SURAT KEPUTUSAN TENTANG. PEDOMAN SYSTEM PElAPORAN PElANGGARAN WHlffiE BLOWING SYSTEM (WBS) DllINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PERSERO)

dokumen-dokumen yang mirip
Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System) KATA PENGANTAR

PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman Pelaporan Pelanggaran. Whistleblowing System (WBS)

PEDOMAN SISTEM PENGADUAN PELANGGARAN (WHISTLE-BLOWING SYSTEM-WBS)

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

WHISTLE BLOWING SYSTEM

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk.

Lampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

1ft- "' t-'-. W PETROKIMIA I~'" PT PETROKIMIA GRESIK PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PD Tan99al Terbitan Revisi No. Copy. 10 Oktober

SISTEM PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPO N DUGAAN PELANGGA N WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

MEKANISNE PELAPORAN ATAS DUGAAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP


DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN 2 1. Latar Belakang 2 2. Maksud dan Tujuan 3 3. Acuan Pedoman 3 4. Ruang Lingkup 4. 5.

KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

KEPUTUSAN DIREKSI PT.PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) No. Kep/Dir/ /XI/2012. Tentang SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

TENTANG PEDOMAN PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN (WISTLEBLOWING SYSTEM) PT MULTI TERMINAL INDONESIA DAFTAR ISI PEDOMAN

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus

KEPUTUSAN BERSAMA. Nomor : Kep/06/KOM/AS/XI/2010 Nomor : Kep/267-AS/XI/2010. Tentang

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR :800/126 /SK/SET-1/DLH TENTANG


PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I Ketentuan Umum 4. BAB II Penerimaan Pelaporan Pelanggaran 7

PENGELOLAAN DAN PELAPORAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) DI PT PERTAMINA TRANS KONTINENTAL. Jakarta, 12 Desember 2014

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS)

Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System)

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pe

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Whitsleblowing System

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX.

KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT


PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PT TASPEN (PERSERO)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PERNYATAAN KOMITMEN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN BENTURAN PT. PELITA AIR SERVICE. PT. PELITA AIR SERVICE Jl. Abdul Muis No A Jakarta Pusat 10160

PT DANAREKSA (PERSERO) PIAGAM KOMITE AUDIT 2017

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PERUM PERUMNAS

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) SK DIREKSI NO KEP/216/072014

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan deng

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penanganan Kecurangan sebelum Sistem Pelaporan Pelanggaran

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER)

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

3. Menerapkan asas-asas GCG yakni, transparansi, akuntabi/itas, responsibi/itas, independensi. Makassar, 11 Februari 2014

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

Pedoman Penanganan Gratifikasi. PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero)

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN (Conflict of Interest) PT Perkebunan Nusantara IX.

SOSIALISASI WHISTLE BLOWING SYSTEM RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

Transkripsi:

2014

PTPNXIV T PE E E 0) Jalan Urip Sumoharjo Km. 4 - Kotak Pos 1006 M a k a ss a r - 90232 Telp. 444810, 4441'12, 449944 - Fax. (0411 ) 444840, 449886 - Telex. 71641 PTP32 1A E-mail : PTPN-XIV@upandang.wasanlara.netid SURAT KEPUTUSAN Nomor: 00';\ NIYI~IHlJ..oI~ TENTANG PEDOMAN SYSTEM PElAPORAN PElANGGARAN WHlffiE BLOWING SYSTEM (WBS) DllINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PERSERO) DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PERSERO) Menimbang Mengingat 1. Bahwa dalam rangka pengendalian internal dalam mencegah praktik penyimpangan dan kecurangan serta memperkuat penerapan praktik Good Governance perlu diterapkan Whistle Blowing System; 2. Bahwa dengan dengan penerapan Whistle Blowing System diharapkan mendorong Budaya keterbukaan dan kejujuran di lingkungan PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) ; 3. Bahwa untuk maksud butir 1 dan 2 diatas, dipandang perlu ditetapkan Pedoman Whistle Blowing System sebagai dasar pelaksanaan pencegahan pralctik penyimpangan dan kecurangan sebagai acuan didalam kegiatan operasional Perusahaan ; 4. Bahwa untuk maksud butir 3 diatas dipandang perlu ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) ; 1. Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 2007 No. 106; Tambahan Lembaran Negara No. 4756); 2. Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 No. 70); 3. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) Perkebunan XXVIII (Persero), Perusahaan Perseroan (Persero) Perkebunan XXXII dan Perusahaan Perseroan (Persero) Bina Mulya Temak menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara XIV (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 No. 25); 4. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMNI; S. Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-09/MBU/2012 tangga l 6 Juli 2012, tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara BUMN

6. 7. 8. 9.

