PENETAPAN KADAR FLAVONOID METODE AlCl3 PADA EKSTRAK METANOL KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN JUMLAH FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL DAUN BUAH MERAH (PANDANUS CONOIDEUS LAMK.) SECARA KOLORIMETRI KOMPLEMENTER

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009

ANALISIS KADAR FLAVONOID TOTAL PADA EKSTRAK DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA L.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Julia Ratnawati, Yesi Desmiaty, Iin Inayati JURUSAN FARMASI UNJANI CIMAHI ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

ABSTRAK. Kata kunci : Flavonoid, fase n-butanol, Averrhoa bilimbi Linn, oxalidaceae, penapisan fitokimia, spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

RatnaDjamil, WiwiWinarti, Indah Yuniasari FakultasFarmasiUniversitasPancasila, Jakarta 12640,Indonesia

TELAAH FITOKIMIA HERBA KENCANA UNGU (Ruellia tuberosa L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

KARTIKA JURNAL ILMIAH FARMASI, Des 2014, 2 (2), 45-49 45 ISSN 2354-6565 PENETAPAN KADAR FLAVONOID METODE AlCl3 PADA EKSTRAK METANOL KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) Dyah Nur Azizah, Endang Kumolowati, Fahrauk Faramayuda Kelompok Keahlian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Jenderal Sudirman PO BOX 148 Cimahi dna.dyahnurazizah99@gmail.com ABSTRAK Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia. Selama ini kulit buah kakao hanya merupakan limbah yang kurang dimanfaatkan. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ekstrak metanol kulit buah kakao memiliki senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid dan tanin. Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa yang terbukti dapat digunakan sebagai antioksidan, antikanker, dan antidepresan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar flavonoid dengan metode kolorimetri menggunakan pereaksi AlCl 3 dari ekstrak metanol kulit buah kakao. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit buah kakao memiliki senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid, polifenol, tanin, saponin, kuinon, monoterpenoid, dan seskuiterpenoid. Kadar flavonoid yang ditunjukkan dengan menggunakan metode AlCl 3 adalah sebesar 0,2371±0,0004 %. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol kulit buah kakao memiliki kadar flavonoid sebesar 0,2371±0,0004 %. Kata kunci : Theobroma cacao L., flavonoid, AlCl 3. ABSTRACT Cocoa (Theobroma cacao L.) is one of the leading commodity in Indonesia. During this time only the rind cocoa waste underutilized. Previous research states that the methanol extract of cocoa fruit rind has a secondary metabolites such as flavonoids and tannins. Flavonoids are a class of compounds that are proven to be used as an antioxidant, anticancer, and antidepressant. The purpose of this study was to determine the levels of flavonoids with colorimetric method using reagents AlCl 3 of methanol extract of cocoa fruit. The results showed that the methanol extract of cocoa fruit rind has a secondary metabolites are alkaloids, polyphenols, tannins, saponins, quinones, monoterpenoid, and sesquiterpenoids. Level of flavonoids are indicated by using AlCl 3 is equal to 0.2371 ± 0.0004 %. From this study it can be concluded that the methanol extract of the fruit rind cocoa flavonoids levels of 0.2371 ± 0.0004%. Key word : Theobroma cacao L., flavonoid, AlCl 3. PENDAHULUAN Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia. Kulit buah kakao merupakan limbah utama dari pengolahan biji kakao yaitu mencapai 70% dari keseluruhan buah, mengandung air sekitar 85%, serat kasar 27%, dan protein 8%, ada juga yang menyebutkan bahwa setiap ton biji kakao kering menghasilkan hasil ikutan 10 ton kulit buah kakao segar (Purnama, 2004). Selain buahnya yang memiliki manfaat sebagai antidepresan, antikanker dan antioksidan, kulit buah kakao juga memiliki manfaat sebagai antioksidan karena mengandung theobromin sekitar 0,4% b/b dan kalium 3-4% b/b dalam bahan kering, campuran dari flavonoid yang terpolimerasi atau terkondensasi meliputi antosianidin, katekin, leukoantosianidin yang kadang berikatan dengan glukosa, monosakarida dan polisakarida yang meliputi pektin, gom, dan selulosa (Listyannisa, 2012).

