Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN MEI 2016 INFLASI 0,16 PERSEN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,24 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN NOVEMBER 2015 INFLASI 0,27 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN OKTOBER 2015 INFLASI 0,13 PERSEN

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007

Transkripsi:

Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia -nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, i

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatnya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan IV tahun 212 ini dapat terbit tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas. Pada triwulan IV-212, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient) ditengah ketidakpastian perekonomian global. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 18,94% (yoy) dan ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh positif sangat signifikan sebesar 5,23% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi dan investasi sedangkan dan ekonomi Papua Barat ditopang oleh kinerja sektor konsumsi, sektor investasi. Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura. Sampai dengan periode triwulan IV-212, inflasi Jayapura tercatat sebesar 4,52% (yoy) lebih tinggi dari 2,95% (yoy) pada triwulan III-212. Jika dilihat secara triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 2.82% (qtq) atau lebih tinggi dibanding inflasi sebesar 1,41% (qtq) pada triwulan III-212. Peningkatan inflasi yang signifikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan konsumsi serta kenaikan harga komoditas bahan makanan khususnya komoditas ikan-ikanan, palawija yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim pada triwulan berjalan. Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. Pada triwulan IV- 212, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 4.98% (yoy) dan sebesar,85% (qtq). Pada triwulan laporan, inflasi di Kota Manokwari dan Sorong masing-masing tercatat sebesar 1,89% (qtq) namun demikian perilaku yang berbeda untuk Kota Sorong mengalami deflasi sebesar -,36% (qtq). Perbedaan ii

tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya stok di kota Sorong dibandingkan kota Manokwari. Secara umum, kinerja perbankan di pada triwulan IV-212 cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Total aktiva perbankan tumbuh sebesar 8,17% (yoy) yang diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 33,83% (yoy), serta penghimpunan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh sebesar 14,63% (yoy). Pada triwulan IV-212, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 26,12 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 11.957. Sedangkan dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp. 17,79 triliun sebagai akibat masuknya dana alokasi umum dan masuknya dana perimbangan yang akan digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai alat pembiayaan bagi aktivitas Pemerintahan dan investasi di wilayah Papua. Tercatat sampai dengan triwulan IV-212 dana perimbangan yang sudah masuk mencapai Rp. 2,1 triliun dan dan dana alokasi umum bagi beberapa Kabupaten yang mencapai Rp. 1,3 triliun. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang baik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya laporan triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat. Jayapura, Maret 212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Kepala Perwakilan Ttd. Hasiholan Siahaan Deputi Direktur iii

Daftar Isi KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... viii TABEL INDIKATOR MONETER... ix RINGKASAN EKSEKUTIF... xii BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 1 I. Provinsi Papua... 3 1.1. Sisi Permintaan... 3 1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga... 5 1.1.2. Investasi... 5 1.1.3. Ekspor dan Impor... 6 1.2. Sisi Penawaran... 7 1.2.1. Sektor Pertanian... 7 1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 9 1.2.3. Sektor Industri Pengolahan... 9 1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 1 1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 1 1.2.6. Sektor Lainnya... 11 II. Provinsi Papua Barat... 12 2.1. Sisi Permintaan... 12 2.1.1. Konsumsi... 12 2.1.2. Ekspor Impor... 13 2.2. Sisi Penawaran... 14 2.2.1. Sektor Pertanian... 14 2.2.2. Sektor Pengolahan.... 15 2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 15 2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 16 2.2.5. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan... 16 2.2.6. Sektor Lainnya... 17 BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA... 18 I. Provinsi Papua... 18 1.1. Kondisi Umum... 18 1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Pada Periode Berjalan Di Kota Jayapura... 19 1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas... 2 1.3.1. Kelompok Bahan Makanan... 2 1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 21 1.3.3. Kelompok Perumahan, Air dan Listrik... 21 1.3.4. Kelompok Sandang... 21 1.3.5. Kelompok Kesehatan... 21 iv

1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 21 1.3.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan... 22 II. Provinsi Papua Barat... 23 2.1. Kondisi Umum... 23 2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan... 23 2.2.1. Kelompok Bahan Makanan... 25 2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 25 2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... 25 2.2.4. Kelompok Sandang... 25 2.2.5. Kelompok Kesehatan... 26 2.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 26 2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan.... 26 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN... 27 I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua... 28 II. Perbankan Provinsi Papua... 29 2.1. Perkembangan Umum... 29 2.2. Perkembangan Aset... 29 2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 3 2.4. Penyaluran Kredit Perbankan... 31 2.5. LDR dan NPL... 32 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 33 III. Perbankan Provinsi Papua Barat... 34 3.1. Perkembangan Umum... 34 3.2. Perkembangan Aset... 35 3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 36 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan... 37 3.5. LDR dan NPL... 37 3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 38 BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 39 I. Keuangan Daerah Provinsi Papua... 39 1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua... 39 1.2 Pengeluaran Pemerintah... 4 BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 42 I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS)... 42 II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)... 43 III. Perkembangan Uang Kartal... 44 BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN... 45 I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua... 45 1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua... 45 1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 45 II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat... 46 2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat... 46 2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 47 BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 49 I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah... 49 v

II. Prospek Inflasi... 49 III. Prospek Perbankan... 49 III. Rekomendasi... 5 vi

Daftar Tabel Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Sektoral... 1 Tabel 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Paua Barat Harga Konstan Sisi Sisi Permintaan (%)... 2 Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) (%)... 2 Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) (%)... 3 Tabel 5 Perkembangan Penjualan PT. Freeport... 7 Tabel 6 Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Provinsi Papua... 8 Tabel 7 Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Papua... 8 Tabel 8 Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua... 8 Tabel 9 Perkembangan Produksi Perikanan di Provinsi Papua... 8 Tabel 1 Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia... 9 Tabel 11 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Pelabuhan Papua... 1 Tabel 12 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua... 11 Tabel 13 Pertumbuhan Sisi Permintaan Porvinsi Papua Barat... 12 Tabel 14 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat... 14 Tabel 15 Perkembangan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Paua Barat... 16 Tabel 16 Perkembangan Arus Penumpang... 16 Tabel 17 Perkembangan Nilai Tambah Nilai Tambah Bank Papua Barat... 17 Tabel 18 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura... 18 Tabel 19 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Volitile Food... 19 Tabel 2 Disagregasi Inflasi... 2 Tabel 21 Perkembangan Infasi Papua Barat... 23 Tabel 22.Perkembangan Inflasi Papua Barat... 24 Tabel 23 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua... 27 Tabel 24 Perkembangan NPL persektor... 28 Tabel 25 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua... 29 Tabel 26 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua... 3 Tabel 27 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua... 31 Tabel 28 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua... 32 Tabel 29 Perkembangan Indikator Perbankan... 33 vii

Tabel 3 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua... 33 Tabel 31 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat... 34 Tabel 32 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat... 36 Tabel 33 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi... 36 Tabel 34 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua... 38 Tabel 35 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan IV-212... 4 Tabel 36 Perkembangan APBD dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan IV Tahun 21-211... 4 Tabel 37 Transaksi RTGS Wilayah Papua... 42 Tabel 38 Transaksi Kliring Wilayah Papua... 43 Tabel 4 Perkembangan Perkasan KBI Jayapura... 44 Tabel 41Penduduk Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua... 45 Tabel 42Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Papua... 47 Tabel 43 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua Barat... 47 Tabel 46 Jumlah Penduduk Yang Miskin Provinsi Papua dan Papua Barat... 48 viii

