BAB IV ANALISIS DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

No. Klasifikasi Medan Jalan Raya Utama 1 Datar (D) 0 9,9 % 2 Perbukitan (B) 10 24,9 % 3 Pegunungan (G) >24,9 %

BAB IV ANALISA DATA. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam alinyemen horizontal, diantaranya adalah sebagai berikut :

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

BAB IV ANALISA DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV - 1

BAB IV ANALISA DATA Pengumpulan Data

4.1 ANALISA ASPEK TEKNIS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

NOTASI ISTILAH DEFINISI

STUDI PARAMETER LALU LINTAS DAN KINERJA JALAN TOL RUAS MOHAMMAD TOHA BUAH BATU

Irvan Banuya NRP : Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

HALAMAN PENGESAHAN PERENCANAAN JEMBATAN GANTUNG TUGU SOEHARTO KELURAHAN SUKOREJO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

BAB III LANDASAN TEORI

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN DR. DJUNJUNAN, BANDUNG, AKIBAT PENGARUH LIMPASAN AIR HUJAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

LAMPIRAN A (Hasil Pengamatan)

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat.

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

STUDI VOLUME, KECEPATAN, KERAPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN TERUSAN PASIRKOJA, BANDUNG

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. mengenai rekapitulasi untuk total semua jenis kendaraan, volume lalulintas harian

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

STUDI VOLUME, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN ABDULRACHMAN SALEH, BANDUNG

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian terletak di Kotamadya Denpasar yaitu ruas jalan

PENGARUH DELMAN TERHADAP KELANCARAN LALU LINTAS DI JALAN GUNUNG BATU BANDUNG

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:

ANALISIS HUBUNGAN VOLUME, KECEPATAN DAN KERAPATAN LALU LINTAS PADA JALAN ASIA AFRIKA BANDUNG

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

BAB IV ANALISA DATA 4.1 PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN

WAKTU PERJALANAN DAN TUNDAAN PADA JALAN GUNUNG BATU, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN I - 1

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

xxi DAFTAR DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL Ukuran kinerja umum NOTASI ISTILAH DEFINISI

Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

STUDI VOLUME, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN DR. JUNJUNAN, BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG

4.2 ANALISA TOPOGRAFI

KINERJA RUAS JALAN MANADO - BITUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN MENURUT MKJI 1997 ( Studi Kasus : Jalan Sulawesi Denpasar, Bali ) Oleh : Ngakan Putu Ari Kurniadhi NPM.

PENGARUH PENUTUPAN CELAH MEDIAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI JALAN IR.H.JUANDA BANDUNG

ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN SAM RATULANGI DENGAN METODE MKJI 1997 DAN PKJI 2014

BAB IV HASIL DAN ANALISA. kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik ruas jalan Kalimalang. a. Sistem jaringan jalan : Kolektor sekunder

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

EVALUASI KINERJA JALAN JENDRAL AHMAD YANI DEPAN PASAR KOSAMBI BANDUNG

Djoko Sulistiono 1, Hera widyastuti 2, Catur Arief Prastyanto 2 1 Mahasiswa S 2 Manajemen dan Rekayasa Transportasi Teknik Sipil FTSP ITS

EVALUASI KINERJA JALAN TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN JALAN DUA JALUR

II. TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KORIDOR JALAN SULAWESI JALAN KERTAJAYA INDAH SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

Fitria Yuliati

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Aspek Lalu Lintas

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA

IV. DATA PENELITIAN. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi

TUGAS AKHIR ANALISIS DAMPAK LOKASI PINTU TOL SLIPI TERHADAP KINERJA JALAN S. PARMAN

BAB III LANDASAN TEORI. kapasitas. Data volume lalu lintas dapat berupa: d. Arus belok (belok kiri atau belok kanan).

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANCE KINERJA JALAN RAYA CINERE

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN RAMP SIMPANG SUSUN BAROS

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

I LANGKAH D : PERILAKU LALU-LINTAS Derajat Kejenuhan Kecepatan Dan Waktu Tempuh Iringan (peleton)

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

BAB III LANDASAN TEORI. manajemen sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994).

