PENGARUH VARIETAS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI [Glycine Max (L.) Merrill]

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) AKIBAT PERBEDAAN JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM

PENGARUH VARIETAS DAN DOSIS PUPUK SP-36 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. )

EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS. Jumini, Nurhayati, dan Murzani

RESPONS BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH AKIBAT PERBEDAAN JARAK TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI PADA LAHAN BEKAS TSUNAMI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

PENGARUH VARIETAS KACANG TANAH DAN WAKTU TANAM JAGUNG MANIS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA SISTEM TUMPANGSARI

BAHAN METODE PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot)

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI MELALUI KOMBINASI PUPUK ORGANIK LAMTOROGUNG DENGAN PUPUK KANDANG

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

PENGARUH VARIETAS DAN KONSENTRASI PUPUK BAYFOLAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBELAHAN UMBI BIBIT PADA BEBERAPA JARAK TANAM

Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) pada Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Majemuk

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

PENGARUH JENIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS JAGUNG MANIS

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG AKIBAT PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL D DAN ZAT PENGATUR TUMBUH HARMONIK

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI(Glycine max (L.)Merill) ARTIKEL ILMIAH RITA SARI

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN JENIS MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK CAIR ABA TERHADAP PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea (L.) Merr.

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

3. METODE DAN PELAKSANAAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Dosis Pupuk Kalium dan Frekwensi Pembumbunan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

I. MATERI DAN METODE. OT1 = Tanpa Olah Tanah OT2 =Olah Tanah Maksimum Faktor kedua :Mulsa (M)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. MATERI DAN METODE

Alfandi Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon Jl. Pemuda No 32 Cirebon ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

PENGARUH INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR ENVIRO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU (Phaseolus radiatusl.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK GUANO SKRIPSI OLEH:

Transkripsi:

PENGARUH VARIETAS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI [Glycine Max (L.) Merrill] The Effect of Some Varieties and Spacing on Growth of Soybean (Glycine Max (L.) Merrill) Ainun Marliah 1), Taufan Hidayat 1), dan Nasliyah Husna 2) 1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala,Banda Aceh 2) Alumni Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa varietas dan jarak tanam serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x3 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah varietas, yaitu: Anjosmoro, Grobogan, dan Kipas Merah, sedangkan faktor jarak tanam terdiri dari: 20 cmx 30 cm, 20 cm x 40 cm, dan 40 cm x 40 cm. Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman kedelai umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah polong per tanaman, jumlah polong bernas per tanaman, dan berat biji per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST. Tanaman kedelai lebih tinggi diperoleh pada varietas Grobogan dan Anjasmoro. Jarak tanam hanya berpengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 45 HST, tanaman tertinggi diperoleh pada penggunaan jarak tanam 20 cm x30 cm. Terdapat interaksi yang nyata antara varietas dan jarak tanam terhadap jumlah polong per tanaman, jumlah polong bernas per tanaman dan berat biji per tanaman. Hasil terbaik diperoleh pada varietas Anjasmoro dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm. Kata kunci: varietas, jarak tanam, kedelai ABSTRACT The aims of this study were to determine the effect of varieties and spacing and its interaction on growth and yield of soybeans. Randomized Completely Block Design (RCBD) 3x3 factorial with three replications was applied. Factors studied were varieties: Anjosmoro, Grobogan, and Kipas Merah, and spacing factor of 20 cm x 30 cm, 20 cm x 40 cm, and 40 cm x 40 cm. Variables observed were soybean plant height age of 15, 30 and 45 DAP, the number of pods per plant, number of pods per plant and weight seeds per plant. The results showed varieties effected plant height on 15 and 30 DAP significantly, which higher than Grobogan and Anjosmoro. Meanwhile spacing simply effect plant height on 45 DAP significantly. The highest plant found on 20 cm x 20 cm spacing.there were interaction significantly between varieties and spacing on the number of pods per plant and weight dry seed per plant. The best result were obtained on a variety Anjosmoro with spacing of 40 cm x 40 cm. Keywords: varieties, spacing, soybean PENDAHULUAN Kedelai berperan penting sebagai sumber protein, karbohidrat dan minyak nabati. Setiap 100 g biji kedelai mengandung 18% lemak, 35% karbohidrat, 8% air, 330 kalori, 35% protein dan 5,25% mineral (Suprapto 1985). Kedelai merupakan bahan makanan penting, dan telah digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tempe, tahu, tauco, kecap, tauge dan sebagai bahan campuran makanan ternak. Tepung kedelai merupakan bahan bakuuntuk membuat susu, keju, roti,kue dan lain-lain. Dari industri berbahan dasar kedelai bisa dihasilkan produk-produk non makanan, seperti kertas, cat cair, tinta cetak, tekstil dan mikrobiologi (Suhaeni 2007). Produksi kedelai nasional masih rendah, yaitu hanya 1,1 ton ha -1. Produktivitas tersebut masihdapat ditingkatkan lagi menjadi 1,5-2,5 ton ha -1, dengan penerapan Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012 22