Grafik 1 Survei Konsumen... 4 Grafik 2 Konsumsi Listrik RT... 4 Grafik 3 Kredit Konsumsi... 4 Grafik 4 Realisasi Belanja Pegawai Pemda... 5 Grafik 5 Jumlah kendaraan Baru... 5 Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum... 6 Grafik 7 Realisasi Belanja Modal Pemrov. Papua... 6 Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua... 6 Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua... 6 Grafik 1 Volume Impor Non Migas Papua... 7 Grafik 11 Nilai Ekspor Non Migas Papua... 7 Grafik 12 Nilai Tyukar Petani... 9 Grafik 13 Perkembangan Konsumsi Listerik Industri... 1 Grafik 14 Grafik Survey Konsumen... 13 Grafik 15 Grafik Kredit Konsumsi... 13 Grafik 16 Pertumbuhan Konsumsi Listerik Papua Barat... 13 Grafik 17 Tabel Perkembangan Produksi Tangguh... 14 Grafik 18 Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat... 15 Grafik 19 Grafik Penggunaan Listerik... 15 Grafik 2 Perkembangan Disagregasi Inflasi Provinsi Papua... 2 Grafik 21 Perkembangan SEK... 2 Grafik 22 Disagregasi Papua Barat... 22 Grafik 23 Perkembangan Survei Konsumen Papua Barat... 23 Grafik 24 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua... 29 Grafik 25 Perkembangan Indiaktor Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua... 31 Grafik 26 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua... 32 Grafik 27 Perkembangan Perbankan Papua Barat... 35 Grafik 28 Perkembangan DPK Papua Barat... 36 Grafik 29 Perkembangan Kredit Papua Barat... 37 Grafik 3 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat... 38 Grafik 31 Nilai Transaksi RTGS... 42 Grafik 32 Perkembangan Kliring Wilayah Papua... 43 ix

INFLASI DAN PDRB TABEL INDIKATOR x

TABEL PERBANKAN TABEL SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring Tabel Transaksi RTGS Tabel Perkasan KBI Jayapura xi

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Pada triwulan IV-212, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient) ditengah ketidakpastian perekonomian global. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi. Perbaikan di sektor pertambangan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan 2. MAKRO EKONOMI Pada triwulan IV-212, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient) ditengah ketidakpastian perekonomian global. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 18,94% (yoy) dan ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh positif sangat signifikan sebesar 5,23% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi dan investasi sedangkan dan ekonomi Papua Barat ditopang oleh kinerja sektor konsumsi, sektor investasi. 3. INFLASI Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura. Sampai dengan periode triwulan IV-212, inflasi Jayapura tercatat sebesar 4,52% (yoy) lebih tinggi dari 2,95% (yoy) pada triwulan III-212. Jika dilihat secara triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 2.82% (qtq) atau lebih tinggi dibanding inflasi sebesar 1,41% (qtq) pada triwulan III-212. Peningkatan inflasi yang signifikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan konsumsi serta kenaikan xii

harga komoditas bahan makanan khususnya komoditas ikan-ikanan, palawija yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim pada triwulan berjalan. Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan hargaharga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. Pada triwulan IV- 212, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 4.98% (yoy) dan sebesar,85% (qtq). Pada triwulan laporan, inflasi di Kota Manokwari dan Sorong masing-masing tercatat sebesar 1,89% (qtq) namun demikian perilaku yang berbeda untuk Kota Sorong mengalami deflasi sebesar -,36% (qtq). Perbedaan tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya stok di kota Sorong dibandingkan kota Manokwari. 4. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-212 cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Total aktiva perbankan tumbuh sebesar 8,17% (yoy) yang diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 33,83% (yoy), serta penghimpunan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh sebesar 14,63% (yoy). Pada triwulan IV-212, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 26,12 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 11.957. Sedangkan dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp. 17,79 triliun sebagai akibat masuknya dana alokasi umum dan masuknya dana perimbangan yang akan digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai alat pembiayaan bagi aktivitas Pemerintahan dan investasi di wilayah Papua. Tercatat sampai dengan triwulan IV-212 dana perimbangan yang sudah masuk mencapai Rp. 2,1 triliun dan dan dana alokasi umum bagi beberapa Kabupaten yang mencapai Rp. 1,3 triliun. xiii

5. PROSPEK PEREKONOMIAN Melihat sumber pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat yang masih di didominasi oleh sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan yang cenderung memiliki dampak penyerapan tenaga kerja yang kecil, maka berbagai transformasi kebijakan yang diarahkan mendorong pertumbuhan ekonomi pada pertumbuhan sektor lainnya seperti sektor pertanian serta sektor perrdagangan, hotel dan restoran dan sektor usaha lainnya yang bersifat padat karya harus lebih diperhatikan. xiv

BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan IV-212, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient) ditengah ketidakpastian perekonomian global. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 18,94% (yoy) dan ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh positif sangat signifikan sebesar 5,23% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi dan investasi sedangkan dan ekonomi Papua Barat ditopang oleh kinerja sektor konsumsi, sektor investasi. Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor lembaga keuangan; sektor industri pengolahan; dan sektor bangunan. Dalam pada itu, sektor industri pengolahan; konstruksi; pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan; dan sektor listrik, gas, dan air bersih menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat. Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%) Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat 1

Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Dari Sisi Permintaan (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat Tabel 3. Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat 2

Tabel 4. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) (%) Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah I. Provinsi Papua 1.1. Sisi Permintaan Pada triwulan IV-212, perekonomian Provinsi Papua tumbuh cukup kuat sebesar 18,94% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan III-212 yang tumbuh sebesar 1,34%. Dari sisi permintaan, perbaikan kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) dan ekspor yang tumbuh cukup menggembirakan. Beberapa hal yang mendorong tingginya konsumsi swasta pada periode laporan antara lain adalah datangnya Hari Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, konsumsi pemerintah yang tumbuh positif berkaitan realisasi berbagai belanja daerah. Walau tidak tumbuh signifikan, kinerja Investasi juga masih tumbuh positif. Produksi PT. Freeport Indonesia (sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi Papua) yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi turut menjadi pendorong tingginya pertumbuhan ekpor di Provinsi Papua. 1.1.1 Konsumsi Rumah Tangga Pada triwulan IV-212, komponen konsumsi masyarakat tumbuh mencapai 5,85% (yoy. Namun demikian pertumbuhan itu sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan III-212 yang tercatat sebesar 7,49%. Pertumbuhan konsumsi masyarakat terutama dipengaruhi oleh musim liburan sekolah, dan 3

persiapan tahun ajaran baru. Tetap positifnya pertumbuhan konsumsi juga terekam dari survei konsumen di Kota Jayapura. Hasil Survey Konsumen menunjukkan terdapat kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian barang-barang durable goods dengan Indeks mencapai 98,7 di triwulan IV-212 sementara Indeks Keyakinan Konsumen secara keseluruhan yang tercatat sebesar 129,7 masih tergolong sangat optimis dan sedikit lebih tingi dibandingkan triwulan III-212 sebesar 129,. Grafik 1. Survei Konsumen 18 16 14 12 1 8 6 4 2 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 16 14 12 1 8 6 4 2 18 16 14 12 1 8 6 4 2 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 2 18 16 14 12 1 8 6 4 2 211 212 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Garis 1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Penghasilan saat ini 212 Pembelian durable goods Ketersediaan lapangan kerja saat ini Garis 1 Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Peningkatan komponen konsumsi juga tergambar dari perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 24,54% (yoy) pada triwulan IV-212 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,21% (yoy). Tingginya aktivitas konsumsi tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh Bank Umum yang tumbuh sebesar 32,92% (yoy) pada triwulan IV- 212 serta peningkatan jumlah kenderaan baru sebesar 5,% (yoy). Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Ribu Kwh 1. 9. 8. 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1. - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 4 2-2 -4-6 -8-1 25 2 15 1 5 5.% 45.% 4.% 35.% 3.% 25.% 2.% 15.% 1.% 5.%.% 29 21 211 212 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Konsumsi Pertumbuhan Konsumsi Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 4

