IDENTIFIKASI DAN ASESMEN KESULITAN BELAJAR ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Zuhairi Saputra, 2014

BEST PRACTICE MENDAMPINGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

Unit 6 LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR. Suparno. Pendahuluan

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pendamping khusus ketika anak berkebutuhan khusus dengan ketunaan low

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

1.Pengertian Asesmen pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

Asesmen LD usia DIni. Oleh: Pujaningsih

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

A. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL

KESULITAN BELAJAR SPESIFIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN MATA KULIAH...

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MELATIH MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME DENGAN METODE PERSIAPAN MENULIS DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh :

1. Sekolah khusus Yaitu semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

REMEDIAL TEACHING MATEMATIKA DIDASARKAN PADA DIAGNOSA KESULITAN SISWA KELAS II MADRASAH TSANAWIYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan

PENGEMBANGAN PANDUAN IDENTIFIKASI DAN ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDN INKLUSI X SURABAYA

1. DEFINISI MURID TUNA CAKAP BELAJAR

oleh: Eka Yuli Astuti & Ranti Novianti Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara, Bandung

Remedial Teaching Matematika didasarkan pada Diagnosa Kesulitan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAYA MENGAJAR INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh; Aris Fajar Pambudi* (dosen POR FIK UNY)

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

Membangun Budaya Literasi Bagi Anak Autis Memakai Media Kliping Bergambar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan kompetensi GPK dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Implementasi model pembelajaran jigsaw pada pelajaran fisika SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan Margiyanto S UNIVERSITAS SEBELAS MARET

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar. 1

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK SANTI E. PURNAMASARI

PELAKSANAAN EVALUASI ASESMEN AKADEMIK SISWA TUNALARAS DI SLB-E PRAYUWANA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi kehidupan bangsa itu

PENINGKATAN KETRAMPILAN ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK GURU SEKOLAH LUAR BIASA

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

SEMINAR TENTANG ABK DISAMPAIKAN DALAM RANGKA KAB. BANDUNG BARAT (10 MEI 2008) OLEH: NIA SUTISNA, DRS. M.Si

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM NON FORMAL BAGI PENYANDANG TUNANETRA DI PANTI TUNANETRA DAN TUNARUNGU WICARA DISTRARASTRA PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam mempersiapkan

Educational Psychology Journal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENGANTAR EVALUASI TAHAP II (LEARNING)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun.

Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran

7. Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis Kompetensi. (Edisi pertama cetakan kedua 2011, cetakan pertama 2010). Yogyakarta: BPFE.

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

Implementasi Pendidikan Segregasi

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

TINJAUAN MATA KULIAH...

KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. hlm Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. 7,

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

PENG ANTAR TEORI ASESMEN*) Oleh: Dra. Herlina, Psi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ARTIKEL ILMIAH KERJASAMA GURU PEMBIMBING DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 22 JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Elni, Pelaksanaan Pembelajaran bagi Siswa Hambatan... (29-38)

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS ANAK AUTIS DI SD INKLUSI PUTRA HARAPAN SIDOARJO

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

Kegiatan Belajar 2 : Pembelajaran Individual bagi ABK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Posisi strategis ini dapat tercapai apabila pendidikan. yang dilaksanakan mempunyai kualitas.

Transkripsi:

IDENTIFIKASI DAN ASESMEN KESULITAN BELAJAR ANAK Maria Purnama Nduru Universitas Flores Abstrak Kesulitan belajar didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif di dalam proses belajar (Somantri, 2007: 195). Identifikasi dan asesmen kesulitan belajar yang dialami peserta didik perlu diketahui sejak dini agar bantuan di berikan dapat segera mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Cara mengidentifikasi kesulitan belajar dapat dilakukan dengan mengamati perilaku anak dan kemampuan anak dalam aktivitas menulis, membaca, berhitung dan mengeja. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi awal dan selanjutnya dilakukan asesmen yang meliputi asesmen perkembangan, akademik, nonakademik, formal dan informal. Kata kunci: identifikasi, asesmen I. PENDAHULUAN Pencapaian prestasi belajar yang tinggi merupakan harapan dari seorang pengajar untuk peserta didiknya. Nilai yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar akan menjadi salah satu bukti kinerja dan produktivitas guru selama mengajar. Oleh karena itu guru perlu mengevaluasi kinerjanya dalam proses tersebut. Proses belajar mengajar merupakan salah satu aspek penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dilakukan sejak awal, proses dan akhir pembelajaran, dan meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Penilaian hasil belajar yang menyeluruh tersebut sangat bermanfaat untuk perkembangan pencapaian hasil belajar peserta didik dan umpan balik bagi guru. Peran guru sebagai evaluator hendaknya dilakukan secara baik sehingga membawa akibat yang baik bagi peserta didik, dimana guru dapat merancang kembali, memperbaiki program pembelajaran yang sudah dilakukannya. Salah satu fungsi evaluasi adalah fungsi diagnostik yaitu untuk mengetahui penyebab peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar. Guru perlu mengetahui penyebab kesulitan belajar peserta didiknya agar bantuan yang diberikannya nanti sesuai dengan penyebabnya. Pentingnya 23

