JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

dokumen-dokumen yang mirip
KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

Program Studi DIII Rekam Medis & Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2013 ABSTRAK

TINJAUAN AKURASI KODE DIAGNOSA UTAMA MENURUT ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI BKPM WILAYAH SEMARANG PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

: DIKA BAYU SETIANTO NIM D

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Dan Ketepatan Kode Berdasarkan ICD-10 Pada

HUBUNGAN ANTARA SPESIFITAS PENULISAN DIAGNOSIS TERHADAP AKURASI KODE PADA RM 1 DOKUMEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008.

LAELA MIFTAHUL JANNAH

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 2 / September 2011

DAFTAR PUSTAKA. Abdelhak, M., Grostik, S., Hanken, M. A. (2001). Health Information Management of a Strategic Resource. Sydney: W B Saunders Company.

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PELAPORAN PENYAKIT TIDAK MENULAR RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2011

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Keywords: Quality assurance, qualitative and quantitative analysis, filling

TINJUAN PENGETAHUAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PENGISIAN FORMULIR RM.15 (RESUME KEPERAWATAN PASIEN KELUAR) DI RSUD TUGUREJO SEMARANGTAHUN 2014

QUANTITATIVE ANALYSIS OF THE MEDICAL RECORD DOCUMENT CASES OF STROKE HOSPITALIZATIONS FOURTH QUARTER OF 2012 IN THE HOSPITAL KRT SETJONEGORO WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA KODING/INDEKSING BPJS DENGAN METODE WISN DI RS. PANTI WILASA Dr.CIPTO SEMARANG TAHUN 2015

ABSTRACT. : Inpatient Medical Record Documents patients BPJS case SectioCaesaria, Review of Quantitative, Qualitative Review, Accuracy Code.

ANALISIS PERILAKU DOKTER DALAM MENGISI KELENGKAPAN DATA REKAM MEDIS LEMBAR RESUME RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UNGARAN TAHUN 2005

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS PARAMEDIS DAN NON PARAMEDIS TENTANG PENGKODEAN PENYAKIT DI PUSKESMAS MIJEN KOTA SEMARANG

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ASTRI SRI WARIYANTI J

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

ANALISA KETIDAKLENGKAPAN DATA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP PADA KASUS GASTROENTERITISDI RSU SINAR KASIH PURWOKERTO PERIODE TRIWULAN IV TAHUN 2012

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG PADA PERIODE BULAN MEI 2013 ARTIKEL

GAMBARAN PENGEMBALIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP RUANG VII TRIWULAN IV TAHUN 2013 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA

Shita Anindyta. PENDAHULUAN Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medis nomor 78 tahun 1991 tentang Penyelenggaraan

ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN WISN DI BAGIAN KODING INDEKSING RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2013

ABSTRACT. Keywords : Accreditation, KARS, APK 3.2, APK, APK 3.3 Bibliography : 19 ( ) ABSTRAK

DESCRIPTIVE ANALYSIS INDICATORS GROSS DEATH RATE ( GDR ) AND NET DEATH RATE ( NDR ) IN RSUD TUGUREJO SEMARANG

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS TERHADAP PELAYANAN DI TPPRJ RUMAH SAKIT TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

Kata Kunci PENDAHULUAN

ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF PASIEN RAWAT INAP PADA KASUS PENYAKIT HERNIA PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN 2014 DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

TINJAUAN KEBUTUHAN RAK FILE DOKUMEN REKAM MEDIS (DRM) RAWAT INAP DI RSUD DR. H. SOEWONDO KENDAL TAHUN 2016

ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015

analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013

ABSTRAK ANALISA KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP PENYAKIT DALAM PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2013 DI RS TELOGOREJO SEMARANG

Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 50131

Retno Mukti*), Arif Kurniadi**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

ANALISA KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA NEOPLASMA YANG SESUAI DENGAN KAIDAH KODE ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD

ABSTRAK TINJAUAN TATALAKSANA REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KEPOLISIAN PUSAT RADEN SAID SUKANTO DI JAKARTA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

