DEPARTEMENISASI - BOP

dokumen-dokumen yang mirip
BIAYA OVERHEAD PABRIK

BIAYA OVERHEAD PABRIK TARIP TUNGGAL

METODE HARGA POKOK PESANAN

BAB II BIAYA OVERHEAD PABRIK Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya. Untuk itu suatu perusahaan menyelenggarakan akuntansi, guna memperoleh

Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik

Analisa Biaya Pemasaran

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza

AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK. Akuntansi Biaya TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 13 BIAYA OVERHEAD PABRIK: Departementalisasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dengan akuntansi secara umum sebagai berikut : organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK Anggaran,Aktual Dan Pembebanan

HARGA POKOK PROSES. Kasus:

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORI. biaya bukan merupakan tersendiri yang terpisah dari dua tipe tersebut, namun

BAB VIII AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB VIII ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

DEPARTEMENTALISASI BIAYA OVERHEAD PABRIK

HARGA POKOK PESANAN. Kasus:

BAB II BAHAN RUJUKAN

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11)

BAB II LANDASAN TEORI

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. DANAPERSADARAYA MOTOR INDUSTRY

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

Penganggaran Perusahaan 53 ANGGARAN PRODUKSI

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

PENENTUAN BIAYA PROSES: AKUNTANSI KERUGIAN PRODUKSI

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai

BAB II LANDASAN TEORI

COST ACCOUNTING MATERI-12 SISTEM BIAYA TAKSIRAN

Pertemuan 9 Penyusunan Anggaran BOP (Biaya Overhead Pabrik)

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

Biaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai.

Jurusan Akuntansi Unika Soegijapranata

langsung Biaya Tenaga kerja

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PERUSAHAAN ROTI UD. SHANIA BAKERY

Pert 4. Team Teaching

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

Gaji merupakan pembayaran kepada tenaga kerja/karyawan yg didasarkan pada rentang waktu seperti gaji mingguan, bulanan dan lain sebagainya.

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN)

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Penganggaran Perusahaan

VII. SIKLUS AKUNTANSI USAHA MANUFAKTUR

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

METODE HARGA POKOK PESANAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan.

SISTEM BIAYA TAKSIRAN A. PENGERTIAN DAN TUJUAN SISTEM BIAYA TAKSIRAN Pengertian Sistem Biaya Taksiran Sistem biaya taksiran adalah salah satu harga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Carter dan Usry (2009:58) menjelaskan bahwa biaya produksi

Transkripsi:

1 DEPARTEMENISASI - BOP Pada perusahaan yang pengolahan produk melalui beberapa tahap dan pengendalilan biaya dihubungkan dengan bagian atau departemen di dalam pabrik, maka pada perusahaan tersebut perlu mengadakan departemenisasi khususnya untuk elemen biaya overhead pabrik. Departemenisasi biaya overhead pabrik semakin penting pada pabrik yang mengolah produk atau pesanan yang tidak selalu melalui proses yang sama atau produk yang dihasilkan perusahaan memungkinkan untuk dijual sebelum diolah melalui semua tahapan pengolahan. Misalnya pada pabrik tekstil yang dapat menjual benang dan kain mori yang belum disempurnakan (mori gray). Departemenisasi biaya overhead pabrik adalah pembagian pabrik ke dalam bagianbagian yang disebut departemen atau pusat biaya (cost center) dimana biaya overhead pabrik akan dibebankan. Departemen di dalam pabrik dapat dikelompokkan menjadi dua departemen yaitu: 1. Departemen Produksi (Producing Department) Departemen produksi adalah bagian di dalam pabrik yang melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai atau pengolahan dari suatu bagian produk selesai, yang dihasilkan baik dengan tangan (manual) maupun dengan mesin. 2. Departemen Jasa atau Departemen Pembantu (Services Department) Departemen pembantu adalah bagian di dalam pabrik yang tidak melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai atau pengolahan dari suatu bagian produk selesai, akan tetapi bagian tersebut menghasilkan jasa yang dinikmati oleh bagian lain, baik departemen produksi maupun depertemen pembantu yang lain. Untuk tujuan pembebanan biaya overhead pabrik pada produk, tarip biaya overhead pabrik akan dihitung untuk setiap departemen produksi, sehingga produk akan dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai dengan departemen produksi yang dilaluinya, dan selisih biaya overhead pabrik akan dianalisa untuk setiap departemen produksi.

