Eva Maria Widyasari, Nurlaila Zainuddin dan Witri Nuraeni

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA KIT KERING KANAMYCIN * Eva Maria Widyasari, Misyetti, Teguh Hafiz Ambar W dan Witri Nuraeni

STABILITAS RADIOFARMAKA 99M Tc-KANAMYCIN SEBAGAI SEDIAAN UNTUK DETEKSI INFEKSI

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN

Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m

FORMULASI KIT HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)-NANOSFER SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK STUDI LIMFOSINTIGRAFI DI KEDOKTERAN NUKLIR

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN KIT CAIR RADIOFARMAKA SIPROFLOKSASIN DALAM WADAH TUNGGAL

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m

EVALUASI ASPEK FARMASETIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI SECARA IN-VITRO KIT DIAGNOSTIK 99M Tc-KANAMYCIN

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

UJI TOKSISITAS AKUT RADIOFARMAKA 99m Tc- CTMP PADA MENCIT (Mus musculus)

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif

EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP

PENANDAAN MIBI (METOKSI ISOBUTIL ISONITRIL) DENGAN TEKNESIUM-99m SEBAGAI RADIOFARMAKA SIDIK PERFUSI JANTUNG

UJI TOKSISITAS RADIOFARMAKA

PENANDAAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKOTETRADESIL-1,4,8,11- TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM-186

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN KIT CAIR RADIOFARMAKA SIPROFLOKSASIN DALAM WADAH TUNGGAL

PENGARUH PEMBERIAN AMLODIPIN PADA POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-MIBI SEBAGAI SEDIAAN SIDIK PERFUSI JANTUNG (UJI NON KLINIS PADA HEWAN PERCOBAAN)

Profil Kit-Kering Radiofarmaka Siprofloksasin Wadah Tunggal Profile of Radiopharmaceutical Single Vial Dried-Kit of Ciprofloxacin

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

KARAKTERISTIK RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION. Nurlaila Z., Maula Eka Sriyani

Karakterisasi radiofarmaka sin sebagai penyidik infeksi

Tc-DIETIL KARBAMAZIN SEBAGAI SEDIAAN DIAGNOSTIK LIMFATIK FILARIASIS: EVALUASI NON-KLINIS

FORMULASI RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION UNTUK DIAGNOSIS KANKER

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

Pengembangan formulasi radiofarmaka siprofloksasin dalam wadah tunggal

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA RADIOFARMAKA. Nanny Kartini Oekar, Eva Maria Widyasari, Epy Isabela

PENANDAAN METAIODOBENZYLGUANIDIN (MIBG) DENGAN RADIONUKLIDA TEKNESIUM-99m

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

UJI PRAKLINIS 99m Tc-KANAMISIN SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI KLINIS KIT-KERING RADIOFARMAKA SIPROFLOKSASIN. Jln. Tamansari 71 Bandung Jln. Pasir Kaliki 192, Bandung

PEMBUATAN, PEMURNIAN DAN STABILITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) BERTANDA RADIOIODIUM-131. Aang Hanafiah Ws, Eva Maria Widyasari, Nanny Kartini Oekar

EVALUASI KENDALI MUTU SENYAWA BERTANDA 153 SAMARIUM-EDTMP (ETHYLENE DIAMINE TETRA METHYLEN PHOSPHONATE )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RADIOFARMASI ( 2.0)

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131 I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila

PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Alat dan Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Gates dan George Soros, sehingga terbentuk GF ATM (global fund against

Azmairit Aziz. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN - Bandung

STUDI BANDING KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

PEMBUATAN KIT MIBI SEBAGAI PENATAH JANTUNG

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-IMUNOGLOBULIN-G SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI/INFLAMASI

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

VII. PEMERIKSAAN KWALITAS

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PKPP-2012


PENANDAAN ASAM LINOLENAT SEBAGAI MODEL ISOLAT BENALU TEH UNTUK DIAGNOSIS KANKER DENGAN RADIONUKLIDA IODIUM-131

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR

PENANDAAN CHITOSAN DENGAN RADIONUKLIDA HOLMIUM-166

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAHAN DAN CARA KERJA Serbuk teofilina anhidrida,

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

BAB III METODE PENELITIAN

PENANDAAN CTMP DENGAN TEKNESIUM-99m UNTUK RADIOFARMAKA PENYIDIK KANKER TULANG. Misyetti dan Isti Daruwati