ANALISA KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP RUANG AN NISA TRIWULAN I TAHUN 2012 DI RSU PKU MUHAMMADIYAH GUBUG

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KERJA PETUGAS ASSEMBLING DAN KODING BERDASARKAN TEORI WISN DI RSUD UNGARAN TAHUN 2016

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka

HUBUNGAN KUALIFIKASI PETUGAS FILING DENGAN KETEPATAN PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI RS BHAYANGKARA POLDA DIY ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Jurnal Riset Kesehatan KEAKURATAN PENENTUAN KODE UNDERLYING CAUSE OF DEATH BERDASARKAN MEDICAL MORTALITY DATA SYSTEM DI RSUD KOTA SALATIGA TAHUN 2016

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar

ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP PADA PERIODE TRIWULAN I DI RSUD UNGARAN TAHUN 2014

ANALISIS PELAKSANAAN RETENSI DAN PENYIMPANAN DOKUMEN REKAM MEDIS INAKTIF FILING RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG TAHUN 2016

ANALISIS KETEPATAN KODING YANG DIHASILKAN KODER DI RSUD UNGARAN

QUANTITATIVE AND QUALITATIVE ANALYSIS OF THE IN-PATIENT MEDICAL RECORD DOCUMENTS FOR PATIENTS WITH HYPERTENSION AT THE PANTI WILASA DR

ANALYSIS OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF MEDICAL RECORD OFFICER CODE OF DETERMINATION IN DISEASE AND INA CBGS Hospital DR. H. SOEWONDO KENDAL 2015

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

TINJAUAN ANALISIS KUANTITATIF TERHADAP PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUANGAN BEDAH INSTALASI RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA TRIWULAN I TAHUN 2017

TINJAUAN SISTEM PENOMORAN DI TPP RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dimiliki oleh suatu instansi. Man yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) adalah petugas yang bertanggung jawab mengisi formulir / berkas.

ANALISA KUANTITATIF TERHADAP KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP PADA BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT PANTI WILASA DR.CIPTO SEMARANG TRIWULAN IV

STUDI DESKRIPTIF KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP PADA KASUS BEDAH ORTHOPEDY DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PENYERAHAN DOKUMEN REKAM MEDIS DARI RAWAT INAP KE BAGIAN FILING DI RS PANTI WILASA DR.CIPTO SEMARANG TAHUN 2013

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

JENIS FORMULIR REKAM MEDIS

TINJAUAN PENERAPAN SIMPUS DI BAGIAN PENDAFTARAN DI PUSKESMAS MIJEN SEMARANG TAHUN Achmad Ardy Sudrjad

ANALISA KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP KASUS DEMAM THYPOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PEKALONGAN PADA PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB III METODE PENELITIAN

INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN :

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASAKAN BEBAN KERJA UNIT REKAM MEDIS RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT X THE LOANING INFORMATION SYSTEMS OF MEDICAL RECORDS DOCUMENT IN X HOSPITAL

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

ANALISA PELAKSANAAN INDEKS PENYAKIT PADA BAGIAN KODING/INDEKSING DI RSI KENDAL TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 2 No 1 - Januari 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

Aditia Novitasari *), ArifKurniadi, M.Kom **)

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

Transkripsi:

AKURASI KODE DIAGNOSIS UTAMA PADA RM 1 DOKUMEN REKAM MEDIS RUANG KARMEL DAN KARAKTERISTIK PETUGAS KODING RAWAT INAP RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS PERIODE DESEMBER 2009 Hetty Rahayu*), Dyah Ernawati**), Lily Kresnowati**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl.Nakula I No 5-11 Semarang Email:dyahernawatikhanza@yahoo.co.id ABSTRACT Background: Coding is one of the Medical Record services to support quality services in Hospital. Writing code disease was useful for getting information about group of disease and for an input to decision making for hospital management and getting reimbursement equal for provider health care services. Skill of staff in coding could determine accurate disease code. The aim of research is to examine accuracy main code diagnosis and characteristic of coding s staff in Mardi Rahayu Hospital, Kudus. Base on result survey on May, 2009, found code diagnosis was not accurate amount 10 % from 30 DRM (document of medical record). Method: Kind research is descriptive by using observation method and interview by cross sectional approach. Populations in research are all of code main diagnosis document medical record in Karmel room pe riod treatment December, 2009. The instrument is used check list, ICD-10 volume 1 and 3. Analysis of data used descriptive in narrative and tabulation form. Result: Base on result observation to main code diagnosis on 148 DRM showed 69.59% data was accurate and 30.41% was not accurate. Staff of coding has been work in coding part in one years ago, has education background Diploma III medical record and health information but they all have not ever follow training coding medical record. Training for coding and give advice to doctors by medical committee was recommended. Keywords: coding, accuracy 1

Akurasi Kode Diagnosis Utama... - Hetty R., Dyah E., Lily K. PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 749a/Menkes/Per/XII/1989, rumah sakit berkewajiban untuk melaksanakan pelayanan medis dan menyelenggarakan rekam medis. Sebagai penyelenggara rekam medis, setiap pasien dibuatkan suatu dokumen yang berisi mengenai keterangan, baik yang tertulis maupun terekam mengenai identitas, anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis serta segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatannya. Pelayanan tersebut memiliki bukti sah yang dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya rekam medis. Unit Rekam Medis meliputi beberapa pelayanan yaitu pelayanan TPPRJ, TPPRI, asembling, koding-indeksing, analising-reporting, dan filing. Salah satu sistem pelayanan rekam medis yang mendukung perbaikan kualitas data pelayanan di rumah sakit adalah koding. Koding mempunyai tugas pokok yaitu mengkode diagnosis penyakit, tindakan operasi, dan sebab kematian yang terdapat pada lembar masuk dan keluar pasien. Kemudian hasil kode tersebut dimasukkan ke masing-masing indeks yaitu indeks penyakit, indeks operasi, dan indeks kematian yang digunakan untuk membuat laporan. Penulisan kode penyakit berguna untuk mendapatkan informasi yang bernilai tentang kelompok penyakit atau laporan morbiditas yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan laporan statistik, bahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen Rumah Sakit, diantaranya untuk evaluasi mutu pelayanan, perencanaan sumber daya dan teknologi serta untuk mendapatkan reimbursement yang sesuai bagi jasa pelayanan kesehatan yang diberikan. Dokter dan petugas koding mempunyai peran penting dalam menentukan keakuratan kode dari suatu penyakit. Seorang dokter mempunyai kewajiban, hak dan tanggung jawab untuk menentukan diagnosis pasien. Jenis penyakit harus diisi lengkap dan jelas agar dapat dikode secara tepat oleh petugas koding. Dalam hal ini petugas koding harus memiliki ketrampilan dan pengetahuan tentang cara mengkode yang tepat serta mengetahui aturan-aturan pemberian kode yang sesuai dengan standar internasional ICD-10 agar dapat menghasilkan kode yang tepat. Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus telah menyelenggarakan rekam medis dan menggunakan ICD-10 sebagai pedoman dalam pelaksanaan koding penyakit. Semua diagnosis dikode berdasarkan ICD-10. Diantaranya adalah diagnosis utama yaitu diagnosis yang ditegakkan setelah dikaji, terutama bertanggung jawab dapat menyebabkan admission pasien ke rumah sakit. Pelaksanaan koding rawat inap di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus dilakukan oleh seorang petugas yang masa kerjanya baru satu tahun. Petugas koding harus mengkode DRM yang sudah lengkap setiap harinya rata-rata ada 60 DRM rawat inap. Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus belum pernah dilakukan penelitian keakuratan kode diagnosis utama dokumen rekam medis ruang Karmel. Ruang Karmel merupakan ruang perawatan yang khusus melayani kasus anak di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah peneliti lakukan secara acak pada bulan Mei 2009 ditemukan 3 ( 10 % ) dari 30 DRM yang diteliti, penulisan kode diagnosis utamanya tidak akurat. Berdasarkan alasan tersebut diatas penulis tertarik untuk mengambil judul dalam penelitian ini Akurasi Kode Diagnosis Utama Pada RM1 Dokumen Rekam Medis Ruang Karmel dan Karakteristik Petugas Koding Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus Periode Desember 2009. Pada penelitian ini dirumuskan tujuan 2

