PENGARUH PUPUK NEUTRALIZER, KAPTAN, DAN UREA TERHADAP CAISIN VARIETAS TOSAKAN PADA PODSOLIK JASINGA. Oleh Adelina Melinda A

dokumen-dokumen yang mirip
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Tanah Podsolik

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol 2.2. Karakterstik Tanaman Caisim

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

III. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU

Transkripsi:

PENGARUH PUPUK NEUTRALIZER, KAPTAN, DAN UREA TERHADAP CAISIN VARIETAS TOSAKAN PADA PODSOLIK JASINGA Oleh Adelina Melinda A14070039 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

RINGKASAN ADELINA MELINDA. Pengaruh Pupuk Neutralizer, Kaptan, dan Urea Terhadap Caisin Varietas Tosakan Pada Podsolik Jasinga. Dibimbing oleh BUDI NUGROHO dan ARIEF HARTONO. Podsolik merupakan salah satu tanah masam yang miskin unsur hara dan mempunyai Alumunium yang dapat dipertukarkan yang relatif tinggi. Tingginya Al yang dapat dipertukarkan menyebabkan rendahnya produksi tanaman. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan pemupukan dan memperbaiki reaksi tanah. Pemupukan berfungsi menyediakan hara sehingga memperbaiki pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi, serta memperbaiki kualitas tanaman. Perbaikan reaksi tanah dapat dilakukan dengan pengapuran atau penambahan bahan lain yang bersifat mengapur atau menaikkan ph tanah. Pengapuran dapat dilakukan dengan Kapur Pertanian atau bahan pembenah tanah yang diharapkan berfungsi sebagai bahan pengapur. Salah satu bahan pembenah tanah tersebut adalah Neutralizer. Penelitian ini menggunakan tanah Podsolik Jasinga sebagai media tanam dan Caisin sebagai tanaman uji. Perlakuan yang digunakan adalah Neutralizer, Kaptan, dan Urea. Dosis Neutralizer yang diberikan yaitu : N 0 (0 ml/polybag), N 1 (0.1 ml/polybag), dan N 2 (0.2 ml/polybag). Sedangkan dosis Kaptan yang diberikan yaitu : K 0 (0 g/polybag), K 1 (16.75 g/polybag), dan K 2 (33.50 g/polybag). Untuk menambahkan sumber N diberikan Urea dengan dosis U 1 (4 g/polybag), U 2 (8 g/polybag), dan U 3 (12 g/polybag). Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan Neutralizer tidak berpengaruh nyata pada bobot segar daun caisin sedangkan perlakuan Kaptan dari dosis K 0 hingga dosis K 2 nyata meningkatkan bobot segar daun caisin. Kombinasi antara kapur dan urea dan neutralizer dan urea tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar Caisin. Perlakuan urea nyata meningkatkan kadar N baik pada K 0, K 1 dan K 2 tetapi perlakuan Kaptan cenderung menurunkan kadar N Caisin. Peningkatan dosis kapur dari K 0 ke K 2 nyata meningkatkan kadar P Caisin sebaliknya perlakuan U 1 hingga U 3 nyata menurun kadar P meskipun pada U 1 ke U 2 tidak berbeda nyata. Perlakuan Kaptan nyata meningkatkan kadar K Caisin, tetapi perlakuan Urea cenderung menurunkan kadar K Caisin. Perlakuan Urea cenderung meningkatkan kadar Ca Caisin meskipun tidak nyata. Peningkatan dosis kapur dari K 0 ke K 2 nyata meningkatkan ph tanah dan nyata menurunkan Al dapat ditukar sedangkan perlakuan U 1 hingga U 3 hanya nyata meningkatkan ph tanah. Secara umum, pemberian Neutralizer tidak berpengaruh nyata pada peningkatan bobot segar dan penurunan Al dd tanah bila dibandingkan dengan pemberian Kaptan.

SUMMARY ADELINA MELINDA. Neutralizer, Agriculture Lime, and Urea-based Fertilizer Effect Toward Caisin Tosakan Variety on Podzolic Jasinga. Supervised by BUDI NUGROHO and ARIEF HARTONO. Podsolik is one of the acid soil which is poor in nutrient and also contains relatively high exchangeable Aluminium (Al). The level of the exchangeable Al causes low crops production. This condition could be improved by fertilization and manipulating soil reaction. Fertilizers are used to supply nutrients so that it can improve crops growth, increase production, and improve crops quality. The Improvement of soil reaction can be achieved by liming or adding the other materials which have characteristic of lime or increasing soil ph. Liming can be done by agriculture lime or soil ameliorant substance which is expected can be function as lime material. One of the soil ameliorant is Neutralizer. Podsolik was used as soil and Caisin as test plant. Treatments which used were Neutralizer, Agriculture Lime, dan Urea. The rates of Neutralizer were N 0 (0 ml/polybag), N 1 (0,1 ml/polybag), and N 2 (0,2 ml/polybag). While rates of agriculture lime were K 0 (0 g/polybag), K 1 (16,75 g/polybag), and K 2 (33,50 g/polybag). For N source, Urea was used and the rates were U 1 (4 g/polybag), U 2 (8 g/polybag) and U 3 (12 g/polybag). The treatments were set up in Completely Randomize Design (CRD) with 3 times replications. The results of the study showed that Neutralizer treatment did not significantly affect on the weight of fresh caisin leaf whereas Agriculture Lime treatment from K 0 up to K 2 dosage significantly increased the weight of fresh caisin leafs. The Combination of lime with urea and neutralizer with urea did not significantly affect on the weight of fresh caisin leaf. Urea treatment significantly increased N level on K 0, K 1 and K 2 but agriculture lime treatment tended to decrease N level of Caisin. By increasing the rates of lime from K 0 to K 2, the P level of Caisin significantly increased, on the contrary the U 1 to U 3 treatments significantly decreased P level although between U 1 to U 2 were not significantly different. Agriculture lime treatment significantly increased K level of Caisin, but Urea treatment tended to reduce K level of Caisin. Urea treatment tended to increase Ca level of Caisin. By increasing the rates of lime from K 0 to K 2, the ph of soil significantly increased and significantly decreased the exchangeable Al whereas the U 1 to U 3 treatment only significantly increased the ph of soil. In general, the addition of Neutralizer did not significantly affect on the increase of fresh weight and the decrease of soil exchangeable compare to agriculture lime.

