BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nilai Tukar Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar Amerika. Jadi, dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan antara nilai mata uang suatu negara dengan negara lain. Nugroho (2008) menyatakan bahwa nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing $US dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing pun mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan meningkatnya biaya impor bahan-bahan baku yang akan digunakan untuk produksi dan juga meningkatkan suku bunga. Walaupun menurunnya nilai tukar juga dapat mendorong perusahaan untuk melakukan ekspor. Merosotnya nilai tukar rupiah menggambarkan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing $US sebagai alat pembayaran internasional. Semakin menguatnya kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestik atau dalam negeri semakin melemah terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja suatu perusahaan dan investasi di pasar modal menjadi berkurang. Dari penjelasan tentang nilai tukar menurut para ahli, maka nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah adalah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar 1
mata uang terhadap pembayaran saat ini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah tertentu. Nilai tukar Rupiah sendiri ada pada tahun 1949, dimana pada tahun tersebut nilai tukar Rupiah masih mencari pengakuan pada dunia dan setahun kemudian nilai tukar Rupiah diakui dengan nilai yang tinggi tetapi pada sisi lain di nilai sangat rendah. (bi.go.id) 1.1.2 Penentuan Nilai Tukar Menurut Sukirno (2004:402), perubahan dalam permintaan dan penawaran sesuatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor seperti yang diuraikan dibawah ini: a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat. b. Perubahan harga barang ekspor dan impor. c. Kenaikan harga umum (inflasi). d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi. e. Pertumbuhan ekonomi. 1.1.3 Sejarah Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar (Nopirin, 2000:172). a. Sistem kurs tetap (1970-1978) Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing. b. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997) Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs 2
indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread. c. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang) Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas pada periode 1997 hingga sekarang. Sejak tahun tersebut, Rupiah mengalami tekanan yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai Rupiah terhadap US Dollar. Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya currency turnmoil yang melanda Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Untuk mengatasi tekanan tersebut, Bank Indonesia melakukan intervensi baik melalui spot exchange rate (kurs langsung) maupun forward exchange rate (kurs berjangka) dan untuk sementara dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lainnya. Namun yang terjadi seterusnya tekanan terhadap depresiasi Rupiah semakin meningkat dan tidak dapat diperkirakan. 1.2 Latar Belakang Penelitian Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dari Januari 2013 sampai dengan September 2015, dapat dilihat pada gambar 1.1. 3
Gambar 1.1 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS, 2013-2015 Sumber : Bank Indonesia (BI) 2015 (www.bi.go.id) Dari data statistik pada gambar 1.1 nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS melemah setiap tahunnya walaupun pada bulan tertentu mengalami peningkatan nilai Rupiah atau menguat terhadap Dollar AS. Pelemahan rupiah akan mengganggu peningkatan investasi karena kelemahan rupiah dapat menyebabkan investor tidak mampu meneruskan proses investasinya atau bahkan tertunda. Ini terjadi jika investasi berorientasi impor dalam hal produk atau bahan baku yang harus diambil dari luar negeri dan termasuk pihak jasa agen perjalanan. Pada awal januari 2013 kurs dollar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia salah satunya adalah pada rupiah. Hal tersebut terjadi pada Desember 2013 setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunganya tidak berubah, karena kekhawatiran tentang pelambatan pertumbuhan global menekan pasar. Bank sentral AS (Federal Reserve) mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol pada tanggal 17 September 2015, setelah mengakhiri pertemuan kebijakan moneter dua hari. Undang-Undang Bank Sentral Amerika Serikat yang diterbitkan pada 1913 menjadi acuan yang 4