teknologi maju dan sistem budidaya yang lebih intensif. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kedelai, misalnya dengan penggunaan pupuk secara efisien, waktu tanam yang tepat sesuai dengan daya dukung lahan, serta menggunakan varietas unggul yang mempunyai adaptasi luas pada berbagai agroekosistem (Martodireso & Suryanto 2001). berperan penting dalam produksi kedelai, karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetiknya. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Adisarwanto 2006). Dewasa ini dikenal beberapa varietas unggul yang beredar di masyarakat, diantaranya varietas Anjasmoro, Kipas Merah dan Grobogan. Anjasmara memiliki potensi hasil 2,25ton ha -1, tahan rebah, polong tidak mudah rebahpecah, agak tahan terhadap penyakit karat daun, ukuran biji besar (16 g/100 biji),umur panen 83-93 hari. Kipas Merah memiliki potensi hasil 3,5 ton ha -1, polong tidak mudah pecah, agak tahan terhadap penyakit karat daun dan fusarium, bobot biji 12 g/100 biji, umur panen 85-90 hari. kedelai grobogan memiliki potensi hasil 2,77 ton ha -1, bobot biji 18 g/100 biji, umur panen 76 hari (Balitkabi 2005). Selain varietas, pengaturan jarak tanam merupakan faktor penting dalam upaya meningkatan hasil tanaman kedelai. Jarak tanam yang terlalu jarang mengakibatkan besarnya proses penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan terganggu. Sebaliknya jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan terjadinya persaingan tanaman dalam memperoleh air, unsur hara dan intensitas matahari (Kartasapoetra 1985). Tingkat kerapatan tanaman berhubungan dengan populasi tanaman dan sangat menentukan hasil tanaman. Suhaeni (2007) menyatakan varietas kedelai yang berumur sedang, jarak tanam yang dianjurkan adalah 40 cm x 15 cm, dan varietas berumur pendek, sebaiknya menggunakan jarak tanam 40 cm x 10 cm atau 30 cm x 15 cm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa varietas dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai serta untuk mengetahui interaksi antara kedua faktor tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh, yang berlangsung dari bulan Oktober 2010 sampai Januari 2011. Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Anjosmoro, Grobogan dan Kipas Merah, yang diperoleh dari UPTD Balai Pembenihan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Banda Aceh. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan pupuk anorganik Urea, SP-36 dan KCl. Alat yang digunakan yaitu cangkul, meteran, gembor, dan timbangan analitik. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah : yang terdiri dari: V 1 (Anjasmoro), V 2 (Grobogan) dan V 3 (Kipas Merah), dan faktor jarak tanam yang terdiri dari : J 1 (20 cm x 30 cm), J 2 (20 cm x 40 cm) dan J 3 (40cm x 40 cm). Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan hand traktor dan kemudian tanah dibiarkan selama 7 hari agar tanah mendapat cukup udara dan sinar matahari secara langsung. Selanjutnya dilakukan pengolahan kedua menggunakan cangkul sekaligus pembuatan plot-plot dengan ukuran 2 m x 2 m sebanyak 27 plot. Jarak antar plot 0,5 m dalam satu ulangan dan jarak antar ulangan 1 m sekaligus berfungsi sebagai saluran drainase. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012 23