PENGARUH PUPUK NEUTRALIZER, KAPTAN, DAN UREA TERHADAP CAISIN VARIETAS TOSAKAN PADA PODSOLIK JASINGA Oleh Adelina Melinda A14070039 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Judul Skripsi : Pengaruh Pupuk Neutralizer, Kaptan, dan Urea terhadap Caisin Varietas Tosakan pada Podsolik Jasinga Nama : Adelina Melinda NRP : A14070039 Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Ir. Budi Nugroho, MSi. Dr. Ir. Arief Hartono, MSc. NIP. 19601021 198703 1 001 NIP. 19680628 199303 1 012 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc. NIP : 19621113 198703 1 003 Tanggal Kelulusan :

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 28 April 1989. Ayah penulis bernama M. Fathoni dan ibu penulis Nurhayati. Penulis merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Penulis memulai studi di Taman Kanak-Kanak (TK) Bhayangkari tahun 1993, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ciawigebang 1 dan lulus pada tahun 2001. Setelah itu penulis melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Ciawigebang, Kuningan dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Kuningan pada tahun 2004 dan pindah ke SMA Negeri 1 Tanjungsari, Sumedang dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama dengan kelulusan SMA, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Selama menjalankan studi di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Kimia Tanah tahun 2011, Biologi Tanah tahun 2011, Fisika tahun Tanah 2011, Pengantar Ilmu Tanah tahun 2011, dan Kesuburan Tanah pada program Studi Diploma Teknologi Manajemen dan Produksi Perkebunan tahun 2011 dan Perkebunan Kelapa Sawit tahun 2012.

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Pupuk Neutralizer, Kaptan, dan Urea Terhadap Caisin Varietas Tosakan Pada Podsolik Jasinga. Judul penelitian ini dibuat atas dasar adanya keinginan penulis untuk mengatasi masalah kemasaman tanah pada Podsolik Jasinga sehingga dapat meningkatkan produksi caisin. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Dr. Ir. Budi Nugroho, MSi. dan Bpk Dr. Ir. Arief Hartono, MSc. Agr selaku dosen pembimbing atas pengarahan dan bimbingannya selama ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bpk. Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc. sebagai Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumbedaya Lahan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk memperoleh kesempurnaan dalam penulisan berikutnya. Semoga penelitian ini sangat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Bogor, Febuari 2012 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Pupuk Neutralizer, Kaptan, dan Urea terhadap Caisin Varietas Tosakan pada Podsolik Jasinga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Neutralizer, Kaptan dan Urea terhadap produksi dan serapan hara Caisin serta perubahan sifat kimia tanah podsolik Jasinga. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Budi Nugroho, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi pertama atas semua bimbingan, bantuan, saran, motivasi, serta kesabaran yang diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Arief Hartono, MSc. Selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas saran-saranndan bantuan selama masa penyusunan skripsi. 3. Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS selaku dosen penguji skripsi, atas saran dan kritik sehingga penulis dapat melakukan perbaikan pada tulisan ini. 4. Dr. Ir. Baba Barus, MSc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan membimbing penulis dalam masa perkuliahan sebelum penelitian. 5. PT Bintang Kuda Laut yang telah menyediakan pupuk untuk keperluan penelitian ini. 6. Kedua orang tua penulis, Bapak M. Fathoni dan Ibu Nurhayati serta adik kandung penulis Nefalianti Destriana dan Aditya Nugraha atas doa, kasih sayang, dorongan dan motivasi yang diberikan pada penulis sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan tulisan ini. 7. Eko Viyentino Simanjuntak yang telah menemani dalam suka dan duka selama ini dan selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. 8. Seluruh staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB yang telah memberikan bantuan selama melakukan analisis di laboratorium.

9. Teman-teman seperjuangan Kak Dodo, Posma, Daniel, dan Ahyar yang telah membantu, saling memberi semangat, dan kebersamaannya selama masa penelitian. 10. Seluruh teman-teman soiler 44 yang selalu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis. 11. Semua pihak-pihak lain yang tidak sempat tersebutkan namanya yang telah membentu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih membutuhkan saran serta kritik. Namun demikian, penulis berharap agar tulisan ini dapat berguna bagi yang pembacanya. Bogor, Febuari 2012 Penulis

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 2 II TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1 Karakteristik Tanah Podsolik... 3 2.2 Kapur dan Pengapuran... 4 2.3 Karakteristik Hara pada Tanah dan Tanaman... 5 2.4 Karakteristik Tanaman Caisin... 8 III BAHAN DAN METODE... 11 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 11 3.2 Bahan dan Alat... 11 3.3 Rancangan Perlakuan dan Rancangan Percobaan... 11 3.4 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian... 12 3.5 Analisis Tanah dan Tanaman... 13 IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 15 4.1 Hasil... 15 4.2 Pembahasan... 23 V KESIMPULAN DAN SARAN... 26 5.1 Kesimpulan... 26 5.2 Saran... 26 DAFTAR PUSTAKA... 27 LAMPIRAN... 29

DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1 Rancangan Kombinasi Perlakuan Neutralizer, Kaptan, Urea, dan Pupuk Dasar yang Diterapkan... 12 2 Jenis Analisis Tanah dan Metode yang Digunakan... 13 3 Jenis Analisis Tanaman dan Metode yang Digunakan... 14 4 Sifat Kimia Tanah Awal Podsolik Jasinga... 15 5 Pengaruh Kaptan dan Neutralizer terhadap Bobot Segar Daun Caisin... 16 6 Pengaruh Kaptan, Neutralizer, dan Pupuk N terhadap Bobot Kering Daun Caisin... 17 7 Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Kadar Hara Daun Caisin... 18 8 Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Kadar Hara Daun Caisin... 19 9 Pengaruh Kaptan terhadap Bobot Segar dan Kering Akar Caisin... 20 10 Pengaruh Urea terhadap ph dan Al-dd Tanah... 21 11 Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap ph dan Al-dd Tanah... 22 12 Pengaruh Kaptan dan Neutralizer terhadap K-dd Tanah Podsolik Jasinga... 22 13 Pengaruh Urea terhadap K-dd dan Ca-dd Tanah Podsolik Jasinga... 23

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (PPT,1983)... 29 2 Pengaruh Pemberian Neutralizer, Kaptan, dan Urea terhadap Sifat Kimia Tanah Sesudah Percobaan... 30 3 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap ph Tanah Podsolik Jasinga Setelah Percobaan... 30 4 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap ph Tanah Podsolik Jasinga Setelah Percobaan... 31 5 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Al Dapat Dipertukarkan Setelah Percobaan... 31 6 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Al Dapat Dipertukarkan Setelah Percobaan... 31 7 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap K Tanah Podsolik Jasinga Setelah Pecobaan... 31 8 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap K Tanah Podsolik Jasinga Setelah Pecobaan... 32 9 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap K Tanah Podsolik Jasinga Setelah Pecobaan... 32 10 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Na Tanah Podsolik Jasinga Setelah Percobaan... 32 11 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Ca Tanah Podsolik Jasinga Setelah Percobaan... 32 12 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Ca Tanah Podsolik Jasinga Setelah Percobaan... 33 13 Pengaruh Pemberian Neutralizer, Kaptan, dan Urea terhadap Bobot Segar Daun dan Bobot Kering Daun Caisin... 33 14 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Bobot Segar Daun Caisin... 34 15 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Bobot Segar Daun Caisin... 34 16 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Bobot Kering Daun Caisin... 34 17 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Bobot Kering Daun Caisin... 34 18 Pengaruh Pemberian Neutralizer, Kaptan, dan Urea