Konsumsi pemerintah sampai dengan triwulan IV-212 juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,23% meskipun sedikit lebih rendah dari triwulan IV-212 yang tercatat sebesar 11,3%. Peran pemerintah dalam peningkatan konsumsi juga cukup besar seperti terlihat dari peningkatan realisasi belanja pegawai. Grafik 4. Realisasi Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua Grafik 5. Jumlah Kendaraan Baru Papua Rp Juta 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 28 29 21 211 Realisasi Belanja Pegawai Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 3 4 % 8 6 4 2-2 -4 (Unit) 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Jumlah Kendaraan Baru Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 6.% 5.% 4.% 3.% 2.% 1.%.% -1.% -2.% Sumber: BKAD Provinsi Papua, diolah Sumber: Dispenda Provinsi Papua, diolah 1.1.2 Investasi Realisasi investasi pada periode triwulan IV-212 menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Pembentukan Modal Tetap Bruto mengalami pertumbuhan sebesar 3,56% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,42%. Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya animo masyarakat untuk melakukan ekspansi bisnis seperti tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada periode triwulan IV-212, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,14 triliun. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua yang semakin meningkat. Selain faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan IV-212 juga didorong oleh meningkatnya realisasi belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua yang tumbuh mencapai 24,5% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh realisasi pengerjaan beberapa proyek infrastruktur PEMDA. 5

Grafik 6. Kredit Investasi Bank Umum Papua Grafik 7. Belanja Modal Rp. Miliar 25 2 Investasi Growth Investasi 15 1 5 I II III IV I II III IV I II III IV 2 1.5 1.5 -.5 1,4, 1,2, 1,, 8, 6, 4, 2, 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 1. 8. 6. 4. 2.. -2. -4. -6. -8. -1. 21 211 212 29 21 211 212 Realisasi Belanja Modal PEMDA Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua 1.1.3 Ekspor dan Impor Ekspor Provinsi Papua pada triwulan IV-212 mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar 81,75% (yoy). Sementara itu impor mengalami pertumbuhan sebesar 34,57% (yoy). Ekspor non migas yang mengalami pertumbuhan sebesar 69,17% (yoy) menjadi penyebab utama pertumbuhan ekspor Papua pada periode laporan. Kelompok komoditas utama ekspor non migas Papua meliputi produk mineral dengan komoditas antara lain berupa konsentrat tembaga dan konsentrat emas produksi PT. Freeport Indonesia (PT.FI). Kenaikan ekspor Papua tersebut juga searah dengan kenaikan penjualan PT Freeport baik komoditas tembaga dan komoditas emas yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 194,12% dan 49,32%. Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, - 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 12. 1. 8. 6. 4. 2.. -2. -4. -6. -8. -1. 25,. 2,. 15,. 1,. 5,. - 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Tw 1 2 3 4 8. 6. 4. 2.. -2. -4. -6. -8. 29 21 211 212 Volume ekspor Non Migas (Ton) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 29 21 211 212 Nilai ekspor Non Migas (US$ Ribu) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-212 Tabel 5. Perkembangan Penjualan PT. Freeport Indonesia Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold Impor non-migas Papua juga tumbuh sangat tinggi pada triwulan laporan sebesar 44,9% (yoy). Hal ini ditengarai sebagai dampak dari permintaan akan barang modal yang cukup tinggi pada periode berjalan. Sejalan dengan penurunan volume, nilai impor Papua juga mengalami perbaikan kinerja dengan pertumbuhan yang mencapai 77,26% (yoy). Grafik 1. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua Ribu Ton 45 4 35 3 25 2 15 1 5 Volume Impor Non Migas (Ribu Ton) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) % 8 6 4 2 - -2-4 -6 Juta USD 25. 2. 15. 1. 5. Nilai Impor Non Migas (US$ Juta) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) % 1 8 6 4 2-2 -4-6 - -8. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -8 29 21 211 212 Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 29 21 211 212 Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 1.2. Sisi Penawaran Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua didorong oleh pertumbuhan positif hampir seluruh sektor ekonomi yakni sektor pertanian, sektor jasa-saja; sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor industri pengolahan; dan sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor listrik dan air bersih masing-masing sebesar 5,51% 8,9%; 8,9%;,48%; dan 16,4%, 13,58%; 9,1%; dan 7,18%. 1.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan IV-212 tumbuh positif sebesar 5,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,24%. Pertumbuhan tersebut juga terlihat dari perkembangan produksi beberapa komoditas tanaman seperti komoditas ubi kayu dan ubi jalar yang merupakan 2 komoditas dengan pertumbuhan masing-masing 6,8% dan 3,4%. 7

Tabel 6. Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Provinsi Papua Tabel 7. Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Papua Walaupun secara kunatitas masih relatif kecil, namun demikian pertumbuhan produktifitas padi mampu bertumbuh sebesar 1,72% (yoy) yang memberikan dorongan pada pertumbuhan sektor pertanian. Tabel 8. Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua Pertumbuhan sektor pertanian juga di dorong oleh pertumbuhan sub sektor perikanan tercermin dari peningkatan volume produksi seluruh jenis komoditas perikanan baik perikanan laut, perikanan perairan umum maupun perikanan budidaya. Sepanjang periode triwulan IV-212, total volume hasil produksi perikanan mencapai 73.935 ton. Tabel 9. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, diolah 8

Pertumbuhan sektor pertanian juga tercermin dari pertumbuhan nilai NTP Papua pada triwulan IV-212 sebesar 11,76 yang masih berada di atas basis nilai 1. Hal ini disebabkan adanya peningkatan pada kapasitas lahan dan membaiknya hasil panen komoditas pertanian. Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua 13.5 13 12.5 12 11.5 11 1.5 1 99.5 99 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 3 2.5 2 1.5 1.5 -.5-1 -1.5-2 -2.5 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, 29 21 211 212 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, 211 Papua Growth 212 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Sumber: BPS Provinsi Papua 1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-212 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 54,67% (yoy) dan jauh lebih tinggi dari triwulan III-212 sebesar -13,52%. Sebagai penyumbang utama sektor tambang, target produksi yang ditetapkan oleh PT. Freeport Indonesia dengan utilitisasi yang lebih optimal mendorong perbaikan kinerja sektor tambang. Tabel 1. Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia Sumber: PT. Freeport Indonesia Laporan Keuangan Publikasi periode triwulan IV-212 Freeport-McMoran Copper and Gold (holding company dari PT.Freeport Indonesia) menunjukkan pertumbuhan produksi tembaga dan emas masing-masing sebesar 194,12% dan 49,32%. 9