2 A. Tujuan Departemenisasi Biaya Overhead Pabrik Tujuan utama departemenisasi biaya overhead pabarik adalah sebagai berikut: 1. Untuk pembebanan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti. Produk akan dibebani biaya overhead pabrik sesuai dengan depertemen produksi yang dilalui yaitu sebesar tarip biaya overhead pabrik depertemen yang dilalui dikalikan kapasitas pembebanan yang diserap oleh suatu produk pada departemen produksi yang bersangkutan. 2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik. Departemenisasi diharapkan dapat dipakai sebagai dasar untuk meletakan tanggungjawab atas terjadinya biaya pada departemen tertentu, selisih biaya overhead pabrik yang terjadi akan dianalisa untuk depertemen tertentu. 3. Untuk pembuatan keputusan oleh manajemen Syarat atau kondisi-kondisi yang diperlukan supaya tujuan utama departemenisasi biaya overhead pabrik dapat dicapai adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan dalam menentukan jumlah departemen produksi dan depertemen pembantu. Depertemen yang dibentuk terlalu sedikit dapat mengakibatkan pembebanan yang kurang adil dan teliti, dari segi pengendalian menjadi kurang teliti pula. Departemen yang terlalu banyak akan menaikkan jumlah biaya dan waktu yang dikorbankan yang mungkin tidak sesuai dengan manfaatnya. 2. Pembagian departemen hendaknya selaras dengan pembagian struktur organisasi di dalam pabrik. 3. Dapat dipilih dasar distribusi, alokasi, maupun pembebanan yang tepat. 4. Penentuan dasar kapasitas dan besarnya kapasitas dengan tepat yang sesuai dengan variabilitas biaya overhead pabrik. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menentukan departemen-departemen di dalam pabrik adalah sebagai berikut: 1. Pembagian tanggungjawab atas pengolahan produk yang dihasilkan di dalam pabrik, serta atas biaya yang terjadi. 2. Sifat operasional dari setiap tahapan pengolahan produk dihubungkan dengan gerakangerakan yang dilalui produk di dalam pabrik. 3. Lokasi dari operasi, proses pengolahan, dan mesin. 4. Jumlah departemen atau pusat biaya yang tepat. 5. Penyesuaian mesin dan proses di setiap departemen atau pusat biaya.

3 B. Langkah-langkah Penetuan dan Penggunaan Departmenisasi Tarip BOP 1. Penentuan Tarip BOP Untuk Setiap Departemen Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penentuan tarip BOP untuk setiap departemen produksi adalah sebagai berikut: a. Menyusun anggaran setiap elemen biaya overhead pabarik Pada awal periode disusun anggaran setiap elemen biaya overhead pabrik yang digolongkan ke dalam elemen biaya tetap dan variabel. Contoh 1: penyusunan anggaran biaya overhead pabrik Anggaran BOP Elemen Biaya Biaya Variabel Biaya Tetap Jumlah Biaya Bahan penolong 80.000-80.000 Biaya tng. kerja tidak langsung 120.000 60.000 180.000 Penyusutan mesin - 100.000 100.000 Reparasi dan pemeliharaan mesin 50.000-50.000 Penyusutan bangunan - 30.000 30.000 Reparasi dan pemeliharaan bangunan 25.000-25.000 Bahan bakar 25.000 25.000 Asuransi mesin - 10.000 10.000 Jumlah 300.000 200.000 500.000 b. Penelitian awal periode Penelitian pabrik awal periode dilakukan setelah disusun anggaran BOP. Penelitian dilakukan sesuai dengan dasar distribusi, dasar alokasi, dan dasar pembebanan terhadap biaya overhead pabrik yang dianggarkan. Contoh 2: seperti pada contoh di atas, memiliki departemen di dalam pabrik meliputi Departemen Produksi I, Departemen Produksi II, Departemen Pembantu A, dan Departemen Pembantu B. Penelitian pabrik pada awal periode tahun 2010 adalah sebagai berikut: Departemen Luas Lantai (m 2 ) Penelitian Pabrik Awal Jumlah Karyawan (orang) Jam Tenaga Listrik Jam Kerja Langsung Jam Mesin Produksi I 300 45 5.000 20.000 15.000 Produksi II 500 45 3.000 30.000 10.000 Pembantu A 100 20 2.000 - - Pembantu B 100 10 2.500 - - Jumlah 1.000 120 12.500 50.000 25.000