memahami penyebab kesulitan belajar peserta didik inilah yang perlu ditingkatkan oleh seorang guru sehingga guru dapat memperbaikinya dalam kegiatan belajar mengajar berikutnya. Faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik yang satu dengan yang lain ada yang sama dan ada yang berbeda. Selain faktor penyebab kesulitan belajar, guru juga perlu mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar peserta didiknya. Faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilihat dari dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal peserta didik. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri peserta didik sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yaitu dari faktor lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan media. Faktor penyebab kesulitan belajar perlu diidentifikasi dan dilakukan asesmen agar kesulitan belajar dapat diatasi dengan tepat. II. PEMBAHASAN 1. Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan belajar didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif di dalam proses belajar (Somantri, 2007: 195). Kesulitan belajar dapat mengenai berbagai tingkatan kecerdasan. Namun kesulitan belajar lebih terkait dengan kecerdasan normal dan kecerdasan diatas normal. Kesulitan belajar akan nampak ketika mempelajari keterampilan dasar seperti menulis, membaca, berhitung dan mengeja. 2. Identifikasi Kesulitan Belajar Peserta Didik a. Pengertian Identifikasi. Identifikasi dapat diartikan sebagai menemukenali. Identifikasi dimaknai sebagai proses penjaringan sedangkan assesment dimaknai penyaringan. Identifikasi dilaksanakan oleh orangtua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya sebagai upaya untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional/tingkah laku) dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai. b. Tujuan identifikasi untuk lima keperluan: penjaringan (screening), pengalihtanganan (referal), pengklasifikasian, perencanaan pembelajaran, dan pemantauan kemajuan belajar. c. Cara Identifikasi dapat dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang dapat diamati seperti: 1) Gejala fisik. Contoh: gangguan penglihatan, pendengaran, 24

Nama wicara, kekurangan gizi dan lain-lain. 2) Gejala perilaku. Contoh: emosi yang labil, perilaku sosial yang negatif seperti suka membolos, berkelahi dan lain-lain. 3) Gejala hasil belajar. Contoh: prestasi belajar yang rendah yang mengakibatkan tidak naik kelas 4) Salah satu cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi adalah dengan mengumpulkan data peserta didik dengan beberapa teknik pengumpulan data. Observasi sikap dan perilaku dapat dilakukan dengan mengisi daftar cek yang memuat perilaku yang akan diamati sesuai dengan perilaku yang diduga menyimpang. Salah satu contoh bentuk daftar cek yang bisa dikembangkan antara lain: Perilaku yang diamati 1 2 3 4 5 6 dst jlh Guru, dan pendidik perlu mengembangkan Ratarata bentukbentuk lembar observasi dengan kreatif. Pengamatan dilakukan setiap hari di kelas maupun diluar kelas disaat istirahat. Selain lembar pengamatan, pengumpulan data bisa dilakukan dengan wawancara kepada peserta didik yang bersangkutan, orangtua, guru, dan temantemannya. Analisis dokumen juga dilakukan untuk pengumpulan data peserta didik. Dokumen berisi daftar nilai tugas, ujian yang pernah ditempuhnya juga dijadikan sebagai sumber informasi. 3. Asesmen Kesulitan Belajar Peserta Didik a. Assesment merupakan proses pengumpulan informasi sebelum program pembelajaran disusun. Assesment dimaksudkan untuk memahami keunggulan dan hambatan belajar peserta didik, sehingga diharapkan program yang disusun benar-benar sesuai dengan kebutuhan belajarnya. b. Lima fungsi assesment: 1. Fungsi screening/penyaringan: untuk mengidentifikasi peserta didik yang kemungkinan mengalami problem belajar 2. Fungsi pengalihtanganan/ referal: untuk pengalih- 25