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

Tugas Akhir. Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh Ijazah Sarjana Teknik. Disusun Oleh; FITRA WAHYUZAN

Transkripsi:

IV- BAB IV ANALISIS DATA 4. TINJAUAN UMUM Analisis data diperlukan untuk mendapatkan parameter-parameter yang dibutuhkan dalam perancangan jembatan. Data yang diambil adalah data yang didapat dari instansi maupun dari sumber pustaka. Dalam proses perencanaan jembatan, setelah dilakukan pengumpulan data dilanjutkan dengan dilakukan analisis untuk penentuan bentang maupun kelas jembatan dan lain-lain serta melakukan perhitungan detail jembatan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam perancangan jembatan ini meliputi :. Analisis Lalu Lintas. Analisis Hidrologi 3. Analisis Tanah 4. ANALISIS LALU LINTAS Besarnya volume lalu-lintas yang ada sangat mempengaruhi lebar efektif jembatan, Perbandingan banyaknya lalu lintas yang melewati jalur jalan tersebut akan menjadi dasar perancangan geometri jalan dan lebar rencana jembatan. 4.. Analisis Data Lalu Lintas Data sekunder lalu lintas ruas jalan Menoreh diperoleh dari tahun 00-007 adalah seperti tabel di bawah ini : No. Tabel 4. LHR Ruas Jalan Menoreh (Kendaraan/hari) Jenis Kendaraaan Karakteristik Volume Kendaraan/hari 00 003 004 005 006 007 Kend Kend Kend Kend Kend Kend. Motorcycle MC 455 7 398 07 54 78. Car LV 566 506 508 6 56 606 3. MiniBus LV 37 3 339 306 395 4 4. MicroTruck LV 95 97 98 97 94 08 5. Truck axl MHV 67 05 0 4 94 00 6. Non motor trafffic 49 493 455 555 543 534 399 369 3900 379 456 4587 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Semarang, 008

IV- Dari Tabel 4. di atas LHR dikelompokkan menurut jenis kendaraan jalan perkotaan berdasarkan buku MKJI 997 menjadi sebagai berikut : Tabel 4. LHR Ruas Jalan Menoreh Berdasarkan Jenis Kendaraan Kendaraan 00 003 004 005 006 007 Jenis Kendaraan EMP Kend SMP Kend SMP Kend SMP Kend SMP Kend SMP Kend SMP Kendaraan Ringan (LV) 978 978 94 94 945 945 05 05 005 005 5 5 Kendaraan Berat Menengah (MHV).3 67 87. 05 36.5 0 3.6 4 84.6 94 5. 00 60 3 Sepeda Motor (MC) 0.5 455 77.5 7 558.5 398 699 07 508.5 54 757 78 864-793 - 609-777 - 708-04 - 49 4.. Pertumbuhan Lalu Lintas Perkiraan pertumbuhan lalu lintas dapat dihitung dengan menggunakan dua macam metode yaitu : 4... Metode Eksponensial Perhitungan pertumbuhan lalu lintas dengan metode eksponensial dihitung berdasarkan LHRT, LHRo serta umur rencana (n). Rumus umum yang dipergunakan adalah LHRT = LHRo (+i) n Dimana : LHRT = LHR akhir umur rencana LHRo = LHR awal umur rencana n = umur rencana (tahun) i = angka pertumbuhan Dengan menggunakan data sekunder maka nilai pertumbuhan (i) dapat dihitung dan hasil perhitungannnya ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