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB IV PROSEDUR KERJA

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM DALAM PENANDAAN LIGAN EDTMP DENGAN RADIOISOTOP 170 Tm

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla microphylla-sitrat: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

PERBANDINGAN POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP PADA HEWAN UJI SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

Transkripsi:

Penandaan Kanamycin dengan Radionuklida Teknesium- (Eva Maria Widyasari, dkk.) Penandaan Kanamycin dengan Radionuklida Teknesium- The Labeling of Kanamycin Using Radionuclide of Technetium As An Agent for Early Detection of Infectious Deseases Eva Maria Widyasari, Nurlaila Zainuddin dan Witri Nuraeni Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN Jl. Tamansari No. 71 Bandung Email : evamaria@batan.go.id Diterima 30 Mei 2013; Disetujui 04 September 2013 ABSTRAK Penandaan Kanamycin dengan Radionuklida Teknesium-99m Sebagai Sediaan Untuk Deteksi Dini Penyakit Infeksi. Penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Deteksi dini dan penentuan lokasi infeksi yang tepat dan akurat melalui pencitraan menggunakan teknik nuklir dapat mempermudah pengobatannya. Antibiotik bertanda radioaktif mampu menjadi solusi untuk membedakan antara infective inflammatory dan non-infective inflammatory. Kanamycin merupakan antibiotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi dimana obat-obat infeksi lain seperti penisilin dan beberapa obat infeksi lain yang kurang ampuh tidak dapat digunakan. Penelitian ini bertujuan menentukan kondisi optimum penandaan 99m Tc-kanamycin untuk memperoleh efisiensi penandaan yang tinggi. Dalam percobaan, kanamycin telah berhasil ditandai dengan teknesium-99m melalui metode penandaan tidak langsung dengan menggunakan pirofosfat sebagai co-ligand. Efisiensi penandaan dan penentuan kemurnian radiokimia senyawa tersebut secara simultan ditentukan dengan metode kromatografi kertas menaik menggunakan kertas Whatman 3 sebagai fase diam dan aseton sebagai fase gerak untuk memisahkan pengotor radiokimia dalam bentuk 99m Tc-perteknetat; sedangkan pengotor dalam bentuk 99m Tc-tereduksi dipisahkan dengan menggunakan fase diam ITLC-SG dan fase gerak NaOH 0,5 N. Kondisi penandaan optimal diperoleh pada penggunaan 6 mg kanamycin, 300 μg SnCl 2, 1,5 mg Na-pirofosfat, dan ph=6. Waktu inkubasi selama 0-30 menit pada temperatur kamar, memberikan efisiensi penandaan 96,54 ± 0,36 %. Berhasilnya penandaan kanamycin dengan efisiensi yang tinggi ini menjadikan 99m Tc-kanamycin berpeluang untuk dijadikan sebagai sediaan radiofarmasi untuk deteksi dini penyakit infeksi. Kata kunci : kanamycin, teknesium-99m, penandaan, infeksi ABSTRACT The Labeling of Kanamycin Using Radionuclide of Technetium As An Agent for Early Detection of Infectious Deseases. Infectious diseases are still the leading cause of death in the world. Early detection and determination of the exact location of infection and accurate imaging through the use of nuclear techniques can facilitate treatment. Antibiotics radioactive labeled compound otherwise be able to be a solution to distinguish between infective and non-infective inflammatory. Kanamycin is an antibiotic used for the treatment of infections where other drugs such as penicillin and several other drugs that are less potent infection can not be used. This study aims to determine the optimum labeling conditions of 99m Tc-kanamycin in order to obtain high labeling efficiency. Kanamycin has successfully labeled with technetium-99m through indirect labeling method using pyrophosphate as a coligand. Labeling efficiency and determination of radiochemical purity of these compounds simultaneously determined by ascending paper chromatography using Whatman paper 3 as the stationary phase, and acetone as the mobile phase to separate the radiochemical impurities 91

