BAB I PENDAHULUAN. terbesar pertama di dunia disusul Madagaskar diurutan kedua. Hal ini juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkelahi di laut dan saling bakar kapal-kapal penangkap ikannya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

KONFLIK PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Kasus: Sengketa Blok Ambalat) Moch Taufik

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat, maka dapat

PERANANDANKEDUDUKANPEMERINTAHPUSAT DANDAERAHDALAMPENGEMBANGAN WILAYAHPERBATASANLAUT 1

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. Ambalat adalah blok laut seluas Km2 yang terletak di laut

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hukum Laut Indonesia

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 10

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Persengketaan muncul akibat penerapan prinsip yang berbeda terhadap penetapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

Modul ke: 09TEKNIK GEOPOLITIK. Nanang Ruhyat. Fakultas. Program Studi Teknik Mesin

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pembagian Kewenangan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Perairan Indonesia

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS KONFLIK INDONESIA MALAYSIA TENTANG KEPEMILIKAN HAK BERDAULAT ATAS BLOK AMBALAT DAN AMBALAT TIMUR

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

SELAMAT SIANG DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN. SYALLOM, OM SWASTIASTU,

PERMASALAHAN GLOBAL perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut Dunia air laut : 13 cm per 10 tahun; suhu : 0,019 oc per tahun. Indonesia air laut

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur

BAB V PENUTUP. diakibatkan dari Illegal Fishing yang dari tahun ketahun terus mengalami

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

BAB I PENDAHULUAN. Laut memiliki peranan penting baik itu dalam sudut pandang politik,

(archipelagic state) dan sekaligus negara pantai yang memiliki banyak pulau

BAB III PENUTUP. tahun 2006 tentang tim nasional pembakuan rupa bumi. Saat ini ada

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

Perkembangan Hukum Laut Internasional

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

PERENCANAAN KAWASAN PESISIR

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

I PENDAHULUAN. Hukum Internasional mengatur tentang syarat-syarat negara sebagai pribadi

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

Kompleksitas Sengketa Celah Timor

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan (archipelagic

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, kepulauan tidak hanya berarti sekumpulan pulau, tetapi juga lautan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya

Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dari pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai km

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kepulauan terbesar pertama di dunia disusul Madagaskar diurutan kedua. Hal ini juga dipertegas dengan perhitungan Dinas Hidro Oceonografi (Dishidros) TNI AL pada tahun 1982 bahwa ada sekitar ± 17.508 pulau. Indonesia juga dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki garis pantai lebih dari 81.000 km sehingga wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti magrove, terumbu karang (coral reefs) dan padang lamun (sea grass beds). Secara geografis Indonesia memiliki luas wilayah 1,904,569 km persegi dengan presentase wilayah air 4,85% yang terdiri dari laut territorial dengan luas 0,8 juta km persegi, laut nusantara 2,3 juta km persegi, dan zona ekonomi eksklusif 2,7 juta km persegi. 1 Sebagai Negara Kepulauan yang besar, Indonesia memiliki potensi nilai strategis dari bidang kelautan dalam mendukung pembangunan nasional. Maka Indonesia harus mampu memainkan peran strategis sesuai amanat UUD 1945 dalam Pasal 33 Ayat (3) yang menyatakan bahwa Bumi, air, dan kekayaan alam 1 Dahuri, R.,J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 1996, Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Jakarta, Pradnya Paramita, hlm 18.