IV- 3 Tabel 4.3 Angka Pertumbuhan Lalu lintas Metode Eksponensial No. Tahun LHR LHRo LHRT I n (smp/jam) (smp/jam) (%). 00 793 - - - -. 003 609 793 609-0,3 3. 004 777 609 777 0,44 4. 005 708 777 708 3-3,88 5. 006 04 708 04 4 7,9 6. 007 49 04 49 5,67 Pertumbuhan (i) 5,8 Dari hasil perhitungan dengan metode eksponensial didapat angka pertumbuhan (i) sebesar 5,8 %. 4... Metode Regresi Linier Perkiraan pertumbuhan lalu lintas menggunakan regresi linier merupakan metode penyelidikan data dan statistik. Analisis tingkat pertumbuhan lalu lintas dengan meninjau data LHR yang lalu, yaitu dari tahun 00 sampai tahun 007 lebih jelas tentang pertumbuhan lalu lintas pada ruas jalan tersebut, dapat dilihat pada tabel hubungan antara tahun dan LHR. Tabel 4.4 Angka Pertumbuhan Lalu Lintas Metode Regresi Linier LHR (smp) x = x xr y y yr = x Y x. y Tahun X 00 793 -.5-65.33 6.5 63.35 003 609 -.5-49.33.5 373.995 004 3 777-0.5-8.33 0.5 40.665 005 4 708 0.5-50.33 0.5-75.65 006 5 04.5 55.67.5 33.505 007 6 49.5 390.67 6.5 976.675 Σ 50 0 0 7.5 73 Σx Xr = = = 3, 5 n 6 Σy 50 Yr = = = 858, 33 n 6 Σ y = na + bσx 50 = 6.a +b.0 50 a = = 858, 33 6

IV- 4 _ Σ x y = aσx + bσ x 73 = a.0 + b.7,5 73 b = = 97, 88 7,5 b i = x00% a 97,88 i = x 00% = 5,7% 858,33 Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode regresi linier didapat angka pertumbuhan (i) sebesar 5,7 %. Hasil kedua metode di atas angka pertumbuhan (i) pertahun yang diambil adalah angka pertumbuhan terbesar yaitu 5,7 %. 4..3 Penentuan LHR Tahun Rencana Dari survey lapangan yang dilakukan pada tanggal 3 April 008, dapat diketahui besarnya volume lalu lintas untuk menganalisis kapasitas ruas jalan tersebut. Survey dilaksanakan pada jam jam tertentu, pencatatan dilakukan dalam interval waktu 5 menit. Hal ini untuk mempermudah pelaksanaan survey di lapangan yang diperkirakan pada jam jam sibuk dan jam jam tidak sibuk yaitu pada jam: 06.00 08.00.00 4.00 7.00 9.00 Adapun pelaksanaan survey meliputi : penentuan jenis kendaraan waktu asal tujuan Berdasarkan MKJI, perencanaan jalan perkotaan untuk menilai setiap kendaraan ke dalam satuan mobil penumpang (smp) maka harus dikalikan dengan faktor equivalensinya (emp), yaitu: HV =,3 (bus, truk as, truk 3 as) LV =,0 (mobil penumpang, mikrobis, pick up) MC = 0,5 ( sepeda motor) Penentuan emp ini diambil dengan asumsi jalan yang diambil adalah / UD.