4 c. Distribusi elemen biaya overhead pabrik Distribusi biaya overhead pabrik adalah pembagian setiap elemen biaya overhead pabrik ke setiap departemen yang ada di dalam pabrik, sesuai dengan terjadinya suatu biaya yang dinikmati oleh depertemen tertentu di dalam pabrik. Untuk kepentingan distribusi biaya overhead pabrik elemen BOP dikelompokkan menjadi: (1) Biaya overhead pabrik langsung departemen Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah elemen biaya overhead pabrik yang terjadinya dapat langsung diikuti jejaknya pada departemen tertentu di dalam pabrik. Jenis biaya ini dapat langsung dikumpulkan untuk setiap departemen di dalam pabrik. (2) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah elemen biaya overhead pabrik yang terjadinya tidak dapat langsung diikuti jejaknya pada departemen tertentu di dalam pabrik. Untuk mendistribusikan biaya ini pada setiap departemen diperlukan dasar distribusi yang sesuai dengan manfaat biaya yang bersangkutan. Penelitian pabrik awal periode memberikan informasi untuk distribusi biaya overhead pabrik tidak langsung tersebut. Untuk distribusi biaya overhead pabrik tidak langsung departemen, berikut ini diberikan contoh dasar distribusi dan biaya tidak langsung yang didistribusikan: Dasar distribusi Luas lantai Jumlah karyawan Jam tenaga listrik Nilai investasi aktiva tetap Jam tenaga kuda BOP tidak langsung departemen Biaya penyusutan bangunan Reparasi dan pemeliharaan bangunan Asuransi bangunan Pajak atas bangungan Gaji staf pabrik Jaminan makan dan kesehatan karyawan Listrik PLN Asuransi yang tidak dapat didistribusikan langsung Tenaga (power)

5 Contoh 3: seperti pada contoh di atas, distribusi elemen anggaran biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut: Distribusi Anggaran BOP Elemen biaya Variabel / Jumlah Biaya Departemen Produksi Departemen Pembantu Tetap I II B A Biaya Langsung Departemen Bahan penolong V 80.000 30.000 50.000 - - Tenaga kerja tidak langsung V 120.000 12.500 18.000 84.500 5.000 Penyusutan mesin T 100.000 33.500 39.500-27.000 Reparasi dan pemeliharaan mesin V 50.000 19.000 12.500-18.500 Bahan bakar V 25.000 - - - 25.000 Asuransi mesin T 10.000 5.000 3.000-3.000 Jumlah biaya langsung departemen 385.000 100.000 123.000 84.500 77.500 Biaya Tidak Langsung Departemen Tenaga kerja tidak langsung T 60.000 22.500 22.500 10.000 5.000 Penyusutan bangunan T 30.000 9.000 15.000 3.000 3.000 Reparasi dan pemeliharaan bangunan V 25.000 7.500 12.500 2.500 2.500 Jumlah biaya tidak langsung departemen 115.000 39.000 50.000 15.500 10.500 Jumlah biaya dianggarkan 500.000 139.000 173.000 100.000 88.000 Jumlah biaya tetap 200.000 70.000 80.000 13.000 37.000 Jumlah biaya variabel 300.000 69.000 93.000 87.000 51.000