1.2.3. Sektor pengolahan Industri pengolahan pada triwulan IV-212 tumbuh sebesar,48% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,31% (yoy). Pertumbuhan ini juga terekam dari dan sejalan dengan peningkatan konsumsi listrik sektor industri yang tercatat mencapai sebesar 578 ribu Kwh sepanjang periode triwulan IV-212 atau tumbuh mencapai 2,18% (yoy). Grafik 13 Perkembangan Konsumsi Listerik Industri 16 14 12 1 Miliar 14.% 12.% 1.% 8.% Ribu Kwh 8 7 6 5 % 6 4 2 8 6.% 4-2 6 4.% 3-4 4 2.% 2-6 2.% 1-8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4-2.% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -1 29 21 211 212 Industri Pengolahan Growth 29 21 211 212 Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Sumber: PT PLN Wilayah Papua 1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-212 diperkirakan tumbuh sebesar 13,58% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-212 yang mencapai 1,92% (yoy). Peningkatan kapasitas perdagangan papua tercermin dari tingginya kapasitas bongkar bongkar muat barang di pelabuhan Papua. Arus bongkar muat barang yang dibagi menjadi 3 kategori tumbuh positif pada triwulan IV-212, masing-masing sebesar: menurut jenis perdagangan 8,15%, menurut jenis distribusi 4,45% dan menurut jenis kemasan 2,7%. Perbaikan tersebut disebabkan oleh semakin baiknya perencanaan yang dilakukan oleh para distributor untuk memasok kebutuhan pokok di Wilayah Papua. Tabel 11. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Sumber: PT Pelindo Papua Pertumbuhan sektor PHR yang signifikan pada periode triwulan ini didorong adanya persiapan PILKADA yang mendorong peningkatan occupancy rate hotel, musim 1

liburan natal dan tahun baru serta meningkatnya kegiatan PEMDA untuk membahas berbagai program kerja. Pertumbuhan sektor perdagngan juga sejalan dengan pertumbuhan kredit perdagangan provinsi Papua sebesar 44,73%. Grafik 14 Okupansi Hotel Jayapura 1. 8. 6. 4. 2.. I II III IV I II III IV I II III IV 5.% 4.% 3.% 2.% 1.%.% -1.% -2.% 45 4 35 3 25 2 15 1 5 IV I II III IV I II III IV I II III IV 5.% 4.% 3.% 2.% 1.%.% -1.% -2.% 21 211 212 Tingkat Hunian Hotel Bintang di Papua Growth (yoy) 21 211 212 Perdagangan/Hotel Growth Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-212 tumbuh mencapai 9,1% (yoy) sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-212 yang tercatat sebesar 1,41% (yoy). Pertumbuhan sektor ini didorong sub sektor-sub sektor yang dominan yaitu angkutan laut, angkutan udara dan komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang tetap tumbuh pada periode triwulan ini dibadingkan triwulan sebelumnya. Tabel 12. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara merupakan transportasi dominan di Provinsi Papua dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Pertumbuhan siginifikan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari peningkatan jumlah penumpang menjadi sebesar 68.12 orang tumbuh 16,13% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 1.2.7. Sektor Lainnya Beberapa sektor lainnya yaitu sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan, sektor jasa-jasa pada periode triwulan IV-212 masing-masing tumbuh sebesar 11

7,18% (yoy), 16,4% (yoy), 8,9% (yoy) lebih tinggi bila dibandingkan periode triwulan sebelumnya. II. Provinsi Papua Barat 2.1. Sisi Permintaan Pada triwulan IV-212, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 5,23% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,87% (yoy). Masih tingginya kinerja ekonomi Papua Barat tetap ditopang oleh seluruh komponen pengeluaran seperti konsumsi, investasi (pembentukan modal tetap bruto), pengeluaran pemerintah, dan sektor investasi. Di sisi lain, pengeluaran pemerintah yang tumbuh positif berkaitan percepatan realisasi anggaran baik untuk infrastruktur maupun program kerja rutin Pemerintah Daerah. Tabel 13 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sementara itu, dari sisi penawaran, kinerja perekonomian Papua Barat lebih banyak ditopang oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan 1,46%; sektor konstruksi yang tumbuh 15,99%; angkutan dan komunikasi 3,46%; sektor listrik, gas, dan air bersih 9,34%; sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 3,46%; dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 12,96%. 2.1.1 Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-212 tumbuh sebesar 9,33% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 7,14% (yoy). Relatif tingginya pertumbuhan konsumsi tersebut merupakan salah indikator akan membaiknya pendapatan masyarakat. Hal ini sejalan dengan hasil Survey Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang terus menunjukkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada triwulan IV-212 IKK naik menjadi sebesar 136,9 dari 135,1pada triwulan III-212. Ini berarti bahwa konsumen masih tetap optimis 12

akan kondisi ekonomi ke depan sehingga masih akan dapat meningkatkan konsumsinya seperti tercermin dari masih tingginya indeks penghasilan saaat ini yang mencapai sebesar 143,3pada triwulan III-212. Grafik 15. Grafik Survey Konsumen Grafik 16. Kredit Konsumsi Papua Barat 16 14 12 1 8 6 4 2 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Garis 1 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 16 155 15 145 14 135 13 125 12 25 2 15 1 5 Konsumsi Pertumbuhan Konsumsi I II III IV I II III IV I II III IV 5.% 45.% 4.% 35.% 3.% 25.% 2.% 15.% 1.% 5.%.% 211 212 21 211 212 Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Selanjutnya, komponen konsumsi masyarakat tersebut memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi sebesar 4,66% pada triwulan IV-212. Pertumbuhan yang signifikan tersebut antara lain didorong oleh peningkatan penyaluran kredit konsumsi perbankan. Pada periode triwulan IV-212, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 1,94 trilliun atau tumbuh sebesar 38,41% (yoy). Peningkatan kinerja konsumsi masyarakat juga tercermin dari konsumsi listrik rumah tangga yang pada periode laporan tercatat sebesar 59 ribu Kwh atau tumbuh sebesar 15,75% (yoy) Grafik 17 Konsumsi Listrik Papua Barat (Juta Kwh) 6 5 4 3 2 1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (%) 25 2 15 1 5-5 (Juta Kwh) (%) 3 3 25 25 2 2 15 15 1 1 5 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 28 29 21 211 212 Jumlah Konsumsi Listrik RT Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: PLN Wilyah Papuua 28 29 21 211 212 Jumlah Konsumsi Listrik Komersial Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 2.1.2. Ekspor Impor Perkembangan ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan IV- 212 mengalami kontraksi sebesar -5,24% (yoy), dan pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan lebih triwulan III-212 sebesar 2,61%. Dampak lanjutan dari perlambatan produksi LNG Tangguh akibat adanya gangguan 13

produksi di lokasi pabrik diperkirakan menjadi penyebab menurunnya ekspor Papua Barat. Grafik 18. Tabel Perkembangan Produksi Tangguh 25 2 15 1 5 I II III IV I II III IV I II III IV 8.% 6.% 4.% 2.%.% -2.% -4.% -6.% -8.% -1.% -12.% 2,5. 2,. 1,5. 1,. 5. - 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2.% 15.% 1.% 5.%.% -5.% 21 211 212 29 21 211 212 Produksi LNG Tangguh (Ribu M3) Growth Ekspor Pertumbuhan Ekspor Sumber: Laporan Keuangan LNG Tangguh, Proyeksi KPwBI Papua & Papua Barat Disisi lain, impor juga mengalami pertumbuhan cukup tinggi yakni sebesar 11,68% (yoy) yang disebabkan oleh masuknya berbagai peralatan barang modal. 2.2. Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, seluruh sektor utama ekonomi mengalami pertumbuhan positif yanki sektor industri pengolahan sebesar 1,46%, sektor konstruksi; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor PHR yang masing-masing tumbuh sebesar 11,93%; 3,46%; 16,19%; 9,34%; dan 12,96%. Lebih lanjut rincian pertumbuhan masing-masing sektor disajikan pada tabel berikut: Tabel 14 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 2.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan IV-212 tumbuh sebesar 3,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-212 yang tercatat sebesar,6%. Indikator tetap bertumbuhanya sektor ini tercermin dari indeks Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV-212 sebesar 1,79 dari sebesar yang masih berada di atas indeks 1 yang menjadi tolak ukur pendapatan petani. 14