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation Vol. 9 No. 2 Desember 2013, 91-100 in the form of 99m Tc-pertechnetate; while impurities in the form of reduced 99m Tc-separated by using the stationary phase ITLC-SG and 0.5 N NaOH as mobile phase. The result showed that the optimal labeling conditions was obtained on the use of 6 mg kanamycin, 300 mg SnCl2, 1.5 mg of Na-pyrophosphate, and ph = 6. The incubation time of 0-30 min at room temperature, provide labeling efficiency of 96.54 ± 0.36%. The successful of kanamycin labeling with high efficiency makes 99m Tc-kanamycin potentially to be used as a radiopharmaceutical for the early detection of infectious diseases. Key words : kanamycin, technetium-99m, labeling, infection PENDAHULUAN Infeksi merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas dan dapat menjangkiti seluruh lapisan masyarakat. Pada tahun 2007 hingga 2008 angka kematian akibat infeksi menduduki peringkat kedua tertinggi di Indonesia setelah penyakit sistem sirkulasi darah [1]. Penentuan daerah terjadinya infeksi dengan cepat dan tepat dapat mempermudah dalam mengatasi penyebab penyakit ini. Teknik diagnosis dengan metode pencitraan menggunakan peralatan diantaranya MRI, USG dan CT-Scan terkadang tidak dapat digunakan secara spesifik untuk mendeteksi lokasi infeksi yang terjadi pada bagian tubuh yang sangat dalam (deep seated infection), misalnya dalam tulang dan persendian [2]. Keberadaan metode pencitraan berbasis teknik nuklir menggunakan radiofarmaka yang spesifik, memberi solusi pemecahan masalah ini. Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh mahluk hidup, kemudian berkembangbiak dan menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan tubuh yang ditandai dengan timbulnya berbagai macam gejala penyakit. Infeksi sebagian besar diikuti dengan peradangan atau inflamasi, yang didefinisikan sebagai reaksi mikrosirkulasi yang ditandai dengan perpindahan cairan dan sel darah putih dari darah ke dalam jaringan ekstraselular [2]. Sejak awal tahun 2000 beberapa peneliti telah mengembangkan kit diagnostik untuk infeksi dengan menggunakan senyawasenyawa antibiotik yang dalam perkembangannya diketahui lebih efektif untuk membedakan antara inflamasi yang disebabkan karena infeksi (infective inflammatory) atau yang bukan disebabkan oleh infeksi (non-infective inflammatory). Kit diagnostik untuk infeksi dengan menggunakan senyawa antibiotik yang telah berhasil diteliti dan dikembangkan tersebut diantaranya adalah kit diagnostik 99m Tcsiprofloksasin dan 99m Tc-etambutol [3,4]. Kedua kit tersebut telah melalui uji klinis dan direkomendasikan oleh dokter-dokter di komunitas kedokteran nuklir sebagai kit untuk diagnosis infeksi. Namun demikian, mengingat beragamnya jenis infeksi disertai dengan mekanisme kerja yang berbeda, masih diperlukan sediaan-sediaan diagnostik yang lebih selektif berbasis antibiotik bertanda radioaktif. Kanamycin merupakan antibiotik yang termasuk dalam golongan aminoglikosida yang bekerja menghambat proses sintesis protein mikroorganisme, dan termasuk golongan antibiotika berspektrum luas, sehingga dapat berinteraksi dengan bakteri Gram negatif maupun Gram positif. Kanamycin ditemukan pertama kali di Jepang pada tahun 1957 oleh Umezawa dkk, diperoleh dari filtrat kultur Streptomyces kanamyceticus [5]. Kanamycin digunakan untuk pengobatan infeksi jika penisilin ataupun obat lain yang kurang kuat aktivitas antibakterinya tidak dapat digunakan. Adapun infeksi yang biasanya diobati menggunakan kanamycin adalah infeksi pada saluran pernafasan, kulit, jaringan lunak, perut, dan infeksi pada saluran kemih [6,7,8]. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Benveniste dan Davies mengenai structure-activity relationship dari antibiotik 92