6 a. Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi Masalah-masalah yang dihadapi dalam mengalokasikan biaya overehaead pabrik departemen pembantu tertentu departemen produksi dan ke departemen pembantu lainnya adalah sebagai berikut: (1) Memilih dasar alokasi BOP departemen pembantu yang adil dan teliti Dasar alokasi BOP yang dipilih haruslah dapat menggambarkan jasa yang dihasilkan oleh departemen pembentu tertentu yang biaya overhead pabriknya akan dialokasikan pada departemen produksi dan departemen pembantu lainnya. Selain itu, dasar alokasi BOP yang dipakai hendaknya praktis. Berikut ini diberikan beberapa contoh pedoman yang sifatnya umum, untuk dasar alokasi BOP departemen pembantu: Departemen Pembantu Pembantu listrik Pembangkit uap (boiler) Pengelolaan bahan (material handling) Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap Cafeteria (karyawan makan gratis) Air Poliklinik Air Conditioning (AC) Umum pabrik Dasar Alokasi BOP Jam tenaga listrik Ton tenaga uap Pemakaian bahan atau Biaya bahan Jam reparasi dan pemeliharaan, kecuali suku cadang dan supplies dialokasikan secara langsung Jumlah karyawan Liter air dikonsumsi Jumlaj karyawan Luas lantai, Jam pemakaian Jumlah karyawan (2) Memilih metode alokasi BOP departemen pembantu Penggunaan metode alokasi BOP yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan tarip BOP departemen produksi, oleh karena itu perlu di pilih salah satu dari beberapa metode alokasi BOP yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor: (a)keadilan dan ketelitian tarip BOP; (b)tarip BOP yang ditentukan dapat dipakai sebagai alat untuk pengendalian biaya; (c) kepraktisan metode alokasi BOP yang digunakan dalam suatu perusahaan. Beberapa metode alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi dan departemen pembantu lainnya adalah sebagai berikut: 1. Metode alokasi langsung Pada metode alokasi langsung, BOP departemen pembantu tertentu langsung dialokasikan ke departemen produksi tanpa melalui depertemen pembantu lainnya, meskipun departemen pembantu lainnya juga menikmati jasa dari departemen pembantu yang BOPnya dialokasikan.

7 Contoh 4: anggaran biaya overhead pabrik departemen pembantu (contoh 3) akan dialokasikan dengan menggunakan metode alokasi langsung. Berdasarkan penelitian pabrik awal tahun 2010, maka ditentukan dasar alokasi untuk Departemen Pembantu A berdasar jumlah karyawan dan Departemen Pembantu B berdasar jam tenaga listrik. Alokasi Anggaran BOP (Metode Alokasi Langsung) Keterangan Jumlah Dpaertemen Produksi Departemen Pembantu biaya I II A B Anggaran BOP sebelum alokasi 500.000 139.000 173.000 100.000 88.000 Alokasi Departemen B (berdasar jam tenaga listrik) 55.000 33.000 - (88.000) Alokasi Departemen A (berdasar jumlah karyawan) 50.000 50.000 (100.000) - Jumlah alokasi 105.000 83.000 Anggaran BOP setelah alokasi 500.000 244.000 256.000 2. Metode alokasi bertahap tidak bertimbal balik Pada metode bertahap tidak bertimbal balik digunakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a) BOP departemen pembantu disamping dialokasikan pada departemen produksi, juga dialokasikan pada depertemen pembantu lainnya yang menikmati jasa dari depertemen pembantu yang BOPnya dialokasikan. b) Harus ditentukan urutan atau tahapan alokasi BOP departemen pembantu. Penentuan urutan alokasi dapat dipakai pedoman besarnya jasa suatu departemen pembantu yang dinikmati departemen pembantu lainnya. Pedoman lainnya dapat dipakai perbandingan besarnya BOP departemen pembantu sebelum alokasi dari departemen pembantu lainnya. c) Dalam menyusun table alokasi BOP departemen pembantu, ketentuannya adalah departemen produksi diletakkan sebelah kiri dan departemen pembantu diletakkan sebelah kanan. Departemen pembantu yang dialokasikan pertama diletakkan pada kolom paling kanan demikian seterunya urutan kedua di kirinya.

