BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

Pengaruh Harga, Produksi, Luas Lahan dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Teh Indonesia Serta Daya Saingnya Periode

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya agar dapat hidup makmur dan sejahtera. Kerja sama dalam bentuk hubungan dagang antarnegara sangat dibutuhkan oleh setiap negara, hal ini disebabkan setiap negara tidak dapat menghasilkan semua barang dan jasa yang dibutuhkan oleh rakyatnya itu sendiri, selain itu juga disebabkan adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki, iklim, letak geografis, jumlah penduduk, pengetahuan dan teknologi. Alasan-alasan inilah yang menyebabkan munculnya perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara. Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri secara efektif tanpa bantuan negara lainnya. Perdagangan luar negeri memberikan harapan bagi suatu negara untuk bisa menutupi kekurangan tabungan domestik yang diperlukan bagi pembentukan modal dalam rangka meningkatkan produktivitas perekonomian negara tersebut. Masing-masing negara memiliki ketergantungan dengan negara lain, karena setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya tidaklah cukup dengan mengendalikan sumber daya dari dalam negeri saja. Untuk itu maka negara tersebut akan mendatangkan barang dari 1

negara lain atau melakukan kegiatan impor, sedangkan negara yang memasok komoditas tertentu dengan negara lain yang membutuhkan cenderung akan melakukan kegiatan ekspor. Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri yang juga merupakan salah satu komponen perdagangan internasional, dimana ekspor sangat berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi sebuah negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Pertambahan jumlah ekspor tidak saja mempengaruhi peningkatan penerimaan devisa negara, tetapi juga untuk peningkatan kapasitas produksi dalam negeri serta meningkatkan kapasitas produksi nyata yang dihasilkan dalam negeri dan kondisi tersebut mempunyai dampak terhadap perluasan kesempatan kerja (Boediono, 1993:10). Perdagangan internasional terdiri dari kegiatan ekspor dan impor, walaupun masing-masing memberi dampak yang positif dan negatif bagi pembangunan suatu negara, namun kegiatan eksporlah yang lebih memberikan nilai tambah bagi suatu negara bila dibandingkan dengan kegiatan impor. Kegiatan impor dalam jangka panjang akan membawa kebocoran bagi devisa negara. Disamping itu, apabila dilihat dari neraca perdagangan yang merupakan salah satu indikator makro ekonomi suatu negara, adanya nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor, menunjukkan majunya perekonomian suatu negara baik dari segi kegiatan perdagangan internasional maupun dari sumbangannya terhadap pembiayaan pembangunan (Djojohadikusumo, 1995:110). Di tengah persaingan pasar dunia yang ketat, Indonesia menghadapi tantangan dalam upaya untuk mencari dan mengembangkan sisi potensial yang dimiliki, yaitu peningkatan potensi berbagai jenis ekspor. Perdagangan 2

internasional yang bertujuan untuk mencapai kemakmuran sangat diperlukan oleh negara yang sedang berkembang salah satunya yaitu Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam yang menjadikan Indonesia menjadi negara agraris. Sehingga tidak heran Indonesia memiliki hasil perkebunan yang tidak sedikit, dari hasil perkebunan yang tidak sedikit inilah yang menjadi salah satu pemasukan bagi Indonesia yang dapat menambah devisa. Indonesia sebagai negara berkembang menyadari pentingnya pembangunan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Perkebunan merupakan salah satu sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia di samping sektor lainnya karena menyangkut aspek kehidupan bangsa dan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Perkebunan merupakan salah satu sumber daya yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia, tidak terkecuali juga makhluk hidup lainnya di muka bumi ini. Pembangunan perkebunan merupakan suatu kombinasi yang seimbang dan sinergis antara sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya sosial dan sumber daya buatan yang keseluruhannya ditujukan kepada kelestarian fungsi dan manfaat kebun dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat. Pada dasarnya keberadaan pangan tidak dapat dipisahkan karena merupakan kebutuhan pokok yang pemenuhnya tidak dapat ditunda. Ketersediaan pangan yang cukup setiap saat serta mudah didapat oleh daya beli masyarakat merupakan faktor penting dalam pembangunan nasional (Elvina, 2008:23). Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber daya alam berupa lahan yang relatif cukup luas dan subur. Dengan iklim, suhu, dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan 3

