies flora dan fauna terancam punah (Sumardja, 2004). Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, sumberdaya alam hayati Indonesia dan ekosistemnya mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan, oleh karena itu perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, selaras, serasi, seimbang bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya, baik masa kini maupun masa mendatang. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya konservasi, sehingga sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya selalu terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan serta dapat mendukung pembangunan nasional. Keberadaan kawasan hutan lindung di suatu daerah sering menimbulkan perbedaan pemahaman berbagai pihak. Penyebabnya ialah perbedaan cara pandang terhadap nilai manfaat hutan lindung itu sendiri. Nilai manfaat produk dan jasa-jasa lingkungan hutan alam sebenarnya mempunyai nilai potensial jangka panjang, baik yang bersifat tangible maupun intangible, seperti nilai air, nilai ekowisata, nilai 211

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010 212 karbon, nilai pilihan, nilai keberadaan dan nilai warisan/pelestarian yang bersumber dari hutan. Implikasi dari permasalahan ini adalah ukuran nilai manfaat yang bagaimana mudah dimengerti dan dipahami oleh semua pihak?. Jawabnya adalah pendekatan nilai ekonomi sumberdaya alam. Dengan pendekatan nilai ekonomi, maka estimasi nilai manfaat dari suatu kawasan hutan lindung akan dapat diketahui secara kuantitatif terukur. Informasi nilai ekonomi yang terukur secara kuantitatif akan lebih mudah menjelaskan keterkaitan kepentingan antara pelestarian kawasan hutan lindung dan pembangunan ekonomi daerah. Tujuan penelitian adalah menghitung besarnya konsumsi air dan nilai manfaat ekonomi sumberdaya alam berupa air yang dikonsumsi masyarakat dan PT Pertamina yang bersumber dari kawasan Hutan Lindung Sungai Wain (HSW). Selain itu untuk mengetahui bentuk penggunaan air, baik oleh masyarakat maupun PT Pertamina. Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan tentang pengelolaan, peruntukan dan pemanfaatan kawasan hutan lindung sesuai fungsi dan kondisi kawasan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar kawasan HLSW Kotamadya Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. Beberapa pertimbangan yang mendasari dipilihnya HLSW sebagai lokasi penelitian adalah: 1. Merupakan satu di antara kawasan lindung/konservasi yang mempunyai peranan yang cukup strategis sebagai kawasan penyangga Kotamadya Balikpapan. 2. Merupakan kawasan konservasi yang mengalami gangguan dan tekanan paling intens sepanjang keberadaannya, sekaligus menjadi cerminan kebijakan pengelolaan hutan di Indonesia secara umum dan kawasan hutan lindung khususnya. 3. Mewakili potret persoalan yang sedang dan akan dihadapi kawasan-kawasan konservasi pada umumnya dalam menghadapi laju perkembangan pembangunan dan pengembangan wilayah di Kalimantan Timur khususnya. Lama penelitian kurang lebih 3 bulan dari bulan April sampai Juni 2009 yang meliputi pengumpulan data sekunder dan primer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan untuk mengumpulkan data dari masyarakat dilakukan dengan teknik wawancara serta pengamatan langsung pada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar HLSW, baik yang berada di dalam kawasan maupun di luar kawasan serta PT Pertamina, dalam hal ini adalah unit pengelola sumber air. Penentuan masyarakat yang menjadi responden dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder. Data primer atau data utama dikumpulkan dari responden terpilih, baik yang bersumber dari masyarakat setempat maupun parapihak terkait lainnya melalui