8 Contoh 5: anggaran biaya overhead pabrik departemen pembantu (contoh 3) akan dialokasikan dengan menggunakan metode alokasi bertahap tidak bertimbal balik. Berdasarkan penelitian pabrik awal tahun 2010, maka ditentukan dasar alokasi untuk Departemen Pembantu A berdasar jumlah karyawan dan Departemen Pembantu B berdasar jam tenaga listrik. Alokasi Anggaran BOP (Metode Bertahap, Tidak Bertimbal Balik) Keterangan Jumlah Dpaertemen Produksi Departemen Pembantu biaya I II A B Anggaran BOP sebelum alokasi 500.000 139.000 173.000 100.000 88.000 Alokasi Departemen B (berdasar jam tenaga listrik) 44.000 26.400 17.600 (88.000) Alokasi Departemen A (berdasar jumlah karyawan) 58.800 58.800 (117.600) - Jumlah alokasi 102.800 85.200 Anggaran BOP setelah alokasi 500.000 241.800 258.200 3. Metode alokasi kontinyu Pada metode alokasi kontinyu, BOP departemen pembantu dialokasikan berurutan dan dilakukan terus menerus secara timbal-balik sampai jumlah BOP departemen pembantu habis atau jumlahnya menjadi relatif kecil. Departemen pembantu yang BOPnya sudah habis dialokasikan akan memperoleh alokasi kembali dari departemen pembantu lainnya. Tahap-tahap alokasi BOP departemen pembantu adalah sebagai berikut: a) Menentukan dasar alokasi dan urutan alokasi BOP departemen pembantu. b) Dilakukan alokasi BOP departemen pembantu putaran ke-satu, sesuai dengan urutan alokasi yang sudah ditentukan dan sifatnya timbal-balik. c) Apabila alokasi putaran ke-satu selesai, maka dilanjutkan putaran ke-dua dengan cara yang sama, dan seterunya pada putaran berikutnya. d) Apabila BOP departemen pembantu sudah habis atau jumlahnya menjadi relatif kecil, maka proses alokasi diberhentikan. Kemudian, sisa BOP langsung dialokasikan ke departemen produksi.

9 Contoh 6: anggaran biaya overhead pabrik departemen pembantu (contoh 3) akan dialokasikan dengan menggunakan metode alokasi kontinyu. Berdasarkan penelitian pabrik awal tahun 2010, maka ditentukan dasar alokasi untuk Departemen Pembantu A berdasar jumlah karyawan dan Departemen Pembantu B berdasar jam tenaga listrik. Alokasi Anggaran BOP (Metode Bertahap Kontinyu) Keterangan *) Jumlah Dpaertemen Produksi Departemen Pembantu biaya I II A B Anggaran BOP sebelum alokasi 500.000 139.000 173.000 100.000 88.000 Alokasi Departemen B (berdasar jam tenaga listrik) 44.000 26.400 17.600 (88.000) Jumlah 117.600 0 Alokasi Departemen A (berdasar jumlah karyawan) 52.920 52.920 (117.600) 11.760 jumlah 0 11.760 Alokasi putaran ke-2 Alokasi Departemen B 5.880 3.528 2.352 (11.760) (berdasar jam tenaga listrik) Jumlah 2.352 0 Alokasi Departemen A 1.058 1.058 (2.352) 236 (berdasar jumlah karyawan) jumlah 0 236 Alokasi putaran ke-3 Alokasi Departemen B 118 71 47 (236) (berdasar jam tenaga listrik) Jumlah 47 0 Alokasi Departemen A 21 21 (47) 5 (berdasar jumlah karyawan) jumlah 0 5 Alokasi putaran ke-4 (alokasi terakhir) Alokasi Departemen B 3 2 - (5) (berdasar jam tenaga listrik) Jumlah alokasi 104.000 84.000 Anggaran BOP setelah alokasi 500.000 243.000 257.000 Keterangan: *) = angka alokasi dibulatkan dalam angka rupiah penuh b. Perhitungan tarip BOP Dari tahap alokasi anggaran BOP departemen pembentu ke departemen produksi akhirnya diketahui besarnya anggaran BOP setiap departemen produksi. Langkah berikutnya adalah mengitung tarip BOP depertemen produksi dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Tarip BOP dihitung untuk setiap departemen produksi. (2) Dipilih dasar pembebanan BOP yang paling tepat untuk setiap departemen produksi.