Kedua Ketiga Keempat Pedoman System Pelaporan Pelanggaran Whistle Blowing System agar diimplementasikan secara konsisten dan sungguh sungguh serta dijadikan acuan diseluruh lingkungan PT. Perkebunan Nusanatara XIV (Persero). Menugaskan kepada Biro Satuan Pengawasan Intern ( SPI ) sebagai Penanggung jawab terhadap implementasi Pedomana System Pelaporan Pelanggaran Whistle Blowing System. Surat Keputusan ini berlau terhitung mulai tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Surat Keputusan ini akan ditetapkan kemudian. Kutipan Surat Keputusan untuk diketahui dan digunakan sebagaimana mestinya kepada : 1. Dewan Komisaris PTPN XIV (Persero) 2. Kepala Unit Usaha lingkup PTPN XIV (Persero) 3. Kabag/Karo Kantor Direksi PTPN XIV (Persero) DITETAPKAN DI : MAKASSAR PAOA TANGGAl : 11 Pebruari 2014 PIt. Dlrektur Utama

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. KEBIJAKAN UMUM... 1 C. RUANG LINGKUP... 2 D. TUJUAN... 2 E. MANFAAT... 2 F. DASAR HUKUM... 2 G. DAFTAR ISTILAH... 3 BAB II PELAPORAN PELANGGARAN... 5 A. LINGKUP PENGADUAN... 5 B. MEKANISME PELAPORAN... 5 1. Pelapor... 5 2. Data Pendukung Pelaporan... 6 3. Penyampaian Pengaduan/Penyingkapan oleh Pelapor... 7 4. Penanggung Jawab Tindak Lanjut... 7 C. PROSES TINDAK LANJUT ATAS PENGADUAN... 7 D. INVESTIGASI... 9 1. Prinsip Dasar Pelaksanaan Investigasi... 9 2. Tim Investigasi... 10 3. Laporan Hasil Investigasi... 10 BAB III PERLINDUNGAN PELAPOR... 11 BAB IV SOSIALISASI DAN EVALUASI SERTA PENEGAKAN... 13 A. SOSIALISASI DAN EVALUASI... 13 B. PENGHARGAAN DAN SANKSI... 13 LAMPIRAN... 14 1. TANDA TERIMA PELAPORAN PELANGGARAN... 14 2. ALUR SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN: APABILA TERLAPOR SELAIN DIREKSI 15 3. ALUR SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN: APABILA TERLAPOR DIREKSI... 16 i

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero), disingkat PTPN XIV (Persero) berkomitmen untuk melaksanakan penerapan prinsip prinsip GCG secara konsisten dan berkesinambungan dalam pengelolaan perusahaan. Dalam menjalankan bisnisnya, PTPN XIV (Persero) senantiasa dituntut untuk melaksanakannya dengan penuh amanah, transparan dan akuntabel, serta senantiasa memenuhi ketentuan perundang undangan yang berlaku dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pelanggaran terhadap prinsip prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik, nilai nilai etika, serta peraturan perundang undangan yang berlaku adalah hal yang harus dihindari oleh seluruh Insan PTPN XIV (Persero. Oleh karena itu, sebagai wujud komitmen untuk menyediakan sistem bagi penegakan prinsip prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik, sehingga menciptakan situasi kerja yang bersih dan bertanggungjawab, PTPN XIV (Persero) menyusun dan menerapkan Sistem Pelaporan Pelanggaran dalam rangka memberikan kesempatan kepada segenap Insan PTPN XIV (Persero) dan pihak eksternal lainnya untuk dapat menyampaikan laporan mengenai dugaan pelanggaran terhadap prinsip prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik, serta nilai nilai etika yang berlaku kepada PTPN XIV (Persero), berdasarkan bukti bukti yang dapat dipertanggungjawabkan serta dengan niat baik untuk kepentingan PTPN XIV (Persero). Proses penanganan pelaporan pelanggaran dapat berfungsi dengan baik bila didukung dengan sumberdaya yang berkualitas dan dapat dipercaya, baik berupa orang, maupun fasilitas pendukung lainnya. B. KEBIJAKAN UMUM 1. Merupakan bagian dari sistem pengendalian internal dalam mencegah praktik penyimpangan dan kecurangan serta memperkuat penerapan praktik good corporate governance. 2. Merupakan suatu cara untuk mengungkap tindakan pelanggaran atau perbuatan yang melawan hukum, perbuatan yang tidak semestinya atau perbuatan lain yang dapat merugikan PTPN XIV (Persero) maupun pemangku kepentingan, yang dilakukan oleh Insan PTPN XIV (Persero) atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Pengungkapan ini umumnya dilakukan secara rahasia (confidential). 1