IV- 5 Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Survey Bulan April 008 di Jalan Menoreh Pukul Motor Mobil Truk Bus Pukul Motor Mobil Truk Bus 06.00-06.5 9 7 5 5 07.00-07.5 0 8 4 4 06.5-06.30 8 6 5 5 07.5-07.30 9 7 6 4 06.30-06.45 8 6 3 5 07.30-07.45 9 7 4 4 06.45-07.00 7 8 3 4 07.45-08.00 8 7 5 (kend/jam) 7 7 6 9 (smp/jam) 36 7 0,8 4,7 (kend/jam) (smp/jam) 76 9 6 7 38 9 0,8, Total (smp/jam) 08,5 Total (smp/jam) 09,9 Pukul Motor Mobil Truk Bus Pukul Motor Mobil Truk Bus.00 -.5 9 7 3 3 3.00-3.5 8 6 4 4.5 -.30 8 6 5 5 3.5-3.30 7 5 4 4.30 -.45 8 6 3 5 3.30-3.45 7 5 4 6.45-3.00 7 6 3 6 3.45-4.00 8 5 5 (kend/jam) 7 5 4 9 (smp/jam) 36 5 8, 4,7 (kend/jam) (smp/jam) 70 4 9 35 8, 4,7 Total (smp/jam) 03,9 Total (smp/jam) 98,9 Pukul Motor Mobil Truk Bus Pukul Motor Mobil Truk Bus 7.00-7.5 9 7 5 3 8.00-8.5 8 6 6 4 7.5-7.30 8 6 5 3 8.5-8.30 7 7 6 4 7.30-7.45 8 4 5 5 8.30-8.45 9 5 4 4 7.45-8.00 9 4 4 8.45-9.00 8 3 3 (kend/jam) 74 7 5 (smp/jam) 37, 9,5 (kend/jam) (smp/jam) 7 7 5 36, 9,5 Total (smp/jam) 99,6 Total (smp/jam) 98,6 Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Survey Bulan April 008 di Jalan Simongan Pukul Motor Mobil Truk Bus Pukul Motor Mobil Truk Bus 06.00-06.5 9 7 5 4 07.00-07.5 0 8 6 5 06.5-06.30 8 6 5 5 07.5-07.30 9 7 6 5 06.30-06.45 8 6 3 5 07.30-07.45 9 7 4 6 06.45-07.00 8 8 4 07.45-08.00 9 8 3 6 (kend/jam) 73 7 5 8 (smp/jam) 36,5 7 9,5 3,4 (kend/jam) (smp/jam) 77 30 9 38,5 30 4,7 8,6 Total (smp/jam) 06,4 Total (smp/jam),8

IV- 6 Pukul Motor Mobil Truk Bus Pukul Motor Mobil Truk Bus.00 -.5 9 7 5 4 3.00-3.5 8 6 6 5.5 -.30 8 6 5 6 3.5-3.30 7 5 4 5.30 -.45 8 6 3 7 3.30-3.45 7 5 4 8.45-3.00 8 7 4 7 3.45-4.00 9 6 3 6 (kend/jam) 73 6 7 4 (smp/jam) 36,5 6, 3, (kend/jam) (smp/jam) 7 7 4 35,5, 3, Total (smp/jam) 5,8 Total (smp/jam) 0,8 Pukul Motor Mobil Truk Bus Pukul Motor Mobil Truk Bus 7.00-7.5 9 7 7 4 8.00-8.5 8 6 8 5 7.5-7.30 8 6 5 4 8.5-8.30 7 7 6 5 7.30-7.45 8 4 5 7 8.30-8.45 9 5 4 6 7.45-8.00 0 5 3 5 8.45-9.00 9 4 4 (kend/jam) 75 0 0 (smp/jam) 37,5 6 6 (kend/jam) (smp/jam) 73 0 0 36,5 6 6 Total (smp/jam),5 Total (smp/jam) 0,5 Dari hasil survey didapat arus jam puncak di jalan Menoreh terjadi pada pukul 07.00-08.00 sebesar 09,9 smp/jam dengan persentase arah tujuan kendaraan 47%, sedangkan arus jam puncak di jalan Simongan sebesar,8 smp/jam dengan persentase arah tujuan kendaraan 60%. Arus Jam Puncak = (47% x 09,9) + (60% x,8) = 5 smp/jam Berdasarkan MKJI 997 untuk jalan dalam kota, faktor k diambil 0,06. Arus jam puncak Jadi, LHRT = k 5 = = 079 smp/hari 0,06 LHRT yang diperoleh dari perhitungan berdasarkan data primer adalah 079 smp/hari. Masa pembangunan selama tahun, umur rencana 50 tahun. Maka LHR tahun rencana ( LHR 059 ) : LHR 059 = 079 x ( + 0,057) 5 = 8534 smp/hari

