ANALISA KEKERABATAN 14 SPESIES PRIMATA DENGAN PROGRAM MEGA 4. Abdul Rahman Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

BAB XI EVOLUSI MANUSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011, ISSN:

BAB IV MEMBANGUN POHON FILOGENETIK. 4.1 Membangun Pohon Filogenetik Menggunakan Aljabar Hipergraf

Keanekaragaman Genetika Ikan Lais Cryptopterus spp. dari Propinsi Riau Berdasarkan Sitokrom-b DNA Mitokondria

Kryptopterus spp. dan Ompok spp.

KEMUNGKINAN (LIKELIHOOD) MODEL FILOGENETIK MELALUI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI Studi kasus: Hylobates, Pongo, Gorilla, Homo sapiens, dan Pan TESIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman Genetik Gen Penyandi Dehydrogenase Sub-unit 3 Mitokondria pada Monyet Hantu (Tarsius sp.)

ANALISIS FILOGENETIK DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA MANUSIA PADA POPULASI PAPUA MELALUI PROSES MARKOV

Kajian Molekular Tarsius sp. Pada Gen Penyandi Cytochrome Oxidase Subunit 2 Mitokondria

Tabel 1. Komposisi nukleotida pada gen sitokrom-b parsial DNA mitokondria Cryptopterus spp.

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

MUSEUM PALEOANTROPOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

The Origin of Madura Cattle

BAB II LANDASAN TEORI

DYNAMMIC PROGRAMMING DALAM MENENTUKAN ARTI URUTAN UNTAIAN GEN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

SISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER. Topik Hidayat dan Adi Pancoro. suatu organisme dan merekonstruksi hubungan kekerabatannya terhadap organisme

BAB I PENDAHULUAN. secara luas. Selain memiliki peran yang sangat penting dalam bidang ekologi,

Kolokium Liliani Isna Devi G

Kolokium Liliani Isna Devi G

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN...

Seminar Dewinta G

Jumlah Koloni Lombok AcLb11 Kampus lama Univ Mataram, Kec. Selaparang, Mataram. AcLb12 Kelayu, Lombok Timur

DIAGRAM FILOGENIK HASIL SEKUENS BASA DNA MENGGUNAKAN PROGRAM MEGA-7 (MOLECULAR EVOLUTIONARY GENETICS ANALYSIS)

SISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah :

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa DNA Barcode dapat memberikan kontribusi yang kuat. untuk penelitian taksonomi dan keanekaragaman hayati.

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

Runutan gen cytochrome C oxydase 1 ikan lais janggut, Kryptopterus limpok (Bleeker, 1852) dari Sungai Kampar dan Sungai Indragiri, Provinsi Riau

TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 7 No. 2, September 2013 ISSN : X

Penerapan Model Markov Tersembunyi untuk Mengetahui Persentase Kecocokan dari Deoxyribonucleic Acid pada Pohon Filogenetik Ursidae (Beruang)

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai negara megadiversity (Auhara, 2013). Diperkirakan sebanyak jenis

menggunakan program MEGA versi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam,

PROFIL GEN CYT B SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK TARSIUS SULAWESI (Tarsius tarsier kompleks)

Perbandingan Tulang dan Lokomosi. pada Quadrupedal dan Bipedal

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

BAB 4. METODE PENELITIAN

Variasi dan Filogeni Kancil dan Napu (Tragulus Sp.) di Indonesia Menggunakan Gen 12s rrna Mitokondria

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

KAJIAN DIVERSITI GENETIKA Tarsius sp. ASAL INDONESIA MENURUT URUTAN GEN NADH DEHIDROGENASE SUBUNIT 4 (ND4)

Kolokium Delvi Riana G

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi fauna melimpah yang tersebar di

Seminar Cynthia Dessy Lestari Ambarwati

STUDI FILOGENETIK Mangifera laurina dan KERABAT DEKATNYA. Key word; Mangifera laurina, phylogenetic, cpdna trnl-f intergenic spacer, progenitor, Hiku

DNA BARCODE DAN ANALISIS FILOGENETIK MOLEKULER BEBERAPA JENIS BIVALVIA ASAL PERAIRAN SULAWESI UTARA BERDASARKAN GEN COI

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

TINJAUAN PUSTAKA. Genus Subgenus Spesies Penyebaran Hylobates. Agilis. Lar. Moloch Muelleri Pileatus Klosii Concolor. Leucogenys Gabriellae.