C. RUANG LINGKUP Pedoman ini diberlakukan bagi seluruh Insan PTPN XIV (Persero) dan para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya. D. TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam tata cara pengelolaan penanganan pengaduan/penyingkapan bagi Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan serta pihak yang berkepentingan dalam berhubungan dengan PTPN XIV (Persero), agar setiap laporan yang dikirimkan terjaga kerahasiaannya dan kasus yang dilaporkan dapat dipertanggungjawabkan serta dapat ditindaklanjuti; 2. Pedoman pelaporan pelanggaran ini sebagai salah satu bentuk peningkatan perlindungan terhadap para pemangku kepentingan dan perlindungan nama baik PTPN XIV (Persero). E. MANFAAT 1. Tersedianya cara penyampaian informasi penting dan kritis bagi PTPN XIV (Persero) kepada pihak yang harus segera menanganinya secara aman; 2. Timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran, dengan semakin meningkatnya kesediaan untuk melaporkan terjadinya pelanggaran, karena kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang efektif; 3. Tersedianya sistem deteksi dini (early warning system) atas kemungkinan terjadinya masalah akibat suatu pelanggaran; 4. Tersedianya kesempatan untuk menangani masalah pelanggaran secara internal terlebih dahulu, sebelum meluas menjadi masalah pelanggaran yang bersifat publik ekonomi sosial bagi masyarakat dan pihak lain yang terkait; 5. Mengurangi risiko yang dihadapi PTPN XIV (Persero), akibat dari pelanggaran baik dari segi keuangan, operasi, hukum, keselamatan kerja, dan reputasi. F. DASAR HUKUM 1. Undang Undang Nomor 31 tahun 1999 dan telah diperbaharui dengan Undang Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 2. Undang Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Pelapor; 3. Undang Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; 2

4. Pedoman Sistem Pelaporan dan Pelanggaran SPP (Whistleblowing System WBS) Komite Nasional Kebijakan Governance, 2008; 5. Peraturan Menteri BUMN No. PER 09/MBU/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri BUMN No. PER 01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara; 6. Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) PTPN XIV (Persero); 7. Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct) PTPN XIV (Persero); 8. Pedoman Pengendalian Gratifikasi PTPN XIV (Persero); 9. Pedoman Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) PTPN XIV (Persero); 10. Anggaran Dasar PTPN XIV (Persero); 11. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) G. DAFTAR ISTILAH 1. Insan PTPN XIV (Persero) adalah keseluruhan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Karyawan PTPN XIV (Persero); 2. Pelapor, adalah Insan PTPN XIV (Persero), mitra kerja dan pemangku kepentingan lainnya; 3. Terlapor, adalah Insan PTPN XIV (Persero) dan mitra kerja PTPN XIV (Persero); 4. Tim Investigasi, adalah Tim yang melakukan tugas untuk mengumpulkan data data/bukti terkait pelanggaran. Tim Investigasi yang dimaksud dapat berasal dari External Investigator; 5. External Investigator, adalah pihak di luar PTPN XIV (Persero) yang ditunjuk oleh PTPN XIV (Persero) untuk melaksanakan investigasi secara khusus terhadap suatu pengaduan/penyingkapan dugaan pelanggaran di PTPN XIV (Persero); 6. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest), adalah perbedaan antara kepentingan ekonomi PTPN XIV (Persero) dengan kepentingan ekonomi pribadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama yang dapat merugikan PTPN XIV (Persero); 7. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik; 3