2 yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ada banyak hal sumber daya alam yang bisa dikelola di laut contohnya perikanan dan pertambangan. Namun pada kenyataannya Negara Indonesia belum mampu memaksimalkan pengelolaan sumber daya alam di laut, tentunya banyak hal yang menjadi alasannya. Keberadaan wilayah cenderung memiliki nilai penting bagi sebuah negara. Nilai geografis dapat dipandang sebagai wilayah teritorial yang menggambarkan kedaulatan negara dan bahkan diperlukan sebuah kekuatan militer untuk mempertahankannya, terlebih lagi jika wilayah tersebut memiliki kekayaan sumber daya alam. Kondisi geografis sebuah negara dengan wilayah yang terdiri dari daratan dan lautan secara geografi, geopolitik dan geostrategi mempunyai potensi kerawanan yang tinggi dari ancaman tradisional dan non tradisional. 2 Besarnya wilayah kepulauan Indonesia berbanding lurus dengan besarnya tantangan yang harus dihadapi sebuah Negara kepulauan. Perlu diperhatikan bahwa di era globalisasi saat ini Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi masalah yang menjadi ancaman bagi sebuah negara kepulauan. Ancaman tersebut berupa pelanggaran hukum yang meliputi perompakan (armed robbery), penyelundupan manusia (imigran gelap), penyelundupan barang, illegal fishing, pencemaran laut, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam secara illegal, serta pelanggaran lain di wilayah laut. 3 Hal tersebut bisa disimpulkan karena kurangnya keamanan dan kejelasan fisik kedaulatan di wilayah perbatasan laut. 2 Yugolastarob Khomeini dan Yudha Kurniawan, 2013, Ambalat Sebagai Wilayah Kontestasi Indonesia, Jurnal Global Komunika, Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2013, Jakarta: FISIP UPN Veteran Jakarta. 3 Pujayanti Adirini, 2011, Budaya Maritim-Geopolitik dan Tantangan Keamanan Indonesia,Jurnal, hlm 5.

3 Pelanggaran di wilayah perbatasan laut Indonesia sebelumnya juga pernah terjadi namun tidak terjadi secara terbuka dan berkelanjutan seperti sekarang. 4 Kemajuan teknologi dan konsekuensi politis globalisasi juga memungkinkan kemudahan akses informasi dan mobilitas tak terbatas yang kemudian membuka jalan bagi tantangan keamanan baru berdimensi transnasional, dan secara tradisional keamanan adalah domain negara. Maka dari itu diperlukan adanya upaya penegakan kedaulatan dan penegakan hukum di laut sehingga terwujudnya kondisi laut yang aman dan terkendali dalam rangka menjamin integritas wilayah guna menjamin kepentingan nasional. 5 Suatu kenyataan yang mungkin disadari bangsa Indonesia saat ini bahwa banyak sumber daya alam di laut yang dapat dikelola, namun hal tersebut terhalang adanya permasalahan kejelasan fisik kedaualatan di wilayah perbatasan. Perbatasan negara adalah manifetasi utama kedaulatan wilayah suatu negara. Hal itu dikarenakan perbatasan suatu negara mempunyai peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaaatan sumber kekayaan alam, serta menjaga keamanan dan keutuhan wilayah. Perbatasan negara dalam banyak hal ditentukan oleh proses historis, politik, serta hukum nasional dan internasional. 6 Dari sekian negara yang berbatasan dengan Indonesia, Malaysia adalah negara serumpun yang sering memiliki konflik dengan Indonesia.Walaupun sering disebut serumpun, hubungan antara Indonesia dan Malaysia justru selalu diwarnai pasang surut. Konflik yang terjadi mulai dari Konfrontasi dengan 4 Pasca Reformasi terjadi kemajuan teknologi dan konsekuensi politis globalisasi yang memungkinkan kemudahan akses informasi dan mobilitas tak terbatas yang kemudian membuka jalan bagi tantangan keamanan baru berdimensi transnasional, dan secara tradisional keamanan adalah domain sebuah negara. 5 www.berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/buku_lintas_tim/buku-lintas-tim-3.pdf, diakses 28 Januari 2014, pukul 20.00 WIB. 6 Letjen Moeldoko,2012, Kompleksitas Pengelolaan Perbatasan,Jurnal, hlm 2.