terhadap Bobot Segar Akar dan Bobot Kering Akar Caisin... 35 19 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Bobot Segar Akar Caisin... 35 20 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Bobot Segar Akar Caisin... 35 21 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Bobot Kering Akar Caisin... 36 22 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Bobot Kering Akar Caisin... 36 23 Pengaruh Pemberian Neutralizer, Kaptan, dan Urea terhadap Kadar Hara Daun Caisin... 36 24 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Kadar Hara N Daun Caisin... 37 25 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Kadar Hara N Daun Caisin... 37 26 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Kadar Hara P Daun Caisin... 37 27 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Kadar Hara P Daun Caisin... 37 28 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Kadar Hara K Daun Caisin... 38 29 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Kadar Hara K Daun Caisin... 38 30 Analisis Ragam Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Kadar Hara Ca Daun Caisin... 38 31 Analisis Ragam Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Kadar Hara Ca Daun Caisin... 38

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan tanah menyediakan hara baik makro maupun mikro dalam jumlah yang cukup merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman. Oleh karena itu, pada tanah-tanah yang mengalami kendala penyediaan hara perlu dilakukan manipulasi lingkungan tumbuh tanaman. Curah hujan memicu pencucian unsur hara (leaching) dan meninggalkan kation-kation masam sehingga terjadi kekurangan unsur hara terutama kation-kation basa yang diperlukan tanaman. Tanah-tanah yang bersifat masam memiliki masalah seperti ketersediaan hara dalam tanah rendah, kejenuhan basa rendah, keracunan Al, Mn dan Fe. Masalah yang paling utama pada tanah masam ialah masalah tingginya kadar Al dapat dipertukarkan yang bersifat meracun bagi tumbuhan. Selain hal tersebut Al dapat ditukar juga merupakan kemasaman potensial yang akan terhidrolisis menghasilkan H + dan memasamkan tanah. Salah satu contoh tanah yang bersifat masam dan miskin akan unsur hara yaitu Podsolik. Podsolik merupakan tanah yang mempunyai tingkat kemasaman yang tergolong masam sampai sangat masam, memiliki kejenuhan basa rendah, unsur hara rendah terutama Ca, N, P, dan K. Dengan karakteristik seperti tersebut maka tanah ini umumnya mempunyai kesuburan yang rendah. Jenis tanah ini tersebar pada daerah dengan curah hujan 2500-3500 mm per tahun tanpa bulan kering, topografi bergelombang sampai berbukit yang terletak pada ketinggian 50 hingga 350 m dari permukaan laut. Podsolik merupakan tanah yang mempunyai penyebaran yang sangat luas di Indonesia yaitu mencapai 47.526 juta ha atau sekitar 24.9 % dari total luas daratan Indonesia. Hardjowigeno (1993) menyatakan bahwa tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum digunakan untuk pertanian. Sebagian besar merupakan alang-alang dan hutan tropika. Untuk memperbaiki kondisi tanah seperti Podsolik Jasinga dapat dilakukan pemupukan dan memperbaiki reaksi tanah. Pemupukan berfungsi menyediakan hara sehingga memperbaiki pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi, serta memperbaiki kualitas tanaman. Perbaikan reaksi tanah dapat dilakukan dengan

2 pengapuran atau penambahan bahan lain yang bersifat mengapur atau menaikkan ph tanah. Pengapuran dapat dilakukan dengan kapur pertanian, sedang bahan lain yang diharapkan berfungsi sebagai bahan pengapur dan diharapkan dapat berfungsi sebagai pembenah tanah contohnya adalah Neutralizer yang digunakan dalam penelitian ini. Namun, Neutralizer perlu di uji lanjut bila dibandingkan dengan Kapur Pertanian. Tanaman yang peka terhadap pengapuran salah satunya tanaman Caisin yang merupakan tanaman sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik apabila diberi pupuk agar dapat memenuhi kebutuhan Caisin akan unsur hara. Pemupukan yang biasa dilakukan yaitu dengan pupuk urea karena pada tanaman Caisin memerlukan unsur N dalam jumlah yang relatif banyak. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Neutralizer, Kaptan dan Urea terhadap produksi dan serapan hara Caisin serta perubahan sifat kimia tanah podsolik Jasinga.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Tanah Podsolik Podsolik merupakan tanah yang mempunyai horison B argilik, Kb < 30% sekurang-kurangnya pada beberapa bagian horison B didalam penampang 125 cm dari permukaan dan tidak mempunyai horison albik yang berbatasan langsung dengan horison argilik atau fragipan (Rachim, 2009). Di Indonesia Podsolik banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian yang tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Tanah ini hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8 0 C (Hardjowigeno, 1993). Ditinjau dari sifat-sifat umum tanahnya, maka Podsolik merupakan tanah yang mempunyai perkembangan profil dengan batas horison yang jelas, berwarna merah hingga kuning, konsistensi teguh sampai gembur, kemasaman tanahnya termasuk masam hingga sangat masam, kejenuhan basa rendah, kepekaan erosi besar, tersebar pada daerah dengan curah hujan 2500-3500 per tahun tanpa bulan kering (Soepraptohardjo, 1961). Menurut Hardjowigeno (1993), Ultisol/Podsolik merupakan tanah mineral yang bereaksi masam, mengalami pencucian yang intensif, pada lapisan atas berwarna abu-abu muda sampai kekuningan, lapisan bawah merah atau kuning, terdapat akumulasi liat hingga tekstur relatif berat (kadar liat tinggi), struktur gumpal, permeabilitas rendah, stabilitas agregat rendah, bahan organik rendah, kejenuhan basa rendah, ph rendah sekitar 4.2-4.8. Kemudian ditambahkan oleh Leiwakabessy (1988) bahwa tanah ini mengandung kadar K, Na, Ca, dan Mg yang rendah, kapasitas tukar kation sedang dan daya fiksasi P yang tinggi sehingga ketersediaan P rendah. Podsolik merah kuning mempunyai beberapa kelemahan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan. Pada umumnya tanah ini mengandung bahan organik yang sedikit. Keadaan ini menyebabkan aerasi tanah kurang baik sehingga perkecambahan akar tanaman kurang sempurna. Pada medium yang sangat masam,