Kepala Keluarga 213 Yusuf (2010). Nilai Ekonomi Air Hutan Lindung Sungai Wain teknik wawancara langsung dengan bantuan kuesioner yang dirancang dengan format terstruktur dan semi terstruktur. Metode pendekatan dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan penelitian dan sifat masalahnya. Berdasarkan tujuan penelitian yang disampaikan maupun sifat masalahnya, maka analisisnya dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan harga pasar, yang mana teknik ini menggunakan harga pasar aktual sebagai harga yang dianggap mendekati nilai dari barang dan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh kawasan konservasi. Sebagai contoh, penduduk lokal tidak membayar air yang mereka ambil dari sumber air dalam kawasan HLSW. Suatu teknik yang sederhana untuk menentukan nilai dari air tersebut adalah dengan cara membandingkannya dengan harga air yang dijual di pasar lokal. Pendekatan dalam menghitung nilai manfaat ekonomi jasa-jasa lingkungan digunakan metode willingness to pay (kesediaan membayar), biaya perjalanan dan benefit transfer. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pemanfaatan Air 1. Pemanfaatan air rumah tangga Umumnya masyarakat yang berada di dalam kawasan dan yang berbatasan langsung dengan HLSW memperoleh air untuk minum, mandi, cuci dan kakus dari sungai atau mata air, sedangkan yang menggunakan sumur adalah masyarakat yang berada agak jauh dari kawasan HLSW. Distribusi jumlah masyarakat berdasarkan sumber air yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat, bahwa masyarakat sebagian besar menggunakan sungai dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari untuk berbagai kebutuhan hidup mereka. Masyarakat yang bermukim di dalam dan yang berbatasan langsung dengan kawasan HLSW menggunakan sungai dan mata air untuk mandi, cuci, kakus dan bahkan untuk makan dan minum. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Mandi Minum Cuci Kakus Sungai Sumur Sungai & Sumur Gambar 1. Bentuk Pemanfaatan Air oleh Masyarakat

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010 214 Masyarakat yang tempat tinggalnya agak jauh dari HLSW menggunakan sumur untuk kegiatan MCK, sebagian lagi menggunakan sumur dan sungai. Kondisi ini memperlihatkan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap air yang tersedia secara alami masih sangat besar. Penggunaan air oleh masyarakat yang bersumber dari sungai dan mata air sebagian dilakukan dengan cara dialirkan langsung ke rumah mereka menggunakan pipa yang difasilitasi oleh PT Pertamina dan sebagian lagi dilakukan secara tradisional yaitu dengan langsung ke sungai melakukan aktivitas mandi, cuci dan kakus. Untuk kebutuhan minumnya dipenuhi dengan cara dipikul langsung dari sungai kemudian ditampung di rumah. 2. Pemanfaatan air oleh perusahaan PT Pertamina memanfaatkan air yang bersumber dari kawasan HLSW sejak tahun 1967 sampai sekarang dengan cara membendung air sungai yang bersumber dari DAS Wain dan DAS Bugis. Selanjutnya air tersebut ditampung pada bak-bak penampungan dengan kapasitas 600 m 3 per jam yang kemudian dilakukan proses penjernihan sebelum air tersebut dialirkan ke Balikpapan (Kompleks Pertamina) untuk didistribusikan ke rumah-rumah karyawan serta ke perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi minyak. Pemanfaatan air alami oleh perusahaan secara berkesinambungan, walaupun di musim kemarau air tetap tersedia tidak lepas dari peran ekosistem HLSW, hal ini menunjukkan bahwa proses ekologis HLSW yang menunjang sistem penyangga kehidupan masih terpelihara dengan baik, di mana air yang jatuh pada daerah tangkapan (catchment area) meresap ke dalam tanah dan tersimpan sebagai air resapan, kemudian air tersebut dikeluarkan sebagai mata air sebagai sumber air sungai-sungai yang mengairi daerah-daerah yang dilaluinya. Proses pemanfaatan air oleh PT Pertamina Balikpapan ditampilkan seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Proses Pemanfaatan Air oleh PT Pertamina Balikpapan