4 Malaysia, Sipadan dan Ligitan, Blok Ambalat, hingga masalah klaim budaya yang sampai saat ini sering terjadi. Kesan umum yang berkembang di Indonesia atas berbagai permasalahan itu adalah bahwa Malaysia merupakan negara yang semakin arogan, menginjak wibawa Indonesia dan tidak pantas balas budi. Di media bahkan disarankan bahwa untuk mendapatkan kembali respek Malaysia terhadap Indonesia, seharusnya Indonesia tidak segan-segan melakukan konfrontasi seperti zaman Soekarno ataupun meningkatkan kemampuan tempur. Salah satu masalah yang hingga kini masih menjadi ganjalan dalan hubungan Indonesia-Malaysia adalah perebutan daerah cadangan minyak di Ambalat dan Ambalat Timur (demikian Indonesia menyebutnya) atau blok minyak XYZ (oleh Malaysia). Pada tanggal 16 Februari 2005, Petronas (perusahaan minyak Malaysia) memberikan konsesi atas blok ND-6 dan ND-7 kepada Petronas Carigali yang bermitra dengan Royal Dutch/Shell Group. Blok yang menjadi subjek konsesi Malaysia ini tumpang tindih dengan Blok Ambalat dan Ambalat Timur yang dikonsesikan oleh Indonesia kepada ENI (perusahaan minyak Italia), dan Unocal (perusahaan multinasional Amerika) pada 12 Desember 2004. Tumpang tindih pemberian konsesi (overlapping claim areas) tersebut yang menjadi pemicu sengketa di Blok Ambalat. Sengketa ini telah lama muncul, masih terus terjadi terus berkembang hingga sekarang. Tidak dapat dipungkiri bagaimana sengketa Blok Ambalat ini, yang telah selama hampir 30 tahun, dengan signifikan turut mewarnai bentuk hubungan yang terjalin antara Indonesia dengan Malaysia, apalagi setelah Indonesia kehilangan pulau Sipadan dan Ligitan.

5 Dapat dikatakan sengketa Blok Ambalat untuk periode masa ini merupakan sebuah titik penting dalam membentuk hubungan yang terjalin oleh kedua negara serumpun tersebut. Indonesia sebenarnya sudah berulang kali mengajak Malaysia duduk di meja perundingan mengenai batas landas kontinen, namun tak ada respon positif. Tentu ada beberapa alasan yang menyebabkan Malaysia menahan diri untuk mempertegas penyelesaian sengketa. Berdasarkan United Nations Convention on the Law of the Seas (UNCLOS) pada tahun 1982, Blok Ambalat secara resmi masuk ke dalam wilayah teritori dan kedaulatan Indonesia. Pasal 4 UNCLOS mengakui bahwa wilayah teritori mencakup 200 mil dari garis batas, di mana Blok Ambalat sepenuhnya masuk ke dalam wilayah Indonesia. 7 Hal ini juga pada dasarnya diakui secara internasional dengan proposal Indonesia mengenai Wawasan Nusantara itu sendiri. Atas dasar inilah, pemerintah Indonesia merasa bahwa pada dasarnya Blok Ambalat adalah wilayah Indonesia, dan hal ini telah diakui secara de jure. Situasi di Ambalat sempat memanas pada akhir Mei 2013 lalu. Berulangkali kapal perang dan helikopter Malaysia memasuki wilayah sengketa dalam rangka patroli keamanan wilayah maritim. Konflik mereda setelah Panglima Angkatan Tentara Malaysia Jendral Abdul Azis Zainal bertemu Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono. Malaysia sepakat mengurangi patroli laut yang terlalu dekat dengan wilayah teritorial Indonesia di perairan Amblat agar persepsi pelanggaran wilayah dapat dikurangi. Indonesia juga meminta diadakan patroli perbatasan perairan bersama tanpa mengabaikan aturan pelibatan sejak 2005. 8 7 www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2005/03/08/nrs,20050308-02,id.html, beda khasmir dengan sipadan-ligitan, diakses pada tanggal 11 Mei 2014, pukul 17.07 WIB. 8 www.batasnegeri.com/dua-kapal-militer--malaysia-kembali-masuk-ambalat/, Dua kapal militer Malaysia kembali masuk ambalat, diakses pada 11 Maret 2014, pukul 17.29 WIB.