substansial dalam memperluas penggunaan dollar di perdagangan internasional dan transaksi keuangan, sehingga dalam fenomena ini terlihat bahwa dollar AS adalah acuan nilai tukar atau mata uang hampir diseluruh negara di dunia. Selain itu, beberapa pengaruh eksternal juga turut menjadi pemicu pentingnya dollar (market.bisnis.com ; satuharapan.com dan merdeka.com : 2015). Tabel 1.1 Nilai Tengah Rupiah Terhadap Dollar AS Tahun Nilai Tengah (Rata-rata) Rupiah Terhadap Dollar AS 2013 10.451,36992 2014 11.878,29918 2015 (hingga 30 September 2015) 13.262,85792 Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id) dan data diolah tahun 2015 Dari tabel 1.1 dapat dilihat nilai tengah rupiah atau rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dollar AS setiap tahunnya mengalami pelemahan, dari tahun 2013 hingga tahun 2014 nilai tukar rupiah melemah sebesar 1.426,9293 poin kemudian pada tahun 2014 hingga september tahun 2015 sebesar 1.384,5587 poin. Pada tahun 2014 hingga 2015 memang tidak turun sebanyak tahun 2013 hingga 2014, kemungkinan pada akhir tahun 2015 nilai tukar rupiah menguat dan mungkin saja melemah kembali. Ketidakpastian pada kondisi perekonomian dunia serta sentimen negatif yang terus menekan ekonomi Indonesia yang menjadikan Indonesia salah satu negara yang terkena imbas penguatan dollar AS. Ketidakpastian tersebut berasal dari faktor kondisi pemulihan ekonomi Amerika dan spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed, selain karena jatuhnya harga komoditas dan minyak dunia. Hal ini sudah terjadi selama tiga tahun terakhir dari tahun 5
2013. Rupiah tercatat terus melemah selama beberapa bulan terakhir. Bahkan, telah melebihi level Rp 14.000 per dollar AS dan sempat menyentuh level terendah sejak 1998. Namun dari beberapa kekhawatiran terhadap nilai tukar rupiah tersebut masih ada dampak positif dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS. Produsen dengan produk-produk diekspor, dengan melemahnya nilai tukar tehadap Dollar AS membuat produsen-produsen ekspor menambahkan kuantitas produknya karena Rupiah mempunyai nilai yang murah oleh Dollar AS. Dengan itu produsen komoditas ekspor akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. (bisnis.liputan6.com) Adapun dampak positif dari pelemahan Rupiah yang lain adalah setiap pelemahan Rp. 100 per dollar AS maka anggaran pemerintah ada tambahan anggaran APBN sebesar Rp 2,3 triliun. Tambahan tersebut dihasilkan dari penerimaan migas dan pertambangan. Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro. Dengan tambahan dana sebesar itu bisa digunakan untuk investasi maupun membuat struktur pembangunan Indonesia. (kompas.com : 2015) Risiko penggunaan nilai tukar dollar AS berdampak besar juga pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan transaksi keuangan perusahaan dengan dollar AS, yaitu pada nilai utang dan piutang. Dari nilai utang dalam mata uang dollar AS mengandung potensi risiko yang besar karena selisih kurs, dimana potensi ketika nilai tukar rupiah melemah sehingga nilai utang (liabilitas) meningkat. Sedangkan pada nilai piutang menggunakan mata uang dollar AS juga dapat berpotensi risiko pada saat nilai tukar rupiah menguat, sehingga nilai piutang (aset) menurun. (jurnalakuntansikeuangan.com) Di sisi lain kerugian atau efek negatif juga dirasakan importir karena harus membayar kenaikan nilai nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah. Selain importir, terjadinya depresiasi rupiah juga membuat Pemerintah khawatir, mengingat utang luar negeri Indonesia berdenominasi dollar AS semakin meningkat, dari Rp1.981 triliun pada 2012 menjadi Rp2.275 triliun pada 2013. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2013, kenaikan utang sebesar Rp163,24 triliun tersebut disebabkan akibat 6