penelitian yaitu bagaimana akurasi kode diagnosis utama pada RM1 dokumen rekam medis ruang Karmel dan karakteristik petugas koding rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus periode Desember 2009. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan populasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara, sedangkan pendekatannya adalah cross sectional yaitu pengumpulan data variabel yang dilakukan pada saat bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kode diagnosis utama dokumen rekam medis ruang Karmel pada periode perawatan bulan Desember 2009. Instrumen penelitian ini adalah : 1. Chek list Untuk memasukkan kode yang sudah diperoleh dan mengetahui akurat atau tidaknya kode yang dihasilkan 2. Pedoman wawancara Untuk mendapatkan infomasi tentang karakteristik petugas koding dan kegiatan pengkodean Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Interview atau wawancara Suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab secara langsung kepada petugas koding rawat inap di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. 2. Observasi Teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap akurasi kode diagnosis utama pada RM1 di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Data yang sudah terkumpul dan diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan menggambarkan tingkat akurasi kode diagnosis utama dokumen rekam medis bangsal Anak dan karakteristik petugas koding rawat inap sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di bagian koding Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus pada bulan Desember 2009, dari Dokumen Rekam Medis ruang Karmel yang terdiri dari 148 DRM, akurasi kode diagnosis utama dapat dilihat dari tabel 4.1. Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kode diagnosis utama dokumen rekam medis ruang Karmel sebanyak 148 DRM, dijumpai 103 kode diagnosis utama akurat dan 45 kode diagnosis utama tidak akurat. Dari 148 DRM yang diteliti, kasus yang paling banyak adalah kasus diare dan gastroenteritis, yaitu 65 DRM ( 43.92 % ) dan dari kasus diare dan gastroenteritis, kode diagnosis utama yang tidak akurat adalah 33 DRM ( 50.77 % ) atau 73,33 % dari 45 DRM yang tidak akurat. Jadi ketidakakuratan paling tinggi adalah pada kasus diare dan gastroenteritis. Ketidakakuratan umumya disebabkan karena Tabel 4.1 Akurasi kode diagnosis utama dokumen rekam medis ruang Karmel Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus bulan Desember 2009 Akurasi Kode Akurat 103 (69,59%) Tidak akurat 45 (30,41%) Jumlah 148 (100%) Kode diagnosis utama 3