8. Indikasi awal, adalah informasi yang ada di dalam pengaduan/penyingkapan dan mengandung diantaranya hal hal sebagai berikut: permasalahan, siapa yang terlibat, bentuk dan besar kerugian, kapan serta tempat terjadinya. 9. Investigasi, adalah kegiatan untuk menemukan bukti bukti terkait dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor, yang telah dilaporkan melalui. 10. Kecurangan, adalah perbuatan tidak jujur atau tipu muslihat meliputi antara lain penipuan, pemerasan, pemalsuan, penyembunyian atau penghancuran dokumen/laporan atau menggunakan dokumen palsu, yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang yang menimbulkan potensi kerugian ataupun kerugian nyata terhadap perusahaan atau orang lain; 11. Korupsi, adalah perbuatan yang dilakukan secara curang atau melawan hukum oleh Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan yang bekerja untuk dan atas nama PTPN XIV (Persero), yang bertentangan dengan kepentingan PTPN XIV (Persero) atau penyalahgunaan wewenang jabatan/kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan tujuan memperkaya diri sendiri, atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan PTPN XIV (Persero); 12. Kolusi, adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antara Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan atau Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan dengan pihak lain yang bekerja untuk dan atas nama PTPN XIV (Persero) yang dapat merugikan PTPN XIV (Persero); 13. Nepotisme, adalah setiap perbuatan Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan beserta keluarganya dan/atau kepentingan pihak terdekat lainnya yang mendasarkan hubungan bukan karena kemampuannya yang dapat merugikan PTPN XIV (Persero); 14. Pengaduan/Penyingkapan, adalah pelaporan tindakan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak semestinya atau perbuatan lain yang dapat merugikan PTPN XIV (Persero); 15. Saksi, adalah orang yang mengetahui kejadian/peristiwa pelanggaran atau perbuatan yang melawan hukum; 16. Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System), adalah sistem yang mengelola pengaduan/penyingkapan mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan tidak semestinya secara rahasia, anonim dan mandiri (independent) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta Insan PTPN XIV (Persero) dan mitra kerja dalam mengungkap pelanggaran yang terjadi di lingkungan PTPN XIV (Persero). 4

BAB II PELAPORAN PELANGGARAN Sistem Pelaporan Pelanggaran merupakan sistem yang mengelola Pengaduan/Penyingkapan mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan tidak semestinya secara rahasia, anonim dan mandiri (independent) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta Insan PTPN XIV (Persero) dan pihak lainnya dalam mengungkapkan pelanggaran yang terjadi di lingkungan PTPN XIV (Persero). Sistem Pelaporan Pelanggaran digunakan apabila Pengaduan/Penyingkapan dianggap tidak efektif untuk disalurkan melalui jalur formal (melalui atasan langsung atau fungsi terkait). A. LINGKUP PENGADUAN Lingkup Pengaduan/Penyingkapan yang akan ditindaklanjuti oleh Sistem Pelaporan Pelanggaran adalah tindakan yang dapat merugikan Perusahaan, meliputi sebagai berikut: 1. Penyimpangan dari peraturan dan perundangan yang berlaku; 2. Penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan lain di luar PTPN XIV (Persero); 3. Pemerasan; 4. Perbuatan curang; 5. Benturan Kepentingan; 6. Gratifikasi. B. MEKANISME PELAPORAN 1. Pelapor Mekanisme penyaluran pengaduan/penyingkapan atas terjadinya pelanggaran oleh Pelapor dilaporkan kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Komisaris Utama, dengan ketentuan yaitu: a. Pelapor disarankan untuk memberikan informasi mengenai identitas diri, yang sekurang kurangnya memuat nama/alamat/nomor telepon/handphone/faksimili/ email dan fotokopi identitas diri. b. Pelaporan pelanggaran harus disertai dokumen pendukung seperti: dokumen yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan dan/atau Pelaporan Pelanggaran yang akan disampaikan. 5