tanganan kasus (kasus kesehatan, kejiwaan dan sosial ekonomi): yang membutuhkan tenaga profesional 3. Fungsi perencanaan pembelajaran individual (PPI): agar diperoleh gambaran berbagai potensi maupun hambatan yang dialami peserta didik 4. Fungsi monitoring kemajuan belajar 5. Fungsi evaluasi program c. Jenis-jenis Asesmen Ada empat jenis asesmen bagi anak berkesulitan belajar antara lain: 1. Asesmen Perkembangan. Suatu proses pengumpulan informasi tetang aspekaspek perkembangan anak yang diduga secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi akademiknya. Program pembelajaran akademik dapat berjalan dengan baik apabila anak telah memiliki kesiapan atau kematangan sesuai dengan irama perkembangannya. Aspek-aspek asesmen perkembangan meliputi gangguan motorik, gangguan persepsi, gangguan atensi/ perhatian, gangguan memori, hambatan dalam orientasi ruang, arah/spatial, hambatan bahasa, hambatan pembentukan konsep dan mengalami masalah perilaku 2. Asesmen Akademik. Suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi yang berkenaan dengan kondisi aktual kemampuan akademik anak. Cakupan asesmen: asesmen keterampilan membaca, asesmen keterampilan menulis, dan asesmen keterampilan berhitung 3. Asesmen Non akademik (kekhususan). Proses pengumpulan informasi tentang kondisi ABK yang meliputi kondisi kelainan, kemampuan yang telah dikuasai dan kesulitan/ hambatan yang dialami untuk pertimbangan membuat keputusan tentang kebutuhan yang diperlukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan mengurangi dampak kondisi kelainannya. Informasi ini digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan dalam penentuan program 26

layanan kompensatoris bagi abk 4. Asesmen Formal dan Informal. Asesmen formal: tes standar yang telah dibakukan. Asesmen ini biasanya dilengkapi dengan sebuah manual yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan asesmen, penyekoran, dan penafsiran terhadap hasil tes. Contoh: aspek yang diukur prestasi akademik: peabody individual achievement (PIA), Monroe Sherman, dan lain-lain. Kemampuan motorik anak: The purdue perceptual motor survey (PPMS). Kemampuan visual: visual motor integration, Bender Gestalt. Kemampuan auditors: Wepman auditory discrimination test. Kemampuan konsep dasar: Boehm test of basic concept. Asesmen Informal: asesmen yang dibuat oleh guru sesuai dengan konteks pembelajaran di kelas. Asesmen informal dilaksanakan oleh guru setelah selesai pembelajaran. Guru menggunakan tes yang terdapat dalam buku ajar sesuai kurikulum. Teknik pengukuran informal oleh guru berupa: Observasi, Analisis sampel kerja, Analisis tugas, Infentory informal, Daftar cek, Skala penilaian, Kuesioner, Wawancara III. KESIMPULAN Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana seorang peserta didik mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas seperti menulis, membaca, berhitung dan mengeja, walaupun kecerdasan yang dimiliki normal dan atau di atas normal. Kesulitan belajar biasanya terjadi pada masa kanak-kanak. Identifikasi dan asesmen kesulitan belajar yang dialami peserta didik perlu diketahui sejak dini agar bantuan di berikan dapat segera mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Identifikasi dan asesmen perlu dilakukan oleh guru di sekolah, dan orangtua di rumah. Cara mengidentifikasi kesulitan belajar dapat dilakukan dengan mengamati perilaku anak dan kemampuan anak dalam aktivitas menulis, membaca, berhitung dan mengeja. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi awal dan selanjutnya dilakukan asesmen yang meliputi asesmen perkembangan, akademik, nonakademik, formal dan informal. 27

Daftar Pustaka Abdurrahman, Mulyono.2010. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Delphie, Bandi.2009. Pembelajaran anak berkebutuhan khusus dalam setting pendidikan inklusi. Sleman: KTSP Gunarsa, Yulia Singgih D. 2012. Psikologi anak bermasalah. Jakarta: Libri Mangunsong, Frieda.2009. Psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus, jilid kesatu.depok: LPSP3 UI Muhammad, Jamila K.A. 2007. Special education for special children, panduan pendidikan khusus anakanak dengan ketunaan dan learning disabilities. Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika) Somantri, T.Sutjihadi.2007. Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT Refika Aditama 28