Penandaan Kanamycin dengan Radionuklida Teknesium- (Eva Maria Widyasari, dkk.) golongan aminoglikosida, dinyatakan bahwa keaktifan dari antibiotik golongan ini ada kaitannya dengann posisi gugus hidroksil dan amina sebagai substituen pada R dan R (Gambar 1). Kanamycin B dan C merupakan kanamycin produk turunann dari kanamycin A. Dari uji daya hambat antibiotik kanamycin terhadap R17 phage RNA secara invitro, menunjukkan bahwa kanamycin B memiliki aktivitas yang lebih kuat dibandingkan kanamycin A, sedangkan kanamycin C memiliki aktivitas paling lemah bila dibandingkan kanamycin A dan B [9]. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: kanamycin sulfat (Meiji), tin(ii) klorida/sncl 2 (Sigma-Aldrich), natrium pirofosfat (E. Merck), aseton (E. Merck), natrium hidroksida (E.Merck), natrium klorida fisiologis (IPHA), aquabidest steril (IPHA), ph indikator universal (E.Merck), kertas Whatman 3 dan ITLC-SG (Agilent). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: kalibrator dosis Gambar 1. Struktur Kanamycin Di samping cara kerjanya, pemilihan kanamycin sebagai antibiotika yang ditandai oleh radionuklida 99m Tc didasarkan pada strukturnya (Gambar 1) yang memiliki beberapa gugus fungsi, seperti -NH 2, -OH, dan -O-, sehingga mudah berikatan dengan 99m Tc [6]. Dalam penelitian inii telah dilakukan penandaan kanamycin sulfat, yaitu kanamycin A yang berikatan dengan gugus sulfat, dengan memvariasikan beberapa parameter, antara lain jumlah ligan kanamycin, jumlah reduktor, ph reaksi, dan waktu inkubasi. Penandaan kanamycin dengann teknesium-99mm diharapkan menghasilkan senyawa bertanda yang dapat digunakan sebagai kit diagnostik baru untuk infeksi. (Victoreen), Vortex Mixer, Single Channel Analyzer (Ortec), seperangkat alat kromatografi, seperangkat alat elektrofores sis dan peralatan gelas. Penandaan kanamycin dengan metode tidak langsung Roohi dkk [4], menyatakan bahwa kanamycinn dapat ditandai dengan metode langsung menggunakan SnCl 2 sebagai reduktor. Roohi mendapatkan kondisi optimum penandaan dengan formulasi 5 mg kanamycin, 20 μg SnCl 2, ph reaksi 6-7 dengan waktu inkubasi 30 menit dan volume akhir larutan adalah 2 ml. Namun demikian, dari beberapa kali percobaan ulang yang dilakukan penulis, ternyata penggunaan kadar SnCl 2 sebesar 20 μg dan 93

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation Vol. 9 No. 2 Desember 2013, 91-100 bahkan hingga 35 μg, masih memberikan pengotor radiokimia dalam bentuk 99m - TcO 4 yang cukup tinggi, sedangkan peningkatan jumlah SnCl 2 mengakibatkan kekeruhan pada saat ph-nya dinaikkan ke 6-7. Karena itu, penandaan tidak langsung dengan menggunakan pirofosfat sebagai co-ligand atau bifunctional agent menjadi solusi alternatif yang diamati penulis. Penandaan dilakukan dengan menambahkan sejumlah larutan Snpirofosfat ke dalam larutan kanamycin, ph larutan diatur menjadi 6-7 dengan penambahan NaOH /HCl 0,1N, kemudian ke dalam campuran ditambahkan 99m Tcperteknetat sehingga volume akhir campuran adalah 2 ml. Campuran selanjutnya diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Penentuan kemurnian radiokimia 99m Tckanamycin Efisiensi penandaan dan penentuan kemurnian radiokimia 99m Tc-kanamycin dilakukan secara simultan dengan teknik kromatografi kertas menaik menggunakan kertas Whatman 3 (10 x 1 cm) sebagai fase diam dan aseton sebagai fase gerak untuk memisahkan pengotor dalam bentuk 99m Tcperteknetat ( 99m TcO - 4 ), sedangkan untuk pengotor dalam bentuk 99m Tc-tereduksi ( 99m TcO 2 ) dipisahkan dengan menggunakan fase diam ITLC-SG (10 x 1 cm) dengan fase gerak NaOH 0,5 N. Kromatogram setelah dikeringkan, dipotong-potong sepanjang 1 cm, kemudian radioaktivitas yang terdapat pada masing-masing potongan dicacah dengan alat Single Channel Analyzer. Optimasi jumlah reduktor Sn-pirofosfat Pembuatan larutan Sn-pirofosfat dilakukan dengan menambahkan 5 mg SnCl 2 ke dalam vial berisi larutan natrium pirofosfat (25 mg/5 ml), kemudian didiamkan beberapa menit, dan dikocok dengan vortex mixer hingga larut sempurna. Penentuan jumlah reduktor optimal dilakukan sebagai berikut: Ke dalam vial yang berisi larutan kanamycin (5 mg/ml) ditambahkan larutan Sn-pirofosfat dengan jumlah yang bervariasi (100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450 dan 500 μl). Larutan diatur phnya menjadi 6-7, kemudian ke dalam campuran tersebut ditambahkan larutan Na 99m TcO 4 dengan radioaktivitas 2-5 mci dan volume larutan diatur sedemikian rupa hingga volume akhir 2 ml. Campuran dikocok dengan vortex mixer sampai larut sempurna dan diinkubasi pada temperatur ruang selama 30 menit. Penetapan efisiensi penandaan dilakukan sekaligus dengan penentuan kemurnian radiokimia 99m Tckanamycin menggunakan metode kromatografi seperti pada penentuan kemurnian radiokimia 99m Tc-kanamycin. Optimasi ph reaksi Ke dalam lima vial yang masingmasing berisi 1 ml larutan kanamycin (5mg/mL) ditambahkan 300 μl larutan Snpirofosfat (1 mg SnCl 2 + 5 mg Na-pirofosfat /ml). Campuran dikocok dengan vortex mixer hingga homogen. Masing-masing ph larutan diatur menjadi 4,5,6,7 dan 8 dengan menambahkan larutan NaOH atau HCl 1 N, kemudian ke dalam campuran tersebut ditambahkan larutan Na 99m TcO 4 dengan radioaktivitas 2-5 mci, dan volume larutan diatur sedemikian rupa sehingga volume akhir 2 ml. Campuran dikocok dengan vortex mixer sampai homogen dan diinkubasi pada temperatur ruang selama 30 menit. Efisiensi penandaan ditentukan dari kemurnian radiokimia 99m Tc-kanamycin yang dilakukan dengan metode kromatografi seperti pada penentuan kemurnian radikimia 99m Tc-kanamycin. Optimasi jumlah kanamycin (ligan) Ke dalam masing-masing vial yang berisi kanamycin dengan jumlah bervariasi (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 mg/ml) ditambahkan 300 μl larutan Sn-pirofosfat (1 mg SnCl 2 + 5 mg Na-pirofosfat /ml). Dengan penambahan larutan NaOH atau HCl 1 N semua larutan diatur ph-nya menjadi 6, kemudian ke dalam campuran tersebut ditambahkan larutan Na 99m TcO 4 dengan radioaktivitas 2-5 mci dan volume akhir menjadi 2 ml. Campuran dikocok 94