215 Yusuf (2010). Nilai Ekonomi Air Hutan Lindung Sungai Wain Perhitungan Nilai Air HLSW 1. Nilai air rumah tangga Hasil analisis data penggunaan air rumah tangga responden menunjukkan, bahwa besarnya konsumsi air setiap rumah tangga adalah antara 73 365 m 3 /tahun atau 47,24 m 3 /kapita/tahun. Bila diasumsikan bahwa seluruh penduduk yang bermukim di sekitar HLSW memiliki perilaku konsumsi dan memperoleh manfaat yang sama, maka jumlah nilai air Sungai Wain yang dimanfaatkan masyarakat dapat dihitung sebagaimana disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Nilai Air yang Dikonsumsi oleh Masyarakat Sekitar HLSW No Uraian Satuan Nilai A Konsumsi air per kapita/tahun 47,24 m 3 B Harga pasar air untuk masyarakat Rp2.800 C Populasi masyarakat di sekitar HLSW 5.301 jiwa D Jumlah air yang dimanfaatkan masyarakat sekitar HLSW per tahun (A x C) 250.419,24 m 3 /tahun E Nilai air yang dimanfaatkan masyarakat sekitar HLSW Rp701.173.872/tahun 2. Nilai air perusahaan Pemanfaatan air oleh PT Pertamina dalam proses produksinya dan pemenuhan kebutuhan air karyawan dilakukan dengan cara membuat bendungan untuk menampung air yang mengalir dari Sungai Wain dan Sungai Bugis. Air tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tangki penampungan dengan menggunakan mesin yang berkapasitas 600 800 m 3 per jam. Selanjutnya dilakukan proses penjernihan sebelum air tersebut didistribusikan ke pabrik dan ke rumah-rumah karyawan. Jumlah air yang didistribusi oleh unit pengolahan air PT Pertamina setiap harinya adalah 14.400 m 3. Tabel 2. Nilai Air dari HLSW yang Dimanfaatkan PT Pertamina No Uraian Satuan Nilai A Rata-rata air yang dimanfaatkan PT Pertamina 14.400/m 3 /hari B Harga pasar air untuk industri besar Rp8.250/m 3 C Total air yang dimanfaatkan per tahun (14.400m 3 x 365 hari) 5.256.000m 3 /tahun Rp43.362.000.000/thn D Asumsi kebocoran 30% dari total air yang dimanfaatkan 1.576.800 m 3 /tahun Rp13.008.600.000/thn E Nilai air yang dimanfaatkan PT Pertamina per tahun 3.679.200 m 3 /tahun Rp30.353.400.000/thn Sumber: Anonim (2009) Berdasarkan nilai pemanfaatan air pada Table 1 dan 2, yaitu pemanfaatan air oleh masyarakat sekitar HLSW dan PT Pertamina, maka jumlah nilai air yang dikonsumsi setiap tahun adalah seperti pada Tabel 3.

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010 216 Tabel 3. Jumlah Nilai Air HLSW yang Dimanfaatkan No Uraian Nilai (Rp) A Nilai air yang dimanfaatkan masyarakat sekitar HLSW 701.173.872/tahun B Nilai air yang dimanfaatkan PT Pertamina Balikpapan 30.353.400.000/tahun Jumlah nilai air 31.054.573.872/tahun Kesimpulan Konsumsi air masyarakat untuk rumah tangga adalah sebesar 250.419,24 m 3 /tahun dan PT Pertamina sebesar 5.256.000 m 3 /tahun. Masyarakat memanfaatkan air untuk mandi, cuci, kakus dan minum, sedangkan PT Pertamina memanfaatkan air untuk proses produksi minyak serta rumah tangga karyawan. Jumlah nilai air yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan PT Pertamina adalah sebesar Rp31.054.573.872/tahun DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Laporan Tahunan Hutan Lindung Sungai Wain. Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain, Balikpapan. Reksohadiprodjo, S. dan A.S.B. Brodjonegoro. 2000. Pengantar Ekonomi Lingkungan. BPFE, Yogyakarta. Sumardja, E.A. 2004. Pemanfaatan Sumber Hayati Secara Berkelanjutan. Disampaikan pada Seminar Aktivitas Penelitian Program Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kerja sama antara Pusat Penelitian Biologi LIPI, BCP JICA dan Direktorat Jenderal PHKA Departemen Kehutanan di Bogor Tanggal 26 27 Juni 2002.