4 kandungan N dan P biasanya kurang tersedia bagi tanaman dan yang paling penting unsur seperti Aluminium (Al), Besi (Fe), dan Mangan (Mn) dapat bersifat racun bagi tanaman (Soepardi, 1983). Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab kerusakan pada tanaman akibat kemasaman tanah, yaitu (1) kerusakan langsung oleh ion H +, (2) kelebihan Al, Fe, dan Mn, (3) kekurangan P, dan (4) kekurangan Ca dan Mg. Kendala yang menyebabkan produksi tanaman rendah pada tanah podsolik merah kuning adalah karena rendahnya ph, tingginya Al, Fe, dan Mn, serta kepekaannya yang tinggi terhadap erosi (Buckman and Brady, 1990). 2.2 Kapur dan Pengapuran Menurut Tisdale et al. (1985), pengapuran merupakan pemberian senyawa yang mengandung Ca atau Mg ke dalam tanah hingga mampu mengurangi kemasaman tanah. Soepardi (1983) menyatakan bahwa pengapuran dapat meningkatkan ph tanah, merangsang granulasi dan kegiatan jasad mikro sehingga ketersediaan hara meningkat. Leiwakabessy (1988) menyatakan bahwa pemberian kapur pada tanah yang masam dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui kemampuannya untuk menekan keracunan Al. Menurut Tisdale et al. (1985) pengapuran dapat meningkatkan ketersediaaan N bagi tanaman melalui kemampuannya untuk mempercepat dekomposisi bahan organik sehingga N meningkat. Kebutuhan kapur pada suatu tanah sama dengan jumlah kapur atau basa yang dibutuhkan untuk menetralisir semua atau sebagian kemasaman potensial sampai pada suatu ph yang diinginkan. Pengapuran pada tanah masam dimaksudkan untuk menciptakan keadaan tanah yang lebih baik untuk pertumbuhan tanaman baik ditinjau dari keadaan fisik, kimia maupun biologi tanah. Manfaat pengapuran secara langsung adalah untuk menetralkan keracunan Al, menambah serapan Ca, dan mendorong fiksasi N (Kamprath, 1970; Hakim et al., 1986). Kamprath (1970) merekomendasikan cara penentuan kebutuhan kapur untuk tanah tropik berdasarkan Al yang dapat dipertukarkan (Al dd ) yaitu dengan mengalikan miliekuivalen aluminium dengan 1.5 setara dengan miliekuivalen

5 kalsium yang dibutuhkan. Kemudian ditambahkan oleh Sanchez (1976) bahwa kebutuhan kapur beragam sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam dan berdasarkan kejenuhan dan kandungan Al yang sangat meracun. Menurut Sanchez (1976) keracunan Al akan menghambat pengambilan dan translokasi ion Ca dan P ke bagian atas sehingga tanaman akan mengalami gejala kekurangan unsur-unsur tersebut. Bentuk kapur yang paling banyak digunakan adalah kalsium karbonat (CaCO 3 ) dan dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ), karena merupakan kapur pertanian yang mempunyai keuntungan tidak meninggalkan residu merugikan dalam tanah, murah, dijumpai dalam jumlah banyak dan memberikan efek menguntungkan terhadap sifat fisik tanah (Soepardi, 1983). Beberapa pengaruh dari pengapuran antara lain : (1) menaikkan ph tanah (Soepardi, 1983; Tisdale et al., 1985), (2) menekan keracunan Al, Fe, dan Mn, (Kamprath, 1970; Tisdale et al., 1985; Hakim et al., 1986; Leiwakabessy, 1988), (3) menambah Ca dan Mg dalam tanah(kamprath, 1970 dan Hakim et al., 1986), (4) meningkatkan ketersediaan P (Tisdale et al., 1985), (5) meningkatkan aktivitas mikroorganisme (Soepardi, 1983; Tisdale et al., 1985), dan (6) memperbaiki granulasi (Soepardi, 1983; Tisdale et al., 1985). Pemberian kapur pada tanah tanpa mempertimbangkan keadaan tanah akan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya ketersediaan unsur mikro (Cu, Zn, Fe dan Mn) menurun serta terganggunya serapan P dan K (Tisdale et al., 1985). 2.3 Karakteristik Hara pada Tanah dan Tanaman Nitrogen tanah dibagi dalam dua bentuk, bentuk anorganik dan organik. Bentuk organik merupakan bagian terbesar, bentuk anorganik adalah NH + 4, NO - 2, NO - 3, N 2 O, NO dan gas N 2 yang hanya dimanfaatkan oleh Rhizobium. Bentukbentuk dari NH + 4, NO - 3, dan NO - 2 adalah sangat penting dalam hubungan dengan kesuburan tanah. Disamping bentuk-bentuk tersebut didapat pula bentuk hidroksilamin dan NH 2 OH. Bentuk N 2 O dan N 2 merupakan bentuk-bentuk yang hilang dari tanah dalam bentuk gas sebagai akibat proses denitrifikasi (Leiwakabessy et al., 2003).

6 Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa senyawa N-organik di dalam tanah pada umumnya terdapat dalam bentuk asam-asam amino, protein, gula-gula amino dan lain-lain senyawa kompleks yang sukar ditentukan. Senyawasenyawa kompleks itu antara lain ialah reaksi NH + 4 - lignin, polimerisasi dari quinone dan senyawa nitrogen dan kondensasi dari gula-amino. Penyediaan nitrogen di dalam tanah terjadi melalui proses : (1) mineralisasi N dari bahan organik dan immobilisasi, (2) fiksasi N dari udara oleh mikroorganisme, (3) melalui hujan dan bentuk-bentuk presipitasi yang lain, dan (4) pemupukan. Unsur Nitrogen penting bagi tanaman. Pada umumnya nitrogen sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Ketersediaan N terlalu tinggi, akan menghambat pembungaan dan pembuahan tanaman (Sarief, 1985). Nitrogen umumnya diserap - oleh tanaman dalam bentuk NO 3 dan NH + 4. Urea (H 2 NCONH 2 ) dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan karena urea secara cepat berubah menjadi NH + 4. (Leiwakabessy, 1988). Nitrogen berperan dalam mendukung pertumbuhan vegetatif yang lebat dan warna hijau gelap dari daun (Boswell et al., 1985). Selanjutnya Buckman dan Brady (1990) menyatakan bahwa nitrogen memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Mula-mula meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan memberikan warna hijau pada daun. Jumlah nitrogen di atmosfer sekitar 78% atas dasar volume. Walaupun N atmosfer melimpah namun tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh tumbuhan. Senyawa N digunakan untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein dan membentuk klorofil. Gejala kekurangan N akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tanaman terbatas, daun-daun menguning dan gugur. Gejala kelebihan N menyebabkan keterlambatan kematangan tanaman yang diakibatkan pertumbuhan vegetatif terlalu banyak, batang lemah dan mudah roboh serta mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno, 2003). Secara umum fosfat di dalam tanah dibagi dalam dua bentuk, bentuk P- organik dan P-anorganik. Bentuk P-organik biasanya terdapat banyak dilapisan atas yang lebih kaya bahan organik. Pada tanah gambut jumlah bentuk ini jauh