Penandaan Kanamycin dengan Radionuklida Teknesium- (Eva Maria Widyasari, dkk.) dengan vortex mixer dan diinkubasi pada temperatur ruang selama 30 menit. Efisiensi penandaan dan kemurnian radiokimia 99m Tckanamycin dilakukan dengan metode kromatografi seperti yang tertulis pada penentuan kemurnian radiokimia 99m Tckanamycin. Optimasi waktu inkubasi Penandaan dilakukan dengan menggunakan kadar optimal kanamycin yang diperoleh dari percobaan 2.6 (6mg/mL), 300 μl larutan Sn-pirofosfat (1 mg SnCl 2 + 5 mg Na-pirofosfat /ml), ph diatur menjadi 6 dengan penambahan larutan HCl atau NaOH 1 N, kemudian ke dalam campuran tersebut ditambahkan larutan Na 99m TcO 4 dengan radioaktivitas 2-5 mci sehingga volume akhir menjadi 2 ml. Campuran dikocok dengan vortex mixer sampai homogen dan diinkubasi pada temperatur ruang dengan waktu yang bervariasi yaitu 0, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit. Waktu inkubasi optimum adalah waktu yang memberikan kemurnian radiokimia yang tinggi. Penentuan kemurnian radiokimianya dilakukan dengan metode kromatografi kertas seperti tertera dalam penentuan kemurnian radiokimia 99m Tc-kanamycin. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini diawali dengan mencari metode panandaan yang sesuai untuk kanamycin. Radioisotop yang umumnya digunakan dalam penandaan sediaan radiofarmasi untuk tujuan diagnosis adalah teknesium-99m ( 99m Tc). Pemilihan radioisotop ini didasarkan pada karakteristik fisiko-kimianya, yaitu memiliki waktu paruh yang pendek (6,02 jam), pemancar sinar gamma (γ) murni dengan energi 140,5 kev yang sangat ideal untuk pencitraan menggunakan kamera gamma. Dari beberapa kajian pustaka, energi suatu radioisotop yang disarankan untuk pencitraan menggunakan kamera gamma adalah dengan rentang energi 30-300 kev [10,11]. Berdasarkan struktur kimia seperti dituliskan pada Gambar 1, kanamycin memiliki beberapa gugus fungsi pendonor elektron, seperti -NH 2, -OH, dan -O-, karena itu, senyawa ini memungkinkan untuk berikatan dengan radioisotop 99m Tc. Penandaan kanamycin ini dilakukan mengacu pada prosedur yang dilakukan Roohi dkk [6]. Namun demikian, berdasarkan beberapa percobaan ulangan yang dilakukan penulis, ternyata hasil penandaan dengan prosedur ini masih menunjukkan tingkat kemurnian radiokimia yang rendah yaitu berkisar ±78,52% dengan pengotor 99m TcO4 - nya cukup tinggi, dan larutan akan menjadi keruh apabila kadar reduktornya (SnCl 2 ) ditingkatkan. Oleh karena itu, penambahan suatu coligan/bifunctional agent yang akan mempermudah reaksi penandaan kanamycin dengan teknesium-99m dapat menjadi solusi alternatif. Kanamycin berhasil ditandai dengan teknesium-99m melalui metode penandaan tidak langsung, yaitu penandaan dengan penambahan koligan pirofosfat yang diprediksi akan berikatan terlebih dahulu dengan ion Sn 2+ membentuk kompleks Sn(II)-pirofosfat [12]. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Na-pirofosfat + Sn (2+) Cl 2 NaCl + Sn (2+) -pirofosfat (1) Sn (2+) -pirofosfat + Kanamycin Sn (2+) -kanamycin + Sn (2+) -pirofosfat (sisa) (2) Sn (2+) -kanamycin + Sn (2+) -pirofosfat sisa + 99m Tc (VII) - O 99m 4 Tckanamycin + 99m Tc-pirofosfat + 99m Tctereduksi + 99m Tc-perteknetat sisa (3) Proses penandaan tidak langsung seperti terlihat pada reaksi (1), (2), dan (3), akan menghasilkan pengotor 99m Tc-pirofosfat yang dengan metode kromatografi tidak dapat dipisahkan dari 99m Tc-kanamycin. Untuk membuktikan bahwa senyawa bertanda yang terbentuk adalah 99m Tc- 95