46 Kartika J. Ilm. Far, Des 2014, 2 (2), 45-49 Penelitian sebelumnya, diketahui bahwa telah dilakukan isolasi terhadap senyawa flavonoid dari kulit buah kakao yang memiliki aktivitas antioksidan. Dengan demikian dapat ditentukan kadar flavonoid yang terkandung dalam kulit buah kakao tersebut (Listyannisa, 2012). Flavonoid merupakan salah satu senyawa antioksidan golongan fenolik alam yang terbesar dan terdapat dalam semua tumbuhan, sehingga dapat dipastikan terdapat flavonoid pada setiap telaah ekstrak tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan flavonoid pada kulit buah kakao. Metode penetapan kadar flavonoid yang digunakan adalah metode kolorimetri menggunakan pereaksi AlCl 3. METODE PENELITIAN Alat Penelitian. Timbangan analitik (Sartorius BL 210S), mikroskop, kaca objek dan kaca penutup, krus silika, kompor pengarang (Akebono), tanur (Thermolyne), perangkat alat gelas, mortir dan stamper, rotary evaporator (Dragon LAB RE-10 Pro), penangas air (JEIO TECH BW-20E), alat destilasi, oven (Memmert), desikator, alat soxhlet, mikropipet, rak tabung reaksi kecil, sentrifugator, Spektrofotometri Uv-Vis (Shimadzu Uv-1700 Pharmaspec), inkubator, dan stopwatch. Perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan steril, masker, jas lab). Bahan Uji. Kulit buah kakao yang diperoleh dari perkebunan rakyat di Desa Rajamandala. Cipatat, Jawa Barat. Bahan Kimia. Toluen P, etanol, akuades, kertas saring, quersetin, metanol pro analisis, etanol pro analisis (Merk), aluminium klorida (AlCl 3), kalium asetat (CH 3COOK), kalium hidroksida (KOH), asam klorida (HCl), spirtus, kloralhidrat, pereaksi Dragendorf, pereaksi Mayer, ammonium hidroksida (NH 4 OH) encer, kloroform, serbuk Magnesium, amil alkohol, pereaksi besi (III) klorida, natrium sulfat (Na 2 SO 4 ), larutan gelatin 1%, eter, pereaksi vanillin-asam sulfat 10%, pereaksi Lieberman-Bouchard, kertas saring, kertas saring bebas abu, dan aluminium foil. Penyiapan Simplisia. Buah kakao yang sudah masak dipanen yang ditandai dengan mulai menguningnya buah saat dipetik. Sebelum dilakukan pengolahan, buah dideterminasi terlebih dahulu di Herbarium Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB. Buah dicuci, lalu dibiarkan dahulu selama 5 hari untuk memudahkan pelepasan biji dari kulit buahnya. Kulit buah kakao kemudian dirajang, dikeringkan dengan cara dianginangin selama satu minggu. Simplisia kemudian digiling dan disimpan dalam wadah plastik yang bersih dan diberi silika. Karakteristik Simplisia. Dilakukan pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik simplisia, kadar sari, kadar abu dan kadar air dari simpisia. Penapisan Fitokimia. Penapisan fitokimia simplisia dan ekstrak meliputi pemeriksaan golongan senyawa alkaloid, flavonoid, kuinon, tanin dan polifenol, saponin, steroid dan triterpenoid, serta monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Ekstraksi. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan alat soxhlet dengan melarutkan 300 g simplisia dengan 1,2 L 1,5 L pelarut metanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap hampa putar (rotavapor) sampai diperoleh ekstrak pekat lalu diuapkan diatas penangas air sehingga menjadi ekstrak kental. Penetapan Kadar Flavonoid Metode Kolorimetri AlCl 3. 1. Pembuatan Kurva Standar Quersetin Quersetin ditimbang sebanyak 25 mg dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml, kemudian ditambahkan etanol 80% sampai 25 ml (larutan induk 1000 μg/ml). Kemudian dibuat serangkaian larutan standar 20 μg/ml, 40 μg/ml, 60 μg/ml, 80 μg/ml dan 100 μg/ml. Dipipet masing-masing sejumlah 0,5 ml dari larutan standar ditambah dengan 1,5 ml etanol 95%, 0,1 ml aluminium klorida (AlCl 3 ) 10%, 0,1 ml kalium asetat 1 M dan ditambahkan akuades 2,8 ml. Setelah itu diinkubasi selama 30 menit pada suhu 25 o C. Serapannya diukur pada λ 434,2 nm menggunakan spektrofotometer Uv-Vis. Kemudian dibuat kurva kalibrasi dengan