pertumbuhan tanaman perkebunan pokok. Hampir seluruh tanaman pokok dapat tumbuh dengan relatif baik. Komoditas perkebunan sebagian besar merupakan komoditas ekspor sehingga kinerjanya sangat dipengaruhi oleh daya saing komoditas serta perubahan-perubahan yang terjadi baik di dalam negeri maupun dunia. Perkembangan subsektor perkebunan di Indonesia sangat diperlukan mengingat subsektor ini berbasiskan sumber daya domestik, dimana penggunaan sumberdaya tersebut secara efisien dan efektif diharapkan mampu memberikan kontribusi yang baik dimasa depan. Salah satu jenis tanaman yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah tanaman teh. Teh merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia yang juga merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Teh sebagai salah satu komoditas yang bertahan hingga saat ini mampu memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia melalui devisa yang dihasilkan. Perkebunan teh juga menjadi sektor usaha unggulan yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan, sumber daya, serta kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang cocok serta sesuai dengan tempat tumbuhnya tanaman teh, terutama daerah-daerah yang ada di dataran tinggi seperti jawa barat. Teh merupakan salah satu komiditi andalan Provinsi Jawa Barat yang dikenal masyarakat sejak zaman Hindia Belanda (tahun 1860). Dalam hal produksi, Jawa Barat merupakan penghasil teh terbesar di Indonesia. Melalui sejarah yang panjang, perkebunan teh dibudidayakan dan dikelola oleh perusahaan negara, perusahaan swasta, maupun perkebunan rakyat. 4

Sebanyak 61 % produk teh Indonesia di ekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri (BPS, 2010). Sementara sisanya berperan sebagai bahan baku bagi industri dan konsumsi dalam negeri. Indonesia merupakan salah satu Negara produsen teh di dunia dan Negara pengekspor teh kelima terbesar di dunia setelah Sri Lanka, Kenya, China dan India. Teh menduduki peringkat keenam setelah karet, kopra, kopi, kakao dan lada. Tabel 1.1 memperlihatkan negara yang memproduksi dan mengekspor komoditi teh tahun 2003. Di bidang ekspor, eksportir utama teh dunia secara berurutan adalah India (20,7%), Cina (18,5%), Sri Langka (17,9%), dan Kenya (12,9%). Sedangkan Indonesia merupakan negara urutan kelima pengekspor utama teh dunia sebesar (7,2%). Tabel 1.1 Daftar Negara yang Memproduksi dan Mengekspor Teh Tahun 2003 Negara Produksi Pangsa Ekspor Pangsa (ton) (%) (ton) (%) India 853,701 28,3 287,503 20,7 China 701,699 23,2 258.118 18,5 Sri langka 296,301 9,8 249.678 17,9 Kenya 294,631 9,8 179.857 12,9 Indonesia 161,202 5,3 99.721 7,2 Sumber : BPS 2004 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa Indonesia masuk dalam lima besar dunia dari seluruh negara produsen teh di dunia. Potensi pengembangan komoditi teh sangat besar, produksi teh yang tinggi menempatkan Indonesia pada urutan kelima. Meskipun potensi yang dimiliki cukup besar, sama halnya dengan ekspor produk pertanian lain ke Pasar Internasional, komoditi teh juga menghadapi persoalan klasik yang berulang-ulang. Setumpuk permasalahan seperti penurunan volume, pangsa pasar, dan rendahnya harga teh. Dibawah ini adalah perkembangan ekspor teh di Indonesia tahun 2000-2012. 5

Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2000-2012 Tahun Jumlah Ekspor Teh Persentase Perkembangan Ekspor Teh (Ton) (%) 2000 105,581 7,90 2001 99,721-5,55 2002 100,184 0,46 2003 88,894-11,27 2004 107,144 20,53 2005 102,294-4,53 2006 95,339-6,80 2007 83,000-12,94 2008 153,282 84,68 2009 92,305-39,78 2010 53,885-41,62 2011 46,583-13,55 2012 42,588-8,58 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2000 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa perkembangan tertinggi ekspor teh berada pada tahun 2008 sebesar 84,68% yaitu 153,282 ton dan penurunan tertinggi perkembangan ekspor teh Indonesia berada pada tahun 2012 sebesar -8,58 % yaitu 42,588 ton. Ini terlihat bahwa ekspor teh Indonesia pada tahun 2000-2012 mengalami fluktuatif. Ini disebabkab karena masih terjadi lemahnya daya saing teh Indonesia di pasar Internasional,adanya penurunan konsumsi dan Indonesia belum menguasai pangsa pasar dunia. Permasalahan dalam pengembangan dan peningkatan daya saing teh Indonesia juga tampak dari fluktuasi kontribusi negara tujuan ekspor teh Indonesia dan pengambilalihan beberapa pangsa pasar teh Indonesia. Indonesia sebagai salah satu produsen dan eksportir komoditi teh terbesar di dunia memandang bahwa liberasi perdagangan dunia merupakan peluang yang cukup terbuka bagi industri teh. Di sisi lain hal ini dipandang sebagai tantangan untuk meningkatkan daya saing agar dapat menghasilkan produk teh yang semakin kompetitif di pasar internasional. Peningkatan daya saing komoditi 6