c. Apabila Pelaporan Pelanggaran diajukan oleh perwakilan pemangku kepentingan, maka selain dokumen di atas juga diserahkan dokumen lainnya yaitu: 1) Fotokopi bukti identitas pemangku kepentingan dan perwakilan pemangku kepentingan, 2) Surat Kuasa dari pemangku kepentingan kepada perwakilan pemangku kepentingan yang menyatakan bahwa stakeholders memberikan kewenangan bertindak untuk dan atas nama pemangku kepentingan, 3) Jika perwakilan pemangku kepentingan adalah lembaga atau badan hukum, maka harus dilampiri dengan dokumen yang menyatakan bahwa pihak yang mengajukan Pelaporan Pelanggaran berwenang untuk mewakili lembaga atau badan hukum tersebut. d. Pelaporan pelanggaran secara tertulis tanpa identitas (anonim) boleh dilakukan, tapi wajib dilengkapi dengan fotokopi/salinan dokumen yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan dan/atau Pelaporan Pelanggaran yang akan disampaikan. 2. Data Pendukung Pelaporan Pelapor wajib memberikan indikasi awal yang dapat dipertanggungjawabkan, meliputi: a. Pelanggaran yang diadukan, meliputi jumlah kerugian (apabila dapat ditentukan), 1 (satu) Pengaduan/Penyingkapan hanya untuk 1 (satu) pelanggaran agar penanganannya dapat lebih fokus. b. Pihak yang terlibat, yaitu siapa yang seharusnya bertanggungjawab atas pelanggaran tersebut, termasuk saksi saksi dan pihak yang diuntungkan atau dirugikan atas pelanggaran tersebut. c. Lokasi pelanggaran, yaitu meliputi nama, tempat, unit kerja atau fungsi terjadinya pelanggaran tersebut. d. Waktu pelanggaran, yaitu periode pelanggaran baik berupa hari, minggu, bulan, tahun atau tanggal tertentu pada saat pelanggaran tersebut terjadi. e. Bagaimana terjadinya pelanggaran tersebut dan apakah terdapat bukti bukti pendukung telah terjadinya pelanggaran. f. Apakah pelanggaran tersebut pernah dilaporkan kepada pihak lain. g. Apakah pelanggaran tersebut pernah terjadi sebelumnya. 6

3. Penyampaian Pengaduan/Penyingkapan oleh Pelapor Prinsip Dasar a. Dalam melakukan pelaporan atas suatu pelanggaran harus dilakukan dengan itikad baik bukan karena kepentingan pribadi atau balas dendam. b. Mengedepankan manfaatnya untuk kepentingan bersama seluruh Insan Perusahaan dan para pemangku kepentingan. Pelapor membuat pengaduan/penyingkapan dan mengirimkannya kepada pengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran yang dapat disampaikan kepada Direktur Utama atau Kepala Biro SPI (apabila terlapor selain Direksi) melalui sarana/media sebagai berikut: Telephone 0411 444830 Email Website wbs@ptpnxiv.com www.ptpnxiv.com Selain itu dapat juga disampaikan melalui amplop tertutup dengan memberi kode WBS pada bagian kanan atas amplop tersebut, yang ditujukan kepada Direktur Utama atau Kepala Biro SPI dalam hal terlapor selain Direksi ke alamat : PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Jl. Urip Sumoharjo No. 72 76 Makassar 90232 Sulawesi Selatan Apabila terlapor Direksi dapat ditujukan kepada Komisaris Utama dengan alamat : Dewan Komisaris PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Apartemen Taman Rasuna Tower 1 Unit 33B, Jalan Rasuna Said, Kuningan Jakarta Selatan 4. Penanggung Jawab Tindak Lanjut a. Direktur Utama, jika terlapor adalah Insan PTPN XIV (Persero) selain Direksi; b. Dewan Komisaris, jika terlapor adalah Direksi; c. Direktur Utama, jika terlapor anggota Dewan Komisaris. C. PROSES TINDAK LANJUT ATAS PENGADUAN Tindak lanjut atas pengaduan dilakukan mulai diterimanya pengaduan tersebut dengan proses sebagai berikut: 7