Grafik 19 Nilai Tukar Provinsi Papua Barat 14. 13.5 13. 12.5 12. 11.5 11. 1.5 1. 99.5 99. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1.5 -.5-1 -1.5-2 -2.5-3 54. 52. 5. 48. 46. 44. 42. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 8.% 7.% 6.% 5.% 4.% 3.% 2.% 1.%.% 211 212 29 21 211 212 NTP Papua Barat Growth Pertanian Growth Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 2.2.2. Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 1,46% (yoy) atau mengalami perlambatan dari pertumbuhan 2,3% (yoy) pada triwulan III-212. Sektor ini memberikan sumbangan pertumbuhan dengan andil,65% bagi ekonomi Papua Barat. Perlambatan sektor industri pengolahan disebabkan adanya gangguan yang menyebabkan perlambatan sub sektor gas alam cair khususnya hasil produksi LNG Tangguh. Pertumbuhan sektor pengolahan juga didukung oleh aktivitas penggunaan listrik industri sebesar 1386 ribu kwh yang tumbuh sebesar 31,8% pada triwulan IV-212. Grafik 2 Penggunaan Listerik (Juta Kwh) (%) 3 8 6 2 4 2 2 1-2 1-4 -6-8 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 28 29 21 211 212 Jumlah Konsumsi Listrik Industri (Juta Kwh) Pertumbuhan Konsumsi Industri yoy (%) (Juta Kwh) (%) 1 3 9 8 25 7 6 2 5 15 4 3 1 2 1 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 28 29 21 211 212 Konsumsi Listrik Total (Juta Kwh) Pertumbuhan Konsumsi Listrik yoy (%) Sumber: PLN Wilayah Papua 2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-212 diperkirakan tumbuh sebesar 12,96% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III-212 yang tercatat sebesar 9,81% (yoy). Perbaikan kinerja sektor PHR juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik konsumen komersial yang tumbuh mencapai 17,23% (yoy) sebagai akibat dari meningkatnya aktivitas bisnis. 15

Selain itu pertumbuhan di sektor ini juga tercermin dari perkembangan perbankan dengan pertumbuhan kredit di sektor perdagangan sebesar 43,22% dengan nilai sebesar Rp. 1,68 triliun. 2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan IV-212, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh mencapai 11,93% (yoy), atau sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan III-212 yang tercatat sebesar 1,21% (yoy). Perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari tumbuhnya sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari perkembangan arus penumpang kapal di Pelabuhan Papua Barat tumbuh mencapai 1,56% (yoy). Tabel 15. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Provinsi Papua Barat Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari dan Proyeksi KPwBI Papua & Papua Barat Tabel 16. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Papua Barat Sumber: PT. Pelindo IV Cabang Manokwari dan Proyeksi KPwBI Papua & Papua Barat Peningkatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari pertumbuhan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang tumbuh menurut jenis perdagangan, menurut jenis distribusi yang masing-masing tumbuh sebesar 14,12% (yoy). 2.2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 3,46% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III-212 sebesar 1,3% (yoy). Sub sektor bank memberikan andil yang cukup signifikan pada pertumbuhan sektor ini seperti tercermin dari pertumbuhan tahunan Nilai Tambah Bank (NTB) sebesar 31,33% (yoy). 16

Tabel 17 Nilai Tambah Bank 2.2.6. Sektor Lainnya Sementara itu, 3 sektor lainnya yakni sektor bangunan, sektor listrik, gas, dan air bersih serta sektor jasa-jasa pada periode triwulan ini tumbuh positif masingmasing sebesar 15,99%; 9,34%; dan 16,19%. Sementara sektor pertambangan mengalami kontraksi pertumbhuhan sebesar -,83%. 17

BAB 2 PERKEMBANGAN HARGA 1. Provinsi Papua 1.1. Kondisi Umum Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura. Sampai dengan periode triwulan IV-212, inflasi Jayapura tercatat sebesar 4,52% (yoy) lebih tinggi dari 2,95% (yoy) pada triwulan III-212. Jika dilihat secara triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 2.82% (qtq) atau lebih tinggi dibanding inflasi sebesar 1,41% (qtq) pada triwulan III-212. Peningkatan inflasi yang signifikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan konsumsi serta kenaikan harga komoditas bahan makanan khususnya komoditas ikan-ikanan, palawija yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim pada triwulan berjalan. Sumber: BPS Provinsi Papua Tabel 18. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura 211 Kelompok Komoditi IV III IV IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 14.26 -.36 6. 6. 141.44 1.9.84.89 3.69 151.85 6.7 8.26 7.36 8.26 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 145.66.3 2.12 2.12 15.61.75 3.4 3.34 3.77 151.52.44 4.2.6 4.2 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 116.67.42 1.93 1.93 12.29.6 3.1 1.9 3.65 12.5.21 3.28.18 3.28 Sandang 129.3.26 8.4 8.4 131.86 2.12 2.19 2.9 4.21 132.23.11 2.48.28 2.48 Kesehatan 114.87.1.5.5 115.52 -.3.56 -.9.31 115.53..57.1.57 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 18.74 -.12.38.38 114.9. 4.92 4.75 4.9 114.13. 4.96.3 4.96 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 118.72 1.52 2.5 2.5 117.83-2.93 -.75 -.73.28 121.44 2.82 2.29 3.7 2.29 Inflasi Jayapura (Inflasi MTM,YOY,QTQ= %) 126.97.36 3.4 3.4 129.7.13 1.66 1.41 2.95 132.71 2.57 4.52 2.82 4.52 Inflasi pada triwulan berjalan terutama disumbang oleh kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa sebagai berikut; kelompok Bahan Makanan sebesar 8,26%, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 3,28%, kelompok Kesehatan sebesar,57%, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4,96%, kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 2,29%, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 4,2% dan kelompok Sandang sebesar 2,48%. Dengan demikian, secara umum kenaikan harga (inflasi) yang terjadi pada triwulan IV- 212 juga searah dengan hasil pemantauan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) baik di pasar tradisional maupun pasar modern di Kota Jayapura. Hasil SPH mengindikasikan terjadi kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti ikan tongkol 5,9% (mtm), ikan kembung 2,5% (mtm), ikan mas/ekor kuning 1,83% (mtm), udang basah 4,17% (mtm). 212 18