Akurasi Kode Diagnosis Utama... - Hetty R., Dyah E., Lily K. 120 100 80 60 40 20 0 103 45 akurat tidak akurat Grafik 4.1 Akurasi kode diagnosis utama petugas kurang teliti dalam melihat dan menganalisa formulir-formulir pendukung. Misalnya kode diagnosis utama seharusnya diberi kode K52.9 untuk gastroentritis dengan pemeriksaan laboratorium leukosit darah dan faeses normal, petugas memberi kode A09. Menurut petugas, diagnosis dianggap gastroentritis tidak spesifik dapat dimasukkan kode A09. Petugas tidak meneliti formulir hasil laboratoriumnya. Petugas juga kurang memperhatkan keterangan lain yang tercantum pada formulir penunjang seperti formulir anamnesa dan pemeriksaan fisik yang menggambarkan kondisi atau lokasi yang lebih spesifik. Seperti contoh pada kasus combustio gr II 26 %, petugas memberi kode T31.2, yang seharusnya diberi kode T21.2 karena sudah dapat diketahui lokasi combutio pada dada. Apabila ada keterangan yang menunjukkan kondisi atau lokasi yang lebih spesifik harus diberi kode yang lebih spesifik. Selain karena kurang teliti, petugas merasa kesulitan dalam membaca tulisan dokter yang tidak jelas dan menggunakan singkatan atau istilah yang tidak lazim. Petugas yang terampil dan teliti dapat menghasilkan kode yang akurat. Di dalam Prosedur Tetap tidak disebutkan harus dikode sampai 4 karakter, tetapi dalam pelaksanaanya sudah dikode sampai 4 karakter. Meskipun dijumpai beberapa kode tidak spesifik, hal itu karena diagnosis yang ditulis oleh dokter memang tidak ada konfirmasi lebih lanjut. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh petugas koding sangat mendukung dalam pelaksanaan tugasnya. Petugas koding yang memiliki pengalaman kerja akan lebih cepat dan akurat dalam menyelesaikan tugasnya bila dibandingkan petugas koding yang belum berpengalaman. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh petugas koding sangat menentukan profesionalisme dan produktifitas dalam pekerjaan. Petugas koding rawat inap di Rumah Sakit Mardi Rahayu baru berkerja selama 1 tahun. Sehingga bila melihat hasil pengamatan tingkat akurasi kode diagnosis utama masih terdapat kode yang tidak akurat. Hal ini disebabkan karena petugas koding kesulitan dan belum terbiasa dalam membaca tulisan dokter serta tidak teliti dalam menganalisa formulir-formulir penunjang. Kualifikasi pendidikan Perekam Medis mempunyai kompetensi untuk menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai ICD-10, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 377/ Menkes/SK/III/2007. 4

Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas sehingga lebih percaya diri dalam menyelenggarakan tugasnya. Petugas koding rawat inap di Rumah Sakit Mardi Rahayu belum pernah mengikuti pelatihan tentang koding untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam menentukan kode morbiditas. Sehingga karena kurangnya ketrampilan petugas koding, dari hasil pengamatan akurasi kode diagnosis utama dijumpai kode yang tidak akurat. SIMPULAN 1. Kode diagnosis utama pada dokumen rekam medis bangsal Karmel Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus pada bulan Desember 2009 yang akurat sebanyak 103 DRM sedangkan yang tidak akurat sebanyak 45 DRM Tingkat akurasi kode diagnosis utama dalam prosentase yaitu 69.59 % akurat dan yang tidak akurat 30.41 %. 2. Karakteristik petugas koding rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, adalah : a. Petugas koding baru berkerja selama 1 tahun. Sehingga bila melihat dari hasil pengamatan dijumpai kode diagnosis utama yang tidak akurat. Hal ini disebabkan karena petugas koding kesulitan dan belum terbiasa dalam membaca tulisan dokter serta tidak teliti dalam menganalisa formulirformulir penunjang b. Petugas koding memiliki latar belakang pendidikan DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Dengan demikian petugas koding telah mempunyai kompetensi untuk menetapkan kode dan mengetahui aturan-aturan dalam menentukan kode morbiditas. c. Petugas koding belum pernah mengikuti pelatihan tentang koding untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam menentukan kode morbiditas. Sehingga karena kurangnya ketrampilan petugas koding, dari hasil pengamatan akurasi kode diagnosis utama dijumpai kode yang tidak akurat. Saran Peningkatan ketrampilan petugas koding dalam melakukan koding diagnosa utama serta monitoring dan evaluasi petugas koding guna mendukung keakuratann koding diagnosa utama DAFTAR PUSTAKA 1. Sofari, Bambang, PSRM, Sistem Rekam Medis Pelayanan Kesehatan, Modul, Semarang, 2006 2. Kresnowati, Lily, KPT I : General Coding, Modul, 2008 3. Depkes RI Direktorat Pelayanan Medik. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia Revisi II. Jakarta. 2006 4. World Health Organization, ICD-10, Volume 2 : Instruction Manual, Genewa, 1993 5. Menteri Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, Jakarta, 2007 6. Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Jakarta, 1996 7. Notoatmodjo, Soekidjo, Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta, 1993 5