1. Direktur Utama atau Kepala Biro SPI atau Komisaris Utama menerima pengaduan/penyingkapan, mencatat dan menuangkan ke dalam format standar. Apabila penerima pengaduan adalah Direktur Utama maka Direktur Utama dapat mendisposisikan proses selanjutnya kepada Kepala Biro SPI, sedangkan apabila penerima pengaduan adalah Komisaris Utama, dalam hal ini terlapor Direksi, maka Komisaris Utama dapat menugaskan Komite Audit untuk proses selanjutnya; 2. Pelaporan yang disampaikan tanpa identitas (anonim) tetap diproses, namun demikian dipertimbangkan terlebih dahulu kesungguhan isi laporan, kredibilitas, dan bukti bukti yang diajukan, serta kemungkinan untuk melakukan konfirmasi pelaporan; 3. Direktur Utama atau Kepala Biro SPI atau Komisaris Utama menerima dan menyaring laporan Pengaduan/Penyingkapan pelanggaran yang diterima, apakah terdapat Indikasi Awal atau sesuai dengan kriteria laporan Sistem Pelaporan Pelanggaran dan dapat ditindak lanjuti? Bila YA laporan Pengaduan/Penyingkapan diteruskan ke Tim Pelaporan Pelanggaran, bila TIDAK proses Sistem Pelaporan Pelanggaran selesai; 4. Direktur Utama atau Kepala Biro SPI (terlapor selain Direksi) atau Komisaris Utama atau Komite Audit (terlapor Direksi) melakukan penelaahan awal/investigasi atas indikasi awal selama 14 (empat belas) hari kerja terhadap pengaduan/penyingkapan tersebut dan membuat ringkasannya; 5. Berdasarkan hasil tersebut, Direktur Utama atau Komisaris Utama memutuskan tindak lanjut: a. Dihentikan, jika tidak memenuhi persyaratan indikasi awal b. Bekerjasama dengan External Investigator untuk melakukan investigasi lanjutan jika substansi pengaduan/penyingkapan terkait dengan Direksi, Dewan Komisaris dan Karyawan satu tingkat di bawah Direksi atau citra/reputasi Perusahaan dan/atau menimbulkan kerugian yang besar dan/atau belum pernah ditindaklanjuti oleh Biro SPI c. Bekerja sama dengan fungsi terkait lainnya atau dilakukan oleh Tim investigasi sesuai dengan substansi pengaduan/penyingkapan. 6. Laporan Hasil Investigasi Internal maupun External diselesaikan dalam waktu selambatnya 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak keputusan untuk melakukan investigasi diterima dari/oleh Tim Investigasi dan kemudian dipresentasikan oleh Tim Investigasi kepada Direktur Utama atau Komisaris Utama; 7. Berdasarkan hasil laporan sebagaimana poin 6, Direktur Utama atau Komisaris Utama memutuskan: 8

a. Laporan penyingkapan ditutup, jika tidak terbukti b. Memberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku, jika terbukti dan terkait dengan tindakan administratif c. Meneruskan tindak pidana tersebut kepada penyidik untuk proses lebih lanjut, jika terbukti dan terkait dengan tindak pidana umum atau korupsi. Dalam hal ini Penanggung Jawab melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja Legal guna memastikan adanya bukti permulaan yang cukup dan jika bukti bukti cukup maka Penanggung Jawab merekomendasikan kepada Direktur Utama untuk persetujuan d. Huruf b dan c harus dilakukan melalui rapat Direksi atau Dewan Komisaris. 8. Direktur Utama membuat laporan secara periodik, minimal 3 (tiga) bulan sekali, antara lain meliputi jumlah pengaduan/penyingkapan. Kategori pengaduan/ penyingkapan dan saluran yang digunakan oleh Pelapor serta menyampaikannya kepada Dewan Komisaris; 9. Komisaris Utama membuat laporan apabila ada anggota Direksi yang terbukti melakukan pelanggaran dan dapat disampaikan kepada Pemegang Saham sebagai bahan evaluasi kinerja Direksi. 10. Direktur Utama melaporkan penanganan pengaduan/penyingkapan yang ditindaklanjuti maupun tidak dapat ditindaklanjuti kepada Dewan Komisaris minimal 3 (tiga) bulan sekali dan dipublikasikan ke dalam media Perusahaan maupun media lainnya; D. INVESTIGASI 1. Prinsip Dasar Pelaksanaan Investigasi a. Proses investigasi atas suatu laporan harus dilakukan dengan tetap memegang asas praduga tidak bersalah dan objektivitas; b. Proses investigasi harus bebas dari bias dan dilakukan tidak tergantung dari siapa yang melaporkan ataupun siapa yang terlapor c. Terlapor harus diberi kesempatan penuh untuk memberikan penjelasan atas bukti bukti yang ditemui, termasuk pembelaan bila diperlukan d. Apabila menggunakan Tim Investigasi dari pihak eksternal dimana terlapor adalah Direksi, Dewan Komisaris dan Karyawan satu tingkat di bawah Direksi atau laporan bersifat material dan mempengaruhi citra PTPN XIV (Persero), maka PTPN XIV (Persero) harus dapat memilih dan menyediakan auditor/investigator 9