Sebelum dilakukan penanaman, benih direndam dalam air bersih selama 5 menit. Perendaman bertujuan untuk mengangkat kotoran dan benih yang hampa. Penanaman dilakukan dengan menggunakan tugal sedalam 2 cm, dengan jarak tanam 20 cm x 30 cm, 20 cm x 40 cm dan 40 cm x 40 cm, sesuai dengan perlakuan yang dicobakan. Tiap lubang tanam dimasukkan benih kedelai sebanyak 2 butir lalu ditutup dengan tanah dan 2 minggu setelah tanam ditinggalkan1 tanaman. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang dari kotoran sapi yang telah terdekomposisi dengan dosis 5 ton ha -1 (2 kg/plot). Pupuk kandang tersebut diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara diaduk rata dengan tanah. Pemberian pupuk anorganik yaitu Urea 50 kg ha -1 (20 g/plot), SP-36 100 kg ha -1 (40 g/plot), KCl 75 kg ha -1 (30 g/plot), diberikan sekaligus pada saat penanaman dengan cara larikan. Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyulaman, pengendalian gulma, hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan 2 kali sehariyaitu pada pagi dan sore hari kecuali hujan. Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam untuk menggantikan bibit yang mati dan kurang baik pertumbuhannya. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanik sekaligus untuk penggemburan dan pembumbunan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan pada umur 45 HST dengan menggunakan insektisida Decis 25 EC dengan konsentrasi 1 ml L -1 air dan fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 2 g L -1 air, diberikan secara bersamaandengan menggunakan hand sprayer. ` Pemanenan dilakukan secara bertahap, kedelai varietas Grobogan dipanen pada umur 76 HST, varietas Kipas Merah dan Anjosmoro dilakukan pada umur 90 HST, dengan ciri-ciri tanaman mengering, berwarna kuning, batang mulai mengeras, polong keras dan berubah warna menjadi kecoklatan dengan cara memotong pangkal tanaman menggunakan sabit. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah: Tinggi tanaman, dengan mengukur dari pangkal batang yang telah diberi tanda dengan kayu sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST; Jumlah polong per tanaman (buah), dilakukan dengan cara menghitung satu per satu polong yang ada pada setiap tanaman sampel; Jumlah polong bernas per tanaman (buah), dilakukan dengan cara menghitung satu persatu polong bernasyang ada pada setiap tanaman sampel; Berat biji per tanaman (g), diperoleh dari semua biji kedelai setiap tanaman sampel yang ditimbang setelah biji dikeringkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Polong Per Tanaman, Jumlah Polong Bernas Per Tanaman dan Berat Biji Per Tanaman Hasil uji F pada analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara varietas dengan jarak tanam terhadap jumlah polong per tanaman, jumlah polong bernas per tanaman dan berat biji per tanaman. Ratarata jumlah polong per tanaman jumlah polong bernas per tanaman dan berat biji per tanaman akibat berbagai varietas dan jarak tanam terlihat pada Tabel 1, 2 dan 3. Tabel 1 memperlihatkan bahwa jumlah polong per tanaman pada varietas Anjasmoro meningkat secara nyata dengan penggunaan jarak tanam yang diperlebar, yaitu dari jarak tanam 20 cm x 30 cm ke jarak tanam 20 cm x 40 cm dan 40 cm x 40 cm. Untuk varietas Grobogan, peningkatan jumlah polong per tanaman nyata hanya diperoleh pada penggunaan jarak tanam 20 cm x 40 cm yang tidak berbeda nyata dengan penggunaan jarak tanam 40 cmx 40 cm, sedangkan untuk varietas Kipas Merah, peningkatan jumlah polong per tanaman nyata diperoleh pada penggunaan jarak tanam 40cmx 40 cm. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012 24