6 Upaya Indonesia untuk mempertahankan Ambalat sebagai wilayah teritorial yang menjadi bagian dari Kesatuan Republik Indonesia harus dilakukan dengan mengeluarkan berbagai bentuk kebijakan. Secara politik, wilayah ambalat merupakan bagian dari wilayah kesatuan yang masuk sebagai bagian dari Indonesia dan untuk itu, Indonesia telah berupaya mempertahankannya. Di sisi lain, terdapat upaya eksplorasi sumber mineral yang dimiliki oleh Ambalat yang berada pada wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia.Sebagai wilayah yang menjadi sumber klaim dan konflik, Ambalat merupakan wilayah yang patut menjadi perhatian, baik dari sisi politik, ekonomi, maupun militer. Kecenderungan negara untuk melakukan pengaman merupakan upaya sekuritisasi terhadap objek yang menjadi sumber konflik. Langkah sekuritisasi merupakan strategi pengamanan oleh Indonesia merupakan sebuah sikap yang menggambarakan upaya untuk mempertahankan keberadaan Ambalat sebagai wilayah kedaulatan Indonesia. 9 Berdasarkan kondisi di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat. Banyak sumber yang mendeskripsikan tentang kronologi terjadinya sengketa tersebut, namun peneliti bermaksud menggali lebih dalam kronologinya berdasarkan sumber yang tepat. Secara teoritis tentu banyak metode dalam penyelesaian sengketa internasional, namun peneliti ingin mengetahui bentuk resolusi penyelesaian sengketa oleh Pemerintah Indonesia dalam menyelesaian masalah di 9 Yugolastarob Khomeini dan Yudha Kurniawan, 2013,Op.Cit.

7 perairan Ambalat yang mungkin dikhususkan aparat kelautan. Kemudian peneliti berkeinginan untuk mengkaji lebih dalam mengenai problematika dalam penyelesaian sengketa tersebut yang masih menjadi masalah sampai saat ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah: 1) Mengapa terjadi sengketa batas wilayah antara Indonesia-Malaysia di perairan Ambalat? 2) Bagaimana strategi penyelesaian yang ditempuh Pemerintah Indonesia dalam menghadapi sengketa batas wilayah di perairan Ambalat? 3) Bagaimana problematika yang dihadapi oleh Pemerintah Indonesia dalam penyelesaian sengketa batas wilayah di perairan Ambalat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan-permasalahan pokok yang terdapat dalam penelitian ini, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan kronologi terjadinya Sengketa Batas Wilayah Indonesia- Malaysia di Perairan Ambalat. 2) Menganalisa strategi penyelesaian yang diambil oleh Pemerintah Indonesia pada kasus Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat.

8 3) Mengkaji problematika yang dihadapi Pemerintah Indonesia dalam penyelesaian Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat. D. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari laporan penelitian ini adalah: 1) Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah keilmuan Administrasi Negara terutama tentang kajian dalam bidang Organisasi dan Administrasi Internasional, khususnya tentang penyelesaian Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia Di Perairan Ambalat. 2) Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan solusi untuk memecahkan masalah perbatasan maritim dan kelautan demi menjaga kedaulatan NKRI. 3) Kemudian sebagai salah satu bahan acuan atau referensi penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah serupa.

9 E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika dari penulisan penelitian ini adalah: 1) BAB I Pendahuluan Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. 2) BAB II Kerangka Konseptual Pada bab ini diuraikan tentang konsep sengketa batas wilayah antar negara, masalah perbatasan maritim antar negara, penyelesaian sengketa batas wilayah antar negara, dan problematika penyelesaian sengketa batas wilayah antar negara. 3) BAB III Metode Penelitian Pada bab ini menjelaskan tentang tipe dan pendekatan penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data. 4) BAB IV Gambaran Historik Sengketa Di Perairan Ambalat Pada bab ini dijelaskan tentang profil perairan Ambalat, serta kronologi dan ketegangan sengketa batas wilayah di perairan Ambalat. 5) BAB V Analisis Penyelesaian Sengketa Ambalat Pada bab ini dijelaskan tentang akar sengketa batas wilayah Indonesia- Malaysia di Perairan Ambalat, penyelesaian sengketa batas wilayah di perairan Ambalat, dan problematika penyelesaian sengketa. 6) BAB VI Kesimpulan dan Saran Pada bab ini dijelaskan tentang kesimpulan dan saran.