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopess and Radiation Vol. 9 No. 2 Desember 2013, 91-100 kanamycin, maka dilakukan analisiss pembanding dengan menggunakann pirofosfat bertanda teknesium-99m ( 99m Tc- pirofosfat) sebagi kontrol. Hasil analisiss dengan elektroforesis kertas memberikan data seperti terlihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat bahwa ada perbedaan antara jarak migrasi puncak 99m Tc- kanamycin dan puncak 99m Tc-pirofosfat. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa bertandaa yang terbentuk adalah 99m Tc-kanamycin. kanamycin. Parameter pertama yang dioptimasi adalah memvariasikan jumlah reduktor yang digunakan. Dari hasil percobaan diperoleh data bahwa jumlah reduktor mulai 250 μgg hingga 500 μg memiliki nilai kemurnian radiokimiaa (KRK) di atas 95 % dengan pola grafik yang relatif stabil (Gambar 3). Oleh karena itu diambil nilai 300 μg sebagai jumlah reduktor optimumnya, pemilihan inii didasarkan pada pola grafik pada Gambar 3 yang 99m Tc pirofosfat 99m antara 99m Tc- Tc kanamycinn Gambar 2. Grafik perbandingann hasil elektroforesis kanamycinn dengan 99m Tc-pirofosfat Setelah diperoleh metode penandaann yang sesuai, tahap selanjutnya adalah menentukann kondisi penandaan yang ideal untuk menghasilkan efisiensi penandaann yang maksimal. Menurut United State Pharmacopeia [13], secaraa umumm persyaratan kemurnian radiokimia untuk radiofarmaka bertanda teknesium-99mm adalah tidak lebih kecil dari 90%, sedangkan menurut British Pharmacopeiaa [14], pengotor radiokimia dalam bentuk 99 9m Tc-perteknetat bebas maksimal adalah 5 %. Untuk mendapatkan kondisi tersebut, maka dilakukan optimasi padaa beberapaa parameter yang sangat mempengaruhi reaksi pembentukan senyawa bertanda 99m Tc- menunjukkan bahwa padaa konsentrasi 250 μg KRK 99m Tc-kanamycin baru mulai diatas 95% dan peningkatan kadar SnCl 2 di atas 250 μg tidak signifikan pengaruhnya terhadap KRKK 99m Tc-kanamycin. Oleh karena itulah kadar SnCl 2 dipilih sedikit di atas besaran 250 μg, yaitu 300 μg sekaligus untuk mengantisipasi jika ada penyimpangan pada proses penimbangan. Parameter kedua yang ditentukan adalah ph reaksi. Derajat keasaman atau ph reaksi merupakan parameter penting yang perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kestabilan dan kelarutan senyawa obat tersebut dalam air. Percobaan tersebut dilakukan dengan 96