yang berintegritas untuk menjaga objektivitas hasil investigasi sehingga kepercayaan terhadap WBS dapat dijaga. Di luar kriteria tersebut, maka Investigasi dilakukan oleh Tim Investigasi Internal. 2. Tim Investigasi a. Investigasi dapat dilakukan baik oleh External Investigator maupun oleh Tim Investigasi Internal. Tim Investigasi Internal berasal dari Biro SPI. b. Tim investigasi harus bersifat independen, bebas dari tekanan pihak manapun untuk menjaga proses investigasi dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan dan penilaian hasil temuan secara obyektif. 3. Laporan Hasil Investigasi a. Seluruh proses Investigasi atas Pengaduan/Penyingkapan wajib dibuatkan Berita Acara dan dalam bentuk laporan serta ditandatangani oleh pihak pihak yang terlibat dalam proses investigasi b. Proses investigasi harus didokumentasikan dengan baik, sehingga jika diperlukan untuk peninjauan ulang dapat dengan mudah dilakukan penelaahan kembali atas sasaran yang ingin dicapai dan juga keputusan keputusan penting yang diambil selama proses berlangsung. c. Laporan hasil investigasi disertai beberapa bukti pendukung yang merupakan bukti fisik serta bukti non fisik. Hasil laporan investigasi tidak berupa opini atau pendapat tapi berupa kesimpulan akhir mengenai hasil investigasi yang akan digunakan sebagai dasar putusan pengambilan tindakan. 10

BAB III PERLINDUNGAN PELAPOR Perusahaan wajib memberikan perlindungan bagi Pelapor dan menjamin atas kerahasiaan identitasnya. Informasi terkait Pelapor terdokumentasikan dengan baik dan hanya boleh diketahui oleh Direktur Utama atau Kepala Biro SPI dan Komisaris Utama atau Komite Audit, dalam hal ini penerima pengaduan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tindak lanjut pelaporan pelanggaran. Kebijakan Perlindungan Pelapor 1. Identitas Pelapor dijamin kerahasiaannya oleh Perusahaan; 2. Perusahaan menjamin perlindungan terhadap Pelapor dari segala bentuk ancaman, intimidasi, ataupun tindakan tidak menyenangkan dari pihak manapun selama Pelapor menjaga kerahasiaan pelanggaran yang diadukan kepada pihak manapun; 3. Perlindungan terhadap Pelapor juga berlaku bagi para pihak yang melaksanakan Investigasi maupun pihak pihak yang memberikan informasi terkait dengan Pengaduan/Penyingkapan tersebut; Kebijakan perlindungan Pelapor dimaksudkan pula untuk mendorong setiap Insan Perusahaan dan Pelapor lainnya untuk berani melaporkan pelanggaran dan menjamin keamanan Pelapor maupun keluarganya. Perusahaan berkomitmen untuk melindungi Pelapor yang beritikad baik dan Perusahaan akan patuh terhadap segala peraturan perundangan yang terkait serta best practices yang berlaku dalam penyelenggaraan sistem penyelenggaraan perlindungan Pelapor. Perusahaan memberikan perlindungan kepada Pelapor sebagai berikut : 1. Pemecatan yang tidak adil 2. Penurunan jabatan atau pangkat 3. Pelecehan dan/atau diskriminasi dan/atau tekanan dan/atau intimidasi dalam segala bentuknya 4. Catatan yang merugikan dalam file data pribadinya (personal file record). Selain perlindungan di atas, untuk Pelapor yang beritikad baik, Perusahaan juga akan menyediakan perlindungan hukum, sejalan dengan yang diatur Undang Undang No.15 tahun 2002 jo Undang Undang No. 25 tahun 2003 pada Pasal 43 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pasal 13 Undang Undang No. 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan Khusus bagi Pelapor dan Saksi dalam Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu: 11

1. Perlindungan dari tuntutan pidana dan/atau perdata 2. Perlindungan atas keamanan pribadi, dan/atau keluarga Pelapor dari ancaman fisik dan/atau mental 3. Perlindungan terhadap harta Pelapor; dan/atau 4. Pemberian keterangan tanpa bertatap muka dengan terlapor, pada setiap tingkat pemeriksaan perkara dalam hal pelanggaran tersebut masuk pada sengketa pengadilan. Dalam hal Pelapor merasa perlu, ia juga dapat meminta bantuan pada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), sesuai Undang Undang No. 13 tahun 2006. 12