7 melampaui bentuk P-anorganik bahkan dapat mencapai lebih dari 80%. Pada bentuk P-anorganik satu sampai ketiga ion H dari asam fosfat diganti ion logam, sedangkan pada bentuk organik, satu atau dua ion asam fosfat terikat dengan ikatan ester (ester linkage) dan ion H yang tersisa, sebagian atau seluruhnya diganti oleh ion logam (Leiwakabessy et al., 2003). Mobilitas hara P dalam tanah sangat rendah karena reaksi dengan komponen tanah maupun dengan ion-ion logam dalam tanah seperti Ca, Al, Fe dan lain-lain, membentuk senyawa yang kurang larut dengan tingkat kelarutan berbedabeda. Reaksi tanah (ph) memegang peranan sangat penting dalam mobilitas unsur ini (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Unsur P berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nukleoprotein yang ada dalam inti sel, selanjutnya berperan dalam menentukan sifat-sifat dasar dari generasi ke generasi melalui peranan DNA. Unsur ini juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan, dan produksi buah dan biji (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Gejala defisiensi P mengakibatkan pertumbuhan terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu dan daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun (Hardjowigeno, 2003). Fosfor dalam tanah sukar larut, sehingga sebagian besar tidak tersedia bagi tanaman. Ketersediaan P dalam tanah sangat dipengaruhi oleh ph tanah. Pada ph rendah, ion P membentuk senyawa yang tidak larut dengan besi dan aluminium, sedangkan pada ph tinggi terikat sebagai senyawa kalsium; ph optimum untuk fosfat ada di sekitar 6.5 (Sarief, 1985). Ketersediaan P anorganik tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor, yaitu (1) ph tanah, (2) ion Fe, Al, dan Mn larut, (3) adanya mineral yang mengandung Fe, Al, dan Mn, (4) tersedianya Ca, (5) jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, dan (6) kegiatan jasad renik (Hakim et al., 1986). Berdasarkan ketersediaan bagi tanaman, K-tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) bentuk K tak dapat dipertukarkan (non-exchangeable), (2) bentuk K dapat dipertukarkan (exchangeable), dan (3) bentuk K-larutan (Leiwakabessy dkk, 2003).

8 Kalium adalah salah satu dari beberapa unsur utama yang diperlukan tanaman dan sangat mempengaruhi tingkat produksi tanaman. Kalium berperan membantu pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas buahbuahan (Sarief, 1985). Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah K yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983). Tanaman yang kurang K akan kurang tahan kekeringan dibandingkan dengan yang cukup K. Tanaman yang kekurangan K lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah, baik daun, buah maupun biji. Unsur K mudah bergerak (mobile) di dalam tanaman sehingga gejala defisiensi K pada daun terutama terlihat pada daun tua, karena daun-daun muda yang mudah tumbuh dengan aktif membongkar K dari daun-daun tua. Selain itu gejala defisiensi K menyebabkan pinggir-pinggir daun berwarna coklat, mulai dari daun tua (Hardjowigeno, 2003). 2.4 Karakteristik Tanaman Caisin Brassica juncea adalah salah satu tanaman hortikultur yang menurut Rubatzky dan Yamaguci (1998), memiliki klasifikasi sebagai berikut: Divisi : Spermathopyta Sub. Divisi : Angiospermae Class : Dicotylodonae Family : Cruciferae Genus : Brassica Species : Juncea Varietas : Tosakan Brassica juncea dapat tumbuh pada ketinggian antara 5-2000 m di atas permukaan laut (dpl), sehingga dapat ditanam pada dataran tinggi ataupun dataran rendah, dengan tanah yang banyak mengandung bahan organik, ph 6-7, gembur dan bertekstur lempung (Haryanto, 2003). Untuk sebagian besar tanaman Brassica juncea, suhu pertumbuhan optimum adalah antara 15ºC dan 20ºC (Williams, 1993).

9 Brassica juncea dapat tumbuh baik di tempat yang berudara panas maupun berudara dingin sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Tanaman ini tergolong tahan terhadap air hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun, dan pertumbuhan tanaman ini memerlukan udara sejuk maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Namun, tanaman ini tidak senang pada air yang menggenang sehingga tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan. Brassica juncea adalah tanaman setahun yang menyerbuk sendiri, umumnya tahan terhadap suhu rendah, juga dikenal luas sebagai sawi India, sawi coklat atau sawi kuning. Klasifikasi anggota Brassica juncea amat membingungkan karena terdapat berbagai bentuk yang berbeda dan karena beberapa jenis kadang-kadang disebut sebagai sawi cina atau sawi oriental. Brassica juncea memiliki beberapa varietas dan banyak bentuk dan hasil seleksi terutama di Asia Tenggara (Williams, 1993). Ada dua tipe penting pada Brassica juncea dari banyak varietas dan bentuk dan hasil seleksi, terutama yang berada di daerah Asia Tenggara. Yang pertama Brassica juncea var. sareptana yang diusahakan sebagai pertanaman musim dingin di Hongkong. Adapun tipe lain yaitu Brassica juncea var. Ruqosa merupakan sayuran daun yang tumbuh cepat (60-90 cm) dengan daun-daun berlilin. Banyak kultivar tersedia di Asia Tenggara (Taiwan, Hongkong, Singapura) dan sayuran ini diusahakan sangat luas di bagian-bagian ini (Williams, 1993). Penanaman caisin dalam rumah tanam (greenhouse) mampu menahan pukulan air hujan dan serangan hama. Bangunan ini juga dapat mengoptimalkan penggunaan pupuk daun, pestisida, mengawetkan lengas tanah, dan menaikkan suhu di malam hari. Pada rumah tanam modern, kondisi mikroklimat seperti cahaya, suhu, dan CO 2 bahkan dapat dimanipulasi agar optimal bagi tanaman (Sulistyaningsih, 2003). Penyakit yang menyerang tanaman ini adalah busuk basah Erwinia yang dapat menjadi parah jika tanaman terluka pada waktu kegiatan budidaya. Penyakit akar pekuk (akar gada) dapat menjadi sangat parah dan menyebabkan pertumbuhan kerdil, tetapi penyakit bercak daun Alternania biasanya tidak menjadi masalah.

10 Penyakit rebah semai (Phytium spp) akan merusak jika tanaman terlalu banyak diairi. Karena tanaman ini cepat tumbuh, pemeliharaan bedengan benih yang bersih merupakan satu-satunya persyaratan untuk mengendalikan gulma (Williams et al., 1993).