Tabel 1. Rata-rata jumlah polong per tanaman pada perlakuan varietas dan jarak tanam 20 x 30 20 x 40 40 x 40 BNJ 0,05 Anjasmoro 78,50 ab 99,50 bb 145,44 cb 18,14 Grobogan 47,50 aa 67,33 ba 58,39 aba Kipas Merah 90,67 ab 89,44 ab 128,11 bb Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil horizontal, huruf besar vertikal) berbeda tidak nyata pada taraf 5% (Uji BNJ). Tabel 2. Rata-rata jumlah polong bernas per tanaman pada perlakuan varietas dan jarak tanam 20 x 30 20 x 40 40 x 40 BNJ 0,05 Anjasmoro 76,83aB 95,61aB 142,50bB Grobogan 43,00aA 57,28aA 41,39aA 21,57 Kipas Merah 85,50aB 85,33aB 129,67bB Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil horizontal, huruf besar vertikal) berbeda tidak nyata pada taraf 5% (Uji BNJ). Tabel 3. Rata-rata berat biji per tanaman pada perlakuan varietas dan jarak tanam 20 x 30 20 x 40 40 x 40 BNJ 0,05 Anjasmoro 28,11aA 34,45aA 46,33bB Grobogan 19,86aA 26,86aA 19,50aA 12,18 Kipas Merah 23,92aA 25,69aA 43,89bB Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil horizontal, huruf besar vertikal) berbeda tidak nyata pada taraf 5% (Uji BNJ). Tabel 2 dan 3 memperlihatkan bahwa jumlah polong bernas per tanaman dan berat biji per tanaman pada varietas Anjasmoro dan Kipas Merah terjadi peningkatan yang nyata pada penggunaan jarak tanam 40 cmx 40 cm, namun untuk varietas Grobogan, menghasilkan jumlah polong per tanaman dan berat biji per tanaman yang sama atau tidak berbeda nyata dengan penggunaan jarak tanam yang berbeda. Tabel 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa secara umum varietas Anjosmoro lebih mampu beradaptasi baik dengan penggunaan jarak tanam yang lebih lebar, yaitu dalam penelitian ini dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm dan diikuti oleh varietas Kipas Merah. Sedangkan varietas Grobogan kurang respon terhadap perubahan jarak tanam. Hal ini diduga karena varietas Anjasmoro mampu beradaptasi pada lingkungan dengan jarak tanam yang lebih jarang, sehingga mampu menghasilkan hasil yang lebih baik. Mangoendidjojo (2003) menyatakan bahwa, variasi yang timbul pada populasi tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang sama maka variasi tersebut merupakan variasi atau perbedaan yang berasal dari genotipe individu anggota populasi. Menurut Subandi (1990) keberhasilan peningkatan produksi sangat tergantung kepada kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi yaitu meliputi varietas unggul baru berdaya hasil dan berkualitas tinggi, penyediaan benih bermutu serta teknologi budidaya yang tepat. Selanjutnya rendahnya hasil kedelai varietas Anjasmoro, Grobogan dan Kipas Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012 25

merah pada penggunaan jarak tanam sempit yaitu 20 cm x 30 cm, disebabkan tanaman saling berkompetisi dalam mendapatkan cahaya matahari, unsur hara dan air, sehingga semakin kecil pula hasil fotosintesis yang diperoleh. Menurut Harjadi (1991), penggunaan jarak tanam yang ideal bagi tanaman akan memperkecil terjadinya kompetisi bagi tanaman, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal. Pengurangan kerapatan tanaman per hektar akan mengakibatkan perubahan iklim mikro yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Oleh karena itu kerapatan yang optimum beragam pada setiap jenis kedelai. Sudadi (2003) menyatakan bahwa selain faktor genetik, faktor lingkungan terutama kelembaban dan suhu di sekitar tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Bey & Las (1991) menyatakan bahwa setiap tanaman membutuhkan suhu optimal dalam kisaran tertentu sesuai dengan prinsif reaksi kimia, demikian juga dalam proses metabolisme. Oleh sebab itu penggunaan berbagai jarak tanam menghasilkan hasil yang berbeda pada berbagai varietas kedelai. Tinggi Tanaman Hasil uji F pada analisis ragam menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST. Sedangkan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST. Rata-rata tinggi tanaman kedelai umur 15, 30 dan 45 HST akibat berbagai varietas dan jarak tanam dapatdilihat pada Tabel 4, 5 dan 6. Tabel 4, 5 dan 6 menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai umur 15 HST tertinggi dijumpai pada varietas Anjasmoro yang berbeda nyata dengan tinggi tanaman akibat varietas Kipas Merah, namun tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman akibat varietas Grobogan. Sementara pada umur kedelai 30 HST, tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada varietas Grobogan yang berbeda nyata dengan tinggi tanaman akibat varietas Kipas Merah, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Anjasmoro. Perbedaan respon yang ditunjukkan pada tinggi tanaman kedelai akibat perbedaan varietas, diduga disebabkan karena adanya perbedaan sifat genetik dari ketiga varietas yang dicobakan. Perbedaan sifat genetik ini menyebabkan terjadinya perbedaan tanggap ketiga varietas tersebut terhadap berbagai kondisi lingkungan, sehingga aktivitas pertumbuhan yang ditunjukkan berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadjad (1993) bahwa, perbedaan daya tumbuh antar varietas ditentukan oleh faktor genetiknya. Selanjutnya Jumin (2005) menambahkan, dalam menyesuaikan diri, tanaman akan mengalami perubahan fisiologis dan morfologis ke arah yang sesuai dengan lingkungan barunya. tanaman yang berbeda menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang berbeda walaupun ditanam pada kondisi lingkungan yang sama (Harjadi 1991). Tabel 4, 5 dan 6 juga menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai umur 45 HST tertinggi dijumpai pada jarak tanam 20 cm x 30 cm, yang berbeda nyata dengan tinggi tanaman akibat jarak tanam 20 cm x 40 cm dan 40 cm x 40 cm. Hal ini menunjukkan bahwa jarak tanam yang lebih rapat akan menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih renggang. Hal ini diduga karena persaingan dalam penggunaan cahaya dan unsur hara lebih besar oleh tanaman pada tanaman yang lebih rapat dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih renggang. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury & Ross (1995) bahwa persaingan antar tanaman menyebabkan masing-masing tanaman harus tumbuh lebih tinggi agar memperoleh cahaya lebih banyak. Sebaliknya jarak Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012 26

