TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Daun Kersen (Muntingia calabura) Sumber : Smithsonian Tropical Research Institute (2003)

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

POPULASI PROTOZOA DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN DENGAN PEMBERIAN DAUN KERSEN (Muntingia calabura) SECARA IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tepung Tapioka Industri Rakyat Sumber : Halid (1991)

TINJAUAN PUSTAKA. Lerak (Sapindus rarak)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

dengan bakteri P. ruminicola (98-100%), B. fibrisolvens (99%), C. eutactus (99%) dan T. bryantii (94%). Bakteri-bakteri tersebut diduga sering

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan 100% Bahan Kering (%)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Kappaphycus alvarezii

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Vitamin E Sebagai Antioksidan Manfaat Selenium Sebagai Antioksidan

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kebutuhan terhadap

TINJAUAN PUSTAKA Ampas Teh

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Domba memiliki taksonomi sebagai berikut

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanin sebagai pelindung

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Keunggulan Rumen Kerbau Potensi Sapi Fries Holland , Performa dan Penyapihan Pedet

Gambar 1. Daun Cengkeh dan Minyak Daun Cengkeh Sumber : dan Dokumentasi Penelitian

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan nama

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pembuatan Madu

Macam macam mikroba pada biogas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

HASIL DAN PEMBAHASAN M0 9,10 MJ 6,92 MIL 7,31 MILT 12,95 SEM 1.37

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari oksida rangkap seperti Al 2 O 3, SiO 2, Fe 2 O 3, CaO, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara peningkatan pemberian kualitas pakan ternak. Kebutuhan pokok bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

S) SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KARAKTERISTIK FERMENTASI DAN SINTESIS PROTEIN BAKTERI IN VITRO

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

HUBUNGAN FERMENTABILITAS DAN KECERNAAN BEBERAPA LEGUM POHON DENGAN PENYERAPAN MINERAL Ca DAN P PADA DOMBA LOKAL JANTAN OLEH NUNIK PUJI HARYANTI

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Unsur-unsur Nutrien dalam Singkong (dalam As Fed)

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

II. TINJAUAN LITERATUR. Metana diproduksi disaluran pencernaan ternak, sebesar 80-95% diproduksi di

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

IV. Hasil dan Pembahasan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

KARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Kersen (Muntingia calabura) Kersen berasal dari Amerika tropis dan banyak ditanam di kebun sebagai pohon peneduh. Kersen memiliki pohon yang kecil dengan tinggi 2-10 m. Rantingnya diselimuti rapat oleh rambut biasa yang halus dan oleh rambut kelenjar. Daunnya berseling, helaian daun tidak sama sisi, bulat telur bentuk lanset dengan ujung runcing bergerigi, berambut rapat terutama di bawah daun, lebarnya 4,5-14 kali 1,5-4 cm, tangkai daun pendek dan berambut seperti wol. Bunga berjumlah 1-3 menjadi satu di ketiak daun, berbilangan 5 dan berkelamin 2. Mahkota bunganya berbentuk bulat telur terbalik dan berwarna putih. Buahnya buni berwarna merah (Steenis, 2006). Taksonomi tumbuhan Muntingia calabura adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Superdivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Dikotil/berkeping dua) Ordo : Malvales Famili : Muntingiaceae Genus : Muntingia L. Spesies : M. calabura Pohon kersen termasuk pohon yang tumbuh cepat dan dapat tumbuh subur di lahan marginal. Tumbuhan ini mampu melakukan penyerbukan sendiri secara spontan, mampu memproduksi buah dan biji dalam jumlah besar sepanjang tahun serta memiliki laju perkecambahan biji yang tinggi (Figueiredo et al., 2008). Daun kersen mengandung flavonoid, tanin, dan saponin (Zakaria et al., 2010). Gambar 1. Daun Kersen (Muntingia calabura) Sumber : Smithsonian Tropical Research Institute (2003) 3