IV- 7 4..4 Penentuan Kelas Jalan Untuk menentukan kelas jalan mengacu pada buku Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan 004 sebagai berikut : Tabel 4.7 Klasifikasi Fungsi Jalan dan Kelas Jalan Fungsi LHRT (satuan smp/ arah/hari) Kelas Arteri Primer Kolektor >0000 < 0000 Arteri > 0000 < 0000 Sekunder Kolektor > 6000 < 6000 3 Jalan lokal > 500 < 500 3 4 Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, 004 Berdasarkan perhitungan LHR Tahun Rencana bahwa ruas jalan tersebut digolongkan pada jalan Arteri Sekunder kelas (LHRT rencana = 8534 smp/hari) > 0000 smp/hari. Tabel 4.8 Penentuan Kecepatan Rencana Tipe Tipe I Tipe II Kelas Kecepatan Rencana (km/jam) Kelas 00 ; 80 Kelas 80 ; 60 Kelas 60 Kelas 60 ; 50 Kelas 3 40 ; 30 Kelas 4 30 ; 0 Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, 004 Berdasarkan tabel di atas, maka kecepatan rencana yang disarankan untuk jalan tipe II kelas adalah 60 km/jam.

IV- 8 4..5 Penentuan Geometri Jalan 4..5. Kapasitas Jalan Direncanakan lebar lajur 3,5 meter /UD. Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan perkotaan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 997, adalah sebagai berikut : C = C o x FC w x FC SP x FC SF x FC CS = 900 x 0,93 x,00 x 0,94 x,00 = 548 smp/jam Dimana : C = kapasitas (smp/jam). C o FC w FC SP FC SF = kapasitas dasar (smp/jam). = faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas. = faktor penyesuaian pemisah arah. = faktor penyesuaian hambatan samping. FC CS = faktor penyesuaian ukuran kota. 4..5. Arus Jam Rencana (QDH) QDH = k x LHRT = 0,06 x 8534 = 7 smp/jam Dimana : QDH = Arus jam rencana. k = 0,06 (MKJI 997 untuk jalan dalam kota). LHRT = lalu lintas harian rata-rata tahunan. 4..5.3 Derajat Kejenuhan (DS) pada Tahun Rencana Dengan membandingkan kedua di atas : QDH DS = C 7 DS = = 548 0,67

IV- 9 Dari hasil perhitungan nilai parameter tingkat kinerja jalan di atas, besarnya DS memenuhi persyaratan (DS ideal adalah 0,75), maka kondisi jalan dengan / UD masih layak dipergunakan sampai umur rencana hingga tahun 059. Klasifikasi Perencanaan Jembatan Gantung Tugu Soeharto kelurahan Sukorejo kecamatan Gunungpati Semarang, dipergunakan jalan lajur arah tanpa median (/ UD) dengan kelas jalan arteri sekunder kelas, dan kecepatan rencana 60 km/jam. Lebar Lajur = x 3,5 m = 6,5 m Lebar Trotoar = x,50 m = 3,0 m Lebar Bahu = x 0,50 m =,0 m + Lebar Jembatan = 0,5 m 4.3 ANALISIS HIDROLOGI Data-data hidrologi yang diperlukan dalam merencanakan suatu jembatan antara lain adalah sebagai berikut :. Peta topografi DAS. Peta situasi dimana jembatan akan dibangun 3. Data curah hujan dari stasiun pemantau terdekat Data hidrologi diperlukan untuk mencari nilai debit banjir rencana yang kemudian digunakan untuk mencari clearence jembatan dari muka air tertinggi. Untuk lebih jelasnya data hidrologi akan diolah menurut cara-cara berikut ini : 4.3. Analisis Curah Hujan Data curah hujan yang didapat, dihitung curah hujan rencana dengan distribusi Gumbell. Sebagai pendekatan analisis frekuensi curah hujan ini hanya dikhususkan pada curah hujan maksimum dalam satu tahun. Dari data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah Semarang diambil dua lokasi stasiun, yaitu Petompon dan Ahmad Yani, curah hujan bulanan diambil dari data sepuluh tahunan yaitu dari tahun 998 007 adalah sebagai berikut :