merupakan tantangan terbesar bagi komoditi teh di Indonesia, terutama untuk menghadapi era perdagangan bebas. Namun, kualitas dan ekspor teh Indonesia mengalami penurunan terhadap pangsa pasarnya di dunia. Mengingat iklim persaingan yang semakin ketat, ditambah lagi dengan sudah tidak diberlakukannya kuota menyebabkan komoditi teh mendapat ancaman serius dari negara-negara yang juga merupakan negara produsen teh seperti Vietnam. Penurunan volume ekspor teh akan mempengaruhi pangsa pasar teh Indonesia di pasar internasional, fungsi teh sebagai salah satu kontributor devisa akan terganggu sehingga hal ini akan berimbas terus hingga ke pelaku produksi di lapangan. Dengan mempertimbangkan kondisi persaingan yang semakin ketat dimana negara-negara produsen dan eksportir teh saat ini telah mampu meningkatkan kinerja produknya, maka penting untuk mengetahui bagaimana daya saing teh Indonesia di pasar internasional kemudian merumuskan strategistrategi untuk mengembangkan teh Indonesia dalam rangka peningkatan daya saing tersebut. Produksi teh di Indonesia dipengaruhi oleh luas lahan karena semakin luas lahan yang digunakan maka semakin besar pula produksinya, begitu pula sebaliknya semakin sedikit luas lahan yang digunakan makan semakin sedikit pula produksinya (Mubyarto, 1989 dan Indra Achmadi, 2013). Meskipun demikian bukan berarti semakin luas lahan maka semakin efisien lahan tersebut. Bahkan, lahan yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan terhadap pengunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja serta terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha tersebut. Apabila dengan lahan yang relatif sempit, upaya pengawasan terhadap 7

faktor produksi semakin baik dan modal yang dibutuhkan lebih sedikit (Soekarwati, 1993 dan Indra Achmadi.2013). Variabel produksi juga memperlihatkan pengaruh terhadap ekspor komoditas pertanian. Penawaran ekspor pertanian tampak cenderung inelastis terhadap perubahan kapasitas produksi (Adrian D. Lubis, 2013). Dibawah ini perkembangan luas lahan dan produksi teh Indonesia tahun 2000-2012. Tabel 1.3 Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Teh Indonesia Tahun 2000-2012 Tahun Luas areal (Ha) Perkembangan (%) Produksi (ton) Perkembangan (%) 2000 90,0-123,12-2001 83,3 7,4 126,71 2,9 2002 84,4 1,3 120,42-4,9 2003 83,3-1,3 127,52 5,9 2004 83,3 0 125,51-1,8 2005 81,7-1,9 128,15 2,1 2006 78,4-4,0 115,44-9,9 2007 77,6-1,0 116,50 0,9 2008 78,9 1,6 112,80-3,2 2009 66,9-1,5 107,35-4,8 2010 66,3-0,8 100,07-6,8 2011 66,5 0,3 95,10-4,9 2012 65,5 0 98,60 3,7 Sumber : BPS Indonesa tahun 1995 Tabel 1.3 menunjukkan luas lahan teh Indonesia terus menunjukkan adanya penyusutan dari tahun ke tahun. Rata rata penyusutan mencapai 1,7 persen dari seluruh luas lahan teh yang ada. Kondisi ini terjadi tidak lepas dari pengaruh alih fungsi lahan di sejumlah daerah. Partnership Division The Bussiness Watch Indonesia, Arys Buntoro menyatakan semakin menyempitnya areal produksi teh lebih disebabkan adanya pengalihan fungsi lahan dari teh menjadi karet atau kelapa sawit. Penelantaran lahan dan konversi kepada penanaman sayur sayuran merupakan faktor penyebab utama terjadinya penurunan luas areal kebun teh 8