Saponin Saponin termasuk ke dalam golongan glikosida yang terdapat pada tanaman tinggi dan dapat menimbulkan buih bila dikocok. Glikosida adalah suatu senyawa yang bila dihidrolisis akan terurai menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Saponin memiliki rasa pahit atau getir dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan kolesterol. Sebagian besar saponin bereaksi netral (larut dalam air), beberapa ada yang bereaksi asam (sukar larut dalam air), sebagian kecil ada yang bereaksi basa. Saponin berdasarkan struktur aglikonnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu saponin sterol (steroid) dan saponin triterpen (triterpenoid). Saponin sterol bila dihidrolisis akan membentuk senyawa sterol, sedangkan saponin triperten bila dihidrolisis akan membentuk senyawa triterpen (Sirait, 2007). Saponin mempunyai pengaruh yang lebih menguntungkan pada ternak ruminansia dibandingkan pada ternak non ruminansia. Pemberian bahan yang mengandung saponin dapat meningkatkan pertumbuhan, efisiensi pakan, dan kesehatan ternak dengan kemampuannya sebagai agen defaunasi. Kemampuan saponin sebagai agen defaunasi dapat menyebabkan penurunan total populasi protozoa rumen (Suparjo, 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa senyawa saponin asal tanaman yaitu teh (Hu et al., 2005) dan lerak (Suharti et al., 2010) dapat menekan pertumbuhan protozoa. CH 3 HO 3 17 HO 3 17 CH 3 Gambar 2. Struktur Saponin Steroid Gambar 3. Struktur Saponin Triterpenoid Sumber: Sirait (2007) Sumber: Sirait (2007) Tanin Tanin disebut juga zat samak yang memiliki sifat dapat menciutkan dan mengendapkan protein dari larutan dengan membentuk senyawa yang tidak larut (Sirait, 2007). Tanin merupakan polimer polifenolik yang dapat larut dalam air dengan berat molekuler yang relatif tinggi dan memiliki kemampuan untuk 4

membentuk senyawa kompleks dengan protein membentuk kelompok fenolik hidroksil yang besar. Tanin banyak terdapat pada hijauan pohon yang memiliki nutrisi baik, semak belukar, dan kacang-kacangan, buah-buahan serta biji-bijian. Tanin dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tanin terhidrolisa dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisa merupakan molekul kompleks dengan polyol sebagai intinya seperti glukosa, glusitol, asam quinic, quersitol, dan asam shikimic yang sebagian atau seluruhnya teresterifikasi dengan kelompok fenolik. Tanin terkondensasi merupakan sebagian besar dari polimer flavan-3-ol unit (epi)catechin dan (epi)gallocatechin yang berikatan dengan hubungan C4-C8 dan C4-C6 interflavoniod (Patra dan Saxena, 2010). Catechin Asam Gallic Gallocatechin Asam Ellagic Gambar 4. Unit Monomer Tanin Terkondensasi (Catechin dan Gallocatechin) dan Terhidrolisis (Asam Gallic dan Ellagic) Sumber: Patra dan Saxena (2010) Pengaruh umum tanin terhadap ruminansia yaitu dapat menurunkan pemanfaatan nutrien secara in vivo terutama dalam pemanfaatan protein oleh ternak, menurunkan tingkat pertumbuhan ternak, menurunkan palatabilitas dan konsumsi atau menurunkan berbagai aktivitas enzim. Tanin dapat bersifat racun dan dapat mengakibatkan kematian jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar (Makkar, 2003). 5

Mikroba Rumen Perut ruminansia terdiri dari 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Rumen merupakan saluran fermentasi terbesar pada ruminansia yang di dalamnya terdapat beberapa jenis mikroba. Mikroba tersebut memiliki hubungan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) dengan tubuh inangnya (ruminansia). Mikroba rumen mendapatkan makanan dari pakan yang masuk ke saluran pencernaan inangnya, sementara mikroba tersebut membantu dalam mencerna pakan inangnya (Dehority, 2004). Mikroba rumen dibagi menjadi 4 kelompok utama yaitu bakteri, protozoa, jamur, dan bakteriophage atau virus. Disamping itu terdapat amoeba yang populasinya belum diketahui secara pasti (Soetanto, 2004). Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas populasi mikroba rumen adalah temperatur, ph, kapasitas buffer, tekanan osmotik, kandungan bahan kering, dan potensial oksidasi reduksi. Temperatur di dalam rumen relatif konstan yaitu 38-40 o C sedangkan ph normal rumen sekitar 5,5-7,0 dengan komposisisi rasio pakan normal (Dehority, 2004). Bakteri merupakan biomasa terbesar di dalam rumen, terdapat sekitar 50% dari total bakteri hidup bebas dalam cairan rumen serta sekitar 30%-40% menempel pada partikel makanan. Bakteri rumen punya peran yang besar dalam membantu mencerna pakan (Soetanto, 2004). Spesies-spesies bakteri dan protozoa yang berbeda saling berinteraksi di dalam rumen melalui hubungan simbiosis dan menghasilkan produk-produk yang khas seperti selulosa, hemiselulosa, dan pati melalui pencernaan polimer tumbuhan. Bakteri-bakteri tertentu yang bertanggung jawab terhadap proses fermentasi pregastric membentuk asetat, propionat, butirat, CO 2, dan H 2. Metanogen mempergunakan CO 2, H 2, dan format untuk membentuk metana. Beberapa spesies memproduksi amonia dan asam lemak terbang berantai cabang dari asam-asam amino tertentu. Beberapa organisme mengeluarkan urease untuk memecah urea sehingga menjadi amonia dan CO. Bakteri juga mensintesis vitamin-vitamin golongan B kompleks (Arora, 1989). Protozoa bersifat anaerob. Apabila kadar oksigen maupun nilai ph isi rumen tinggi, maka protozoa tidak dapat membentuk cyste untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang jelek, sehingga dengan cepat akan mati (Arora, 1989). Protozoa memiliki jumlah yang lebih sedikit daripada bakteri. Protozoa memiliki ukuran tubuh 6

