BAB I PENDAHULUAN. pangan di Indonesia, salah satunya yaitu tempe. Di pulau Jawa banyak dikenal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. A. Kajian. dapat. dipisahkan. penyusunnya. (lingkungan), Komponen. instrumental) atas. masukan. pembelajaran. sangat. berpengaruh.

BAB I PENDAHULUAN. memfermentasi kedelai (Nakajima et al., 2005); tempe yang biasa dikenal oleh

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maupun komoditi yang sama. Industri pangan saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

PEMANFAATAN AMPAS DARI BERBAGAI JENIS KACANG - KACANGAN PADA PEMBUATAN TEMPE GEMBUS SKRIPSI. Disusun Oleh : SISWANTI BINTARATIH NPM.

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM Volume 3 Nomor 1 Tahun 2014

Kuliah ke-1. Dr.oec.troph.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. PS Teknologi Hasil Pertanian September 2011

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biotek

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dimanfaatkan secara luas. Hasilnya 15,5 miliar butir kelapa per tahun

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

PENGARUH LAMA FERMENTASI Rhizopus oligosporus TERHADAP KADAR OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG TEMPE KEDELAI (Glycine max)

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB I PENDAHULUAN. Tempe merupakan makanan tradisional khas Indonesia, sebagian besar

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Purata Kadar Protein Tempe ( mg / ml ± SE) pada Perlakuan Variasi Penambahan Inokulum Tempe dan Tepung Belut

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Bidang Kajian Bioteknologi

BAB I PENDAHULUAN. bahan makanan sayuran, 4. bahan makanan buah-buahan, 5. susu dan telur

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XII BIOTEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

Pemanfaatan Mikroba dalam Pengawetan Makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SK / KD. Indikator Pencapaian. 1. Membedakan pengertian. pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan tetapi sebagian besar biasanya diperoleh dari karbohidrat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

KADAR PROTEIN DAN KUALITAS TEMPE KOMPOSISI KORO BENGUK DAN BEKATUL PADA VARIASI DAUN PEMBUNGKUS

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

4.1. Hasil Analisa Kuantitatif spora Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus oligosporus serta Rhizopus oryzae (2:1) (2:1)

PENGARUH VARIASI WAKTU PERENDAMAN DAN PENAMBAHAN SODA KUE (NaHCO 3 ) TERHADAP KADAR ASAM SIANIDA TEMPE KORO BENGUK

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Biji Kedelai dan Lama Waktu. Fermentasi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Kedelai

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

Bioteknologi berasal 2 kata yaitu Bios = hidup, Teknologi dan Logos = ilmu Ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana cara memanfaatkan makhluk hidup

FERMENTASI TEMPE MATERI KULIAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI NUR HIDAYAT

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. cara pengolahan yang dilakukan adalah dengan fermentasi. Fermentasi telah lama

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh :

Ilmu Pengetahuan Alam. Bioteknologi. Kelas IX L/O/G/O

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BIOTEKNOLOGI BERASAL 2 KATA YAITU BIOS = HIDUP, TEKNOLOGI DAN LOGOS = ILMU ILMU YANG MEMPELAJARI MENGENAI BAGAIMANA CARA MEMANFAATKAN MAKHLUK HIDUP

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2009/2010

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat meningkat seiring dengan bertambahnya

PERBANDINGAN BERAT KACANG KEDELAI BERGERMINASI DAN BIJI NANGKA DAN KONSENTRASI LARU PADA PEMBUATAN TEMPE

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kecipir (Psophocarpus tetragonolobus). Di beberapa daerah,

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

Analisis Kualitas Pembuatan Kecap Asin Ampas Tahu Dengan Kajian Jumlah Ampas Tahu Dan Kacang Koro Benguk (Mucuna pruriens)

- - BIOTEKNOLOGI - - sbl6biotek

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelimpahan sumber daya alam menyebabkan tingginya variasi jenis pangan di Indonesia, salah satunya yaitu tempe. Di pulau Jawa banyak dikenal jenis-jenis tempe yang bahan bakunya berasal dari berbagai macam kacangkacangan. Tempe kedelai yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia menjadi makanan populer yang dijadikan untuk camilan ataupun lauk pendamping nasi. Lain halnya di Kabupaten Kulon Progo, kebanyakan masyarakat di sana banyak yang mengkonsumsi dan memproduksi tempe yang berbeda dengan tempe kedelai, tempe ini disebut tempe benguk. Berbeda karena bahan bakunya bukan berasal dari kacang kedelai melainkan terbuat dari kacang benguk (Mucuna pruriens). Tempe merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari bioteknologi konvensional. Bioteknologi merupakan suatu bidang terapan biosains dan teknologi menyangkut penerapan praktis organisme hidup atau komponen subselulernya pada industri jasa dan manufaktur pengelolaan lingkungan, secara konvensional karena teknologi yang digunakan masih tradisional dan sederhana. Pembuatan tempe dilakukan dengan teknik fermentasi yang menerapakan prisnsip kerja dari bioteknologi konvensional. Fermentasi merupakan proses enzimatis yang melibatkan kerja mikroorganisme pada substrat. Proses tersebut tergolong peristiwa biodegradasi karena di dalamnya terjadi penguraian fisik maupun kimia pada substrat oleh aktivitas mikroorganisme dengan menghasilkan produk yang 1