BAB IV SOSIALISASI DAN EVALUASI SERTA PENEGAKAN A. SOSIALISASI DAN EVALUASI Sistem Pelaporan Pelanggaran ini disosialisasikan dan dievaluasi secara berkelanjutan kepada seluruh Insan PTPN XIV (Persero), dan secara berkala akan dilaksanakan pemutakhiran dan penyempurnaan Sistem Pelaporan Pelanggaran ini dalam rangka perbaikan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan bisnis PTPN XIV (Persero). Sosialisasi secara berkelanjutan dimaksudkan untuk memperoleh persepsi dan pemahaman serta meningkatkan keterbukaan bagi Insan PTPN XIV (Persero) untuk melaporkan penyimpangan dan dapat mempergunakan Sistem Pelaporan Pelanggaran ini sebagaimana mestinya. Pelaksanaan sosialisasi Sistem Pelaporan Pelanggaran dapat dilakukan bersamaan dengan sosialisasi penerapan GCG, kebijakan kebijakan baru PTPN XIV (Persero), sosialisasi undang undang yang terkait dengan tindak pidana korupsi, publikasi melalui intranet Perusahaan dan berbagai macam media komunikasi lainnya. B. PENGHARGAAN DAN SANKSI Bentuk sanksi terhadap Terlapor yang telah terbukti melakukan pelanggaran ditentukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku di Perusahaan. Perusahaan juga memberikan sanksi bagi pelaporan pelanggaran yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan kebijakan ini, misalnya fitnah atau pelaporan palsu. Selain itu penghargaan diberikan kepada Pelapor apabila kasus yang dilaporkan mengandung kebenaran dan PTPN XIV (Persero) mendapat dampak positif dari adanya laporan tersebut. Jenis dan besarnya penghargaan yang diberikan diatur dengan kebijakan Direksi yang merupakan dokumen tidak terpisahkan dari kebijakan WBS ini. PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PERSERO) Direksi Biro Satuan Pengawasan Intern (SPI) 13

LAMPIRAN 1 TANDA TERIMA PELAPORAN PELANGGARAN No. : Dengan ini menerangkan bahwa : Nama Alamat :. :.. No. Telp. Fax HP Email :. :. :. :. Nama Satuan Kerja/Organisasi/Lembaga :. (Jika bertindak atas nama pribadi) Bertindak untuk dan atas nama :. (Jika bertindak atas nama pemangku kepentingan) Telah menyampaikan laporan pelanggaran tentang. Lampiran:..(disebutkan apa saja, misal fotokopi KTP, Surat Kuasa, Bukti pelanggaran, dan lain lain) Makassar :.. Penerima Laporan :.. ID Karyawan :.. Kami mengucapkan terima kasih atas laporan yang disampaikan ini, proses selanjutnya akan dilakukan oleh Tim Sistem Pelaporan Pelanggaran dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja untuk mendapatkan indikasi awal apakah pelaporan ini dapat dilanjutkan atau tidak. 14

LAMPIRAN 2 ALUR SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN Catatan : 1. Direktur Utama dalam menerima laporan dapat mendisposisikan kepada Bepala Biro SPI untuk menindaklanjuti pelaporan pelanggaran tersebut; 2. Direktur Utama harus membuat laporan pelaksanaan Pedoman Sistem Pelanggaran ini kepada Dewan Komisaris; 3. Segala keputusan terkait pemberian sanksi ataupun tindak lanjut kepada pihak berwajib harus diputuskan melalui rapat Direksi. 15

LAMPIRAN 3 ALUR SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN Catatan : 1. Dewan Komisaris dalam menerima laporan dapat menugaskan Komite Audit untuk menindaklanjuti pelaporan pelanggaran yang dilakukan oleh Direksi; 2. Dewan Komisaris harus menyampaikan kepada Pemegang Saham apabila anggota Direksi melakukan pelanggaran; 3. Segala keputusan terkait pemberian sanksi ataupun tindak lanjut kepada pihak berwajib harus diputuskan melalui rapat Dewan Komisaris. 16