lebih besar sehingga total biomasanya hampir sama dengan bakteri (McDonald et al., 2002). Jumlah protozoa dalam rumen sangat beragam menurut jenis makanan, umur, dan jenis hewan yang menjadi inangnya. Biasanya jumlah protozoa ciliata adalah 10 5 per ml pada makanan berserat kasar tinggi, namun jumlah ini meningkat menjadi 10 6 per ml pada adaptasi terhadap gula-gula terlarut (Arora, 1989). Banyak bukti yang menunjukkan bahwa interaksi antara bakteri dan protozoa di dalam rumen lebih bersifat kompetitif. Protozoa memangsa bakteri yang terdapat pada cairan rumen dan mencernanya sebagai sumber asam amino bagi pertumbuhannya. Akibatnya populasi bakteri akan berkurang sehingga laju kolonisasi partikel makanan di dalam rumen akan berkurang juga (Soetanto, 2004). Setiap individu protozoa dapat memangsa bakteri dengan kecepatan antara 60-700 bakteri/protozoa/jam pada kondisi kepadatan bakteri 10 9 sel/ml (Arora, 1989). Pencernaan bakteri dalam sel protozoa berkisar antara 345 1200 bakteri/protozoa/jam. Populasi jamur rumen (zoospores) telah dilaporkan meningkat setelah defaunasi (menghilangkan protozoa dari rumen) yang dapat meningkatkan daya cerna serat kasar secara nyata 6-10 unit/24 jam. Disamping itu jumlah bakteri juga meningkat apabila protozoa dihilangkan dari rumen (Soetanto, 2004). Amonia (NH 3 ) Seluruh protein yang terkandung dalam pakan akan dihidrolisa oleh mikroba rumen menjadi asam amino. Hidrolisa protein menjadi asam amino tersebut diikuti oleh proses deaminasi untuk membebaskan amonia. Sumber lain amonia adalah dari hidrolisa urea atau garam-garam amonium lain yang dapat berasal dari saliva maupun pakan (Arora, 1989). Proses metabolisme protein pada rumen ruminansia dapat dilihat pada Gambar 5. Amonia merupakan sumber nitrogen utama yang penting untuk sintesis protein mikroba. Bakteri yang mampu memanfaatkan amonia sebagai sumber energi disebut bakteri penitrifikasi (Dehorty, 2004). Menurut Arora (1989), amonia yang dibebaskan dari urea atau garam-garam amonium tersebut dapat menggantikan protein makanan sampai 50%. Amonia dibebaskan di dalam rumen selama proses fermentasi dalam bentuk ion NH 4 maupun dalam bentuk tak terion sebagai NH 3. Sebanyak 82% mikroba rumen dapat tumbuh dengan NH + 4 sebagai sumber N dan 25% memerlukan NH + 4 sebagai satu-satunya sumber N. Secara kuantitatif kadar 7

amonia dalam cairan rumen adalah penting karena pemakaian amonia oleh mikroba terus meningkat mencapai 5 mm (8,5mg/100 ml). Rumen Pakan Protein Non-protein N Kelenjar Saliva Protein tidak terdegradasi Protein terdegradasi Non-protein N Peptida Asam Amino Protein mikroba Digesti di dalam usus halus NH 3 Hati NH 3 Urea Ginjal Diekskresi melalui urin Gambar 5. Proses Metabolisme Protein dalam Rumen Ternak Ruminansia Sumber: McDonald et al. (2002) Amonia yang dihasilkan dari proses hidrolisa protein tidak semuanya disintesis menjadi protein mikroba, namun sebagian akan diserap ke dalam darah. Amonia yang tidak terpakai akan dibawa ke hati yang diubah menjadi urea, sebagian dikeluarkan melalui urin serta yang lain dibawa ke kelenjar saliva. Konsentrasi amonia yang optimum dalam menunjang proses sintesis mikroba sangat bervariasi berkisar antara 6-21 mm. Faktor utama yang mempengaruhi penggunaan amonia yaitu ketersediaan karbohidrat dalam ransum yang berfungsi sebagai energi untuk pembentukan protein mikroba (McDonald et al., 2002). Kadar amonia dalam rumen merupakan petunjuk antara proses degradasi dan sintesis protein oleh mikroba di dalam rumen. Pakan yang defisien akan protein atau 8

