Pembiayaan Defisit pada APBN-P URAIAN Realisasi APBN-P Realisasi APBN SURPLUS/(DEFISIT) (4,1) (129,8) (87,2) (98,0)

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI SAL DALAM RAPBN I. Data SAL

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

DAFTAR ISI DISCLAIMER

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)


Utang Indonesia Mengancam Diskresi Fiskal

REALISASI SEMENTARA APBNP

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

Referensi : Struktur Utang Indonesia 2013

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

RUANG FISKAL DALAM APBN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

CATATAN ATAS APBN-P 2015 DAN PROSPEK APBN 2016

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2016 (Audited) KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Frequently Asked Questions (FAQ)

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

BAB VI PEMBIAYAAN DEFISIT ANGGARAN, PENGELOLAAN UTANG, DAN RISIKO FISKAL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2014 TENTANG

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang

2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAGIAN ANALISA PENDAPATAN NEGARA DAN BELANJA NEGARA SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

KEBIJAKAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/ ATAU DAU DALAM BENTUK NON TUNAI

AKUNTANSI PEMBIAYAAN

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

Frequently Asked Questions (FAQ)


DATA POKOK APBN

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Menurut UU No. 17 Tahun 2003, anggaran pendapatan dan belanja negara atau

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

PENYERAPAN ANGGARAN DALAM APBN

NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

SURVEI PERSEPSI PASAR

I. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Undang Nomor 3 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669); MEMUTUSK

SURVEI PERSEPSI PASAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 1/2002, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARAN 2001

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

Transkripsi:

Pembiayaan Defisit pada APBN-P 2010 Sebagai konsekuensi dari Penerimaan Negara yang lebih kecil daripada Belanja Negara maka postur APBN akan mengalami defisit. Defisit anggaran dalam batasan-batasan tertentu masih dapat ditolerir dan kadangkala diperlukan sebagai stimulus penggerak roda perekonomian. Untuk menutupi defisit tersebut maka langkah yang lazim diambil oleh Pemerintah adalah pembiayaan APBN melalui utang. Utang merupakan bagian dari Kebijakan Fiskal (APBN) yang menjadi bagian dari Kebijakan Pengelolaan Ekonomi secara keseluruhan. Tujuan Tujuan umum pengelolaan utang dalam jangka panjang adalah meminimalkan biaya utang dengan tingkat risiko yang semakin terkendali. Profil Surplus/Defisit dan Pembiayaan pada APBN 2008 2009 2010 URAIAN Realisasi APBN-P Realisasi APBN SURPLUS/(DEFISIT) (4,1) (129,8) (87,2) (98,0) PEMBIAYAAN 84,1 129,8 125,2 98,0 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 97,3 142,6 142,6 107,9 1 Perbankan Dalam Negeri (4,9) 56,6 56,6 7,1 a. RDI 0,3 3,7 3,7 5,5 b. Rekening Pembangunan Hutan 0,6 c. SAL - 51,9 51,9 1,0 2 Non Perbankan Dalam Negeri 102,2 86,0 87,0 100,8 _ Hasil Pengelolaan Aset 2,9 (0,2) 1,2 _ Surat Berharga Negara (netto) 85,9 99,3 99,4 _ Pinjaman Dalam Negeri 1,0 _ Dana Investasi Pem dan Rest BUMN II PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (13,2) (12,7) (17,4) (9,9) 1 Penarikan Pinjaman LN (bruto) 50,2 69,3 56,0 57,6 a. Pinjaman Program 30,1 30,3 23,1 b. Pinjaman Proyek Bruto 20,1 39,0 32,9 2 Penerusan SLA - (13,0) (5,4) (8,6) 3 Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN (63,4) (69,0) (68,0) (58,8) KELEBIHAN (KEKURANGAN PEMBIAYAAN) 80,0-38,0-1