Tabel 19. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Volatile Food Sumber: Survei Pemantauan Harga KPwBI Papua & Papua BaratJayapura Bekerjasama Dengan KEDUA UNCEN 1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Keseluruhan kelompok inflasi (core, volatile food, dan administered) tercatat mengalami inflasi yang bervariasi. Inflasi kelompok inti (core) tercatat sebesar 3,68% (yoy) dan,62% (qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sebagai berikut: sub kelompok Ikan Diawetkan sebesar 25,1%, sub kelompok sarana dan penunjang transport sebesar 2,72%, sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya,99%, makanan jadi,87%, minuman tidak beralkohol,36%, sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar,21%, sandang wanita,1%, biaya tempat tinggal,25%, obat-obatan,16%. Beberapa komoditas penyumbang inflasi pada kelompok ini antara lain adalah: ayam goreng, roti tawar, kayu balokan, papan, seng, kemeja pendek dan emas. Selanjutnya, inflasi pada kelompok volatile food masing-masing tercatat 6,45% (yoy) dan secara triwulanan sebesar 7,5% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok Ikan segar sebesar 23,2%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 21,16%, sub kelompok Buah-buahan sebesar 6,93%, sub kelompok Sayur-sayuran 3,55%, sub kelompok Kacang-Kacangan sebesar,2%, sub kelompok padi-padian,4%. Beberapa komoditas yang menyebabkan kenaikan inflasi pada kelompok ini antara lain adalah: ikan ekor kuning, ikan kembung/gembung, tomat sayur, cabe merah, bawang merah, telur ayam ras, tomat buah, ikan cakalang, ikan cakalang asap, cabe rawit, ikan deho, ikan kawalina, ikan bubara, ikan ekor kuning asap, pepaya, daging ayam ras, talas/keladi, ikan tongkol, daging babi, kol putih/kubis, kacang panjang, susu bubuk, bawang putih, wortel, ikan teri, ikan mujair, ikan merah, lada/merica. Sementara itu, inflasi pada kelompok administered prices tercatat sebesar 2,21% (yoy) dan secara triwulanan sebesar 2,55% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok transpor sebesar 3,78%, sub kelompok bahan bakar penerangan dan air,3%. Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh naiknya sejumlah harga tiket baik transportasi udara, maupun transportasi laut. 19

Tabel 2. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Grafik 21. Perkembangan Disagregasi Inflasi Grafik 22. Perkembangan SEK %,yoy Inflasi IHK (yoy) Core %, yoy 12 6. Adm Price Volatile Foods 1 5. 8 4. 6 3. 4 2. 2 1. -2. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 18 16 14 12 1 8 6 4 2 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 16 14 12 1 8 6 4 2 21 211 212 Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan sub kelompok) Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 211 212 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Garis 1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas 1.3.1 Kelompok Bahan Makanan Perubahan cuaca yang cukup ekstrim pada akhir triwulan IV-212 menyebabkan naiknya harga pada sejumlah komoditas. Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 8,26% (yoy) atau 7,36% (qtq). Dari 11 sub kelompok dalam kelompok Bahan Makanan, terdapat beberapa komponen sub kelompok yang menyebabkan tekanan pada kenaikan harga yakni: sub kelompok Ikan Segar sebesar 23,2%, sub kelompok Bumbu-Bumbuan sebesar 21,16%, sub kelompok Sayur-sayuran 3,55%, sub 2

kelompok Buah-buahan sebesar 6,93%, sub kelompok Ikan Diawetkan sebesar 25,1%, sub kelompok Padi-padian dan Hasil-hasilnya sebesar,4%, sub kelompok Kacang-Kacangan sebesar,2% dan sub kelompok Bahan Makanan Lainnya sebesar,36%. 1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Naiknya konsumsi masyarakat yang diakibatkan oleh faktor musiman menyebabkan naiknya harga pada sejumlah komoditas kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kelompok ini pada triwulan IV-212 mengalami inflasi 4,2% (yoy) dan,6% (qtq). Adapun penyebab inflasi pada kelompok ini adalah sub kelompok Makanan Jadi sebesar,87%, sub kelompok Minuman yang tidak beralkohol sebesar,36%. 1.3.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. Kelompok ini pada triwulan IV-212 mengalami inflasi 3,28% (yoy) dan,18% (qtq). Adapun yang mendorong kenaikan inflasi kelompok tersebut adalah sub kelompok Biaya Tempat Tinggal sebesar,25%, sub kelompok bahan bakar penerangan dan air sebesar,3%, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar,15%. Kenaikan harga pada sub kelompok dimaksud adalah merupakan dampak domino dari kenaikan biaya pengangkutan barang dari luar Papua sehingga harga dasar barang menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya. 1.3.4. Kelompok Sandang Tingginya permintaan akan sejumlah kebutuhan sandang pada bulan Desember menyebabkan naiknya harga pada kelompok sandang. Kelompok ini pada triwulan IV-212 mengalami inflasi 2,48% (yoy) dan,28 (qtq). Inflasi triwulanan tersebut disumbang sub kelompok sandang wanita sebesar,2% dan sub kelompok barang pribadi dan dan sandang lainnya sebesar,99%. 1.3.5 Kelompok Kesehatan Kelompok ini pada triwulan IV-212 mengalami inflasi,57% (yoy) dan,1% (qtq) yang disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok obat-obatan,16%. Pelemahan rupiah pada akhir tahun 212 menyebabkan kenaikan harga obat-obatan yang sarat dengan bahan yang di import juga memberikan dampak domino pada penjualan obat di Jayapura. 21

1.3.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan IV-212 mengalami inflasi 4,96% (yoy) dan,3 (qtq). Masuknya musim liburan menyebabkan naiknya permintaan atas sejumlah fasilitas rekreasi. Hal ini tercermin dari naiknya harga sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar,1%. Disamping itu kenaikan harga relatif untuk biaya pendidikan seperti biaya iuran pembangunan sekolah, biaya seragam sekolah memberikan andil kenaikan harga sub kelompok perlengkapan dan pendidikan sebesar,21%. 1.3.7. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan IV-212 mengalami inflasi sebesar 2,29% (yoy) dan 3,7% (qtq). Kenaikan biaya tiket baik angkutan udara maupun angkutan laut yang disebabkan oleh datangnya hari Natal menyebabkan kenaikan pada sub kelompok transpor sebesar 3,78%, sub kelompok penunjang transport sebesar 2,72%. 22

2. Provinsi Papua Barat 2.1. Kondisi Umum Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. Pada triwulan IV- 212, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 4.98% (yoy) dan sebesar,85% (qtq). Pada triwulan laporan, inflasi di Kota Manokwari dan Sorong masing-masing tercatat sebesar 1,89% (qtq) namun demikian perilaku yang berbeda untuk Kota Sorong mengalami deflasi sebesar -,36% (qtq). Perbedaan tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya stok di kota Sorong dibandingkan kota Manokwari. Tabel 21. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter, BPS Provinsi Papua Barat 2.2. Disagregasi dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi gabungan secara tahunan (yoy) di Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-212 terjadi pada semua sub kelompok komoditas. Hal itu terlihat dari kenaikan harga kelompok bahan makanan sebesar 6,99%, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 13,14%, kelompok sandang sebesar 4,21%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 3,44%, kelompok kesehatan sebesar 2,55%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 2,12%, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 3,8%. Keseluruhan kelompok inflasi (core, volatile food, dan administered) tercatat mengalami inflasi yang bervariasi. Inflasi kelompok inti (core) tercatat sebesar 7,17% (yoy) dan 1,11% (qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sebagai berikut: sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar,58%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 1,82%, sub kelompok buah-buahan sebesar,98% Inflasi pada kelompok volatile food masing-masing tercatat 7,64% (yoy) dan secara triwulanan sebesar,2% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar,33%, sub kelompok biaya tempat tinggal,25%, sub perlengkapan rumah tangga sebesar,1%, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar,95%, sub 23

kelompok sandang laki-laki sebesar,1%, sub kelompok sandang wanita sebesar,95%, sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 3,35%. Sub kelompok obatobatan sebesar 1,25%, sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika 1,5%, sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 1,4%. Kelompok administered price mengalami inflasi sebesar 4,76% (yoy) dan,57% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok transpor sebesar,17%, sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air 1,1%, sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol 1,5%. Tabel 22 Perkembangan Inflasi Papua Barat Sumber: Departemen Statistik Dan Ekonomi Moneter dan BPS Provinsi Papua Barat (Kompilasi) Keterangan: Bobot dan NK adalah rata-rata dari bobot dan NK Tetap Manokwari dan Sorong Tekanan inflasi dari sisi suplai juga semakin berat oleh karena adanya dorongan dari sisi permintaan. Hal ini tercermin dari perkembangan IKK yang mengalami kenaikan dari 135,4 pada bulan November 212 menjadi 136,9 pda bulan Desember 212. 24