proteinnya tahan degradasi memiliki konsentrasi amonia yang rendah dalam rumen serta pertumbuhan mikroba rumen akan lambat yang menyebabkan turunnya kecernaan pakan (McDonald et al., 2002). Volatile Fatty Acid (VFA) Karbohidrat yang terkandung dalam ransum pakan akan dipecah di dalam rumen ruminansia. Karbohidrat yang berbentuk polisakarida akan dihidrolisa menjadi monosakarida oleh enzim-enzim mikroba rumen. Monosakarida tersebut seperti glukosa, difermentasi menjadi VFA (asam lemak terbang) berupa asetat, propionat dan butirat, serta gas CH 4, dan CO 2. Selulosa Pati Selubiosa Glukosa-1-phosphat Glukosa-1-phosphat Pektin Asam Uronat Maltosa Glukosa Isomaltosa Sukrosa Hemiselulosa Pentosa Fruktosa-6-phosphat Fruktosa Fruktan Fruktan-1,6-diphosphat Asam Piruvat Format Asetil Laktan Oksaloasetat Metilmalonil Malonil Asetoasetil Laktil Malat CO 2 H 2 Metan Asetil Phosphat β-hidroksibutiril Akrilil Fumarat Krotonil Propionil Suksinat Suksinil Butiril Asetat Butirat Propionat Gambar 6. Proses Metabolisme Karbohidrat dalam Rumen Ternak Ruminansia Sumber: McDonald et al. (2002) 9

VFA akan diserap melalui dinding rumen, sementara gas CH 4 dan CO 2 akan hilang melalui proses eruktasi. Sekitar 75% dari produksi total VFA yang akan diserap langsung oleh retikulo-rumen yang masuk ke darah, sekitar 20% VFA diserap di abomasum dan omasum serta sekitar 5% diserap oleh usus halus (McDonald et al., 2002). Arora (1989) menyatakan bahwa VFA merupakan sumber energi utama bagi ruminansia. Glukosa pada ruminansia diabsorpsi dari saluran pencernaan dalam jumlah kecil, dan kadarnya di dalam darah dipertahankan melalui sintesa endogenous untuk keperluan fungsi-fungsi esensial jaringan tubuh. Produksi VFA cairan rumen berkisar antara 70-150 mm. Konsentrasi VFA yang dihasilkan tergantung dari jenis pakan yang dikonsumsi ternak (McDonald et al., 2002). Proses fermentasi karbohidrat pada rumen ternak ruminansia dapat dilihat pada Gambar 6. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Kecernaan pakan dapat didefinisikan sebagai bagian pakan yang tidak diekskresikan dalam feses sehingga diasumsikan bagian tersebut diserap oleh tubuh ternak. Kecernaan dinyatakan dengan dasar bahan kering (McDonald et al., 2002). Tingkat pencernaan merupakan fungsi waktu pencernaan dan waktu yang tersedia bagi pakan untuk dicerna. Absorpsi total neto pakan ditentukan oleh selisih antara yang masuk (inflow) dan yang keluar (outflow) pada setiap seksi saluran pencernaan. Kecernaan dapat dihitung dengan berbagai teknik. Salah satunya adalah teknik in vitro yang harus mirip dengan in vivo agar sedapat mungkin menghasilkan pola yang sama. Kadar substrat harus berkisar antara 0,5-0,15 gram per pakan hijauan sehingga cukup untuk menjalankan kecepatan fermentasi yang normal di dalam sistem pencernaan. Media harus mengandung sumber energi, namun di dalam evaluasi makanan hijauan sumber energi tersebut dihindari dan tidak ditambahkan ke dalam sistem. Substrat penting lainnya yang diperlukan dalam sistem in vitro ini adalah sumber nitrogen (Arora, 1989). Tilley dan Terry (1963) memperkenalkan metode two stage yang paling banyak digunakan untuk mengukur kecernaan secara in vitro. Tahap pertama dari metode ini adalah inkubasi dalam larutan buffer cairan rumen selama 48 jam dalam kondisi anaerob. Tahap kedua adalah pemberian pepsin dan inkubasi selama 48 jam. 10