Pengantar Komputasi Modern

KARAKTERISTIK MARKA GENETIK DAERAH D-LOOP BAGIAN HVS-I SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK HARIMAU SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis,

KAJIAN PENANDA GENETIK GEN CYTOCHROME B DAN DAERAH D-LOOP PADA Tarsius sp. OLEH : RINI WIDAYANTI

Kompetensi. created by darmadi ahmad MAMALIA. Memahami perbedaan dan persamaan pencirian serta pengelompokan pada Mamalia CIRI-CIRI UMUM PENYEBARAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

KERAGAMAN GENETIK CYTOCHROME B PADA BURUNG MAMBRUK (Goura sp.)

Lumba-Lumba Hidung Botol Laut Jawa Adalah Tursiops aduncus Berdasar Sekuen Gen NADH Dehidrogenase Subunit 6

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BIOSAINS HEWAN. Ketua Program Studi/Koordinator Mayor: Bambang Suryobroto

M 1 2. ~1,9 kb HASIL DAN PEMBAHASAN

TEORI EVOLUSI DAN PETUNJUK ADANYA EVOLUSI. Disusun Oleh Kelompok 1

KARAKTERISTIK MARKA GENETIK DAERAH CYTOCHROME 8 SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK HARIMAU SUMATERA

KAJIAN VARIASI SEKUNES INTRASPESIES DAN FILOGENETIK MONYET HITAM SULAWESI (Macaca nigra) DENGAN MENGGUNAKAN GEN COI

STRUKTUR GENETIK DAN FILOGENI YELLOWFIN TUNA

G091 ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK

Lecture 1 Tatap Muka 2

BAB IV SIMULASI MODEL JUKES-CANTOR DAN MODEL KIMURA. terdapat pada Bab III akan disimulasikan dengan menggunakan aplikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

KEANEKARAGAMAN GENETIKA DAN HUBUNGAN KEKERABATAN

BARCODING ELANG JAWA (Nisaetus bartelsi) BERDASARKAN GEN CYTOCHROME-B SEBAGAI UPAYA KONSERVASI GENETIK

PENDAHULUAN. Latar Belakang

EVOLUSI MITOKONDRIA DAN PEMANFAATANNYA DALAM PENELUSURAN KEKERABATAN DAN EVOLUSI ORGANISME

Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no.5, Malang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

VARIASI GENETIK ROTAN BERDASARKAN PENANDA DNA BARCODE matk, rbcl dan ITS PADA PANGKALAN DATA GENBANK MIRANTI ARUM PUTRI

n. TINJAUAN PUSTAKA 2,1. Sistimatika dan Ciri Morfologi Ikan Lais Cryptopterus spp.

KARAKTERISASI GENOM MlTOKONDRlA LABI-LABI, Dogania subplana (TRIONYCHIDAE, TESTUDINES, REPTILIA)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER VIRUS PAPILLOMA PADA

Transkripsi:

ANALISA KEKERABATAN 14 SPESIES PRIMATA DENGAN PROGRAM MEGA 4 Abdul Rahman Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB Abstrak Primata adalah kelompok mamalia berplasenta, memiliki tiga jenis gigi dalam salah satu periode hidupnya. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kekerabatan 14 spesies dalam ordo Primata dari situs fenilalanin, 12S, ND1 dan dloop DNA mitokondria. Potongan nukleotida dipotong dari sumber DNA asal, disimpan dalam bentuk fas. File dibuka dengan program mega 4, dilakukan penjajaran runutan (alignment), hasil alignment disimpan dalam bentuk mas dan meg. File dalam bentuk meg dianalisa untuk laju pergantian/substitusi nukleotida antar spesies. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1). Manusia lebih berkerabat dengan kelompok (genus) Pan, dibanding dengan genus lain dalam ordo Primata seperti Pongo dan Gorilla. (2). Konstruksi pohon filogeni dengan program Mega 4 pada situs-situs penyandi protein dan pengaturan metabolisme primer dapat digunakan sebagai acuan taksonomi Primata secara genomik. Kata kunci: primate, analisis kekerabatan, program mega PENDAHULUAN Primata adalah kelompok mamalia berplasenta, memiliki tiga jenis gigi dalam salah satu periode hidupnya. Otak selalu memiliki lobus posterior, mengalami reduksi lobus olfaktorius dan cerebrum berkembang baik. Struktur tunas anggota tubuh dilengkapi dengan pentadactyly primitive, jari bisa bergerak bebas terutama pollux dan hallux. Caecum berkembang baik, penis tergantung, testis dilengkapi skrotum dan selalu dengan dua kelenjar susu di bagian depan. Penglihatan tajam dengan berbagai derajat perbedaan antar spesies, dan bola mata dikelilingi tulang. Mengalami perkembangan dan efisiensi pada sistem pencernaan. Melakukan pemeliharaan anak pada periode setelah melahirkan (www.mac.com/wis/primatetaxonomt/). Pengelompokan (klasifikasi) hewan secara umum sangat beragam dan memiliki banyak perbedaan tergantung dari karakter dan atau parameter yang digunakan untuk pengklasifikasian. Sistematika untuk ordo Primata juga memiliki banyak versi, baik untuk tingkatan sub ordo, infra ordo, super famili, famili, genus maupun spesies. Simons (1972), Schwartz (1978), Szalay dan Delson (1979) dan Fleagle (1988) memiliki pendapat yang berbeda dalam sistematika Primata. Simons (1972) membagi Primata dalam dua sub ordo : Prosimii dan Anthropoidea, Schwartz (1978) membagi dalam tiga sub ordo : Microsyopida, Strepsirrhini dan Anthropoidea, Szalay dan

Delson (1979), membagi dalam 3 sub ordo : Plesiadapiformes, Strepsirrhini dan Haplorrhini dan Fleagle (1988) membagi menjadi 2 sub ordo : Plesiadapiformes dan Anthropoidea. Program MEGA merupakan program aplikasi komputer yang didesain untuk membandingkan dan menganalisis sekuens gen yang homolog. Program ini menganalisis jauh dekat hubungan kekerabatan berdasarkan identik atau tidak identiknya pasangan nukleotida antar individu atau spesies yang berbeda. Program ini tidak hanya memungkinkan menggunakan metoda statistik dan komputasi tetapi juga membantu saintis untuk memilih metoda dan algoritma terbaik untuk memahami fungsi, evolusi dan adaptasi gen dan spesies. Software MEGA digunakan untuk dua tujuan pokok yaitu pengambilan kesimpulan hubungan evolusi dari sekuens yang homolog dan memperkirakan keragaman evolusi netral dan selektif diantara sekuens. Program ini juga dilengkapi dengan hasil berupa pohon filogenetik dan matrik jarak evolusi (Tamura et al., 2008). Program Mega mungkin termasuk salah satu program sistematika filogenetik/cladisme. METODOLOGI Data mitokondria DNA ke-14 spesies anggota ordo Primata ini diunduh dari http://ncbi,.nlm.nih.gov/. Pemilihan spesies dilakukan secara acak, didasarkan pada data gen MtDNA yang telah tersedia. Nama spesies yang digunakan dan tanggal direkam di NCBI di tampilkan dalam lampiran 1. Berdasarkan totalitas data mtdna yang diunduh, diambil 4 situs berdasarkan kriteria yang dianggap mewakili genom mitokondria. Situs yang diambil adalah Fenilalanin, 12S, ND1 dan dloop. Potongan nukleotida dipotong dari sumber DNA asal, disimpan dalam bentuk fas. File dibuka dengan program mega 4, dilakukan penjajaran runutan (alignment), hasil alignment disimpan dalam bentuk mas dan meg. File dalam bentuk meg dianalisa untuk laju pergantian/substitusi nukleotida antar spesies. Konstruksi pohon filogeni dibuat dengan empat metoda yang tersedia di program Mega yaitu Neighbour Joining, Minimum Evolution, Maksimum Parsimoni dan UPGMA. Angka bootstrap disamakan pada angka 500. Model substitusi yang digunakan adalah Composite Maksimum Likelihood (CML), karena model ini merupakan keunggukan Mega 4 dibanding seri sebelumnya. Sekuens data yang digunakan komplek, meliputi data transisi dan transversi. Hasil