rakyat. Akibat luas lahan perkebunan teh terus menyusut mengakibatkan produksi teh ikut menurun. Produksi teh Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan produksi teh dari negara-negara penghasil teh lainnya. Pangsa pasar teh Indonesia juga mengalami penurunan, bahkan beberapa pasar utama yang dikuasai Indonesia telah diambil alih oleh Negara produsen teh lainnya. Terpuruknya produksi teh Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurang konsistennya mutu produk sehingga menyebabkan rendahnya harga teh Indonesia, penurunan luas areal, serta masih rendahnya tingkat konsumsi teh penduduk Indonesia. Faktor-faktor tersebut menyebabkan Indonesia kalah saing dengan negara-negara produsen teh lainnya. Kondisi seperti ini merupakan tantangan bagi produsen teh Indonesia untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produknya agar mampu bersaing dengan industri teh global dunia. Kemampuan untuk menciptakan produk dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan permintaan konsumen menjadi suatu keharusan dalam bisnis teh global. Penjualan komoditi teh Indonesia sangat bergantung pada ekspor. Ketergantungan ini menimbulkan implikasi yang buruk pada perkembangan teh di Indonesia. Harga teh di Indonesia sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan dan ketersediaan komoditi teh di tingkat dunia. Apabila pasokan dunia berlimpah maka harga teh Indonesia akan merosot drastis. Akibatnya banyak petani yang mengalami kerugian karena menjual teh dengan harga di bawah biaya perawatan akhirnya menjual tanah perkebunan tehnya atau menkonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, sayuran dan lain-lain. Pada pengelolaan kebun atau budidaya, petani umumnya bergantung pada harga teh yang terjadi. Rendahnya harga teh serta tingginya biaya produksi akan memperkecil penerimaan petani tersebut. Hal ini 9

menyebabkan kemampuan penguasaan terhadap sarana dan prasarana petani, pemberian pupuk serta intensitas pemeliharaan sangat minim dilakukan, inilah yang mempengaruhi ekspor teh ke pasar dunia. Jika harga teh rendah maka sangat berpengaruh pada sedikitnya ekspor teh ke pasar dunia karena intensitas pemeliharaan kebun teh sangat minim akibat rendahnya biaya. Berikut ini perkembangan harga teh Indonesia tahun 2000-2012. Tabel 1.4 Perkembangan Harga Teh Indonesia Tahun 2000-2012 Tahun Harga (ton) Perkembangan (%) 2000 245,43-2,15 2001 163,57 0,91 2002 183,73 2,94 2003 205,22 2,61 2004 201,78 4,82 2005 201,86 3,64 2006 239,57 12,35 2007 206,05-1,71 2008 228,48-5,20 2009 374,22 3,65 2010 352,13 6,17 2011 333,36-5,10 2012 351,44-4,53 Sumber : International Monetary Fund 1998 Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat harga teh pada tahun 2000-2012, pada periode tersebut mengalami kenaikan namun peningkatan harga tidak secara berurutan dan ada beberapa penurunan harga pada pertengahan tahun. Tingkat penurunan harga terjadi pada tahun 2001 sebesar 163,57/ton. Teh sempat mengalami peningkatan kembali harga mulai pada tahun 2008 sampai tahun 2012 yaitu peningkatan harga terbesar terjadi pada tahun terakhir yakni tahun 2012 yaitu sebesar 351,44/ton. Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat, mengakibatkan hubungan ekonomi antar negara akan menjadi saling terkait dan meningkatkan arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Ekspor tidak 10

hanya di pengaruhi oleh harga, produksi, dan luas lahan saja tetapi juga berhubungan dengan kurs. Nilai tukar (kurs) diartikan sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang negara lain. Dalam melakukan perdagangan internasional antara satu negara dengan negara lainnya maka diperlukan satu mata uang yang dapat diterima secara universal sehingga tidak mengakibatkan ketimpangan dalam melakukan pembayaran dalam hal ini nilai mata uang yang dapat diterima secara universal adalah nilai mata uang Amerika Serikat US$. Sudah secara luas diakui bahwa stabilitas dalam nilai tukar menjamin stabilitas makro ekonomi yang berdampak pertumbuhan ekonomi positif (Khan dan Qayyum, 2008). Setiap negara memiliki sebuah mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan jasa (Asmanto dan Suryandari, 2008). Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dollar Amerika Serikat, karena pada umumnya mata uang ini yang digunakan dalam perdagangan antar negara. Nilai tukar (kurs) biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi atau apresiasi. Depresiasi mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat artinya suatu penurunan harga dollar Amerika Serikat terhadap rupiah. Depresiasi mata uang suatu negara membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. Sedangkan apresiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat adalah kenaikan harga rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Apresiasi mata uang suatu negara membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri (Sukirno dan Triyono, 2008). Dapat dikatakan apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan atau terdepresiasi maka harga barang-barang diluar negeri akan lebih murah dan 11

