STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA. Sekretaris Badan Litbang Perhubungan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, Februari 2013

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Oleh : Drs. Gemilang Tarigan, MBA Jakarta, 3 Maret 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Ke - 10

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Administratum, Vol. III/No. 5/Juli/2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI

SU Studi Basic Design Rancangan Bangun Pesawat Udara Untuk Flying School. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

TRANSPORTASI DAN LOGISTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan digunakan untuk berbagai kebijakan investasi perencanaan transportasi.

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

I. PENDAHULUAN. Peranan jasa angkutan dalam menunjang pembangunan. ekonomi memiliki fungsi yang vital. Pengembangan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

SEMINAR PUSTRAL UGM YOGYAKARTA, 20 DESEMBER Dr. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.Eng. Dr. Noor Mahmudah 1

ABSTRAK. Kata kunci: Dwelling Time, Kelengkapan Administrasi, Kepemimpinan Pemerintahan

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Pesawat Polonia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No.118. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : PM.8 TAHUN 2012 Tanggal : 26 JANUARI Contoh 1. Nomor : Jakarta.

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Nanda Nurridzki

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERAN PENYEDIA JASA LOGISTIK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

RANCANGAN PERATURAN BUPATI SISTRANAS PADA TATRALOK PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR..TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 BENTUK, BIDANG, DAN PERKEMBANGAN USAHA Bentuk Usaha RPX (FedEx)

POTENSI PUSAT LOGISTIK BERIKAT DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI LOGISTIK NASIONAL

Kebijakan & Regulasi. Sumber Daya Manusia. Gambar 2.1. Ilustrasi Kondisi Aktual Logistik Nasional

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 1 angka (3) Angkutan adalah perpindahan orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DISTRIBUSI

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan)

TRANSPORTASI MULTIMODA/ANTARMODA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Contoh 1: UNIT KEARSIPAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN UNIT KEARSIPAN I : BIRO UMUM SEKRETARIAT JENDERAL UNIT KEARSIPAN II :

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN

Kebijakan & Regulasi. Sumber Daya Manusia. Gambar 2.1. Ilustrasi Kondisi Aktual Logistik Nasional

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Stimulus kegiatan Industri Logistik dan kendaraan niaga di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 STRATEGI DAN PROGRAM

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

2016, No Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan A

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

Transkripsi:

STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Sekretaris Badan Litbang Perhubungan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, Februari 2013

TRANSPORTASI MULTIMODA Menurut United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD): the carriage of goods by at least two different modes of transport on the basis of a multimodal transport contract from a place in one country at which the goods are taken in charge by the multimodal transport operator (MTO) to a place designated for delivery situated in a different country. Transportasi Multimoda berdasarkan Sistranas didefinisikan: Transportasi barang dengan menggunakan paling sedikit dua moda transportasi yang berbeda, atas dasar satu kontrak yang menggunakan dokumen transportasi multimoda, dari suatu tempat barang diterima oleh operator transportasi multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penerimaan barang tersebut. Angkutan Multimoda berdasarkan PP Nomor 8 Tahun 2011: Angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutan multimoda ke suatu tempat diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang kepada penerima barang angkutan multimoda.

TUJUAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN MULTIMODA Mewujudkan pelayanan one stop service, dengan indikator single seamless service (S3) yaitu single operator, single tariff, dan single document untuk angkutan barang.

DASAR HUKUM UU NO.23/2007, TTG PERKERETAPIAN Keterpaduan Antar Moda Diatur Pada Bagian Ke Empat Angkutan Multimoda Pasal 147 Ayat 1,2, DAN 3 PP No. 8/2011 TTG Angkutan Multimoda dan PM No. 8/2012 TTG Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Multimoda ASEAN Framework Agreement on Multimodal Transport (AFAMT) UU NO: 22/ 2009, TTG LLAJ Keterpaduan Antar Moda Diatur Pada Bagian Ke Lima Angkutan Multimoda Pasal 165 ANGKUTAN MULTIMODA United Nations Convention on International Multimodal Transport of Goods UU NO.17/2008, TTG PELAYARAN Keterpaduan Antar Moda Diatur Pada Bagian Kesepuluh Tentang Angkutan Multimoda Terdiri Dari Pasal 50 ayat 1,2. pasal 51 ayat 1,2, pasal 52, pasal 53 ayat 1 dan 2, pasal 54 dan pasal 55 UU NO.1/2009 TTG PENERBANGAN keterpaduan antar moda diatur pada paragraf 11 tanggung jawab angkutan intermoda pasal 182, angkutan multimoda pasal 187, 188, 189, 190 DAN 191 SISTRANAS Permenhub No : KM. 49/2005

MENGAPA BUKAN SISTEM UNIMODA? Kontrak tersendiri untuk setiap tahap kegiatan Dokumen tersendiri untuk setiap tahap kegiatan Billing tersendiri untuk setiap kontrak Beda persyaratan dan tingkat pertanggung-jawaban untuk setiap tahap kegiatan