Kartika J. Ilm. Far, Des 2014, 2 (2), 45-49 47 menghubungkan nilai serapan sebagai koordinat (Y) dan konsentrasi larutan standar sebagai absis (X). 2. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Metanol Ekstrak metanol kulit buah kakao diambil 5,0 g kemudian ditambah 25 ml metanol. Kemudian diaduk selama 24 jam menggunakan alat pengaduk pada kecepatan 200 rpm, kemudian disaring dan filtrat yang diperoleh ditambah metanol sampai 25 ml. 3. Penentuan Kadar Flavonoid Larutan blanko dibuat dengan mengganti larutan standar dengan etanol 0,5 ml. Ditambah dengan 1,5 ml etanol 95%, 0,1 ml aluminium klorida (AlCl 3 ) 10%, 0,1 ml kalium asetat 1 M dan ditambahkan akuades 2,8 ml. Setelah itu diinkubasi selama 30 menit pada suhu 25 o C. Setiap pengukuran serapan dibandingkan terhadap blanko. Larutan uji berisi 1,0 ml ekstrak metanol dipipet, kemudian ditambah etanol sampai 10 ml dalam labu ukur. Sejumlah 0,5 ml larutan kemudian ditambah dengan 1,5 ml etanol 95%, 0,1 ml aluminium klorida (AlCl 3 ) 10%, 0,1 ml kalium asetat 1 M dan ditambahkan akuades 2,8 ml. Setelah itu diinkubasi selama 30 menit pada suhu 25 o C. Serapannya diukur pada λ 434,2 nm menggunakan spektrofotometer Uv-Vis. Pengujian dilakukan secara triplo.kadar flavonoid dapat dihitung menggunakan rumus : c x V x f x 10 6 F = x100% m Keterangan : F : jumlah flavonoid metode AlCl 3 c : kesetaraan Quersetin (μm/ml) V : volume total ekstrak f : faktor pengenceran m : berat sampel (g) HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Simplisia. Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar abu, kadar sari dan kadar air dari simplisia. Pemeriksaan makroskopik merupakan pemeriksaan organoleptik (Tabel 1). Tabel 1. Pemeriksaan Makroskopik Kulit Buah dan Simplisia Kakao Jenis Pemeriksaan Keterangan Kulit Buah : kuning kecoklatan Warna Simplisia : coklat kehitaman Bau Bau khas Rasa Pahit Panjang : ±18 cm Ukuran Buah Lebar : ±9 cm Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan bantuan mikroskop binocular menggunakan pelarut kloralhidrat dengan perbesaran 100 kali. Hasil pemeriksaan mikroskopik pada kulit buah kakao segar menunjukkan bagian epikarp yang terdiri dari sel-sel batu (Gambar 1). Sedangkan hasil pemeriksaan mikroskopik pada serbuk simplisia kulit buah kakao menunjukkan fragmen pengenal lainnya yaitu rambut penutup (Gambar 2). Gambar 1. Kumpulan sel batu Gambar 2. Rambut penutup Karakteristik simplisia yang meliputi penetapan kadar abu, kadar sari dan kadar air dilakukan untuk mengetahui kualitas simplisia sehingga kriteria umum kualitas simplisia yang digunakan untuk penelitian ini dapat terpenuhi (Tabel 2). Berdasarkan hasil penetapan kadar abu, kadar abu larut air lebih besar dibanding kadar abu tak larut asam. Kadar abu larut air menunjukkan adanya abu