III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2010 hingga bulan Juli 2011, di Rumah Kaca University Farm Cikabayan, Darmaga. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi: bahan tanah Podsolik Jasinga; benih Caisin varietas Tosakan; pupuk dasar (SP 36 dan KCl); kapur (CaCO 3 ); Neutralizer; dan Urea. Alat yang digunakan untuk persiapan contoh tanah di rumah kaca adalah: cangkul, skop, karung, penumbuk tanah, saringan 5 mm, plastik, polybag, label, timbangan, ember, botol semprot, kamera, dan alat tulis. Sedangkan alat yang digunakan analisis di laboratorium adalah gelas piala, gelas ukur, tabung reaksi, oven, pipet, grinder tanaman, mortar, labu takar, labu kjeldahl, destilator dan labunya, spectrophotometer serta flamephotometer. 3.3 Rancangan Perlakuan dan Rancangan Percobaan Rancangan lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model matematika rancangan untuk penelitian ini adalah : Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + ijk Dengan Yijk = Nilai pengamatan individu pada perlakuan amelioran pada level ke-i, Pupuk N pada level ke-j, dan pada ulangan ke-k µ = Nilai tengah umum Ai = Pengaruh perlakuan Amelioran ke-i Bj = Pengaruh perlakuan dosis Pupuk N ke-j AB ij = Pengaruh interaksi perlakuan Amelioran ke-i dan perlakuan Pupuk N ke-j ijk = galat percobaan

12 Penelitian ini terdiri dari dua percobaan yaitu satu set untuk percobaan Kaptan dan satu set untuk percobaan dengan Neutralizer. Variabel yang diamati adalah : bobot basah dan kering daun, kadar hara daun, ph dan Al dd dalam tanah. Pada data yang diperoleh selanjutnya disidik ragam dengan menggunakan program SAS. Pada perlakuan yang berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan pada taraf 5 %. Kombinasi dari 2 bahan amelioran yang diberikan dalam tiga taraf, pupuk urea yang juga diberikan dalam tiga taraf menghasilkan 9 kombinasi perlakuan dan diulang tiga kali, sehingga menghasilkan 54 pot percobaan. Kombinasi perlakuan disajikan pada Tabel 1. Dosis neutralizer setara dengan, 0, 40 dan 80 l/ha, kaptan setara dengan 0, 6.69, dan 13.38 ton/ha dan urea sebagai sumber N setara dengan 100, 200, dan 300 kg/ha. SP 36 dan KCl sebagai pupuk dasar setara dengan 150 dan 100 kg/ha. Tabel 1. Rancangan kombinasi perlakuan Neutralizer, Kaptan, urea, dan pupuk dasar yang diterapkan. Perlakuan Amelioran Sumber N Pupuk Dasar Neutralizer Kaptan Urea SP-36 KCl ml/poybag gram/polybag Gram/polybag Percobaan Neutralizer N0U1 0-4 6 4 N0U2 0-8 6 4 N0U3 0-12 6 4 N1U1 0.10-4 6 4 N1U2 0.10-8 6 4 N1U3 0.10-12 6 4 N2U1 0.20-4 6 4 N2U2 0.20-8 6 4 N2U3 0.20-12 6 4 Percobaan Kaptan K0U1-0 4 6 4 K0U2-0 8 6 4 K0U3-0 12 6 4 K1U1-16.75 4 6 4 K1U2-16.75 8 6 4 K1U3-16.75 12 6 4 K2U1-33.50 4 6 4 K2U2-33.50 8 6 4 K2U3-33.50 12 6 4

13 3.4 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Bahan tanah dari lapang dikering udarakan dan selanjutnya disaring hingga lolos saringan 5 mm. Bahan tanah tersebut selanjutnya dimasukkan ke polybag masing-masing sebanyak 5 kg BKM sebagai media penanaman tanaman Caisin. Tanah dalam polybag lalu diberi perlakuan bahan Amelioran (Neutralizer dan Kaptan), Urea, dan pupuk dasar. Benih Caisin (Varietas Tosakan) disemaikan dalam tray selama kurang lebih dua minggu hingga daun Caisin muncul 4 buah sebelum dipindah ke dalam polybag. Caisin yang ditanam dalam polybag jumlahnya tiga tanaman per polybag. Pemeliharaan yang dilakukan selama masa pertumbuhan yaitu dengan cara penyulaman, penyiraman sampai kapasitas lapang setiap sore hari, dan pemberantasan gulma dengan cara dicabut. Panen dilakukan setelah tanaman caisin berumur 30 hari. Tanaman caisin ditimbang untuk menentukan bobot basah dan memisahkan bagian daun dan akar. Selanjutnya tanaman caisin di oven pada suhu 70 0 C selama tiga hari kemudian ditimbang untuk menentukan bobot kering. Selanjutnya caisin digiling untuk persiapan analisis tanaman. 3.5 Analisis Tanah dan Tanaman Contoh tanah diambil dari setiap perlakuan dan dikering udarakan dan disaring lolos saringan 2 mm setelah Caisin dipanen. Selanjutnya tanah tersebut dianalisis dengan jenis analisis seperti tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis analisis tanah dan metode yang digunakan Jenis Analisis Metode ph H 2 O 1:1 N-Total Kjeldahl K N NH 4 OAc Na N NH 4 OAc Ca N NH 4 OAc Al-dd N KCl

14 Daun tanaman yang sudah dioven selanjutnya digiling dan disimpan dalam plastik yang tertutup rapat dan siap untuk dianalisis. Jenis analisis dan metodenya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis analisis tanaman dan metode yang digunakan Jenis Analisis N-Total P-Total K-Total Ca-Total Metode Pengabuan Basah Pengabuan Basah Pengabuan Basah Pengabuan Basah

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga mempunyai KTK yang tergolong tinggi, kejenuhan basa dan P-tersedia yang digolongkan sangat rendah. Basa-basa (Ca 2+, Na +, Mg 2+ ), N-total dan C-organik tergolong rendah, sedangkan K + tergolong sedang. Selain itu, tekstur tanah podsolik Jasinga tergolong liat dengan kadar liat sebesar 77.89%. Tanah Podsolik Jasinga mempunyai, nilai ph termasuk masam dan mempunyai potensi keracunan Aluminium yaitu dengan kejenuhan Al sebesar 83.16%. Dengan karakteristik tersebut, Podsolik Jasinga dapat digolongkan pada tanah masam yang miskin unsur hara dan dapat menimbulkan keracunan Al pada tanaman. Tabel 4. Sifat Kimia Tanah Awal Podsolik Jasinga Sifat Kimia Metode Hasil PPT (1993) N- Total (%) Kjeldahl 0.16 Rendah P (ppm) Bray 1 4.7 Sangat Rendah K (me/100g) N NH 4 OAc 0.26 Sedang Na (me/100g) N NH 4 OAc 0.35 Rendah Ca (me/100g) N NH 4 Oac 1.47 Rendah Mg (me/100g) N NH 4 Oac 0.63 Rendah KTK (me/100g) N NH 4 Oac 24.76 Tinggi KB (%) 10.95 Sangat Rendah Al (me/100g) N KCl 13.38 H (me/100g) N KCl 0.52 Fe (ppm) 0,05 N HCl 19.76 Cu (ppm) 0,05 N HCl 0.46 Zn (ppm) 0,05 N HCl 1.28 Mn (ppm) 0,05 N HCl 14.72 C-Org (%) Walkley & Black 1.83 Rendah ph 1:1 H 2 O 4.5 Masam ph 1:1 KCl 3.7 Tekstur Pasir 13.15 Liat Debu 8.96 Liat Pipet 77.89