APA PENGARUHNYA? Transaksi dagang perlu diikuti secara teliti untuk semua tahapan Sulit menentukan seluruh biaya secara tuntas Sulit untuk mengurus klaim Sulit menentukan waktu yang pasti untuk suatu transaksi dagang

APA AKIBATNYA? Mempersulit eksporter/consignor disetiap lini tahapan kegiatan; Mempermahal biaya angkutan, karena: o Pelaksanaan angkutan harus tampil disetiap jenjang birokrasi; o Struktur biaya angkutan tidak pasti; o Klaim angkutan sulit diurus; o Biaya premi asuransi tinggi. Eksporter/consignor menghadapi banyak penanggung jawab angkutan.

MENGAPA HARUS ANGKUTAN MULTIMODA? Mengurangi waktu yang hilang pada transshipment point; Mengangkut lebih cepat, menekan kerugian terhadap jarak, dan menghemat permodalan; Mengurangi beban dokumentasi, formalitas dan birokrasi; Menghemat biaya karena tarif rata-rata dan biaya asuransi turun; Memerlukan satu agen saja sebagai penanggung jawab; Menurunkan harga barang ekspor; Meningkatkan daya saing barang ekspor di pasar global.

APA KUNCI SUKSES KINERJA ANGKUTAN MULTIMODA? Tepat waktu Utuh bentuk/wujud Utuh jumlah Pelayanan yang baik Biaya kompetitif Kepercayaan Image

SEGMEN KEGIATAN INDUSTRI JASA ANGKUTAN MULTIMODA Industri jasa transportasi multimoda berdasarkan segmen kegiatan secara diagramatis dapat digambarkan berikut ini: Pabrik/ pergudangan Pengangkutan ke transshipment point Transshipment point (stasiun/ pelabuhan/ bandar udara) Pengangkutan/ main haul (kereta api/ kapal/ pesawat terbang) Trans-shipment point (stasiun/ pelabuhan/ bandar udara) Pengangkutan dari transshipment point Pengecer/ Konsumen

Dari gambar di atas dapat diuraikan kegiatan yang terdapat pada masing-masing segmen, yaitu: Pabrik/pergudangan, beberapa kegiatan usaha yang terdapat pada segmen ini meliputi: Pergudangan/warehousing; Penyimpanan/ inventory; Sortasi; Pengepakan; Penandaan/marking; Pengukuran; Penimbangan; Stuffing; Stripping. Pengangkutan ke/dari transshipment point, beberapa kegiatan usaha yang terdapat pada segmen ini meliputi: Pengangkutan dengan angkutan jalan, perkeretaapian, SDP atau kombinasinya; Asuransi; Klaim asuransi.

Lanjutan... Transshipment point (stasiun/pelabuhan/bandar udara), beberapa kegiatan usaha yang terdapat pada segmen ini meliputi: Pergudangan/warehousing; Bongkar/muat; Tally; Kepabeanan; Karantina; Stuffing; Stripping; Pengurusan Dokumen Pengangkutan/main haul (kereta api/kapal/pesawat terbang), beberapa kegiatan usaha yang terdapat pada segmen ini meliputi: Asuransi; Klaim asuransi

Beberapa Permasalahan Penyelenggaraan Angkutan Multimoda 1. KETERPADUAN JARINGAN PRASARANA Pembangunan jaringan prasarana transportasi di tingkat wilayah ditangani oleh beberapa kementerian dan pemerintah daerah sehingga diperlukan unit organisasi untuk mengkoordinasikan perencanaan dan pembangunan jaringan prasarana agar tidak terjadi kapasitas berlebih pada masingmasing moda; Belum berkembangnya fasilitas logistics center sehingga pengguna jasa dan operator sulit mendapatkan informasi muatan dan angkutan; Keterpaduan antarsimpul saat ini belum terhubung secara optimal; Pembangunan simpul terminal masih sering kurang memperhatikan penyediaan prasarana trans-shipment.

Beberapa Permasalahan Penyelenggaraan Angkutan Multimoda (Lanjutan ) 2. KETERPADUAN JARINGAN PELAYANAN ANGKUTAN BARANG Katerpaduan Pelayanan Penanganan keterpaduan pelayanan angkutan multimoda kurang optimal Dokumen angkutan barang yang digunakan masih bersifat masing-masing moda Keterpaduan Sarana dan Fasilitas Penunjang Keterpaduan Teknologi Informasi dan Komunikasi Kompatibilitas antarsarana dan fasilitas penunjang masih belum optimal Pengembangan sistem informasi di bidang transportasi multimoda sudah berjalan tetapi masih bersifat parsial (tracking system, electronic seal)