48 Kartika J. Ilm. Far, Des 2014, 2 (2), 45-49 fisiologis seperti alkali dan alkali tanah seperti magnesium, natrium dan kalsium dalam bentuk trioksida yang terdapat dalam simplisia. Sedangkan kadar abu tak larut asam menunjukkan banyaknya abu non fisiologis seperti silika, tanah dan pasir dalam simplisia. Berdasarkan hasil penetapan kadar sari diketahui bahwa senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia lebih banyak tersari ke dalam pelarut air dibandingkan dengan pelarut etanol. Seangkan berdasarkan hasil penetapan kadar air diketahui bahwa simplisia memenuhi persyaratan kadar air dibawah 10% (Depkes RI, 1985). Tabel 2. Karakterisasi Simplisia Jenis Karakterisasi Keterangan Penetapan Kadar Abu : Kadar Abu Total 7,4109±0,1030%v/b Kadar Abu Larut Air 4,8542±0,1177%b/b Kadar Abu Tak Larut Asam 0,454 ±0,0420 %b/b Penetapan Kadar Sari : Kadar Sari Larut Air 22,6917±0,3883%b/b Kadar Sari Larut Etanol 5,206 ±0,2649%b/b Penetapan Kadar Air 5,2068±0,2649%v/b Penapisan Fitokimia. Hasil penapisan fitokimia dari simplisia menunjukkan hasil yang sama dengan ekstrak metanol kulit buah kakao. Keduanya mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, tannin, polifenol, saponin, monoterpenoid dan seskuiterpenoid juga senyawa kuinon (Tabel 3). Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia Golongan Senyawa Simplisia Ekstrak Metanol Alkaloid + + Flavonoid + + Tanin + + Polifenol + + Saponin + + Kuinon + + Steroid dan Triterpenoid - - Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid + + antara aluminium klorida dengan gugus keto pada atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari golongan flavon dan flavonol. Senyawa yang digunakan sebagai standar pada penetapan kadar flavonoid ini adalah quersetin, karena quersetin merupakan flavonoid golongan flavonol yang memiliki gugus keto pada atom C-4 dan juga gugus hidroksil pada atom C-3 dan C-5 yang bertetangga. Gambar 3. Pembentukan senyawa kompleks quersetin-alumunium klorida Pengukuran serapan panjang gelombang maksimum dilakukan pada rentang sekitar 400-800 nm. Panjang gelombang maksimum yang dihasilkan adalah 434,5 nm pada konsentrasi 60 μg/ml, panjang gelombang maksimum tersebut kemudian digunakan untuk mengukur serapan kurva kalibrasi dan sampel ekstrak metanol kulit buah kakao. Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi linier yaitu y = 0,0056x + 0,0068 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,9993. Nilai r yang mendekati 1 menunjukkan kurva kalibrasi linier dan terdapat hubungan antara konsentrasi larutan quersetin dengan nilai serapan. Pada penetapan kadar flavonoid, penambahan kalium asetat adalah untuk mendeteksi adanya gugus 7-hidroksil sedangkan perlakuan inkubasi selama 30 menit yang dilakukan sebelum pengukuran dimaksudkan agar reaksi berjalan sempurna, sehingga memberikan intensitas warna yang maksimal. Penetapan kadar flavonoiddari ekstrak metanol kulit buah kakao dilakukan secara troplo dan didapatkan adalah sebesar 0,2371±0,0004 % (Tabel 4). Penetapan Kadar Flavonoid Metode Kolorimetri AlCl 3. Prinsip penetapan kadar flavonoid metode aluminium klorida adalah terjadinya pembentukan kompleks

Kartika J. Ilm. Far, Des 2014, 2 (2), 45-49 49 Tabel 4. Hasil pengukuran kadar flavonoid metode AlCl 3 Serapan Konsentrasi Kadar (μg/ml) Flavonoid 0.2749 47.8750 0.2368 0.2756 48.0000 0.2374 0.2753 47.9464 0.2372 Rerata Kadar Flavonoid 0.2371 SD 0.0004 % SD 0.1276 KESIMPULAN Karakteristik dari simplisia kulit buah kakao, yaitu kadar abu total sebesar 7,4109 ± 0,1030 % b/b, kadar sari laurt air sebesar 22,6917 ± 0,3883 % b/b, kadar sari larut etanol sebesar 5,2068 ± 0,2649 % b/b dan kadar air sebesar 5,2068 ± 0,2649 % v/b. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak metanol kulit buah kakao mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin katekat, tanin galat, saponin, kuinon, monoterpenoid, dan seskuiterpenoid. Kadar flavonoid golongan flavon dan flavonol pada ekstrak metanol kulit buah kakao yang ditunjukkan dengan metode aluminium klorida adalah sebesar 0,2371±0,0004 %. DAFTAR PUSTAKA Chang, C.C., Yang, M.H., Wen, H.M., dan Chernn J.C., 2002, Estimation of Total Flavonoid Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric Methods, Journal of Food and Drug Analysis. 178-182. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978, Materia Medikia Indonesia Jilid IV, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. 327. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. 10-11. Listyannisa, A., 2012, Isolasi Senyawa Antioksidan dari Kulit Buah Coklat (Theobroma cacao L.), Skripsi, Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi. Purnama, I.N., 2004, Kajian Potensi Isolat Kapang Pemecah Ikatan Tanin Pada Kulit Buah Kakao (Theobromti cacao L.), Skripsi, Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Departemmen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saifudin, A., Rahayu, V., dan Teruna, H.Y., 2011, Standarisasi Bahan Obat Alam, Graha Ilmu, Yogyakarta. 4,26-27. Sudiarto, Soeharto, S., Febrina, Shinta., 2010, Efek Quercetin terhadap Kadar Adipocyte-Fatty Acid Binding Protein, Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.