16 4.1.2 Bobot Segar dan kering Daun Caisin Hasil analisis ragam (Lampiran 14 dan 15) menunjukkan bahwa perlakuan Neutralizer dan Urea tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar daun Caisin, sedangkan kapur berpengaruh nyata. Kombinasi antara kapur dan urea dan Neutralizer dan urea tidak berpengaruh nyata. Hasil uji Duncan pengaruh Kaptan terhadap bobot segar daun Caisin disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan pengaruh penambahan dosis Kaptan dari dosis K 0 hingga dosis K 2 nyata meningkatkan bobot segar daun Caisin. Peningkatan bobot segar pada percobaan Kaptan dosis K 0 ke K 1 dan K 1 ke K 2 sebesar 202% dan 54%. Meskipun tidak berpengaruh nyata secara rata-rata bobot daun caisin meningkat dengan meningkatnya dosis Neutralizer. Peningkatan dosis Neutralizer dari N 0 ke N 1 meningkatkan bobot daun sebesar sebesar 18% dan menurun sedikit dari dosis N 1 ke N 2. Tabel 5. Pengaruh Kaptan dan Neutralizer terhadap Bobot Segar Daun Caisin Dosis Bobot Daun Segar Dosis Bobot Daun Segar...g/polybag......g/polybag... K0 43.67c N0 48.17 K1 132.08b N1 56.60 K2 203.06a N2 56.45 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Duncan (DMRT). Hasil analisis ragam (Lampiran 16 dan 17) menunjukkan bahwa perlakuan Neutralizer dan kombinasi Neutralizer dan Urea tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering daun Caisin. Untuk perlakuan kapur dan urea secara tunggal berpengaruh nyata terhadap bobot kering daun Caisin namun kombinasi dari keduanya tidak nyata. Tabel 6 merupakan hasil uji Duncan bobot kering daun. Tabel 6 menunjukkan bahwa peningkatan dosis kaptan dari K 0 ke K 2 dapat menurunkan bobot kering daun Caisin meskipun tidak nyata. Sedangkan pada perlakuan neutralizer dari dosis N 0 ke N 1 meningkatkan bobot kering daun Caisin, namun merurun kembali pada peningkatan dosis dari N 1 ke N 2.

17 Tabel 6. Pengaruh Kaptan, Neutralizer, dan Pupuk N terhadap Bobot Kering Daun Caisin Perlakuan Bobot Kering Daun Bobot Kering Daun Dosis g/polybag g/polybag K0 10.25a N0 3.97 K1 9.28a N1 4.40 K2 6.90a N2 4.33 U1 9.55a U1 3.54 U2 9.39a U2 4.04 U3 7.49a U3 5.11 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Duncan (DMRT). Pada percobaan Kaptan bobot kering daun Caisin pada dosis U 3 lebih rendah bila dibandingkan dengan dosis U 1 dan U 2, tetapi antara dosis U 1, U 2, dan U 3 tidak berbeda nyata. Sedangkan perlakuan neutralizer tidak berpengaruh nyata. Pada percobaan Neutralizer bobot kering daun Caisin pada dosis U 3 lebih tinggi dibandingkan dengan dosis U 1 dan U 2. 4.1.3 Kadar N, P, K, dan Ca Daun Caisin Hasil analisis ragam (Lampiran 24, 26, 28, dan 30) menunjukkan bahwa perlakuan Neutralizer berpengaruh nyata pada kadar hara N dan P Caisin. Perlakuan urea berpengaruh nyata pada kadar P dan Ca Caisin. Kombinasi perlakuan urea dengan neutralizer berpengaruh nyata pada kadar P dan Ca Caisin. Tabel 7 menyajikan hasil uji Duncan terhadap kadar N, P, dan Ca Caisin pada percobaan Neutralizer dengan Urea. Tabel 7 menunjukkan bahwa peningkatan dosis N 0 hingga N 2 tidak nyata meningkatkan kadar N sedangkan untuk perbandingan serapan N, perlakuan N 1 (184.4 mg/pot) lebih tinggi dari perlakuan N 0 (163.2mg/pot) dan N 2 (149.8mg/pot) meskipun N 1 memiliki kadar N yang lebih rendah dari perlakuan N 0 dan N 2. Hal ini karena perlakuan N 1 memiliki bobot kering daun Caisin yang paling besar sehingga mengubah urutan serapan N.

18 Tabel 7. Pengaruh Neutralizer dan Urea terhadap Kadar Hara Daun Caisin Perlakuan U1 U2 U3 Kadar N (%) Rata-rata*) N0 3.25 4.52 4.27 4.01a N1 2.89 3.90 4.46 3.75a N2 3.40 4.11 3.85 3.78a Kadar P (%)**) N0 0.82b 0.76bc 0.60cd - N1 0.55d 0.83b 0.61cd - N2 0.61cd 0.77bc 1.06a - Kadar Ca (%)**) N0 0.35d 0.63bcd 0.72bc - N1 0.55cd 0.74bc 0.91b - N2 1.39a 0.72bc 0.53cd - Keterangan: *) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Duncan (DMRT) **)Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan uji Duncan Peningkatan kadar P pada perlakuan Neutralizer dan perlakuan Urea hanya terlihat jelas pada dosis N 2 dan U 3. Untuk kombinasi Neutralizer dan Urea dari dosis N 0 U 1 hingga N 0 U 3 nyata menurunkan kadar P Caisin. Pada perlakuan N 1 U 1 ke N 1 U 2 nyata meningkatkan kadar P sebesar 51% dan nyata menurun kembali pada perlakuan N 1 U 2 ke N 1 U 3. Perlakuan N 2 U 1 hingga N 2 U 3 nyata meningkatkan kadar P caisin, namun pada N 2 U 1 ke N 2 U 2 tidak berbeda nyata. Pada pengaruh kombinasi perlakuan Neutralizer dan Urea terlihat bahwa peningkatan dosis Urea hanya meningkatkan kadar Ca pada perlakuan tanpa neutralizer (N 0 ) dan perlakuan N 1, pada N 2 kadar Ca menurun dengan meningkatnya dosis Urea. Perlakuan N 0 U 1 hingga N 0 U 3 kadar Ca nyata meningkat, meskipun pada N 0 U 1 ke N 0 U 2 tidak berbeda nyata. Hal serupa terjadi pada perlakuan N 1 U 1 hingga N 1 U 2 yang mana kadar Ca meningkat sebesar 35%, N 1 U 1 ke N 1 U 2 tidak berbeda nyata dan N 1 U 1 ke N 1 U 3 meningkat sebesar 66%. Pada perlakuan N 2 U 1 hingga N 2 U 3 kadar Ca menurun sebesar 26%. Hasil sidik ragam (Lampiran 25, 27, 29, dan 31) menunjukkan bahwa perlakuan kapur berpengaruh nyata terhadap kadar N, P, K daun Caisin, sedangkan perlakuan urea berpengaruh nyata pada kadar N, P, K, Ca daun Caisin. Perlakuan kombinasi kapur dan urea berpengaruh nyata pada kadar N. Tabel 8 menyajikan