10 (3) Tarip BOP dipisahkan ke dalam tarip BOP tetap dan tarip BOP variabel. (4) Bagi departemen produksi, semua biaya yang diterima dari alokasi BOP departemen pembantu diperlakukan sebagai biaya variabel. Dalam penentuan tarip BOP setiap depertemen produksi, perusahaan harus memilih salah satu dari beberapa metode alokasi yang ada. Berikut ini contoh perhitunganan tarip BOP: a) Metode alokasi langsung Contoh 7: (contoh 4) menggunakan perhitungan tarip BOP untuk Departemen I berdasar jam kerja langsung (JKL) dengan kapasitas normal 20.000 jam setiap tahun, dan Departemen II berdasar jam mesin (JM) dengan kapasitas normal 10.000 jam setiap tahun. Perhitungan Tarip BOP (Metode Alokasi Langsung) Departemen Keterangan Produksi I Produksi II Anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi 244.000 256.000 Anggaran BOP tetap departemen produksi sebelum alokasi 70.000 80.000 Anggaran BOP variabel Departemen Produksi: Sebelum alokasi (lihat contoh 3) 69.000 93.000 Alokasi dari departemen pembantu (semua dianggap BOP variabel) 105.000 83.000 Jumlah anggaran BOP variabel departemen produksi 174.000 176.000 Kapasitas Normal 20.000 JKL 10.000 JM Tarip Total (Anggaran BOP departemen Produksi / Kapasitas Normal) 12,2 per JKL 25,6 per JM Tarip Tetap (Anggaran BOP tetap departemen Produksi / Kapasitas Normal) 3,5 per JKL 8,0 per JM Tarip Variabel (Anggaran BOP variabel departemen Produksi / Kapasitas Normal) 8,7 per JKL 17,6 per JM b) Metode alokasi bertahap tidak bertimbal balik Contoh 8: (contoh 5) menggunakan perhitungan tarip BOP untuk Departemen I berdasar jam kerja langsung (JKL) dengan kapasitas normal 20.000 jam setiap tahun, dan Departemen II berdasar jam mesin (JM) dengan kapasitas normal 10.000 jam setiap tahun. Perhitungan Tarip BOP (Metode Alokasi bertahap tidak bertimbal balik ) Departemen Keterangan Produksi I Produksi II Anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi 241.000 258.200 Anggaran BOP tetap departemen produksi sebelum alokasi 70.000 80.000 Anggaran BOP variabel Departemen Produksi: Sebelum alokasi (lihat contoh 3) 69.000 93.000 Alokasi dari departemen pembantu (semua dianggap BOP variabel) 102.800 85.200 Jumlah anggaran BOP variabel departemen produksi 171.800 178.200