Perkembangan Defisit APBN Berdasarkan grafik di bawah, terlihat bahwa sejak tahun 2005 Surat Berharga Negara (SBN) telah menjadi instrumen utama pembiayaan defisit APBN. Kenaikan SBN periode 2005-2010, antara lain untuk refinancing utang lama yang jatuh tempo, dan refinancing dilakukan dengan utang baru yang mempunyai syarat & ketentuan yang lebih baik. Catatan: APBN 1999-2008 LKPP yang telah diaudit + APBN P 2009 ++ APBN 2010 Sumber : Ditjen Pengelolaan Utang Depkeu Rasio Utang Defisit dan Pembiayaan APBN 1999-2010 Sebagai gambaran utang pemerintah pusat Indonesia hingga November 2009 tercatat sebesar US$ 170,73 miliar atau setara dengan Rp 1.618,54 triliun. Angka itu masih lebih rendah dibandingkan jumlah utang per akhir 2008 yang mencapai Rp 1.636,74 triliun. Utang itu terdiri dari pinjaman US$ 67,19 miliar dan surat berharga US$ 103,54 miliar. Dengan menggunakan PDB Indonesia yang sebesar Rp 5.401 triliun, maka rasio utang Indonesia tercatat sebesar 30%. Hingga November 2009, terjadi kenaikan dalam penerbitan surat uang pemerintah pusat dari US$ 82,78 miliar di akhir 2008 menjadi US$103,54 miliar. Sementara rincian pinjaman yang diperoleh pemerintah pusat hingga akhir November 2009 adalah: o Bilateral : US$ 44,06 miliar o Multilateral: US$ 20,84 miliar o Komersial : US$ 2,21 miliar o Supplier : US$ 0,7 miliar. 2

Jumlah utang Indonesia memang meningkat dari tahun ke tahun, namun secara rasio utang terhadap PDB menurun. Hal itu sejalan dengan terus meningkatnya PDB Indonesia secara signifikan. Berikut grafik catatan utang pemerintah pusat sejak tahun 2000 berikut perkembangan rasio utangnya terhadap PDB: Rasio Utang terhadap PDB & Total Utang Pemerintah Pusat Persentase 100% 80% 60% 40% 20% 0% Total Utang Pemerintah Pusat 1234,3 1273,2 1225,2 1232 1299,5 1313,3 1302,2 1389,4 1636,7 1618,5 Rasio Utang terhadap PDB 88,8% 77,3% 67,2% 61,2% 56,6% 47,3% 39,0% 35,2% 33,0% 30,0% Sumber: Ditjen Pengelolaan Utang Depkeu Pembiayaan pada APBN 2010 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008** Nov 2009** Pembiayaan pada APBN 2010 akan tetap didominasi oleh Utang. Utang yang jatuh tempo 2010 didominasi oleh SBN dibandingkan dengan Pinjaman Luar Negeri. Hal itu menjadi lebih menonjol lagi jika megacu pada 2009 di mana tidak ada SBN yang jatuh tempo. Profil Jatuh Tempo Utang per 30 November 2009 Perkembangan Pembiayaan melalui Utang 1998-2010 2000 1500 1000 500 0 Triliun 3

Cashflow Pembiayaan 2005-2010 Strategi & Kebijakan Pembiayaan Meminimalkan biaya utang dan mengendalikan tingkat resiko - Mempertahankan pengurangan Pinjaman Luar Negeri sehingga tambahan Pinjaman Luar Negeri Neto tetap negative. - Mengutamakan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN ) Rupiah di pasar dalam negeri o Mengurangi resiko nilai tukar o Mewujudkan kemandirian dalam pembiayaan APBN o Mendukung pergerakan pasar modal domestik o peningkatan partisipasi masyarakat secara optimal dalam program pembiayaan pembangunan nasional melalui mekanisme pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang. - Mempersiapkan kemungkinan melakukan transaksi lindung nilai untuk mengendalikan resiko nilai tukar dan tingkat bunga dan resiko refinancing. Masukan untuk APBN-P 2010 Pemerintah akan mengusulkan pembahasan RAPBN-P 2010. Sebelum penetapan APBN-P tersebut hendaknya pemerintah dan DPR mempertimbangkan hal-hal yang berkenaan dengan pengucuran anggaran, antara lain : 1. Kemampuan kementerian/lembaga dalam menyerap anggaran. Dalam tiga tahun terkahir penyerapan anggaran masih dibawah level 95%. 2. Kesiapan kementerian/lembaga dan juga daerah untuk melakukan revisi atas perencanaan program/kegiatan yang telah ditetapkan mengingat APBN 2010 baru berjalan sebentar. 4

3. Tambahan anggaran yang dikucurkan dalam APBN-P 2010 mendatang hendaknya ditujukan untuk peningkatan kegiatan sektor riil 4. Pemerintah juga harus mengupayakan pembiayaan melalui upaya peningkatan penerimaan dalam negeri, misal: penguatan kinerja BUMN. Dalam APBN 2009 Pemerintah menargetkan defisit 1,0% PDB, APBN-P 2009 meningkat menjadi 2,4% tetapi realisasinya hanya 1,6% PDB. Hal itu menunjukkan bahwa penyerapan anggaran ternyata tidak optimal. Sekarang pemerintah menargetkan pada APBN 2010 defisit sebesar 1,6%. Hal ini perlu menjadi perhatian DPR pada level berapa defisit anggaran yang dianggap cocok. 5