19 hasil uji Duncan terhadap kadar N, P, K, dan Ca Caisin pada percobaan Kaptan dengan Urea. Tabel 8. Pengaruh Kaptan dan Urea terhadap Kadar Hara Daun Caisin Perlakuan U1 U2 U3 Kadar N (%)*) Rata-rata**) K0 3.43e 4.87a 4.24bc - K1 3.62de 4.11bcd 4.54ab - K2 3.27e 3.68de 3.98cd - Kadar P K0 0.87 0.79 0.52 0.73b K1 0.93 0.73 0.63 0.76b K2 1.26 1.06 0.72 1.01a Rata-rata***) 1.02a 0.86a 0.63b - Kadar K K0 4.46 4.13 2.35 3.65b K1 5.51 4.54 3.97 4.67a K2 4.86 4.3 3.65 4.27ab Rata-rata***) 4.94a 4.32a 3.32b - Kadar Ca K0 0.32 0.33 0.63 - K1 1.34 1.31 1.33 - K2 1.63 1.86 2.38 - Rata-rata***) 1.09a 1.17a 1.45a - Keterangan: *) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Duncan (DMRT). **)Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan uji Duncan. ***) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Duncan (DMRT). Tabel 8 menunjukkan bahwa pada pengaruh kombinasi Kapur dan Urea, peningkatan dosis urea meningkatkan kadar N Caisin pada semua dosis kapur, Sebaliknya secara umum peningkatan dosis kapur menurunkan kadar N pada semua dosis urea. Untuk kombinasi Kaptan dan Urea dari dosis K 0 U 1 hingga K 0 U 3 nyata meningkatkan kadar N Caisin sebesar 24%. Perlakuan K 1 U 2 meningkatkan kadar N sebesar 13% dibandingkan K 1 U 1 tetapi tidak berbeda nyata. Perlakuan K 2 U 3 nyata meningkatkan kadar N dibandingkan K 2 U 1 tetapi juga tidak berbeda nyata. Peningkatan dosis kapur dari K 0 ke K 2 nyata meningkatkan kadar P Caisin. Dari dosis K 0 ke K 1 kadar P tidak berbeda nyata, tetapi K 1 ke K 2 nyata meningkat sebesar 33%. Untuk kadar K daun tanaman caisin pada perlakuan K 0 ke K 1 nyata

20 meningkat sebesar 28% meskipun peningkatan dosis dari K 0 ke K 2 tidak berbeda nyata. Hal ini berbanding lurus terhadap serapan hara, dimana dengan meningkatnya kadar hara maka serapan hara juga ikut meningkat. Perlakuan K 0, K 1, dan K 2 nyata meningkatkan serapan P dari 29.8 mg/pot, 76.8 mg/pot, dan 200.5 mg/pot. Hal yang sama pun terjadi pada perlakuan K 0 (148.7 mg/pot), K 1 (469.2 mg/pot), dan K 2 (551.3 mg/pot) nyata meningkatkan serapan K daun Caisin. Pada perlakuan K peningkatan dosis kapur dari K 0 ke K 3 tidak berpengaruh nyata pada kadar Ca Caisin. Pada perlakuan Kapur ini peningkatan dosis Urea dari U 1 ke U 3 meningkatkan kadar Ca Caisin meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. 4.1.4 Bobot Segar dan Kering Akar Caisin Hasil sidik ragam (Lampiran 19 hingga 22) menunjukkan bahwa perlakuan Neutralizer tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar dan kering akar Caisin. Sebaliknya perlakuan Kaptan berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar Caisin tetapi tidak tidak nyata terhadap bobot segar akar. Hasil uji lanjut bobot kering akar dari percobaan kaptan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Kaptan terhadap Bobot Segar dan Kering Akar Caisin Perlakuan Bobot Segar Bobot Kering...g/polybag... K0 3.44 0.60b K1 15.60 2.19a K2 13.51 3.44a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Duncan (DMRT). Tabel 9 menunjukkan bahwa peningkatan dosis kaptan dari K 0 hingga K 2 nyata meningkatkan bobot kering akar, tetapi peningkatan dosis dari K 1 ke K 2 tidak berbeda nyata. Bobot segar akar meningkat pada peningkatan dosis perlakuan dari K 0 ke K 1 tetapi pada dosis K 1 ke K 2 menurun kembali sebesar 13%. Perubahanperubahan tersebut terjadi karena terjadi perbaikan lingkungan tumbuh yang baik seiring meningkatnya ph dan Al dd tanah sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan baik.

21 4.1.5 Pengaruh Neutralizer, Kaptan, dan Urea terhadap Nilai ph, K dd, Ca dd, dan Al dd Tanah Hasil sidik ragam (Lampiran 3 dan 5) menunjukkan bahwa perlakuan Urea berpengaruh nyata terhadap Al dapat ditukar dan ph tanah setelah percobaan. Perlakuan Neutralizer dan kombinasi Neutralizer dan Urea tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 4 dan 6), perlakuan Kaptan berpengaruh nyata terhadap ph tanah dan Al dapat ditukar. Perlakuan Urea berpengaruh nyata pada ph tanah. Kombinasi kapur dan urea tidak berpengaruh nyata pada kedua variable tersebut. Hasil Uji Duncan Pengaruh Urea, Kaptan terhadap Al dapat ditukar dan ph disajikan pada Tabel 10 dan Tabel 11. Tabel 10. Pengaruh Urea terhadap ph dan Al-dd Tanah Perlakuan ph Al-dd (me/100 g) U1 4.9a 16.07a U2 4.8a 12.80b U3 5.1a 12.13b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Duncan (DMRT). Tabel 10 menunjukkan bahwa peningkatan dosis Urea dari U 1 ke U 3 tidak nyata meningkatkan nilai ph tanah tetapi nyata menurun terhadap Al dapat ditukar sebesar 24%. Tabel 11 menunjukkan peningkatan dosis kapur dari K 0 ke K 2 nyata meningkatkan ph tanah dan nyata menurunkan Al dapat ditukar dari 12.61 me/100g tanah sampai 3.44 me/100g tanah. Sedangkan peningkatan dosis perlakuan dari U 1 hingga U 3 nyata meningkatkan ph tanah setelah percobaan, tetapi tidak nyata menurunkan Al dapat ditukar. Hal ini disebabkan oleh pengaruh urea yang mengalami proses hidrolisis secara cepat dengan reaksi sebagai berikut (Indranada, 1986): NH 3 + H 2 O NH 4 + + OH - Pada proses ini konsentrasi OH - tinggi akan menggeser keseimbangan ke arah kiri dan NH 3 hilang sebagai gas sehingga menaikkan ph tanah.