%,yoy 14 12 1 8 6 4 2-2 -4-6 Grafik 23 Disagregasi Inflasi Papua Barat Inflasi IHK (yoy) Adm Price 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 21 211 212 Sumber: Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter dan BPS (Kompilasi) Core Volatile Foods %,yoy 1. 9. 8. 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1.. -1. 18. 16. 14. 12. 1. 8. 6. 4. 2.. Grafik 24 Perkembangan Survei Konsumen Papua Barat 9 11112 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 21 211 212 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Garis 1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 16 14 12 1 8 6 4 2 Sumber: Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter dan BPS (Kompilasi) Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat 2.2.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan IV-212 mengalami inflasi sebesar 6,99% (yoy) dan,49 (qtq). Tingginya inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar,58%, sub kelompok buah-buahan sebesar,98%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesasar 1,82%, sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar,33%. Peningkatan pada beberapa sub sektor ini terutama disebabkan oleh datangnya Hari Natal yang menyebabkan permintaan akan komoditas telur, susu, dan bahan makanan jadi lainnya. 2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV-212 tercatat mengalami inflasi sebesar 3,44% (yoy) dan,29% (qtq). Kelompok komoditas yang memberikan andil kenaikan inflasi antara lain: sub kelompok makanan jadi sebesa,1%, dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,5%. 2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV-212 mengalami inflasi sebesar 2,9% (yoy) dan,68% (qtq). Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh kenaikan harga pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar,25%, sub kelompok bahan bakar penerangan dan air sebesar 1,1%, sub kelompok perlengkapan rumah tangga,1%, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga,95%. 2.2.4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada bulan triwulan IV-212 mengalami inflasi sebesar 4,21% (yoy) dan 1,52% (qtq). Adapun kenaikan inflasi kelompok tersebut disebabkan oleh kenaikan sub kelompok: sub kelompok sandang laki-laki sebesar,1%, sandang wanita sebesar,48%, sub kelompok sandang anak-anak,7%, sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 3,35%. 25

2.2.5. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada triwulan IV-212 mengalami inflasi sebesar 2,55% (yoy) dan,39% (qtq). Inflasi pada kelomok ini disebabkan oleh kenaikan pada sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok jasa kesehatan sebesar,17%, sub kelomok obat-obatan sebesar 1,23%, sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 1,5%. 2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan IV-212 mengalami inflasi sebesar 3,49% (yoy) atau -,2% (qtq). Deflasi yang terjadi pada kelompok disebabkan oleh deflasi sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar -,62%. 2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan IV-212 mengalami inflasi sebesar 13,14% (yoy) dan 2,26% (qtq). Tingginya permintaan akan angkutan laut dan udara khususnya pada Desember 212 menyebabkan kenaikan pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok transpor sebesar,17% dan sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar,8%, sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 1,4%. 26

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN I. Perkembangangan Umum Perbankan Wilayah Papua Secara umum, kinerja perbankan di pada triwulan IV-212 cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Total aktiva perbankan tumbuh sebesar 8,17% (yoy) yang diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 33,83% (yoy), serta penghimpunan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh sebesar 14,63% (yoy). Tabel 23. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 27

Pertumbuhan aset perbankan didominasi oleh tingginya pertumbuhan kredit yang sangat pesat (33,83%). Kredit konsumsi kredit dan modal kerja menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai + 86% dan tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 25,35% dan 34,22% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Walaupun share kredit investasi relatif lebih kecil, namun pertumbuhan di sektor ini cukup besar dengan pertumbuhan sebesar 6,52%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga diimbangi oleh kualitas kredit yang sangat baik seperti tercermin dari rendahnya tingkat Non Performing Loan (NPL) yang hanya sebesar 1,28%. Secara umum nilai ini mengalami penurunan dari 1,65% pada triwulan sebelumnya dan jauh di bawah batas maksimum 5% seperti yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Tabel 24. Perkembangan NPL Persektor Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Selanjutnya dari seluruh dana pihak ketiga, peningkatan komponen tabungan berada diperingkat tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 21,96% diikuti oleh pertumbuhan deposito sebesar 17,49% dan pertumbuhan giro sebesar 1,82% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 211. Pencairan sejumlah dana untuk pembayaran sejumlah proyek program pemerintah ditengarai menjadi penyebab melambatnya pertumbuhan giro. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya secara relatif LDR menjadi sebesar 56,64% pda triwulan IV-212 dari 5,33% pada triwulan III-212. LDR tersebut masih jauh dari range minimal 78% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 28

II. Perbankan Provinsi Papua 2.1. Perkembangan Umum Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih cukup menggembirakan seperti tercermin dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 4,28% (yoy), DPK sebesar 11,59 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 3,56% (yoy), sementara LDR mencapai 54,14% dengan rasio kredit bermasalah sebesar 1,24%. Tabel 25. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Sumber: KBI Jayapura 2.2 Aset Perbankan Total aset perbankan di Papua tercatat sebesar Rp 35,98. Dari jumlah itu, bankbank Pemerintah masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa sebesar 82% dengan total aset sebesar Rp. 28,45. Selanjutnya, total aset bank umum milik swasta dan BPR masing-masing mencapai Rp 7,1triliun dan Rp. 516,33 miliar. Pertumbuhan aset tersebut tidak terlepas dari pertumbuhan aktiva produktif seperti kredit yang mencapai 3,56% Gafik 25. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Rp. Miliar 4 35 3 25 2 15 1 5 Perkembangan Aset Pertumbuhan (yoy) 3.% 25.% 2.% 15.% 1.% 5.%.% I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Komposisi Aset Perbankan BPR 1% Pemerintah 79% Swasta 2% Total Aset Pertumbuhan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 29

2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 26,57 triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp 7,96 triliun, tabungan sebesar Rp 13,41triliun dan deposito sebesar Rp 5,2 triliun. Dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan tabungan berada diperingkat tertinggi yakni sebesar 19,42% diikuti oleh pertumbuhan deposito sebesar 18,29%. Namun demikian giro mengalami kotraksi sebesar -2,81% sebagai dampak dari realisasi pembayaran sejumlah proyek Pemerintah Daerah. Tabel 26 Realisasi Sejumlah Pekerjaan Infrastruktur Provinsi Papua Sumber: Pemerintah Provinsi Papua (diolah) Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih mendominasi dana pihak ketiga dengan share sebesar 76% diikuti kelompok bank swasta 23% dan kelompok BPR 1%. Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah adalah besarnya dana APBD dan Dana Otonomi Khusus yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sementara disimpan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua. Kemampuan modal perbankan yang didapatkan dari Pemerintah memberikan kemampuan bagi BPD untuk membangun sejumlah infrastruktur dan perluasan jaringan yang mampu menjaring sumber pendanaan yang ada di masyarakat. Khusus di daerah terpencil, peran Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua juga sangat menonjol. Dalam kaitan jaringan kantor, memang BPD Papua telah mampu memerankan fungsinya sebagai Bank Regional Champion di wilayah Papua. Hal ini menyebabkan peran swasta memang relatif lebih kecil di wilayah dengan kondisi infrastruktur dan kemampuan modal yang terbatas. 3