yang didapat berupa jumlah substitusi dan pohon filogenetik dilakukan pembahasan dengan membandingkannya dengan beberapa sistematika menurut para ahli Primatologi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data jumlah substitusi nukleotida didapatkan bahwa jumlah pasangan basa nitrogen identik terbanyak dengan Manusia adalah Pan Paniscus sebesar 96.84%, disusul Pan troglodytes sebesar 96.31% dan Gorilla gorilla sebesar 96.21%. Sedangkan jumlah pasangan basa identik terkecil adalah Colobus guereza dengan 83.12%, Macaca mulatta sebesar 83.55% dan Macaca sylvanus 83.95%. Jumlah pasangan basa identik ini secara tidak langsung menunjukkan jauh atau dekat hubungan kekerabatan secara genetik. Berdasarkan data ini dapat diduga bahwa dari 14 spesies primata yang dianalisis, spesies yang memiliki kekerabatan terdekat dengan manusia secara genetik adalah dari genus Pan. Sedangkan kekerabatan terjauh adalah dari genus Colobus. Hasil yang didapatkan dari analisis jumlah substitusi nukleotida menunjukkan hasil yang sama dengan konstruksi pohon filogeni dengan ke empat metoda yang terdapat dalam program Mega. Pohon filogeni dengan metode Neighbour Joining menunjukkan tiga dari empat situs yang dianalisis (12S, ND1 dan Fenilalanin) menunjukkan topologi pohon filogeni yang sama, tetapi berbeda dalam angka bootstrap. Bootstrap antara Manusia dengan genus Pan berada pada angka 58 pada situs 12S, 88 pada situs ND1 dan 47 pada Fenilalanin. Sedangkan untuk genus Gorilla berada pada angka pada situs 12S, 99 pada ND1 dan 67 pada Fenilalanin, namun terletak pada cabang filogeni ke-2 setelah cabang filogeni dengan genus Pan. Kekerabatan terjauh dengan genus Colobus, Macaca, Cercopithecus dan Papio yaitu pada cabang filogeni ke-lima tanpa angka bootstrap (diagram 1, 2 dan 3). Secara keseluruhan, dari 14 spesies Primata yang dianalisa, analisis 3 situs 12S, ND1 dan fenilalanin tidak terlalu menunjukkan perbedaan konstruksi pohon filogeni. Beberapa perbedaan pohon filogeni dari 12S dan ND1 adalah sebagai berikut: 1. Pada 12S, kelompok Homo, Pan dan Gorilla lebih dikerabatkan dengan Pongo dibanding Hylobates. Hasil yang sebaliknya ditunjukkan pada ND1, kelompok Homo, Pan dan Gorilla lebih dikerabatkan dengan Hylobates dibanding Pongo.

2. Pada 12S, Macaca dengan Papio lebih berkerabat dibanding Macaca dengan Cercopithecus. Hasil yang sebaliknya ditunjukkan oleh ND1, Macaca lebih berkerabat dengan Ceropithecus dibanding antara Macaca dengan Papio. 62 77 58 99 Pan paniscus Pan troglodytes Ho sapiens Gor gorilla Go gor gorilla P pyg abelii H lar P pygmaeus Colo guereza Cero aethiops Cero ae sabaeus Papio hamadryas Mac sylvanus Mac mulatta 0.02 Diagram 1. Filogeni 14 spesies Primata dari situs 12S dengan metode Neighbour Joining bootstrap 500, model subtitusi MCL dan meliputi data transisi dan transversi. 42 69 43 99 88 Pan paniscus Pan troglodytes Ho sapiens Gor gorilla Gor gor gorilla H lar P pyg abelii P pygmaeus Colo guereza Papio hamadryas Cero aethiops Cero ae sabaeus Mac sylvanus Mac mulatta 0.02 Diagram 2. Filogeni 14 spesies Primata dari situs ND1, Metode Neighbour Joining bootstrap 500, model subtitusi MCL dan meliputi data transisi dan transversi. Untuk pohon filogeni dari fenilalanin lebih mendekati pohon filogeni 12S yaitu Macaca lebih dikerabatkan dengan Papio dibanding dengan Ceropithecus, dan kelompok Homo, Pan dan Gorilla lebih dikerabatkan dengan Pongo dibanding dengan Hylobates. Hasil yang jadi sedikit