IV- 0 Tabel 4.9 Data Curah Hujan Stasiun Petompon (mm/hari) NO. TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Maksimum. 998 368 97 34 06 768 946 74 473 0 9 3 880 368. 999 88 864 6 540 864 974 90 35 46 50 38 098 098 3. 000 738 576 34 43 08 806 0 66 34 4 44 44 738 4. 00 79 88 900 360 60 80 666 0 6 9 376 450 900 5. 00 656 06 96 4 400 35 338 45 3 65 576 78 656 6. 003 558 3034 88 458 60 4 96 0 48 0 5 96 3034 7. 004 350 990 558 864 75 70 96 0 6 5 80 96 350 8. 005 630 864 666 558 304 380 498 3 6 5 80 450 864 9. 006 6 78 34 34 44 960 30 09 0 58 46 846 78 0. 007 7 954 70 34 480 0 0 4 0 8 5 990 7 Total 457 Rata-rata 45,70 Deviasi 389,79 k,590 XT (mm) 355,099 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Tabel 4.0 Data Curah Hujan Stasiun Ahmad Yani (mm/hari) NO. TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Maksimum. 998 845 653 00 70 474 36 08 9 0 0 576 7 845. 999 773 546 30 480 73 6 84 74 43 4 548 664 773 3. 000 380 47 900 60 80 845 90 690 6 30 03 05 380 4. 00 90 967 40 960 968 53 80 548 694 76 86 33 90 5. 00 48 56 90 050 74 630 750 90 395 843 08 4 48 6. 003 4 680 360 570 546 936 540 0 4 67 6 560 680 7. 004 904 86 900 050 573 57 0 0 7 87 6 583 86 8. 005 590 60 870 70 548 307 34 0 304 43 8 45 590 9. 006 76 053 080 80 36 0 53 35 4 06 546 54 76 0. 007 375 40 40 0 360 846 364 36 0 0 504 639 375 Total 489 Rata-rata 48,90 Deviasi 436,70 k,590 XT (mm) 3559,956 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika

IV- Perhitungan curah hujan rencana distribusi Gumbell Data yang digunakan untuk menghitung curah hujan rencana dengan Distribusi Gumbell ini adalah data hujan selama 0 tahun dari tahun 998 007. Debit banjir rencana ditentukan untuk periode ulang 50 tahun. Rumus Subarkah 980 : K r = 0,78 x ln - 0,45 Tr => 50 tahun Tr K r = -0,430 Untuk Stasiun Hujan Ahmad Yani R 50 = R + K r x S x = 45,70 0,430 x 389,9 = 078, mm Untuk Stasiun Hujan Ahmad Yani R 50 = R + K r x S x = 48,9 0,430 x 436,70 = 4, mm 078,+ 4, R 50 diambil = = 59, 65 mm 4.3. Analisis Debit Banjir ( Q ) Analisis debit banjir diperlukan untuk mengetahui besarnya debit banjir pada periode ulang tertentu. Periode ulang debit banjir yang direncanakan adalah 50 tahunan (Q Tr =Q 50 ). Berikut ini adalah data sungai Kaligarang dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah, yang akan digunakan dalam perhitungan banjir rencana : Luas DAS ( A ) =,38 km Panjang aliran sungai ( L ) = 35,7 km = 35700 m Perbedaan ketinggian ( H ) = 87,3 m Kemiringan dasar sungai ( i ) = 0,0044 Perhitungan banjir rencana akan menggunakan formula Rational Mononobe:

IV- H Kecepatan aliran (V) = 7. L 0,6 = 7. Time concentration (TC) = V L 87,3 35700 0,6 =,95 m/det 0, 67 R Intensitas hujan (I) = 4 x 4 T C = 35700 = 8307,69 detik = 5,09 jam,95 Debit banjir (Q Tr ) 0,67 59,65 4 = x 4 5,09 = 54,33 mm/jam = 0,78 (C.I.A) = 0,78 (0,6 x 54,33 x,38) = 949, m 3 /det 4.3.3 Analisis Tinggi Muka Air Banjir Pada Analisis ini yang dihitung adalah tinggi muka air banjir yang dihasilkan oleh debit banjir 50 tahunan untuk mengetahui pengaruh tinggi muka air banjir rencana yang pada akhirnya dapat diperhitungkan tinggi jagaan (freeboard) dan tinggi jembatan itu sendiri. 5500 7000 9000 500 7000 5600 8300 Q 4700 Q Q3 h Q4 059 Q5 3544 Q6 380 Q7 3555 Gambar 4. Penampang Melintang Sungai Kaligarang Q =.R 3.S.A n R = P A dimana : R = jari-jari hidrolis S = kemiringan saluran (sloope) = 0,0044

IV- 3 A = luas penampang basah P = keliling basah n = koefisien manning = 0,07 (keadaan saluran berbatu) maka, n = 0,07 A = 5,5 ( h 4,7 ) P = 5,5 + h 4,7 5,5 ( h 4,7) R = 5,5 + h 4,7 S = 0,0044 Q = 0,07. 5,5 ( h 4,7) 5,5 + h 4,7 3. 0,0044 n = 0,07 A = ( h 4,7). 7 = 3,5 ( h 4,7 ) P = 8,5 (h 4,7). 7 R = = 0,4 ( h 4,7 ) 8,5 S = 0,0044 Q =. { 0,4 ( h 4,7) }3. 0,0044 0,07 n 3 = 0,07 A 3 = 9 h P 3 = 9 R 3 = h S 3 = 0,0044 Q 3 = 0,07. { h }3. 0,0044. { 9 h} n 4 = 0,07 A 4 = ( h,05 )., 5 =,5 ( h,05 ) P 4 = 3,3 R 4 = 0,38 ( h,05 ) S 4 = 0,0044 Q 4 =. { 0,38 ( h,05) }3. 0,0044 0,07. { 5,5 ( h 4,7) }. { 3,5 (h 4,7) }. {,5 (h,05) }

IV- 4 n 5 = 0,07 A 5 = ( h 5,6 ). 7 P 5 = 7,55 R 5 = 0,49 ( h 5,6 ) S 5 = 0,0044 Q 5 =. { 0,49 ( h 5,6) }3. 0,0044 0,07 n 6 = 0,07 A 6 = ( h 7,35 ).5, 6 P 6 = 5,58 R 6 = 0,5 ( h 7,35 ) S 6 = 0,0044 Q 6 =. { 0,5 ( h 7,35) }3. 0,0044 0,07 n 7 = 0,07 A 7 = ( h 7,36) 8, 3 = 9,5 ( h 7,36 ) P 7 = 8,4 + h 7,36 9,5 (h 7,36) R 7 = 8,4 + h 7,36 S 7 = 0,0044 Q 7 = 0,07. 9,5 (h 7,36) 8,4 + h 7,36 3. 0,0044. { 3,5 (h 5,6) }. { 7,08 (h 7,35) }. { 9,5 (h 7,36) } Debit total saluran (Q) = Q + Q + Q3 + Q4 + Q5 + Q6 + Q7 949, m 3 /dt = Q + Q + Q3 + Q4 + Q5 + Q6 + Q7 Dengan coba-coba didapatkan nilai : h = 4,86 m Berdasar hasil perhitungan di atas, maka minimal tinggi jembatan dari dasar sungai adalah h + tinggi jagaan = 4,86 +,5 = 6,36 m. 4.3.4 Analisis Terhadap Penggerusan Dasar Sungai Penggerusan (scouring) terjadi di dasar sungai di bawah abutment akibat aliran sungai yang mengikis lapisan tanah dasar sungai. Dalamnya penggerusan dihitung