bermanfaat bagi manusia. Sehingga ada kemungkinan salah satu peran mikroorganisme dapat memberikan rasa dan sifat khas pada tempe. Fermentasi tempe tergolong pada fermentasi substrat padat karena menggunakan kacangkacangan yang merupakan zat padat. Perananan mikroorganisme tersebut diketahui dengan melihat fakta pada tahapan fermentasi kacang kedelai yang melibatkan kapang Rhizopus oligosporus. Kapang ini memiliki enzim lipase yang sangat aktif dalam mendegradasi lemak dalam biji kedelai menjadi asamasam lemak, selain itu aktifitas menguraikan protein pun sangat tinggi sehingga dapat mendegradasi protein dalam biji kedelai menjadi asam amino. Tempe benguk dan tempe kedelai memiliki perbedaan substratnya (bahan baku), tentunya tahapan fermentasi juga akan berbeda. Kacang benguk (Mucuna pruriens) merupakan bahan dasar dari tempe benguk, mengandung asam sianida (HCN) yang bersifat racun sehingga tahapan fermentasinya akan berbeda dengan tempe yang terbuat dari kacang kedelai, karena itu asam sianida harus dihilangkan dahulu. Tahapan yang berbeda tersebut dapat dilihat pada saat perendaman, di mana tahapan ini berfungsi untuk menghilangkan asam sianida (HCN) yang ada pada kacang benguk (Mucuna pruriens). Menurut Kapti Rahayu Kuswanto (1988: 29) pada fermentasi kacang kedelai di saat perendaman sudah terjadi fermentasi yang dibantu oleh mikroorganisme yang dapat ditinjau dari aspek gizi. Dari fakta tersebut dapat ditinjau bahwa pada saat perendaman kacang benguk (Mucuna pruriens) memungkinkan untuk terjadinya fermentasi yang 2

bisa mengakibatkan perubahan baik fisik maupun kimiawi pada kacang tersebut. Selain tahapan fermentasinya berbeda, teknologi fermentasi ini dilakukan secara non aseptik yang memungkinkan mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi juga berbeda, untuk itu akan dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai hal ini. Dengan kata lain untuk mengetahui peranan mikroorganisme dalam tahapan fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) ini perlu dilakukan identifikasi pada tahapan yang mana pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) yang didominasi oleh peran mikroorganisme serta perubahan yang terjadi selama tahapan tersebut. Dilihat dari fakta tersebut maka peranan mikroorganisme dalam fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) ini memungkinkan untuk diangkat menjadi sumber belajar. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengutamakan potensi satuan sekolah atau potensi lokal memungkinkan untuk mengangkat peranan mikroorganisme pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) menjadi sumber belajar di sekolah. Dengan mengangkat potensi lokal tersebut diharapkan lebih mudah memberikan gambaran kepada siswa mengenai proses dan pengaruh dari bioteknologi. Sehingga peranan mikroorganisme dalam fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar biologi pada Standar Kompetensi memahami prinsip-prinsip dasar bioteknologi serta implikasinya pada Salingtemas dengan Kompetensi Dasarnya menjelaskan dan menganalisis peran bioteknologi serta implikasi 3

hasil-hasil bioteknologi pada Salingtemas yang berlaku di SMA kelas XII semester 2. Sumber belajar mengenai peranan mikroorganisme pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) akan disusun menjadi bahan ajar dalam bentuk modul. Pemilihan bahan ajar modul ini dikarenakan pada saat observasi di sekolah pembelajaran di kelas hanya menggunakan metode ceramah dan menggunakan bahan ajar berupa buku teks yang kurang berinteraksi dengan lingkungan. Berdasarkan analisis materi pembelajaran biologi di sekolah, memungkinkan peranan mikroorganisme pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) dapat memperdalam pemahaman tentang materi bioteknologi pada sub pokok bahasan agen bioteknologi kelas XII semester 2. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah di antaranya sebagai berikut : 1. Tempe benguk merupakan potensi lokal yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) sangat berbeda dengan fermentasi kedelai dilihat dari bahan baku, tahapan fermentasi dan jenis mikroorganisme yang berperan pada fermentasinya. Kemungkinan hasil fermentasinya akan berbeda pula, dilihat dari pengaruh yang dihasilkan dari fermentasi tersebut berdasarkan perubahan fisik maupun biokimiawinya. 2. Ditinjau dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), fermentasi pada kacang benguk (Mucuna pruriens) memiliki kemungkinan untuk 4