aneh adalah Hylobates lebih berkerabat dengan kelompok Macaca, Papio, Cercopithecus dan Colobus dibanding dengan kelompok Homo, Pan, Gorilla dan Pongo. 70 73 67 47 27 Mac sylvanus 54 Mac mulatta 80 Papio hamadryas Cero aethiops 96 Cero ae sabaeus Colo guereza H lar 82 Po pyg abelii Po pygmaeus 48 gor gorilla Go gor gorilla Ho sapiens Pan paniscus 94 Pan troglodytes 0.02 Diagram 3. Filogeni 14 Spesies Primata dari situs Fenil Alanin, Metode Neighbour Joining bootstrap 500, model subtitusi MCL dan meliputi data transisi dan transversi. Secara totalitas dari 3 situs yang dianalisa (12S, ND1 dan Fenilalanin) dan empat metode yang digunakan Homo sapiens paling berkerabat dengan Pan. Pengecualian hanya ditunjukkan oleh situs 12S dengan metoda Maksimum Parsimoni yaitu Pan lebih dikerabatkan dengan Gorilla dan pada situs Fenilalanin dengan metoda UPGMA lebih mengkerabatkan Homo dengan Gorilla. Hasil ini mirip dengan taksonomi menurut Goodman (1999) (diagram4), yang walaupun meletakkan Pan, Homo, Gorilla dan Pongo dalam Famili Hominidae tapi lebih mengkerabatkan Pan dengan Homo dalam strata yang lebih khusus, dibanding Homo dengan Gorilla maupun Pongo (diagram 4). Sedangkan Groves (1997), Wilson dan Reeder (1993), dan NCBI, meletakkan Homo, Pongo, Gorilla dan Pan pada family Hominidae tanpa membedakan kekerabatan. www.primates.co.uk juga meletakkan Homo, Pongo, Gorilla dan Pan dengan kekerabatan yang sama tetapi dengan nama family Pongidae. Nowark (1991) dan Napier dan Napier (1985), meletakkan Homo dalam family Hominidae dan Pan, Pongo dan Gorilla dalam famili Pongidae. Hasil filogeni dari situs ND1 dengan 4 metoda yang berbeda menempatkan Hylobates lebih dekat dengan Homo, Pan dan Gorilla dibanding Pongo dengan Homo, Pan dan Gorilla.

Hasil ini sangat dipertanyakan karena hampir semua ahli taksonomi primata lebih mengkerabatkan Homo, Pan dan Gorilla dengan Pongo dibanding Hylobates. Diagram 4. Sekuens genom Primata oleh Goodman (1999) dalam www.umanitoba.com Hasil yang kontras ditunjukkan oleh situs Fenilalanin yang justru menempatkan Hylobates lebih berkerabat dengan kelompok Macaca dibanding kelompok Homo. Hal juga bertentangan dengan taksonomi ahli Primata yang menempatkan Hylobates dan Macaca pada super famili yang berbeda. Sistem klasifikasi Fleagle (1988), Szalay dan Delson (1979), Schwartz (1978) dan Simons (1972) menempatkan Macaca, Papio, Colobus dan Cercopithecus dalam super family Cercopithecoidea, sedangkan Hylobates, Pongo, Pan dan Homo diletakkan pada super famili Hominoidea dalam infra ordo yang sama yaitu Catarrhini. Hasil ini tampaknya membutuhkan penelitian dan pembahasan lebih lanjut. Untuk kelompok super famili Cercopithecoidea, Fleagle (1988), Szalay dan Delson (1979), Schwartz (1972) dan Simons (1972) meletakkan Macaca, Papio dan Cercopithecus dalam sub famili Cercopithecinae dan Colobus pada sub family Colobinae. Namun Szalay dan Delson (1979) dan Schwartz (1972) membuat kelompok khusus lagi untuk Papio dan Macaca dalam tribe Papiorrini. Secara keseluruhan 4 genus ini berada dalam 1 famili Cercopithecidae. Pohon filogeni yang menunjukkan ke arah ini adalah situs 12S dan Fenilalanin. Sedangkan situs ND1 hanya metoda Maksimum Parsimoni dan UPGMA yang meletakkan Macaca dengan Papio