11 Kapasitas Normal 20.000 JKL 10.000 JM Tarip Total (Anggaran BOP departemen Produksi / Kapasitas Normal) 12,09 per JKL 25,82 per JM Tarip Tetap (Anggaran BOP tetap departemen Produksi / Kapasitas Normal) 3,50 per JKL 8,0 per JM Tarip Variabel (Anggaran BOP variabel departemen Produksi / Kapasitas Normal) 8,59 per JKL 17,82 per JM c) Metode alokasi kontinyu Contoh 9: (contoh 6) menggunakan perhitungan tarip BOP untuk Departemen I berdasar jam kerja langsung (JKL) dengan kapasitas normal 20.000 jam setiap tahun, dan Departemen II berdasar jam mesin (JM) dengan kapasitas normal 10.000 jam setiap tahun. Perhitungan Tarip BOP (Metode Alokasi kontinyu) Departemen Keterangan Produksi I Produksi II Anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi 243.000 257.000 Anggaran BOP tetap departemen produksi sebelum alokasi 70.000 80.000 Anggaran BOP variabel Departemen Produksi: Sebelum alokasi (lihat contoh 3) 69.000 93.000 Alokasi dari departemen pembantu (semua dianggap BOP variabel) 104.000 84.000 Jumlah anggaran BOP variabel departemen produksi 173.000 177.000 Kapasitas Normal 20.000 JKL 10.000 JM Tarip Total (Anggaran BOP departemen Produksi / Kapasitas Normal) 12,15 per JKL 25,7 per JM Tarip Tetap (Anggaran BOP tetap departemen Produksi / Kapasitas Normal) 3,50 per JKL 8,0 per JM Tarip Variabel (Anggaran BOP variabel departemen Produksi / Kapasitas Normal) 8,65 per JKL 17,7 per JM 2. Pembebanan BOP Pada Produk Pada Setiap Departemen Produksi Dengan diperhitungkannya tarip BOP setiap departemen produksi, maka produk yang diolah akan dibebani BOP sesuai dengan departemen produksi yang dilalui produk tersebut dan besarnya kapasitas sesungguhnya yang dinikmati depertemen produksi yang bersangkutan. 3. Pengumpulan BOP Sesungguhnya Dalam pengumpulan BOP sesungguhnya, dilakukan tahap-tahap yang sama dengan penyusunan anggaran BOP. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan dan pembuatan bukti transaksi untuk mencatat setiap elemen BOP sesungguhnya ke dalam buku jurnal dan mem-posting ke dalam buku besar dan buku pembantu, dan menggolongkan setiap elem BOP sesungguhnya ke dalam: (1)biaya langsung departemen; (2)biaya tidak langsung departemen. b. Mengadakan penelitian pabrik akhir periode (tahun) untuk kepentingan distribusi biaya tidak langsung departemen dan alokasi BOP sesungguhnya departemen pembantu.

12 c. Mendistribusikan elemen BOP langsung dan BOP tidak langsung setiap departemen, baik departemen produksi maupun departemen pembantu. d. Mengalokasikan BOP sesungguhnya setiap departemen pembantu ke depertemen produksi dan departemen pembantu lainnya. Dari tahap-tahap tersebut akan diketahui jumlah BOP sesungguhnya untuk setiap departemen produksi. 4. Perhitungan, Analisa dan Perlakuan Selisih BOP a. Perhitungan selisih biaya overhead pabrik Dari alokasi BOP sesungguhnya diketahui besarnya BOP sesungguhnya setiap departemen produksi. Selisih BOP dihitung dan dianalisa dengan cara membandingkan BOP sesungguhnya dengan BOP dibebankan pada setiap departemen produksi. b. Analisis selisih biaya overhead pabrik Selisih BOP yang timbul, dianalisa ke dalam selisih anggaran dan selisih kapasitas untuk setiap departemen produksi. Selisih anggaran dihitung dari perbedaan BOP variabel sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran BOP variabel pada kapasitas sesungguhnya. Selisih kapasitas dihitung dari perbedaan BOP tetap pada kapasitas sesungguhnya dibanding dengan BOP tetap pada kapasitas yang dipakai untuk menghitung tarip (biasanya kapasitas normal). c. Perlakuan selisih biaya overhead pabrik Perlakuan selisih biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut: 1) Selisih BOP yang timbul karena ketidak-tepatan penentuan tarip BOP, dialokasikan ke persediaan produk dalam proses, persediaan produk selesai, dan harga pokok penjualan atas dasar biaya overhead pabrik yang telah dibebankan pada produk. 2) Selisih BOP yang timbul karena faktor efisiensi, maka selisih biaya overhead pabrik dialokasikan langung ke laporan laba-rugi.