Tabel 4. Rata-rata tinggi tanaman kedelai umur 15 HST akibat berbagai varietas dan jarak tanam 20x20 20x40 40x40 Anjasmoro 13,75 13,03 11,51 12,76 b Grobogan 12,89 12,97 11,63 12,50 b Kipas Merah 9,24 9,55 10,38 9,72 a Rata-rata BNJ 0,05 Rata-rata 11,96 11,85 11,17 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (Uji BNJ). Tabel 5. Rata-rata tinggi tanaman kedelai umur 30 HST akibat berbagai varietas dan jarak tanam 20x20 20x40 40x40 Rata-rata BNJ 0,05 Anjasmoro 23,97 27,42 22,26 24,55 b Grobogan 25,67 26,39 24,44 25,50 b Kipas Merah 19,17 18,20 19,17 18,84 a Rata-rata 22,93 a 24,00 a 21,96 a 3,56 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (Uji BNJ). Tabel 6. Rata-rata tinggi tanaman kedelai umur 45 HST akibat berbagai varietas dan jarak tanam 20x20 20x40 40x40 Rata-rata BNJ 0,05 Anjasmoro 53,94 44,56 41,94 46,81 Grobogan 46,67 40,94 33,11 40,24 Kipas Merah 47,89 41,22 37,94 42,75 Rata-rata 49,50 b 42,24 a 37,66 a - BNJ 0,05 6,00 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (Uji BNJ). 1,39 tanam yang lebih renggang, penerimaan intensitas cahaya matahari menjadi lebih besar dan memberikan kesempatan pada tanaman untuk melakukan pertumbuhan ke arah samping, dan mempengaruhi terbentuknya cabang (Budiastuti 2000). SIMPULAN DAN SARAN berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST. Tanaman kedelai lebih tinggi diperoleh pada penggunaan varietas Grobogan dan Anjasmoro. Jarak tanam berpengaruh terhadap tinggi tanaman umur 45 HST, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tananaman umur 15 dan 30 HST. Tinggi tanaman kedelai tertinggi diperoleh pada penggunaan jarak tanam 20 cm x 30 cm. Terdapat interaksi yang nyata antara varietas dan jarak tanam terhadap jumlah polong per tanaman, jumlah polong berbas per tanaman dan berat biji per tanaman. Hasil terbaik diperoleh pada varietas Anjasmoro berjarak tanam 40 cm x 40 cm. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012 27

DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto. 2006. Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. BALITKABI. 2005. Deskripsi Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang. Bey, A. & I. Las. 1991. Strategi Pendekatan Iklim dalam Usaha Tani. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Budiastuti, M. S. 200. Penggunaan triakontanol dan jarak tanam pada tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus 1.). http://www.iptek.net.id. Diakses pada 20 Maret 2011 Harjadi, S. S. M. M. 1991. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. Jumin, H. B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. P. T. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kartasapoetra, G. 1985. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta. Mangoendidjodjo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta. Martodireso & Suryanto. 2001. Pemupukan Organik Hayati. Kanisius. Yogyakarta. Sadjad, S. 1993. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gramedia, Jakarta. Salisbury, F. B. & C. W. Ross. 1992. Plant Physiology.Wadsworth Publishing Company Bellmount. California. Subandi, I. M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi Jagung di Indonesia. Balitbangtan. Departemen Pertanian. Jakarta Sudadi. 2003. Kajian pemberian air dan mulsa tergadap ikim makro pada ta- 1naman cabai di tanah Entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 4: (1): 41-49. Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kedelai. NUANSA. Bandung. Suprapto. 1985. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012 28