diangkat menjadi sumber belajar. Jika dilakukan analisis pada Standar Isi maka perananan mikroorganisme dalam proses fermentasinya memiliki peluang untuk dijadikan sumber belajar pada Standar Kompetensi memahami prinsip-prinsip dasar bioteknologi serta implikasinya pada Salingtemas yang mencakup Kompetensi Dasar menjelaskan dan menganalisis peran bioteknologi serta implikasi hasil-hasil bioteknologi pada Salingtemas yang berlaku di SMA kelas XII semester II. 3. Penggunaan bahan ajar modul di SMA Negeri 2 Wates sangat terbatas dalam pembelajaran biologi khususnya pada materi bioteknologi. Oleh karena itu sumber belajar mengenai peranan mikroorganisme pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) akan disusun menjadi bahan ajar dalam bentuk modul pengayaan. C. Pembatasan Masalah Penelitian ini akan dibatasi pada tahapan apa yang memanfaatkan peran mikroorganisme dan bagaimana peran mikroorganisme pada tahapan tersebut. Selain itu mengamati perubahan struktur fisik dan biokimiawi yang terjadi pada kacang benguk (Mucuna pruriens) dalam setiap tahapan fermentasi tersebut, dengan cara tersebut dapat memberikan gambaran peran bioteknologi yang ada dalam setiap tahapan pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens). Hasil penelitian ini akan disusun menjadi bahan ajar berupa modul pengayaan yang nantinya akan di uji kualitasnya berdasarkan penilaian keterbacaan siswa. 5

D. Rumusan Masalah 1. Tahapan apa yang menerapkan prinsip bioteknologi pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens)? 2. Bagaimana peranan mikroorganisme pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens)? 3. Bagaimana kulitas modul yang disusun berdasarkan penilaian keterbacaan oleh siswa dan guru? E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tahapan apa yang menerapkan prinsip bioteknologi pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens). 2. Untuk mengetahui peranan mikroorganisme pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens). 3. Untuk mengetahui kualitas modul yang disusun berdasarkan penilaian oleh keterbacaan siswa dan guru. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa a. Menarik minat belajar siswa untuk mempelajari biologi khususnya pada materi bioteknologi b. Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai materi bioteknologi. c. Mengembangkan motivasi siswa dalam belajar biologi agar peka terhadap potensi potensi yang ada di lingkungan 2. Bagi guru 6

a. Memberikan informasi pada guru bahwa potensi lokal daerah dapat dijadikan sumber belajar dalam pembelajaran biologi. b. Memberikan manfaat untuk dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran bioteknologi. G. Definisi Operasional 1. Peranan mikrorganisme pada fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) adalah aktifitas yang dijalankan dari mikroorganisme dalam tahapan fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens). Di mana peranan ini akan diketahui dari perubahan fisik dan bikomiawi dari kacang benguk (Mucuna pruriens) setelah melewati tahapan - tahapan dalam fermentasi. Fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) berbeda dengan fermentasi kedelai karena kacang benguk (Mucuna pruriens) yang merupakan bahan bakunya mengandung asam sianida (HCN) bersifat racun. Pada perendaman (prafermentasi) ini bertujuan untuk menghilangkan asam sianida yang ada di kacang benguk (Mucuna pruriens) tersebut. Lamanya waktu perendaman dan berulang kali mengganti air mengakibatkan keanekaragaman mikroorganisme dapat berperan didalamnya. Peranan mikroorganisme dapat diketahui dengan melakukan pengukuran pada kacang benguk (Mucuna pruriens) meliputi perubahan ph, berat, dan kandungan protein. 2. Bioteknologi adalah pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah yang menggunakan makhluk hidup atau bagiannya untuk menghasilkan produk dan jasa guna kepentingan manusia. Ilmu-ilmu pendukung dalam bioteknologi meliputi mikrobiologi, biokimia, genetika, biologi sel, teknik kimia, dan enzimologi. 7

Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang menggunakan mikoorganisme secara langsung pada bahan dan belum tahu mengenai enzim. Proses enzimatis yang dilakukan secara tradisional ini umumnya dikenal dengan istilah fermentasi (John E.Smith, 1990 : hal 1). 3. Fermentasi merupakan proses enzimatis yang menggunakan mikroorganisme pada substrat sehingga memberikan perubahan biokimiawi pada substrat (Kapti Rahayu Kuswanto, 1988: 1). Fermentasi kacang benguk (Mucuna pruriens) ini dilakukan secara non aseptis tentunya akan terjadi keanekaragaman mikroorganisme yang berperan. Untuk mengetahuinya maka akan dilakukan identifikasi dengan mengisolasi mikroorganisme pada sampel fermentasi yang diambil saat perendaman (pra-fermentasi) dan pemeraman (inkubasi). 4. Modul merupakan sebuah program pembelajaran mandiri yang dilakukan peserta didik dengan sedikit bimbingan diberikan oleh pendidik. Penyusunan modul ini merupakan perwujudan sumber belajar yang disusun dalam bentuk bahan ajar. Modul yang akan disusun berbentuk modul pengayaan yang tujuannya untuk menambah atau memperdalam pemahaman siswa. Penilaian kualitas modul ini akan dilakukan dengan uji terbatas pada keterbacaannya saja (Andi Prastowo, 2011: 104). 8