Beberapa Permasalahan Penyelenggaraan Angkutan Multimoda 3. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENGUSAHAAN Perusahaan penyedia jasa logistik belum mampu bersaing secara internasional Kompetensi SDM di bidang angkutan multimoda ditingkatkan masih perlu Lembaga sertifikasi profesi di bidang angkutan multimoda belum terbentuk Lembaga atau unit kerja yang terkait dengan penyelenggaraan angkutan multimoda terdiri dari beberapa lembaga sehingga diperlukan koordinasi

Perbandingan Nilai Logistic Performance Index (LPI) Negara-Negara Anggota ASEAN Country LPI Custom Infrastructure International Shipment 16 Competence Tracking & Tracing Timelines Rank Score Rank Score Rank Score Rank Score Rank Score Rank Score Rank Score Singapore 1 4.13 1 4.10 2 4.15 2 3.99 6 4.07 6 4.07 1 4.39 Malaysia 29 3.49 29 3.28 27 3.43 26 3.40 30 3.45 28 3.54 28 3.86 Thailand 38 3.18 42 2.96 44 3.08 35 3.21 49 2.98 45 3.18 39 3.63 Philipines 52 3.02 67 2.63 62 2.80 56 2.97 39 3.14 39 3.30 69 3.30 Vietnam 53 3.00 63 2.65 72 2.68 39 3.14 82 2.68 47 3.16 38 3.64 Indonesia 59 2.94 75 2.53 85 2.54 57 2.97 62 2.85 52 3.12 42 3.61 Rata-Rata Score 3.29 3.03 3.11 3.28 3.20 3.40 3.74 Sumber: World Bank, 2012

No Perbandingan Nilai Logistic Performance Index (LPI) Pulau Jawa, indonesia dan Negara- Negara Anggota ASEAN Variabel Logistic Performance Index (LPI) 1 Customs (Efisiensi Proses Clearance) Rata-Rata Pulau 17 Jawa Rata-Rata Indonesia Rata-Rata Negara- Negara ASEAN 3,04 2,53 3,025 2 Infrastructure (Kualitas Infrastruktur Transportasi) 2,87 2,54 3,11 3 International Shipment 3,11 2,97 3,28 4 Competence (Kompetensi dan Kualitas Jasa Logistik) 3,03 2,85 3,20 5 Tracking and Tracing (Kemampuan Melacak dan Menelusuri Muatan Barang) 3,04 3,12 3,40 6 Timelines (Ketepatan Waktu Barang) Pengiriman Barang Dengan Kesesuaian Jadwal Pengiriman 3,53 3,61 3,74 Sumber: Study Kinerja Logistik di Pulau Jawa, 2012

STRATEGI PENGEMBANGAN ANGKUTAN MULTIMODA DI PULAU JAWA 1. Peningkatan Keterpaduan Jaringan Prasarana 2. Peningkatan Keterpaduan Jaringan Pelayanan 3. Peningkatan Kualitas Badan Usaha Angkutan Multimoda

strategi 1: PENINGKATAN KETERPADUAN JARINGAN PRASARANA Mengurangi beban jalan dengan mengembangkan jaringan transportasi multimoda dan logistic center sebagai upaya meningkatkan kelancaran arus barang dari pusat produksi menuju outlet-inlet, ekspor-impor dan antar pulau. Mengembangkan jaringan kereta api untuk angkutan barang jarak jauh. Optimasi kapasitas pelabuhan dan pengembangan interkoneksi dengan hinterland dan hub internasional.

strategi 1: PENINGKATAN KETERPADUAN JARINGAN PRASARANA (Lanjutan..) Menyiapkan pelabuhan sebagai hub internasional untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada hub internasional di negara lain. Mengoptimalkan peran bandar udara yang ada untuk dapat berfungsi sebagai bandar udara kargo. Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul transportasi udara.

Strategi 2: PENINGKATAN KETERPADUAN JARINGAN PELAYANAN Meningkatkan pelayanan angkutan barang melalui angkutan kereta api. Memberlakukan asas cabotage untuk angkutan laut dalam negeri secara penuh sesuai jadwal roadmap. Meningkatkan aksesibilitas barang di daerah tertinggal dan daerah padat/macet. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan angkutan laut yang dilakukan secara terpadu serta melalui penataan jaringan trayek. Peningkatan efisiensi operasional pelayanan.

Strategi 2: PENINGKATAN KETERPADUAN JARINGAN PELAYANAN (lanjutan..) Meningkatkan kinerja pelayanan pada pelabuhan strategis yang menangani sebagian besar arus barang (Banten, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak). Meningkatkan kinerja pelayanan kargo pada bandar udara yang menangani arus kargo (Soekarno Hatta, Adi Sicipto, Juanda).

Stategi 3: peningkatan Kualitas Badan Usaha Angkutan Multimoda Peningkatan pembinaan badan usaha angkutan multimoda agar mampu bersaing secara internasional; Meningkatkan kualitas SDM angkutan multimoda; Pembentukan lembaga sertifikasi profesi (LSP) di bidang angkutan multimoda.

TERIMA KASIH