Tabel 27. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Sumber: KBI Jayapura Grafik 26. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua 25,. 2,. 15,. 1,. 5,.. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Pemerintah I II III IV I II III IV 211 212 Giro Deposito Tabungan 7,. 6,. 5,. 4,. 3,. 2,. 1,.. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Swasta I II III IV I II III IV 211 212 Giro Deposito Tabungan Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR Perkembangan Total Dana Pihak Ketiga 25. 2. 15. 1. 5.. I II III IV I II III IV 3,. 25,. 2,. 15,. 1,. 5,.. I II III IV I II III IV 211 212 211 212 Deposito Tabungan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Giro Deposito Tabungan 2.4. Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit dibandingkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan masih relatif kecil. Namun demikian perkembangan kredit di Papua tumbuh cukup menggembirakan yakni sebesar 3,56% (yoy). Pertumbuhan oleh kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 18,65% (yoy) dan kredit konsumsi sebesar 32,92% (yoy) dan kredit investasi sebesar 58,56%. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut tidak lepas dari semakin membaiknya iklim dunia usaha di Provinsi Papua, sehingga sektor-sektor produktif yang bersifat jangka panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk kebutuhan infrastruktur berkembang 31

dengan pesat. Pertumbuhan ini juga disebabkan semakin rendahnya suku bunga kredit yang mencapai rata-rata 14-16% pada triwulan berjalan. Tabel 28. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Grafik 27. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Rp. Miliar 16 14 12 1 8 6 4 2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi 46% Komposisi Kredit Investasi 15% Modal Kerja 39% 29 21 211 212 Kredit (Rp miliar)-lokasi Kantor Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Jika dilihat dari sektor ekonomi maka penyaluran kredit kepada sektor lain-lain masih cukup dominan dengan share 48,4%, diikuti sektor perdagangan 27,6%, konstruksi 8,98%. Pada umumnya sektor lain-lain ditujukan untuk penggunaan kredit konsumtif seperti kredit kenderaan bermotor, kredit konsumsi di bidang perumahan (ruko), serta pembelian alat-alat rumah tangga. Sedangkan untuk perdagangan hotel dan restoran pada umumnya penggunaan kredit adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal ( barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lainlain. 2.5 LDR Dan NPL Peran intermediasi perbankan yang pada umumnya menggunakan sumber pembiayaan (funding) dari dana pihak ketiga di wilayah Papua masih belum optimal. 32

Terbatasnya aktivitas industri dan aktivitas produksi yang mampu menciptakan aktivitas ekonomi kreatif (UMKM) menyebabkan rendahnya nisbah kredit terhadap DPK (LDR) yang hanya 54,14%. Namun demikian, kualitas kredit perbankan Papua masih tergolong sangat baik seperti tercermin dari NPL yang hanya sebesar 1,24%. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor listrik, gas dan air menjadi sektor yang paling berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini yang mencapai 8,84%. Sektor-sektor ekonomi lainnya (sektor tambang, pertanian, industri, konstruksi, perdagangan, dunia usaha, jasa sosial) masih sangat menguntungkan seperti tercermin dari NPL yang hanya berada pada kisaran,4%-2,4%. Tabel 29. Perkembangan Indikator Perbankan 6.% 5.% 4.% 3.% 2.% 1.%.% Perkembangan NPL dan LDR LDR NPL I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2.5% 2.% 1.5% 1.%.5%.% 29 21 211 212 Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Pertumbuhan dan share Kredit MKM di Provinsi Papua cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit yang mencapai sebesar 79,98% dengan nilai sebesar Rp 11,45 triliun. Nilai itu mengalami pertumbuhan sebesar 32,72% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM yang cukup besar tersebut antara lain disebabkan oleh relatif terbatasnya perusahaan skala besar di Papua atau tingkat delegasi kewenangan pemberian kredit oleh pejabat bank di Papua yang masih relatif terbatas. Di sisi lain, perusahaan skala besar yang berada di Papua mendapat kredit dari parent company di luar negeri maupun di luar Papua. Tabel 3. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat, penghitungan menggunakan pendekatan plafond. 33

III. Perbankan Provinsi Papua Barat 3.1 Perkembangan Umum Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang sangat baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK Perbankan pada triwulan IV-212. Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan IV-2122mencapai Rp 9,9 triliun atau meningkat 25,13% (yoy) sementara total DPK mencapai dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rp 8,36 triliun atau meningkat 25,48% (yoy) Searah dengan itu, penyaluran kredit mencapai Rp 5,42 triliun atau tumbuh 43,39% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 64,56%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga diimbangi oleh kualitas kredit yang sangat baik dengan NPL hanya 1,4%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%. Tabel 31. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sama seperti di Papua, masih rendahnya LDR perbankan di Papua Barat juga disebabkan masih relatif terbatasnya sektor usaha yang layak dibiayai di Papua Barat sementara usaha besar memperoleh pinjaman dari perbankan di luar Papua. 34

3.2 Total Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 9,9 triliun atau tumbuh 25,13% dibanding periode yang sama tahun 211. Sama seperti di Papua, dominasi Bank-bank Pemerintah masih cukup tinggi di Papua Barat dengan pangsa 9% sedangkan bank swasta hanya 9% dan BPR 1%. Grafik 28. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Rp. Miliar 45.% 4.% 35.% Perkembangan Aset Pertumbuhan (yoy) 45.% 4.% 35.% Komposisi Aset Perbankan Swasta 9% BPR 1% 3.% 3.% 25.% 25.% 2.% 2.% 15.% 15.% 1.% 1.% 5.% 5.%.%.% I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Pemerintah 9% Pertumbuhan Pertumbuhan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Hal ini disebabkan oleh komposisi perbankan yang masih mengandalkan pada parent company. 3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 8,36 triliun yang terdiri dari giro Rp 2,8 triliun, tabungan Rp 4,79 triliun dan deposito Rp 1,48 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing komponen tumbuh sebagai berikut: giro sebesar 24,52%, deposito sebesar 14,77%, dan tabungan mengalami kontraksi sebesar 29,68%. Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi (9%) diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 9% dan BPR sebesar 1%. 35

8,. 7,. 6,. 5,. 4,. 3,. 2,. 1,.. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Pemerintah IV IV I II III IV Grafik 29. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat 9. 8. 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1.. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Swasta IV IV I II III IV 212 212 Giro Deposito Tabungan Giro Deposito Tabungan Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR Perkembangan Total Dana Pihak Ketiga 12. 9,. 1. 8. 8,. 7,. 6,. 6. 5,. 4,. 4. 3,. 2. 2,. 1,.. IV IV I II III IV. IV IV I II III IV 212 212 Deposito Tabungan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Giro Deposito Tabungan 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan IV-212 mencapai sebesar Rp 4,37 triliun atau tumbuh sebesar 19,34% dibanding periode yang sama tahun 211. Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki share terbesar yakni 49%, diikuti kredit konsumsi mencapai 41% dan kredit investasi 1%. Tabel 32. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 36