selisih kurs. Hal ini berarti terjadi kenaikan utang namun tidak ada tambahan manfaatnya. (Sulistyo : 2014) Berdasarkan penjelasan di atas, maka diperlukan suatu analisis dan penelitian yang lebih lanjut terhadap penggunaan Dollar AS. Risiko telah menjadi sangat populer setelah banyak terjadi penurunan nilai mata uang di berbagi negara. Metode dan teknik untuk melakukan lindung nilai (hedging) dalam mengelola risiko terus dikembangkan dengan berbagai cara. Manajemen risiko telah menjadi suatu keharusan bagi dunia keuangan jika ingin tetap bertahan dalam persaingan dan perdagangan dunia (internasional). Mengabaikan risiko berarti membawa keuangan suatu negara dalam mata uang kepada menurunnya pertumbuhan dalam suatu negara. Pengukuran risiko dengan sensitivitas memperhatikan perubahan pada salah satu faktor risiko dan dampaknya terhadap profit dan loss suatu aset (Sartono dan Setiawan, 2006). Return dari suatu aset adalah tingkat pengembalian atau hasil yang diperoleh akibat melakukan investasi. Return juga sebagai nilai suatu aset di akhir periode t dikurangi dengan nilai aset diakhir periode t-1 maka nilai positif menunjukkan keuntungan (profits) dan nilai negatif menunjukkan kerugian (losses) Beberapa peneliti menggunakan cara yang berbeda untuk memecahkan masalah peramalan nilai tukar mata uang untuk pasar internasional. Salah satu alat yang diusulkan paling populer adalah analisis teknis yaitu Value at Risk, yang mulai diterapkan pada akhir abad ke-19 dan berhasil diterapkan sampai saat ini. Kekurangan utama dari analisis teknis disebut sebagai ketidakpastian dan ambiguitas mereka. Mayoritas peneliti analisis teknis dan praktek (Eng, 1988; Niemira, Zukowski, 1994; Frost, Prechter, 1998; dan lain-lain) yang bertujuan untuk menggambarkan metode analisis matematis teknis dan dengan cara tersebut untuk mengembangkan sistem perdagangan hampir otomatis memberikan salah satu cara solusi mata uang perdagangan. Namun, tidak ada model yang benar-benar dapat diterima dan diterapkan untuk semua situasi pasar mata uang di dunia, seperti pada saat yang sama pasar mungkin bisa kehilangan profitabilitas karena model eksistensi ini. Peneliti analisis teknis 7
meningkatkan metodologi Value at Risk pada semua waktu untuk memasukkan keadaan kecenderungan pada pasar apapun. (Maringga et al : 2014) Salah satu pengukuran risiko adalah VaR (Value at Risk) dapat diartikan sebagai estimasi potensi kerugian maksimal pada periode tertentu dengan tingkat keyakinan (confidence level) tertentu dan dalam kondisi pasar yang normal. VaR dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode yang berbeda, mulai dari Analytic Variance-Covariance Approach, Monte Carlo Simulation Approach dan Historical Simulation Approach (Kahar, 2009:160-181). Kemudian pada single asset terdapat Distribution of Portofolio Return, Rate of Portofolio Return, Delta-Normal Valuation, dan Delta-Gamma Method (Jorion, 2001:371). Dari beberapa metode tersebut dengan sifat perhitungan yang berbeda tetapi semua metode tersebut dimulai dengan memilih faktorfaktor risiko (faktor yang mempengaruhi nilai) dan kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metodologi pemodelan terhadap perubahan faktor-faktor risiko pasar. Value at Risk (VaR) adalah kerugian yang dapat ditoleransi dengan tingkat kepercayaan (keamanan) tertentu (Sunaryo, 2009:15). Dalam manajemen risiko dikatakan bahwa VaR mampu mengkomunikasikan risiko dengan baik. VaR dapat mengukur berapa risiko dari sebuah portofolio, berapa kontribusi risiko sebuah komponen risiko dalam portofolio tersebut dan berapa perubahan risiko portofolio apabila terjadi perubahan komposisi portofolio. Perhitungan risiko berbasis VaR secara umum akan mengarahkan pada manajemen risiko yang lebih baik. Dengan demikian, lembaga finansial dapat memonitor risiko setiap hari dan mengatur risiko secara aktif terhadap portofolionya (Sunaryo, 2009). Tidak hanya dalam portofolio saja untuk menghitung suatu risiko yang terjadi pada suatu nilai (value), akan tetapi dalam aset tunggal pun dapat dihitung dengan beberapa metode dalam perhitungan Jorion (2001:256) dan dijelaskan pula bahwa kerugian yang terjadi diprediksi adalah tingkat kepercayaan 99% dan 1% hanya sekali waktu, hal tersebut menurutnya kerugian akan dapat berimbas melebihi nilai dari tingkat kepercayaan 99%. 8