Penandaan Kanamycin dengan Radionuklida Teknesium- (Eva Maria Widyasari, dkk.) Gambar 3. Grafik optimasi jumlah reduktor pada 99m Tc-kanamycin memvariasikan ph reaksi yang hasilnya disajikan dalam Gambar 4. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ph reaksi dari 4-7 menghasilkan nilai kemurnian radiokimia > 95%. untuk Kondisi ph optimum yang dipilih menentukan parameter berikutnya adalah ph 6 karena ph tersebut memiliki nilai kemurniann radiokimia yang paling tinggi dan mendekati suasana netral, sehingga dalam aplikasinya nanti ke manusia tidak akan menimbulkan rasaa nyeri ketika disuntikkan. Adapun range ph yang dapat diterima untuk sediaan yang akan diberikan secara intravena adalah 3-10,5, sedangkan sediaan yang diberikan tidak secara intravena range phnya adalah 4-9 [15]. Parameter ketiga yang ditentukan adalah jumlah kanamycin. Dari percobaan dengan memvariasikan jumlah kanamycin diperoleh persentase kemurniann radiokimia atau efisiensi penandaan seperti disajikan pada Gambar 5. Dari percobaan diperoleh bahwa jumlah kanamycin yang memberikan nilai kemurnian radiokimia tertinggi adalah pada kadar kanamycin 6 mg, dan nilai ini digunakan untuk menentukann parameter berikutnya. Walaupun demikian, jumlah kanamycinn 4, 5, 7 dan 8 mg sebenarnya juga dapat digunakan karena menghasilkan nilai 100 Kemurnian radio kimia 99m Tc kanamycin (%) 98 96 94 92 90 3 97.69 4 96.97 5 97.52 6 96.86 92.77 7 8 9 ph reaksi Gambar 4. Grafik optimasi ph reaksi 99m Tc-kanamycin 97

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopess and Radiation Vol. 9 No. 2 Desember 2013, 91-100 kemurnian radiokimia di atas 95 %. Jumlah kanamycin ini cukup rendah bila dibandingkan dengann dosis pemberian kanamycin untuk pengobatan pasien TB dewasa adalah 15-20 mg/kg berat badan per hari [16]. Parameter terakhir yang ditentukann adalah waktu inkubasi. Kondisi inkubasi ideal dilakukan pada temperatur ruang karena dalam aplikasinya nanti akan memudahkan pihak pengguna pada saat preparasi senyawa bertanda ini. Data padaa Gambar 6 menunjukkann bahwa semua interval waktu inkubasi mulai dari 0 menit hingga 30 menit, dihitung setelah penambahan larutan 99m Tc-perteknetat, menghasilkan senyawa bertanda 99m Tc- yang tinggi yaitu di atas 95 %, sehingga dapat disimpulkan bahwaa waktu inkubasi tidak memberikan perbedaan yang kanamycin dengan kemurnian radiokimia signifikan terhadap besarnya efisiensi ataupun kemurnian sediaan. Gambar 5. Grafik optimasi jumlah kanamycin Gambar 6. Grafik optimasi waktu inkubasi (menit) 98