IV- 5 dengan menggunakan metode Lacey. Analisis penggerusan sungai diperhitungkan untuk keamanan dari adanya gerusan aliran sungai. Jenis tanah dasar adalah pasir kasar (coarse sand), maka berdasarkan tabel.9 didapatkan faktor lempung lacey ( f ) =,5 Bentang jembatan ( L ) = 90 m Lebar alur sungai ( W ) = 9 m Rumusan yang dipakai untuk menganalisis gerusan sebagai berikut : Q Untuk L > W d = 0,473 x f dimana : d = kedalaman gerusan normal dari muka air banjir (m) Q = debit banjir maksimum (m 3 /det) f = faktor Lempung Lacey yang merupakan keadaan tanah dasar Dari rumus Lacey : 0,33 Q 949, d = 0,473 x = 0,473 x = 3,974 m f,5 Karena kondisi aliran sungai Kaligarang adalah aliran lurus, maka : Kedalaman penggerusan maximum =,7 d (Tabel.) =,7 x 3,974 = 5,048 m dari muka air banjir Kedalaman penggerusan yang terjadi = d - h = 3,974 m 4,86 m = - 0,886 m =,7 0,886 =,5 m d maks Jadi, kedalaman scouring maksimum adalah -,5 m dari muka tanah (dasar sungai). 0,33 0,33 4.4 ANALISIS TANAH Analisis tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisik dan teknis tanah di lokasi untuk menentukan jenis pondasi yang sesuai dengan keadaan tanah pada jembatan Tugu Soeharto. Pengetahuan yang lengkap mengenai karakteristik tanah dimana akan dibangun suatu bangunan adalah hal yang sangat penting mengingat seluruh beban baik beban sendiri bangunan maupun beban layan seluruhnya akan disalurkan ke tanah

IV- 6 melalui pondasi. Dalam proyek bangunan sipil, hampir tidak ada dua tempat yang memiliki karakteristik tanah yang persis sama. Oleh karena itu, untuk bangunanbangunan yang dikategorikan sebagai bangunan berat adalah mutlak dilakukan penyelidikan tanah untuk memastikan agar bangunan tersebut nantinya dapat berfungsi dengan baik dan stabil. Pekerjaan sondir yaitu pekerjaan untuk mengetahui tahanan conus (conus resistance) yaitu dengan menggunakan alat sondir berupa sebuah kerucut dari besi yang ditekan ke dalam tanah pada titik-titik tertentu yang sudah ditentukan dengan gaya tertentu yang dapat dibaca skalanya untuk setiap jenis dan kedalaman tanah. Pekerjaan sondir dilakukan pada dua titik sondir. Pada pekerjaan sondir alat yang dipergunakan adalah sondir mesin hidrolis tipe Dutch Cone Penetrometer dengan kapasitas 0,00 ton dan tahanan konus (cone resistance) maksimum qc = 700,00 kg/cm. Penyelidikan tanah dilakukan empat titik uji sondir yaitu S, S, S3, dan S4. Tabel 4. Nilai Conus Resistance dan Total Friction pada Pekerjaan Sondir No Titik Total Kedalaman ( m ) Conus Resistance ( kg/cm ) Total Friction ( kg/cm ) S -,00 0,0 s/d 50,0 65,00 S -,00 0,0 s/d 50,0 65,00 S3-4,40 0,0 s/d 30,0 40,00 S4-4,40 0,0 s/d 40,0 50,00 Sumber : Lab. Mektan Unika Soegijopranoto Penentuan jenis pondasi dilihat dari kedalaman lapisan tanah pendukung. Bentuk alternatif pondasi tertera pada tabel di bawah ini : Tabel 4. Jenis jenis Pondasi Jenis Pondasi Pondasi langsung Pondasi sumuran Pondasi tiang beton Pondasi tiang baja Kedalaman Lapisan Pendukung 0 m 5 m 5 60 m 7 - ~ m Sumber : Buku Pegangan Kuliah Rekayasa Pondasi, Undip Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tanah keras pada S dan S terletak pada kedalaman -,00 m, sedangkan tanah keras pada S3 dan S4 terletak pada kedalaman - 4,40 m, maka sebaiknya pondasi yang digunakan yaitu pondasi sumuran.