lebih berkerabat, pada Neighbour Joining Macaca lebih berkerabat dengan Cercopithecus dan pada Minimum Evolution Papio lebih berkerabat dengan Cercopithecus. Pohon filogeni yang dihasilkan dari data gen dloop berbeda jauh dengan 12S, ND1 maupun fenilalanin. Konstruksi pohon filogeni dloop dengan metode Neighbour Joining menunjukkan kekerabatan terdekat Manusia adalah dengan Ceropithecus aethiops sabaeus pada bootstrap 60 dan pada cabang ke-dua dengan genus Macaca tanpa angka bootstrap (diagram 5). 27 36 49 Papio hamadryas 30 Mac sylvanus Mac mulatta 60 Ho sapiens 44 Gor gorilla 13 Gor gor gorilla Pan paniscus 29 Pan troglodytes P pyg abelii 55 P pygmaeus Colo guereza 21 H lar Cero ae sabaeus 2 Diagram 5. Filogeni 14 spesies Primata dari situs dloop, metode Neighbour Joining bootstrap 500, model subtitusi MCL, meliputi data transisi dan transversi. Hasil yang berbeda jauh ini dapat dimaklumi karena gen-gen pada dloop adalah gen-gen yang bersifat paling tidak stabil dan banyak mengalami perubahan basa nukleotida. Konstruksi pohon filogeni dari situs ini akan berbeda jauh jika dibandingkan dengan konstruksi pohon filogeni dari situs-situs penyandi protein dan pengaturan metabolisme primer seperti 12S, ND1 maupun jenis-jenis gen pada trna. Hasil filogeni dari situs ini tidak bisa digunakan dan dibandingkan dengan sistematika para ahli Primatologi. Pengelompokan Primata menurut Goodman (1999), menunjukkan pengelompokan yang paling mirip dengan hasil analisis ini. Hal ini dapat dimaklumi karena kajian ini dan kajian Goodman (1999) sama-sama menggunakan data genomik (DNA).

KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Manusia lebih berkerabat dengan kelompok (genus) Pan, dibanding dengan genus lain dalam ordo Primata seperti Pongo dan Gorilla. 2. Konstruksi pohon filogeni dengan program Mega 4 pada situs-situs penyandi protein dan pengaturan metabolisme primer dapat digunakan sebagai acuan taksonomi Primata secara genomik. DAFTAR PUSTAKA Fleagle, J.G. 1988. Primate Adaptation and Evolution. Academic Press: New York. Goodman M. 1999. The natural history of the primates. American Journal of Human Genetics 64:31-39. Napier JR, Napier PH. 1985. The Natural History of the Primates. MIT Press, Cambridge, Massachusetts, USA. Schwartz J, Tattersall I, Eldredge N. 1978. Phylogeny and Classification of the Primates Revisited. Yearbook of Physical Anthropology 21:95-133. Simons, E. 1972. Primate Evolution. Macmillan: New York. Szalay F, Delson E. 1979. Evolutionary History of the Primates. Academic Press: New York. Nowark RM. 1991. Walker's Mammals of the World, fifth edition, vol I. The Johns Hopkins University Press. Baltimore. Wilson DE, Reeder DM. 1993. Mammal Species of the World. Smithsonian Institution Press, Washington. Tamura K, Dudley J, Nei M dan Kumar S. 2008. MEGA: A biologist-centric software for evolutionary analysis of DNA and protein sequences. Briefings In Bioinformatics 9: 299-306. Tamura K, Dudley J, Nei M dan Kumar S. 2007. MEGA4: Molecular evolutionary genetics analysis (MEGA) software version 4.0. Molecular Biology Evolutionary 24: 1596-1599. www.mac.com/wis/primatetaxonomy/ www.ncbi.nlm.nih.gov/ www.primates.co.uk www.umanitoba.com