Penandaan Kanamycin dengan Radionuklida Teknesium- (Eva Maria Widyasari, dkk.) KESIMPULAN Kanamycin dapat ditandai dengan radionuklida 99m Tc melalui proses penandaan tidak langsung, yaitu dengan menambahkan pirofosfat sebagai ko-ligan. Kondisi penandaan optimum 99m Tckanamycin diperoleh dengan menggunakan kanamycin sebesar 6 mg, SnCl 2 sebagai reduktor 300 μg, Na-pirofosfat sebesar 1,5 mg dan reaksi berlangsung pada ph= 6 tanpa dipengaruhi waktu inkubasi selama proses penandaan. Kondisi reaksi ini menghasilkan 99m Tc-kanamycin dengan kemurnian radiokimia 96,57 ± 0,45 %. Nilai kemurnian radiokimia yang tinggi ini menunjukkan bahwa 99m Tc-kanamycin telah memenuhi persyaratan kemurnian radiokimia yang dipersyaratkan dalam farmakope. Sebagai obat baru, untuk tahap selanjutnya perlu dilakukan kajian karakteristik fisiko-kimia dari senyawa bertanda 99m Tc-kanamycin yang lebih mendalam disertai uji preklinis pada hewan percobaan untuk memastikan apakah senyawa bertanda 99m Tc-kanamycin layak untuk dijadikan sebagai kit diagnostik untuk infeksi. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra Misyetti M.T. yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam pelaksanaan penelitian. Ucapan terimakasih disampaikan pula kepada Bapak Epy Isabela yang telah banyak memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA 1. DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Profil Kesehatan Indonesia 2008, Depkes RI, Jakarta, 30 31 (2009). 2. BASRY, T.H., ZAINUDDIN, N., dan ILJAS, R., Formulasi Radiofarmaka 99m Tc-Siprofloksasin Untuk Diagnosis Infeksi, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknik Nuklir, Bandung 14-15 Juni 2005, 38-45 (2005). 3. ZAINUDDIN, N., HIDAYAT, B., dan ILJAS, R., Pengembangan dan Aplikasi Klinis Kit Kering Radiofarmaka Siprofloksasin. Jurnal Siains dan Teknologi Nuklir; X (1) : 11-23 (2009). 4. HANAFIAH, A.Ws., and KARTINI, N.O., 99m Tc-ethambutol Radiopharmaceutical for Diagnosis of Tuberculosis (Profile and its preliminary application), Majalah Kedokteran Bandung, XXXIX (2), 62-68 (2007). 5. UMEZAWA H., The basic and clinical research of the new antibiotic, Kanamycin : Its discovery, Annals of the New York Academy of Science, 76, 20-26 (1958). 6. ROOHI S., MUSHTAQ A., JEHANGIR M., and MALIK S.A., Synthesis, Quality Control and Biodistribution of 99m Tc-Kanamycin, Journal of Radioanalytical and Nuclear Chemistry, 267, 561 566 (2006). 7. ROOHI S., Preparation and Quality Control of Technetium-99m Labelled Compounds for Diagnostic Purpose, Tesis Program Doktor, Quaid-I-Azam University, 1 64 (2006). 8. JEHANGIR M., MUSHTAQ A., MALIK S.A., and ROOHI S., Synthesis and Evaluation of 99m Tc-Kanamycin and 99m Tc-Isoniazid for Infection Imaging, Trends in Radiopharmaceuticals (ISTR-2005), Proceedings of International 99

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation Vol. 9 No. 2 Desember 2013, 91-100 Symposium, Vienna, Austria, International Atomic Energy Agency, 149-165 (2007). 9. BENVENISTE R., DAVIES J., Structure- Activity Relationship Among the Aminoglycoside Antibiotics: Role of Hydroxyl and Amino Groups, Antimicrobial Agent and Chemotherapy October 1973, 4(4), 402-409 (1973). 10. KARTINI N.O., dan WIDYASARI E.M., Penandaan Human Serum Albumin (HSA) nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m, Majalah Farmasi Indonesia, 19 (3), 117-127 (2008). 11. ZOLLE I., Technetium-99m Pharmaceuticals : Preparation and Quality Control in Nuclear Medecine, Springer, New York, 78-79 (2006). 13. THE UNITED STATE- PHARMACOPEIA CONVENTION. The United State Pharmacopeia of The United State of America- National Formulary (USP30-NF25), 3270-3288 (2006). 14. THE DEPARTEMENT OF HEALTH. British Pharmacopoiea (6 th ed), Crown, London, 7811-7861 (2008). 15. WALTER L., The Pharmaceutical Codex : Principles and Practice of Pharmaceutics (12 th ed), The Pharmaceutical Press, London, 98-99 (1994). 16. CATHERINE T., Kanamycin sulphate, Website of the Global Tuberculosis Community Advisor Board [Online]. 1 Juli 2011 [cited 11 Pebruari 2013]; http://www.tbonline.info/posts/2011 /7/1/kanamycin/ (2011). 12. SAHA G.B., Fundamentals of Nuclear Pharmacy (5 th ed), Springer, New York, 81-82 (2004). 100