BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pentingnya Toleransi Beragama dalam Menjaga Ketahanan dan Persatuan Bangsa 1. Prof. Dr. Musdah Mulia 2

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

[ Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi] 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Bersama Nasional, 27 Desember 2010 Senin, 27 Desember 2010

industrialisasi di Indonesia telah memunculkan side effect yang tidak dapat terhindarkan dalam masyarakat

BAB 5 Penutup. dalam ciri-ciri yang termanifes seperti warna kulit, identitas keagamaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan judul Pendidikan Islam Berwawasan kebangsaan menurut perspektif KH.

BAB I PENDAHULUAN. Pera Deniawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. kalah banyak. Keberagaman agama tersebut pada satu sisi menjadi modal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB I PENDAHULUAN. kemajemukan, tetapi yang terpenting adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UKDW

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

BAB VII PENUTUP. 7.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. Kanada merupakan salah satu negara multikultur yang memiliki lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

Bab 1. PENDAHULUAN. tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau

PENDAHULUAN. dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan. pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis, dan agama. Keberagaman barang tentu menandakan sebuah perbedaan antara yang satu dengan yang lain, khususnya perbedaan agama. Perbedaan agama seringkali dijadikan alasan untuk mengatakan mengapa berbeda, mengapa berseteru, dan mengapa harus saling mencurigai?. Sangat disesalkan manakala agama seringkali terperangkap ke dalam berbagai isu konflik dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Ketika satu agama mampu berkembang dan pemeluknya semakin tersebar secara teritorial, di mana mampu menembus batas-batas wilayah, dan berpapasan dengan agama dan keyakinan yang lain, sehingga pemeluknya bertemu dengan beragam kelompok penganut agama dan keyakinan yang berbeda bahkan kadangkala kemudian hidup berdampingan dan saling berinteraksi di antara sesama mereka. Namun, adakalanya juga di antara mereka saling bertikai antar pemeluk agama yang berlainan. Kemungkinan tersebut dapat saja terjadi manakala berbagai agama yang berbeda berada di dalam satu ruang dan waktu tertentu yang sama dan kemudian saling bersentuhan atau bahkan saling berinteraksi. Agama dalam sisi gelapnya mungkin memang dapat dikatakan bersalah dan memiliki andil dalam memberikan sumbangan pada ketegangan, dan pertikaian 113

yang mengarah pada kekerasan, akan tetapi terdapat pesan normatif yang paling mendasar dari agama yang diyakini oleh sebagian penganutnya bahwa ajaran dalam agama menghendaki indahnya perdamaian. Secara teologis, manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna. Tidak ada makhluk lain yang memiliki kesempurnaan melebihi manusia baik ditinjau dari aspek fisik maupun aspek psikisnya. Perbedaan merupakan karunia Tuhan yang mengiringi dinamika kehidupan manusia termasuk dalam memilih keyakinan. Akan tetapi, sangat disayangkan manakala manusia seringkali terjebak dalam memahami dan memaknai arti dari sebuah perbedaan agama. Dewasa ini, keberagaman (perbedaan) agama menjadi tantangan dalam menciptakan harmoni lintas iman namun sekaligus menawarkan nilai-nilai yang dapat dibandingkan. Hidup berdampingan dalam keberagaman agama tidak hanya mengakui persamaannya saja, akan tetapi juga dengan jujur mengakui perbedaanperbedaan yang signifikan dalam keyakinan religius yang paling mendasar dan mendalam. Persoalan-persoalan kemanusiaan yang tergambarkan dalam serangkaian konflik yang tak terhindarkan semakin menyadarkan akan pentingnya keterlibatan agama-agama untuk bersama-sama ikut memperhatikan dan mengupayakan penyelesaian. Keterlibatan agama kini sudah tak terelakan lagi. Hal ini dikarenakan iman tidak cukup hanya diikrarkan dan diwujudkan dalam bentuk ritualnya, ia menuntut keterlibatan secara konkret dalam bentuk tindakan, tak sekedar pada wacana intelektual. 114