ekspor akan naik begitupun sebaliknya. Berikut ini disajikan perkembangan kurs Dollar Amerika Serikat tahun 2000-2012 Tabel 1.5 Perkembangan Nilai Kurs Dollar Amerika Serikat Tahun 2000-2012 Tahun Kurs dollar AS Perkembangan (Rp/US$) (%) 2000 9.595 35,14 2001 10,400 8,39 2002 8,940 (14,04) 2003 8,465 (5,31) 2004 9,290 9,75 2005 9,830 5,81 2006 9,020 (8,24) 2007 9,419 4,42 2008 10,950 16,25 2009 9,400 (14,16) 2010 8,991 (4,35) 2011 9,068 0,86 2012 9,400 3,66 Keterangan :( ) = negatif Sumber : Bank Indonesia, 2012 (data diolah) Tabel 1.5 menunjukkan bahwa kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mengalami fluktuasi dari tahun 1995 hingga tahun 2012. Pada tahun 2000 nilai rupiah Rp 9.595 per US$ dan pada tahun 2001 melemah menjadi Rp 10.400 per US$. Sejak memasuki tahun 2002, kurs rupiah relatif stabil namun sempat merosot kembali pada tahun 2008 menjadi Rp 10.950 per US$ sebagai imbas dari adanya krisis global yang melanda perekonomian dunia. Namun pada tahun tahun berikutnya nilai rupiah terus mengalami penguatan hingga menjadi Rp 9.400 per US$ pada tahun 2009 dan menguat lagi menjadi Rp 8.991 per US$ pada tahun 2010. Dua tahun terakhir nilai rupiah kembali melemah dengan nilai Rp 9.068 per US$ pada tahun 2011 dan Rp 9.400 per US$ pada tahun 2012. 12

1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan di atas dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah daya saing ekspor Teh Indonesia tahun 2000-2012? 2) Apakah harga, produksi, luas lahan dan kurs dollar AS secara simultan berpengaruh terhadap volume ekspor Teh Indonesia tahun 2000-2012? 3) Bagaimanakah pengaruh harga, produksi, luas lahan dan kurs dollar AS Secara parsial terhadap volume ekspor Teh Indonesia tahun 2000-2012? 1.3 Tujuan penelitian Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui daya saing komoditi ekspor teh Indonesia tahun 2000-2012 2) Untuk mengetahui pengaruh harga, produksi, luas lahan dan kurs dollar AS secara simultan berpengaruh terhadap volume ekspor Teh Indonesia tahun 2000-2012? 3) Untuk mengetahui pengaruh harga, produksi, luas lahan dan kurs dollar AS secara parsial berpengaruh terhadap volume ekspor Teh Indonesia tahun 2000-2012? 1.4 Kegunaan penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1) Bagi khasanah ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk meningkatkan pemahaman serta menerapkan teori-teori 13

yang diperoleh selama perkuliahan dengan kondisi yang sebenarnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi dan informasi untuk generasi selanjutnya terutama yang berkaitan pada pengaruh harga, produksi, luas lahan dan kurs dollar AS secara simultan maupun parsial terhadap ekspor teh Indonesia dan pengembangan daya saing ekspor teh Indonesia pada pasar internasional. 2) Bagi penyelesaian operasional dan kebijakan. Untuk instansi yang terkait dengan pengembangan dan peningkatan komoditas serta daya saing, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan ekspor komoditi, khususnya kebijakan bagi ekspor teh. 1.5 Sistematika Penulisan berikut: Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadilima bab, yaitu sebagai Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan laporan, metode penulisan, serta sistematika penyajian. Bab II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan yang dibahas dalam laporan ini yaitu mengenai konsep perdagangan internasional, konsep ekspor, kurs valuta asing, hubungan variabelvariabel yang berpengaruh terhadap volume ekspor dan teori dan konsep daya saing. 14

Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai objek penelitian, jenis data, metode penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Pembahasan Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini membahas mengenai simpulan yang diperoleh dari penyusunan laporan dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan simpulan yang diperoleh. 15