Pemilihan penggunaan metode Value at Risk (VaR) dengan pendekatan Variance-Covariance dan Delta-Normal Valuation karena berdasarkan uraian yang melatarbelakangi adalah adanya volatilitas, terdapatnya return dan perbandingan ketiga metode tersebut dalam nilai tukar dollar AS, di mana hal ini sesuai dengan parameter yang digunakan dalam penelitian untuk mengestimasi nilai VaR pada nilai tukar dollar AS terhadap rupiah menggunakan Variance-Covariance dan Delta-Normal Valuation. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Analisis Nilai Tukar Dollar AS dalam Rupiah dengan Perbandingan Dua Metode Value at Risk Single Asset : Variance- Covariance dan Delta Normal Valuation (Pada Tahun 2013-2015). 1.3 Perumusan Masalah Kurs dollar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia salah satunya adalah pada rupiah, ketidakpastian kondisi perekonomian dunia serta sentimen negatif yang terus menekan ekonomi Indonesia. Hal ini sudah terjadi selama tiga tahun terakhir dari tahun 2013, dampak yang ditimbulkannyapun ada yang negatif dan positif. Dari dampak negatifnya adalah menurunnya investor untuk berinvestasi pada perusahaan di negara berkembang dan para importir yang menggunakan bahan baku dari luar negeri, kemudian pada dampak positifnya adalah produsen ekspor mendapatkan keuntungan besar dengan nilai Rupiah yang rendah pada mata uang Dollar AS dan APBN pemerintah bertambah untuk pembangunan Indonesia. (www.suara.com) Dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR) pada pendekatan variance-covariance dan delta-normal valuation dapat diuraikan apa yang melatarbelakangi adanya volatilitas dan return dalam dollar AS, di mana hal ini sesuai dengan parameter yang digunakan mengestimasi VaR yaitu variance-covariance dan delta-normal valuation. 9
1.4 Pertanyaan Penelitian Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Berapa besar nilai return dari nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah? b. Berapa besar nilai risiko dua metode VaR yaitu variancecovariance dan delta-normal valuation pada nilai tukar Dollar AS? c. Berapa besarnya nilai risiko (VaR) perbandingan dari variancecovariance dengan delta-nomal valuation yang ditimbulkan dalam penggunaan mata uang Dollar AS yang mempunyai nilai tukar terhadap Rupiah dan metode mana yang lebih tepat nilai risikonya dari dua metode Value at Risk? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk Mengetahui nilai return yang didapat dari nilai tukar penggunaan Dollar AS yang mempunyai nilai tukar terhadap Rupiah. b. Untuk mengetahui seberapa besar risiko yang dinilai dengan VaR sehingga dollar AS baik digunakan untuk alat tukar perdagangan dunia (internasional). c. Untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan dari vaiancecovariance dan delta-nomal valuation yang ditimbulkan dalam penggunaan mata uang Dollar AS yang mempunyai nilai tukar terhadap Rupiah dan ketepatan nilai tukar yang terjadi. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan untuk semua kalangan, yaitu : a. Bagi pelaku perdagangan dunia (internasional) dan pengamat keuangan yang menggunakan nilai tukar dollar AS, penelitian ini dapat memberikan rekomendasi dan acuan dalam melakukan 10
perhitungan dalam hal meramalkan atau menghitung nilai tukar dollar AS dimasa yang akan datang, keuntungan dan kerugian penerapan dollar AS sebagai alat tukar dalam perdagangan internasional. b. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang mengenai perbandingan tiga metode penilaian risiko nilai tukar mata uang dunia. c. Bagi penulis, penelitian ini sebagai penerapan dari teori yang telah diperoleh. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Batasan masalah dalam penulisan ini terbatas hanya pada volatilitas, Value at Risk dengan menggunakan metode variance covariance dan deltanormal valuation yang mempunyai tingkat pengaruh terhadap return pada nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang terdaftar pada Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dollar AS pada website Bank Indonesia bulan Januari 2013 September 2015, yang dikaji secara simultan dari variabel yang ada, maupun secara parsial dari variabel tersebut. 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Berisi teori-teori yang mendukung penelitian ini, mengenai tinjauan pustaka penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pada bab II ini menceritakan tentang batasan penelitian dan kerangka teori. 11
BAB III METODE PENELITIAN Pada BAB III berisi mengenai jenis penelitian, operasional variable, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, dan teknik analisis data dan pengujian hipotesis. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV berisi mengenai hasil pengolahan dan perhitungan data yang dilakukan dengan melalui berbagai tahapan uji dan analasis hasil pengolahan dan perhitungan data yang telah dilakukan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V berisi mengenai kesimpulan dan hasil analisis, saran bagi perusahaan, bagi pelaku perdagangan internasional dan bagi penelitian selanjutnya. 12