Pengalaman dialog bukan merupakan hal yang baru di dalam masyarakat, juga bukan hal yang sama sekali baru dalam relasi antarumat beragama. Namun, ketika dihadapkan pada situasi relasi antarumat beragama yang tak lagi harmonis dan justru dipenuhi dengan ketakutan serta kecurigaan yang berlebihan, justru mendorong untuk merumuskan gagasan secara sistematis mengenai dialog. Dengan demikian, dialog muncul sebagai tantangan baru dalam mengelola keberagaman (perbedaan) agama tersebut. Gerakan Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) Yogyakarta di Dusun Turgo membantu kita untuk melihat bahwa ruang dialog yang dibangun berpijak pada persaudaraan sejati. FPUB mencoba menawarkan sebuah pendekatan atau tindakan preventif untuk mencegah maupun meminimalisir keteganganketegangan relasi antarumat beragama agar tidak berujung pada konflik dan aksi kekerasan. Menumbuhkan persaudaraan sejati di dalam masyarakat pedesaan melalui aksi-aksi kemanusiaan menjadi penting bagi FPUB dalam mewujudkan cita-cita harmonisasi lintas iman di Yogyakarta. Secara khusus, FPUB memfokuskan ruang dialog agama pada model dialog karya untuk diterapkan di Dusun Turgo. Dialog karya menjadi penting manakala tujuan utama dari dialog ini adalah menumbuhkan semangat solidaritas sosial di dalam masyarakat dan membangun harmonisasi lintas iman melalui tindakan konkret, tidak sebatas pada wacana intelektual saja. Ruang dialog agama dengan model dialog karya dimaksudkan pada model dialog yang tidak hanya sebatas diskusi maupun sharing pengalaman dalam sebuah forum, melainkan bersama- 115

sama bergerak secara aktif dan partisipatif dalam serangkaian aktivitas sosial bersama. Model dialog ini dibangun melalui pendekatan kultural (local wisdom) sehingga secara seiring sejalan pesan spiritualitas turut tersampaikan. Dialog karya melibatkan semua elemen agama tanpa menonjolkan kepentingan agama tertentu. Hal ini dilakukan guna menghindari terjadinya dominasi kepentingan kelompok tertentu. FPUB mencoba masuk ke dalam roh (baca: jiwa) masyarakat sebagai ruang dialog yang mampu mengakomodasi berbagai kepentingan agama tanpa mengurangi esensi dan nilai substansi yang ingin dituangkan. Dalam konteks masyarakat Dusun Turgo, dapat ditarik kesimpulan bahwa sedikitnya terdapat dua hal yang dapat dijadikan landasan dalam melihat ruang dialog lintas iman yang dikembangkan oleh FPUB serta konstruksi baik elit maupun massa agama Turgo terhadap ruang dialog tersebut. Pertama, FPUB mampu menyemai benih-benih perdamaian dalam jiwa masyarakat Turgo melalui aksi-aksi kemanusiaan. Pendekatan spiritualitas-kultural FPUB ternyata mampu menembus batas formal hingga nilai persaudaraan sejati tertanam dalam jiwa masyarakat Turgo. Melalui pendekatan tersebut FPUB mampu menanamkan nilainilai keberagaman dan perdamaian terhadap perbedaan sebagai ujung tombak dalam memupuk harmoni lintas iman. Kedua, disisi lain dialog karya (baca: pembangunan jembatan) yang dibangun FPUB justru semakin mempertebal kecemburuan sosial antar kelompok masyarakat dalam satu padukuhan ini. Pola jaringan yang dikembangkan oleh FPUB mengantarkan pada persepsi bahwa warga Turgo atas sebagai kelompok 116

masyarakat yang di istimewakan dan merupakan anak emas FPUB. Ketegangan relasi antarwarga masyarakat di Turgo atas dan Turgo bawah terjadi dikarenakan interaksi dan komunikasi yang minim semenjak terpecah menjadi dua bagian pasca Erupsi Merapi (1994) semakin mengakar sehingga menumbuhkan ketidakharmonisan relasi antar kelompok masyarakat ini. Hal ini terjadi karena pola jaringan yang dikembangkan oleh FPUB belum mampu untuk menyentuh dan merangkul masyarakat secara utuh. Warga Turgo atas memang mendapatkan sentuhan yang hangat dan secara intens FPUB memberikan perhatiannya. Akan tetapi, tanpa disadari warga di Turgo bawah yang tidak tersentuh oleh FPUB merasa di anak-tirikan padahal mereka masih terikat secara administratif sebagai bagian dari kesatuan Padukuhan Turgo. Dengan demikian, diharapkan ke depannya FPUB mampu tampil sebagai orang tua yang mampu mengayomi anak-anaknya (baca: Turgo atas dan Turgo bawah) agar secara universal program-program yang digalakkan oleh FPUB dapat diterima dan menyentuh semua elemen masyarakat secara utuh. Hal ini dimaksudkan agar tidak menghadirkan persoalan baru yang justru mampu menjadi duri tajam dalam keberlanjutan sepak terjang FPUB untuk menabur benih perdamaian. Lain dari pada itu, kesungguhan hati yang diperlihatkan oleh FPUB dalam mengupayakan perdamaian melalui jalan dialog karya, terlepas dari objek sasarannya, patut diberikan apresiasi. Kesan yang didapat adalah dalam ruang dialog yang coba dibangun oleh FPUB, anggota (baca: peserta dialog) diberikan kesempatan untuk belajar lebih banyak nilai-nilai religius yang lain serta 117

mendalaminya sehingga mampu memberikan wawasan baru bagi tradisi agamanya sendiri. 118